Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Athifa Naziha
Abstrak :
Pemberdayaan perempuan adalah sebuah proses dimana perempuan mendapatkan kekuatan dan kendali atas kehidupan mereka dan memperoleh kemampuan untuk membuat pilihan strategis. Meskipun kemajuan besar dalam pemberdayaan perempuan terlihat secara bertahap, perempuan terus menghadapi diskriminasi di setiap belahan dunia. Hingga saat ini, perempuan masih memperjuangkan haknya dengan menyuarakan pemberdayaan perempuan melalui berbagai media, termasuk musik. Kajian ini menganalisis Five Women’s Empowerment Components (European Institute for Gender Equality, 2016) dalam Run the World (Girls) karya Beyoncé dengan melakukan Critical Discourse Analysis, khususnya dengan menganalisisnya dengan Halliday’s Metafunctions of Language (1994) yang terdapat pada liriknya. Setelah melihat pengalaman perempuan, sikap penyanyi, dan keseluruhan tema dan lirik lagu yang dianalisis dengan metafungsi bahasa, penelitian ini menyimpulkan bahwa melalui lagu Run the World (Girls), Beyoncé mencakup kelima aspek pemberdayaan perempuan, yaitu: (1) perolehan harga diri perempuan; (2) hak perempuan untuk memiliki dan menentukan pilihan; (3) hak perempuan untuk memiliki akses terhadap peluang dan sumber daya; (4) hak perempuan untuk memiliki kekuasaan dan kendali atas kehidupan domestik dan publik mereka; dan (5) meningkatnya kemampuan perempuan untuk melakukan perubahan sosial, baik secara nasional maupun internasional. Studi ini berkontribusi pada pembahasan wacana pemberdayaan perempuan. ......Women’s empowerment is a process by which women gain power and control over their lives and acquire the ability to make strategic choices. Although a great deal of progress in women’s empowerment is gradually seen, women continue to face discrimination in every part of the world. Up to this day, women still fight for their rights by voicing out women’s empowerment through various media, including music. This study analyzed Five Women’s Empowerment Components (European Institute for Gender Equality, 2016) in Beyoncé’s Run the World (Girls) by doing a Critical Discourse Analysis, specifically by analyzing it with Halliday’s Metafunctions of Language (1994) that are present in the lyrics. After looking at women’s experiences, the singer’s attitude, and the overall theme and lyrics of the song analyzed by the metafunctions of language, this study concludes that through the song Run the World (Girls), Beyoncé is covering all five aspects of women’s empowerment, which are: (1) women’s gain of self-worth; (2) women’s right to have and to determine choices; (3) women’s right to have access to opportunities and resources; (4) women’s right to have power and control over their domestic and public lives; and (5) women’s gain of ability to make social change, both nationally and internationally. This study contributes to the discussion of women’s empowerment discourses.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Aljihad
Abstrak :
Adanya ketimpanga antara indeks pembangunan manusia perempuan dan laki-laki dan juga amanat RPJMN mengenai kesetaraan gender perlu diperhatikan. Pemberdayaan perempuan melalui keuangan mikro sudah lama dijalankan dan memang merupakan sasaran utama bagi lembaga keuangan mikro yang menjalankannya. Dengan Banyaknya penelitian mengenai pemberdayaan perempuan, perlu adanya suatu analisis mengenai bagaimana bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh lembaga keuangan mikro. Penulisan ini menggunakan metode literatur review yang membahas mengenai lima lembaga keuangan mikro dari penelitian yang sudah ada, kemudian dianalisis mengenai bagaimana bentuk pemberdayaan perempuan yang dilakukan oleh lembaga keuangan tersebut dan bagaimana dampaknya bagi perempuan yang menerimanya. Tulisan ini menghasilkan sebuah temuan bahwa pemberdayaan yang dilakukan oleh keuangan mikro adalah intermediasi keuangan, intermediasi sosial, serta pelatihan pengembangan kapasitas. Model lembaga keuangan mikro yang menyediakan lengkap disebut sebagai pendekatan integratif, dampak dari adanya pemberdayaan yang dilakukan oleh lembaga keuangan mikro ini antara lain terbukanya akses perempuan terhadap layanan keuangan, meningkatnya pendapatan dan usaha yang dijalankan, serta meningkatnya kapasitas diri dan sosial. Dengan layanan yang dilakukan oleh lembaga keuangan mikro ini, perempuan menjadi lebih berdaya setidaknya dalam level ekonomi seperti peningkatan pendapatan yang selaras dengan kemampuan untuk membeli, namun demikian pemberdayaan belum sampai pada level sosial politik yang lebih tinggi. Lembaga keuangan mikro ini merupakan batu loncatan bagi perempuan untuk dapat berdaya di level level yang lebih tinggi. ......The existence of disparities between the human development index of women and men and the mandate of the RPJMN regarding gender equality needs to be considered. Empowerment of women through microfinance has long been implemented and is indeed the main target for microfinance institutions that run it. With so many studies on women's empowerment, there needs to be an analysis of how the forms of empowerment are carried out by microfinance institutions. This writing uses a literature review method which discusses five microfinance institutions from existing research, then analyzes how the forms of women's empowerment are carried out by these financial institutions and how the impact on women who receive them. This paper produces a finding that the empowerment carried out by microfinance is financial intermediation, social intermediation, and capacity building training. The model of microfinance institutions that provides a complete set is referred to as an integrative approach, the impact of the empowerment carried out by these microfinance institutions include opening up women's access to financial services, increasing income and running businesses, as well as increasing self and social capacity. With the services provided by these microfinance institutions, women become more empowered at least at the economic level, such as an increase in income that is in line with the ability to buy, however empowerment has not yet reached a higher socio-political level. This microfinance institution is a steppingstone for women to be empowered at a higher level
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
E.J Ardanehwari
Abstrak :
Sebagai salah satu rujukan penting untuk memahami pikiran sesama perempuan, majalah perempuan merupakan sarana potensial untuk memberdayakan perempuan. Tesis ini meneliti gagasan pemberdayaan perempuan dalam editorial rubrik Glamour News Majalah Glamour USA yang dimaksudkan Redaksi Glamour sebagai sarana untuk menyatakan keberpihakan Glamour terhadap isyu-isyu perempuan. Penelitian ini bertujuan menunjukkan bagaimana gagasan pemberdayaan perempuan direpresentasikan dalam editorial Glamour sepanjang tahun 2007 serta bagaimana editorial Glamour berperan sebagai diskursus tentang pemberdayaan perempuan. Penelltian bersifat kualitatif dan menggunakan metode analisis framing. Hasil analisis memperlihatkan, Glamour memaknai pemberdayaan perempuan Amerika Serikat sebagai hak penuh untuk mengendalikan tubuhnya sendiri; rasa percaya diri dalam bekerja; kemampuan mengatasi diskriminasi di tempat kerja; kemampuan untuk memenuhi kriteria perempuan ideal versi Glamour; pengetalman menyeluruh tentang masalah kesehatan perempuan; kemampuan mclakukan tindakan kongkret untuk menolong sesama perempuan pada khususnya dan terhadap dunia pada umunmya. Hubungan antara Glamour dengan pembacanya merupakan hubungan hegemonik. Hal itu lercermin dari earn Glamour dengan memosisikan diri sebagai penentu makna sebagai pengetahuan yang harus diikuti oleh pembacanya. Secara umum, editorial Glamour mencerminkan nilai-nilai budaya Amerika seperti sikap pragmatis, orientasi pada keunggulan, dan sense of mission untuk "menyelamatkan dunia", termasuk sifat paradoks budaya Amerika dengan rnemperHhatkan inkonsistensi dalam memaknai pemberdayaan perempuan Amerika Serikat. ......As one of the important references for women to better understand each other, women's magazines are a potential means to empower women. This thesis analyzes the idea of women's empowerment in the editorials of Glamour News in Glamour magazine USA that are intended by the Glamour editorial team as a means to affirm Glamours taking sides in female issues. This research aims to show how the idea of women's empowerment is represented in Glamour editorials throughout 2007 and how the Glamour editorials played a role as a place of discourse on the empowerment of women. This thesis is qualitative in character and uses the framing analysis method. The results of this analysis show that Glamour gives meaning to women's empowerment in the United States of America: to own the full right to control one's own body; self-confidence in carrying out a profession; the ability to formulate what being a woman is; the ability to overcome discrimination in the work place; the ability to fulfill the criteria of Glamour's version of the ideal woman; broad knowledge of female health problems; and the ability to take tangible action to express empathy toward other women specifically and the world in general The relationship between Glamour and its readers is a hegemonic relationship. This is reflected in the manner Glamour positions itself as the determiner of knowledge that should be followed by its readers. In general, Glamour editorials reflect the cultural values of America, such as pragmatism, orientation to win. and a sense of mission "to save the world” including the paradoxical character of American culture in its inconsistent way of giving meaning to American womens empowerment.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2008
T 25443
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Andrea Monica Dewi
Abstrak :
Feminisasi kemiskinan memperlihatkan lebih besarnya jumlah perempuan penyandang kemiskinan dibandingkan dengan laki-laki. Sayangnya, fenomena ini masih terjadi di Indonesia dilihat dari ketidaksetaraan gender dan ketimpangan kemiskinan antara perempuan dan laki-laki. Berbeda dengan negara tetangganya, Filipina telah berada di peringkat 10 besar dunia dalam hal kesetaraan gender tahun 2018. Indonesia dan Filipina sama-sama telah mengadopsi model kuangan dan usaha mikro untuk memberdayakan perempuan dan meminimalisir feminisasi kemiskinan perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan faktor sosial dan budaya yang memunculkan feminisasi kemiskinan di Indonesia dan Filipina, serta membandingkan program keuangan dan usaha mikro di Indonesia dan Filipina dalam pengaruhnya menanggulangi feminisasi kemiskinan. Urgensi dari penelitian ini adalah terungkapnya persamaan dan perbedaan feminisasi kemiskinan serta keuangan mikro di Indonesia dan Filipina agar dapat menjadi pembelajaran bagi lembaga keuangan mikro Indonesia untuk kesejahteraan perempuan di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah tinjauan pustaka, dimana penulis meninjau berbagai literatur seperti jurnal, buku, laporan terkait dengan rentang waktu publikasi tidak terbatas. Penelitian membandingkan faktor sosial budaya berdasarkan penyebab feminisasi kemiskinan yaitu kemiskinan kultural dan struktural. Secara kultural Indonesia dan Filipina memiliki budaya tradisional yang merugikan perempuan. Namun, kedua negara ini telah menuju pada pembangunan yang setara gender, terlebih Filipina dalam kebijakannya yang bersifat Gender Mainstreaming. Hasil komparasi selanjutnya adalah perbandingan program keuangan mikro, yaitu PNM Mekaar dari Indonesia berusia 6 tahun dan Proyek Dungganon dari Filipina yang berusia lebih dari 30 tahun menggunakan aspek-aspek dari buku Microfinance handbook: An institutional and financial perspective oleh Joanna Ledgerwood, yaitu tujuan program, penargetan program, intermediasi sosial, serta analisis dampak. Hasil menunjukkan bahwa kedua program sama-sama memiliki tujuan pembangunan khas serta sama-sama bersifat penargetan tidak langsung. Intermediasi sosial PNM Mekaar berupa sistem tanggung renteng sementara Proyek Dungganon berupa sistem kelompok dengan metode 2-2-1. Demikian pula dengan dampak yang berbeda dari masing-masing program namun telah sejalan dengan tujuan pembangunan yang mereka punya. Jadi kesimpulan dari penelitian ini dapat diketahui bahwa baik PNM Mekaar dan Proyek Dungganon memberi dampak positif terhadap perekonomian nasabahnya meskipun dengan proses peminjaman dan intermediasi sosial yang berbeda dan memiliki ciri khas unik. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada lembaga keuangan dan usaha mikro untuk pemberdayaan perempuan di Indonesia. Selain itu, menjadi sumbangsih bagi mata kuliah Dimensi Sosial dan Ekonomi bagi Kesejahteraan Sosial serta mata kuliah Masalah Kemiskinan. ......Feminization of poverty is an observation that the number of women living in poverty is greater than that of men. Unfortunately, this phenomenon still occurs in Indonesia, which can be seen from the prevalent gender inequality and poverty inequality between women and men. However, unlike its neighbors, the Philippines has been ranked in the top 10 in the world in terms of gender equality. Indonesia and the Philippines have both adopted financial and micro-enterprise models to empower women and minimize the feminization of poverty. This study aims to describe the social and cultural factors that influence the feminization of poverty in Indonesia and the Philippines. Furthermore, the author aims to analyze and compare the financial and micro-enterprise programs in Indonesia and the Philippines and their influence in overcoming the feminization of poverty in these two countries. The urgency of this research is to reveal the similarities and differences in the feminization of poverty and microfinance in Indonesia and the Philippines so that it can be a lesson for Indonesian microfinance institutions for the welfare of women in Indonesia. The research method used is a literature review, where the author reviews various literatures such as journals, books, reports on related issues, with an unlimited publication time span.. This is done so that the authors can reach various data on a wider scale from abroad, specifically from the Philippines. Research reveals that socio-cultural factors that lead to the feminization of poverty are based on cultural and structural poverty. Culturally, Indonesia and the Philippines have traditional cultures that marginalize women's potential. However, these two countries have been heading towards gender-equal development, especially the Philippines in its Gender Mainstreaming policy. The result of the next comparison is a comparison of microfinance programs, namely PNM Mekaar from Indonesia who is 6 years old and Project Dungganon from the Philippines which is more than 30 years old. The comparison was carried out using aspects from the Microfinance handbook: An institutional and financial perspective by Joanna Ledgerwood, which are: program objectives, program targeting, social intermediation, and impact analysis. Both programs share specific development goals and are both implementing indirect targeting. PNM Mekaar's social intermediation is in the form of a joint responsibility system, while the Dungganon Project is a group system using the 2-2-1 method. Likewise, the different impacts of each program but have been in line with their development goals. So the conclusion of this study can be seen that both PNM Mekaar and the Dungganon Project have a positive impact on the economy of their customers, even though the lending and social intermediation processes are different and have unique characteristics. This research is expected to provide input to financial institutions and micro-enterprises for women's empowerment in Indonesia. In addition, it is a contribution to the Social and Economic Dimensions for Social Welfare courses and the Poverty Problems course.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dana Listiana
Abstrak :
Sinar Iboe is a woman-orienteed rubric that a local press was published in West Kalimantan in 1928. This paper will discuss the idea that arises from the rubric and the impact of those ideas in the period of national movement. The method to do the research is historical research method. The results show that the ideas that surfaced from Sinar Iboe was different from other women rubrcis that emerged during the period of national movement in West Kalimantan. The Sinar Iboe rubric are more focused on the discussion of woman and their roles in public field like in social organization, education, and health.
Yogyakarta: BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA D.I. YOGYAKARTA, 2017
400 JANTRA 12:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indah S. Pratidina
Abstrak :
This study compares the portrayal of R.A. Kartini, an Indonesian female national heroine, in the biopics Sjumandjaya’s R.A. Kartini (1982) and Bramantyo’s Kartini (2017). The films were produced in the New Order and post-Reformation eras respectively, with social and cultural values translating into context-shaped standpoints in interpreting the figure of Kartini’s. Kartini is a role model associated with empowered Indonesian women and equality in education; therefore, films produced in different social and political contexts retelling her story give insights into how these issues were framed during these eras. This study uses film discourse interpretation analysis referencing dialogues and gestures from the films to discuss power relations between male-female characters, the issue of silence and women’s voice, and sisterhood. The study finds that, although both films reconfirm the already imprinted patriarchal society’s images of Kartini in particular and women in general, there are collective efforts to rethink and question the status quo.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
909 UI-WACANA 24:1 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ikasari
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara intervensi program pemberdayaan perempuan tingkat netral dan tingkat positif dengan otonomi perempuan secara individual dan kolektif. Kerangka pikir yang melandasi penelitian ini adalah kerangka pemberdayaan perempuan menurut Longwe (1991). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berperspektif perempuan, dengan studi kasus program pemberdayaan di Bina Swadaya dan PPSW sebagai bahan kajian. Penelitian secara khusus dilakukan pada enam Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang terlibat dalam kegiatan program di dua lembaga tersebut. 71 perempuan anggota KSM berusia antara 20 sampai 50 tahun dengan tingkat pendidikan Madrasah (setingkat SD) sampai Sarjana menjadi sumber informasi termasuk diantaranya 17 orang sebagai subyek penelitian wawancara mendalam, selain itu staf program di Bina Swadaya dan PPSW, serta beberapa orang lainnya seperti tokoh masyarakat, suami subyek penelitian, staf pemerintahan desa menjadi informan. Dapat disimpulkan bahwa peningkatan otonomi kolektif perempuan dalam program tingkat netral tidak diikuti dengan peningkatan otonomi individual perempuan, tetapi dalam program tingkat positif terjadi peningkatan yang signifikan pada otonomi kolektif dan otonomi individual perempuan. Keadaan tersebut memperlihatkan bahwa untuk mencapai otonomi individual dan otonomi kolektif perempuan, permasalahan perempuan hendaknya menjadi perhatian dalam implementasi program pemberdayaan juga merupakan kepentingan lembaga pelaksana program yang secara eksplisit tercermin dalam visi lembaga.
The Implication of the Empowerment Program for Autonomous Women: Case Study of Program at Neutral Level in Bina Swadaya and at Positive level in PPSWThis research makes attempt to identify a correlation between the intervention of the women's empowerment program at neutral and positive level with autonomy of women as individuals and members of community (collective). Longwe's Women's Empowerment is made use as a frame of thought in this research. This study, using the qualitative method with women's perspectives, evaluates the empowerment program in Bina Swadaya and PPSW. A small research was previously conducted in six Self Help Groups (SHGs), which actively involved in the program conducted in the mentioned institutions. Seventy-one female members of SHGs with age ranging from 20 to 50 years old and education background ranging from Madrasah to (equal to elementary school) to higher education were chosen as resource persons. 17 of which were qualified for in-depth interviews. Several other persons from community representatives, spouses of research subject, and the staff of local administration were also involved in this project as informants. The study concludes that the autonomy of women as members of community (collective) resulted from the program at neutral level does not correlate with the autonomy of women as individuals. However, there is a significant increasing of the autonomy of both as individual and members of community resulted from the program at positive level. Such findings demonstrate the need to include women's specific concern in the program.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T11372
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asti Mintoraras
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini mempelajari peranan pemberdayaan perempuan dalam ketahanan pangan keluarga. Perempuan dapat mengalokasikan waktunya dengan mengikuti kegiatan pemberdayaan perempuan seperti kegiatan dasa wisma, koperasi, PKK, PNPM, posyandu balita dan posyandu lansia selain tanpa meninggalkan kewajiban rumah tangga. Dengan menggunakan data IFLS 2014, keikutsertaan perempuan dalam kegiatan dasa wisma, koperasi, dan posyandu balita terbukti mempengaruhi pengeluaran makanan rumah tangga. Artinya, rumah tangga yang perempuannya mengikuti kegiatan dasa wisma, koperasi, dan posyandu balita memiliki pengeluaran makanan keluarga yang lebih tinggi daripada rumah tangga yang perempuannya tidak mengikuti kegiatan tersebut. Sedangkan keikut sertaan perempuan dalam kegiatan koperasi, PNPM, PKK dan posyandu balita terbukti mempengaruhi ketahanan pangan keluarga. Dengan kata lain, keikut sertaan perempuan dalam kegiatan koperasi, PNPM, PKK dan posyandu balita dapat meningkatkan probabilitas ketahanan pangan keluarga.
ABSTRACT
This study aims to study the role of women empowerment in family food security. Women could allocate their time to participate in women empowerment activities such as dasa wisma, cooperative, PKK, PNPM, posyandu balita and posyandu lansia without leaving their household obligations. In fact, by implementing IFLS 2014 data, women 39 s involvement in dasa wisma, koperasi, and posyandu balita proved to affect household food expenditure. That is, households whose women follow the activities of dasa wisma, koperasi, and posyandu balita have higher family food expenditure than households whose women do not participate in anything. While the participation of women in koperasi, PNPM, PKK and posyandu balita proved to affect family food security. In other words, the participation of women in koperasi, PNPM, PKK and posyandu balita can increase the probability of family food security.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feny Dwi Maya Listianti
Abstrak :
Penelitian ini membahas bagaimana sebuah brand local sustainable brand melakukan komodifikasi terhadap isu pemberdayaan perempuan di akun Instagram. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis multimodal. Fokus penelitian adalah konten Instagram dalam @sukkhacitta yang menggunakan narasi isu pemberdayaan perempuan melalui foto, caption dan tagar tentang Ibu pembuat baju dan perjuangannya demi menarik sentimen positif, mempersuasi audiens, dan mendorong audiens melakukan pembelian. Hasil penelitian menunjukkan adanya 1) Komodifikasi konten seperti: menggunakan perempuan desa sebagai objek konten dan menggunakan narasi indah untuk menyentuh sisi emosional audiens, 2) Komodifikasi khalayak seperti: narasi pemberdayaan perempuan yang memukau audiens, terperangkap oleh sign consumption, jerat kapitalisme dan pola konsumerisme baru, 3) Komodifikasi pekerja dimana pekerja yaitu para perempuan terutama perempuan desa digunakan sebagai alat pemasaran produk dalam konten instagram @sukkhacitta. Implikasi praktis penelitian ini adalah untuk menyadarkan audiens bahwa konten instagram telah dikapitalisasi oleh brand yang pada dasarnya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan isu pemberdayaan perempuan sehingga perlu bersikap kritis untuk menghindari jebakan pola konsumerisme baru. Penelitian selanjutnya dapat melakukan wawancara kepada pekerja perempuan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai indikasi komodifikasi pekerja dan pembeli baju local sustainable fashion brand untuk mengetahui lebih dalam makna dari isu pemberdayaan perempuan pada pembelian mereka. ......The research explores how a local sustainable fashion brand commodifies the issue of women's empowerment on Instagram platform. This research is using a qualitative approach with a multimodal analysis method. The focus of the research is the Instagram content of @sukkhacitta brand which uses narrative issues on women's empowerment through photos, captions, and hashtags about the women who make clothes and their struggles to attract positive sentiment, persuade the audience, and encourage the audience to make purchases. The results of the study show that there are 1) commodification of content such as: using the women as content objects and using beautiful narratives to touch the emotional side of the audience, 2) commodification of audiences such as: narratives of women's empowerment that amaze the audience which led to trapped by sign consumption, the trap of capitalism and new patterns of consumerism, 3) Commodification of labor where women workers, especially village women, are used as a product marketing tool in Instagram content @sukkhacitta. The practical implication of this research is to make the audience aware that Instagram content has been capitalized by brands which basically aim to gain profit by utilizing women's empowerment issues so that they need to be critical to avoid the trap of new consumerism patterns. Future research can conduct interviews with women workers to find out more about the indications of commodification of workers and buyers of local fashion clothes to find out more about the meaning of the issue of women's empowerment in their purchases.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Ayu Puspitasari
Abstrak :
Pemberdayaan perempuan menjadi salah satu faktor penting dalam pembangunan. Kurangnya pemberdayaan perempuan dapat menyebabkan hasil negatif pada kesehatan dan kematian anak. Kesehatan anak menjadi bagian dari sustainable development goals (2030) yang dapat dilihat melalui penurunan angka kematian bayi dan balita. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh pemberdayaan perempuan terhadap kematian balita setelah di kontrol dengan variabel umur ibu, daerah tempat tinggal, pendidikan suami, jarak lahir, paritas, status imunisasi dasar, dan berat lahir. Sampel berjumlah 16.409 perempuan berusia 15-49 tahun yang terakhir melahirkan pada periode tahun 2012-2017 diambil dari SDKI 2017. Pemberdayaan perempuan diukur dengan menggunakan indeks komposit yang dibangun dari empat indikator yaitu tingkat pendidikan, status pekerjaan, partisipasi dalam pengambilan keputusan rumah tangga dan sikap istri terhadap pemukulan yang dilakukan suami dengan menggunakan Principal Component Analysis (PCA). Selanjutnya, estimasi pengaruh pemberdayaan perempuan terhadap kematian balita menggunakan model regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pemberdayaan perempuan berpengaruh secara signifikan terhadap kematian balita setelah dikontrol dengan umur ibu saat melahirkan, jarak lahir, dan berat lahir. Komponen pemberdayaan perempuan yaitu status pekerjaan (p <0,001; AOR: 1,49 ; 95% CI: 1,21-1,83) memiliki pengaruh secara statistik dengan kematian balita, sedangkan faktor tingkat pendidikan (p 0,666; AOR: 0,93; 95% CI: 0,72-1,30), partisipasi dalam pengambilan keputusan keluarga (p 0,732; AOR: 1,08; 95% CI: 0,68-1,72), dan sikap istri terhadap pemukulan yang dilakukan suami (p 0,806; AOR: 1,03; 95% CI: 0,83-1,26) tidak berpengaruh secara signifikan dengan kematian balita. Hal ini menekankan pentingnya pemberdayaan perempuan untuk mengurangi kematian balita. ......Women’s empowerment has generally been recognized as one of the most important factors for development. A lack of empowerment may lead to negative outcomes on child health and mortality. Child health being part of sustainable development goals (2030) can be traced through reduced infant and under five mortality rates. The present study is an attempt to examine the association between women’s empowerment and under five mortality. Sample of 16.409 women aged 15-49 years who had their last childbirth in period 2012-2017 were drawn from 2017 Indonesia Demographic and Health Survey. Composite index was considered to measure women’s empowerment. Principal Component Analysis (PCA) has been employed to measure women's empowerment using four indicators, namely education level, employment status, participation in household decision-making and attitude toward wife beating. Adjusted associations between women’s empowerment and under five mortality were examined using binary logistic regression by controlling the influence of socioeconomic and biodemographic variables as potential confounders. The findings from multivariate analysis indicated statistically significant associations between women empowerment and under five mortality after controlled by maternal age, birth interval, and birth weight. Working women were 1,49 times more likely to experienced under-five mortality (95% CI=1,21-1,83). However, education level, participation in household decision-making and attitude toward wife beating were not associated with under-five mortality. This highlights the importance of women’s empowerment by increasing women’s educational level, participation in labor force, and reducing women’s vulnerability to domestic violence in efforts to reduce infant mortality.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>