Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
Indah Hardini
Abstrak :
Geji adalah wanita penghibur kelas atas yang hidup dalam masyarakat Cina tradisional. Kehidupan ge ji yang unik dan berbeda dari wanita Cina tradisional lainnya, justru menjadikan mereka sebagai golongan yang istimewa, tidak hanya di antara wanita-wanita, namun juga di dalam masyarakat Cina tradisional, khususnya pada masa dinasti Tang dan Song. Penulisan skripsi ini menerapkan metode kepustakaan dengan menggunakan buku-buku dan tulisan-tulisan yang memberikan informasi yang diperlukan, terutama mengenai kehidupan sosial, wanita, dan pelacuran. Dari pembahasan mengenai kehidupan ge ji ini saya menarik kesimpulan bahwa : sebagai suatu bagian masyarakat, ge ji tidak dianggap hina dan rendah seperti pelacur biasa, namun sebagai wanita, kedudukan geji dalam masyarakat tetap tidak lebih tinggi dari wanita biasa lainnya
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S13023
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ovi Shofianur
Abstrak :
Skripsi ini ditulis untuk melihat sejauh mana sebuah karya sastra mampu mempresentasikan kenyataan yang sesungguhnya. Dalam hal ini penulis memilih topik tentang perempuan yang menjadi inti cerita pendek karya pengarang perempuan Cina bernama Zhang Jie. Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah citra perempuan Cina seperti apa yang ditampilkan oleh tokoh-tokoh perempuan dalam cerpen Ai dan Shei berikut konflik yang mereka hadapi. Untuk mendeskripsikan citra tokoh-tokoh perempuan dalam cerpen Ai dan Shei, konflik yang mereka hadapi, berikut cerminan kehidupan di dalamnya, penulis menggunakan pendekatan intrinsik didukung pendekatan ekstrinsik yang bertolak dari perspektif perempuan. Pendekatan intrinsik menekankan pada analisis tokoh dan penokohan sedangkan pendekatan ekstrinsik digunakan untuk melihat kondisi perempuan Cina yang berkaitan dengan masalah cinta, perkawinan, dan posisi mereka hingga menjelang akhir tahun 1970-an. Dari kedua analisis di atas, penulis menyimpulkan bahwa tokoh-tokoh perempuan dalam Ai dan Shei merupakan representasi perempuan Cina perkotaan di akhir tahun 1970-an yang mandiri, tangguh, dan berpikiran maju, serta memperjuangkan keadilan gender dan sosial terutama dalam hal cinta, perkawinan, dan posisi perempuan.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S13006
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Anita Haryani
Abstrak :
Haryani, Anita. Ketergantungan Wanita Cina di Dalam Keluarga Cina Tradisional. Skripsi Sarjana Fakultas Sastra Jurusan Asia Timur Studi Cina Universitas Indonesia, 1993. Selama hidupnya, seorang wanita dalam keluarga Cina tradisional mengalami tiga fase ketergantungan. Pertama, sebelum menikah, ia bergantung pada ayahnya. Kedua, setelah menikah ia bergantung pada suaminya. Ketiga, setelah suaminya meninggal, ia bergantung pada anak laki-lakinya. Setiap fase ketergantungan tersebut secara garis besar dapat dibagi dalam dua bentuk ketergantungan. Yang pertama adalah ketergantungan ekonomi dan yang kedua adalah ketergantungan status. Ketergantungan ekonomi banyak dipengaruhi oleh keadaan masyarakat Cina pada waktu itu seperti bentuk masyarakatnya yang agraris, norma-norma yang menyebabkan wanita tidak leluasa bergerak dalam kehidupan sosialnya. Jenis ketergantungan ekonomi ini hampir sama dalam ketiga fase ketergantungan. Usaha-usaha wanita untuk melepaskan diri dari ketergantungan itu ada yang positif seperti menjadi biksu atau pendeta Tao (abad 19 dan 20), tetapi ada juga yang negatif seperti menjadi pelacur
Depok: Universitas Indonesia, 1993
S12951
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Honolulu : University of Hawaii Press, 1994
895.135.2 REM
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Arti Citraresmi
Abstrak :
Tulisan ini menguraikan mengenai wanita Cina. Secara khusus tulisan ini menguraikan mengenai perubahan kedudukan dan peran wanita Cina, karena masuknya kebudayaan bangsa Asing ke Cina. Perubahan kedudukan dan peran wanita Cina ini dilihat sejak masuknya kebudayaan bangsa Asing ke Cina pada tahun 1840 sampai Revolusi Kebudayaan yang pertama pada tahun 1966. Setelah masuknya bangsa Asing ke Cina, perubahan kedudukan dan peran wanita Cina makin jelas terlihat. Kebudayaan bangsa Asing berupa gagasan, seperti egalitarianisme dan feminisme telah dapat menyadarkan kaum wanita Cina untuk memperjuangkan nasib mereka. Didirikannya sekolah untuk wanita oleh para misionaris pada tahun 1895 telah banyak merubah pola pikir kaum wanita Cina. Perubahan kedudukan dan peran kaum wanita Cina bahkan makin besar setelah dikeluarkannya UU Perkawinan pada tahun 1950. Misalnya, Perkawinan yang pada masa dahulu selalu dijodohkan kini sudah berdasarkan pada pilihan sendiri.Dengan demikian terbukti bahwa kebudayaan bangsa Asing terutama bangsa Barat, memiliki peran dan pengaruh yang kuat dalam mempercepat terjadinya perubahan kedudukan dan peran wanita Cina.
Depok: Universitas Indonesia, 1994
S12878
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nita Madona Sulanti
Abstrak :
Song Qingling adalah salah satu tokoh wanita terkemuka di Cina. Sejak remaja ia sudah menaruh minat terhadap masalah-masa_lah yang dihadapi Cina, oleh karena itulah ketika ia membaca ar_tikel tentang Sun Zhongshan (Sun Yatsen) dan perjuangannya,Song sangat berkeinginan membantu. Akhirnya Song berhasil menjadi se_kretaris Sun dan kemudian menikah dengannya. Setelah menikah, Song tidak hanya berperan sebagai isteri bagi Sun, akan tetapi juga teman bertukar pikiran dan rekan sekerja yang baik. Sayangnya pernikahan Song Qingling tidak mendapat restu dari ayahnya, sehingga ia terkucil dari keluarga besar Song. Dalam keadaan terjepit, Jiang Jieshi (Chiang Kaishek) me_nikah dengan adik Song Qingling, sejak itulah hubungan Song Qing_ling dengan keluarganya menjadi benar-benar terputus. Song sangat benci pada Jiang karena Jiang kontra PKC dan berhasil menarik ke_luarga Song ke pihaknya. Pengkhianatan Jiang terhadap Sanda Zheng ce (Tiga Kebijaksanaan Utama) yang dibuat oleh Sun Yatsen membuat Song makin memusuhi Jiang. Dalam situasi seperti itu, Song Qingling dirangkul oleh pihak komunis yang juga memusuhi Jiang Jieshi. Pertentangan Jiang-Song mencapai puncaknya dengan pengunduran di_ri Song dari Partai Nasionalis Cina yang didirikan oleh suaminya. Semenj.ak itu Song memihak kiri dan menjadi seorang komunis.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S13094
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Evira Tri Noverni
Abstrak :
Pendidikan bagi wanita Cina pada umumnya masih rendah. Hal ini disebabkan adanya perbedaan perlakuan antara laki-laki dan wanita. Sejak dikeluarkannya peraturan agar wanita diperbolehkan masuk dalam sekolah-sekolah formal pada tahun 1907 semakin banyak wanita yang memperoleh pendidikan. Dengan demikian inereka dapat berpartisipasi dalam membangun negaranya, meskipun pendidikan formal yang mereka peroleh masih tetap terbatas.
Depok: Universitas Indonesia, 1991
S12953
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Elsa Silvana Fransisca
Abstrak :
Skripsi ini memaparkan tentang pakaian wanita Cina secara umum dan berfokus pada satu pakaian wanita Cina, yakni q¨ªp¨¢o (yang juga dikenal dengan nama cheongsam) secara khusus. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memaparkan fungsi dan makna q¨ªp¨¢o dan apakah q¨ªp¨¢o dapat menunjukka identitas kecinaan seorang wanita Cina. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptifanalisis dan studi pustaka dengan penggunaan buku-buku referensi maupun artikel dalam jurnal ilmiah. Berdasarkan metode penelitian yang dipakai serta data-data yang didapat, maka dapat disimpulkan bahwa q¨ªp¨¢o atau cheongsam adalah pakaian yang tercipta pada masa masyarakat Cina tradisional yang berkembang dan masih menunjukkan keberadaannya hingga masa modern. Walaupun dalam perkembangannya q¨ªp¨¢o telah menyerap unsur (mode) Barat, q¨ªp¨¢o tetap mempertahankan unsur khas Cina yang dimilikinya. Sehingga dapat dikatakan, q¨ªp¨¢o adalah satu-satunya pakaian wanita tradisional Cina yang tetap ada hingga saat ini, yang tetap dapat merepresentasikan budaya Cina dan identitas kecinaan.
This thesis analyses Chinese women's dress in general and focuses on one Chinese women's dress, Q¨ªp¨¢o (Æì ÅÛ) (which also known as cheongsam) in particular. The objective of this thesis is to explain the function and meaning of q¨ªp¨¢o and also whether q¨ªp¨¢o can show the Chinese identity of a Chinese woman. The method used in this research is the descriptive-analytical method and literature study using references from books, articles, and scientific journals. Based on the analysis, it can be concluded that q¨ªp¨¢o is the dress that was created in China¡¯s traditional era and still exist in the modern time. Even though in its development q¨ªp¨¢o has absorbed Western fashion, q¨ªp¨¢o still retain its signature Chinese elements. In the end, q¨ªp¨¢o is the only Chinese women¡¯s traditional dress that still exists until now while able to represents the Chinese culture and Chinese women's identity.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S12942
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Seda, Francisia Saveria Sika Ery
Abstrak :
Artikel ini membahas hubungan-hubungan sosial antar berbagai kelompok ras di Medan pada zaman penjajahan Belanda di awal abad ini. Pembahasan ini berdasarkan pandangan seorang wanita Cina dari golongan elit yang bernama Queeny Chang melalui bukunya "Memories of a Nyonya". Untuk golongan elit, hubungan antar ras di medan pada waktu itu cukup banyak frekuensi interaksinya (Belanda, Cina, Melayu). Golongan Belanda yang paling berkuasa adalah kelompok acuan (reference group) bagi golongan-golongan ras lainnya, dan mereka berusaha keras untuk meniru gaya hidup golongan tersebut. Akan tetapi interaksi sosial antarberbagai kelompok ras di kalangan elit ini sangat berbeda dengan kelas-kelas sosial lainnya, yang justru hidup dalam keadaan segregasi.
1992
J-Pdf
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Sri Murtiningtyastuti
Abstrak :
ABSTRAK
Mengingat jumlah pertambahan penduduk Cina yang semakin meningkat, yang menjadikannya sebagai negara yang paling padat penduduknya di dunia, dan karena munculnya kekhawatiran pemerintah akan pengaruhnya terhadap politik dan ekonomi negara, maka dengan sekuat tenaga mereka memerangi jumlah pertambahan penduduknya itu. Meskipun KB pernah didengungkan pada tahun 1952, Baru tahun 1979 hal tersebut diperkeras dengan mengkampanyekan Satu Keluarga Satu Anak (yige hai zhihao). Untuk itu pemerintah pun membentuk pasukan yang diperintahkan untuk bergerak ke setiap pelosok. Di desa-desa, pasukan tersebut menuntut masyarakat untuk menggunakan berbagai alat kontrasepsi dan bahkan dengan cara memaksa mereka meminta para wanita yang sedang mengandung anak kedua atau anak selanjutnya untuk melakukan pengguguran. Imbalan atau tunjangan akan diberikan kepada siapa yang sudi melakukannya. Dari adanya kebijaksanaan ini timbul pula banyak dampak tersendiri di dalam masyarakat. Diantaranya adalah dengan, melakukan pembunuhan terhadap bayi-bayi mereka dan yang terutama adalah bayi perempuan, demi memiliki bayi lagi yang laki-laki. Perbuatan seperti itu adalah karena masih adanya tuntutan dalam masyarakat Cina untuk memiliki anak laki-laki. Akan tetapi sejauh itu pemerintah RRC menganggapnya sebagai sesuatu yang legal dan bagi para pelakunya pun tidak akan dituntut tindakan apapun.
1989
S12716
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library