Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Defitra Nanda Sasmita
"Latar belakang. Prediktor mortalitas dapat digunakan untuk menganalisis perjalanan suatu penyakit dan memandu strategi penanggulangan penyakit, termasuk alokasi sumber daya. Skor SOFA merupakan salah satu prediktor yang menganalisis disfungsi organ, namun telah sering digunakan untuk pasien kritis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan skor SOFA dengan mortalitas 28 hari akibat COVID-19 yang dirawat di ICU.
Metode. Studi ini dilakukan terhadap pasien probable dan confirmed case COVID-19 yang dirawat di ICU RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan RSUI dari Maret hingga Juni 2020. Data demografis, karakteristik klinis, dan temuan laboratorium dalam 24 jam pertama di ICU digunakan untuk menghitung skor SOFA, dibandingkan dengan luaran 28 hari (hidup atau meninggal). Data diambil dari rekam medis. Kesahihan dinilai menggunakan Area Under Curve, Hosmer Lemeshow goodness of fit dan regresi logistik bivariat. Titik potong optimal ditentukan secara statistik.
Hasil. Didapatkan 100 subjek yang dianalisis dengan angka mortalitas 28 hari akibat COVID-19 pada periode Maret hingga Juni 2020 sebesar 40%. Skor SOFA menunjukkan diskriminasi kuat terhadap mortalitas dengan AUC 0,839 (IK95% 0,76 - 0,92). Kemampuan kalibrasi menggunakan uji Hosmer-Lemeshow menunjukkan nilai p = 0,592, sehingga skor SOFA dianggap sesuai untuk memprediksi mortalitas 28 hari akibat COVID-19. Titik potong optimal dari skor SOFA adalah 6 dengan sensitivitas 80% dan spesifisitas 73%. Parameter kardiovaskular dan respirasi menjadi yang paling dominan dalam memprediksi mortalitas akibat COVID-19 di ICU.
Simpulan. Sistem skor SOFA memiliki hubungan dengan mortalitas 28 hari akibat COVID-19 yang dirawat di ICU dan terbukti sahih sebagai prediktor mortalitas.

Background. Mortality predictor can be used to analyze the natural history of a disease and guide the strategy of disease management, including health resources allocation. SOFA score is one of the predictors used to analyze organ dysfunction. However, SOFA score is often used for critically ill patients. This research aims to analyze the correlation between SOFA score and 28 days mortality caused by COVID-19 in the ICU.
Methods. Subject of this study is critically ill COVID-19 patients with the categories of ‘probable’ and ‘confirmed’ cases in the ICU. Demographic data, clinical characteristics, and laboratorium findings in the first 24 hours in ICU are used to count the SOFA score, which is then compared to the outcome in 28 days (alive or deceased). The data is taken from medical records. Validity is measured using Area Under Curve, Hosmer Lemeshow goodness of fit, and bivariate regression logistic. Optimal cut-off point is determined statistically.
Results. The mortality rate of COVID-19 in our study between March until June 2020 is 40%. SOFA score demonstrates strong discrimination towards mortality with AUC 0,78 (CI95% 0,67 - 0,89) and good calibration by using Hosmer- Lemeshow with p = 0,592. Optimal cut-off point of SOFA score is 6 with sensitivity 80% and specificity 73%.
Conclusion. SOFA score has correlation with 28 days mortality due to COVID-19 in ICU, and it was valid to be used as a predictor of mortality.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiska Irma
"Akatisia adalah efek samping pengobatan antipsikotik yang ditandai dengan kegelisahan subjektif dan dapat terlihat secara objektif. Efek samping ini mengganggu dan paling sering ditemukan. Prince Henry Hospital Akathisia Rating Scale merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk mendeteksi akatisia. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional yang meneliti kesahihan dan keandalan instrumen Prince Henry Hospital Akathisia Rating Scale versi Bahasa Indonesia dalam mendeteksi akatasia pada pasien skizofrenia. Hasil penelitian menunjukan bahwa instrumen Prince Henry Hospital Akathisia Rating Scale versi bahasa Indonesia yang diuji dalam penelitian ini telah terbukti kesahihan dan keandalannya untuk mendeteksi akatisia pada pasien skizofrenia di Indonesia.

Akathisia is a side effect of antipsychotic treatment that is characterized by subjective restlessness feeling and can be observed objectively. Akathisia is a distressing side effect and the most common found. Prince Henry Hospital Akathisia Rating Scale is an instrument that is used to detect akathisia. This research is a cross sectional study that evaluate the validity and reliability of the Indonesian version of the instrument on detecting akathisia at Indonesian schizophrenic patients. The result shows that the Indonesian version of the instrument which had been evaluated in this study is valid and reliable to be applied in Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T31433
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Ekawati
"Gangguan komunikasi pada anak dengan palsi serebral dapat meliputi gangguan pada proses berbicara dan berbahasa baik ekspresif maupun reseptif. Gangguan fungsi komunikasi berpengaruh secara bermakna terhadap kualitas hidup anak dengan palsi serebral terutama dalam domain aktivitas sehari-hari dan partisipasi dalam hubungan sosial. Sistem penilaian fungsi komunikasi pada anak dengan palsi serebral sangat diperlukan untuk mendapatkan data dasar fungsi komunikasi anak. Communication Function Classification System (CFCS) merupakan instrumen yang dipakai untuk mengelompokkan fungsi komunikasi anak dengan palsi serebral. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kesahihan dan keandalan instrumen CFCS yang diadaptasi dan diterjemahkan dalam budaya dan bahasa Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan di poliklinik Departemen Rehabilitasi Medik divisi Pediatri RSCM dari 1 Oktober 2021 hingga 28 Februari 2022. Metode yang digunakan adalah desain potong lintang dengan sampel berjumlah 42 orang. Uji kesahian menggunakan validitas isi. Data diolah dengan uji keandalan inter-rater menggunakan koefisien Kappa dan test-retest menggunakan Intraclass Correlation Coefficient (ICC). Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien Kappa antara rater dokter dengan terapi wicara adalah 0,643 (baik), nilai antara rater dokter dengan pelaku rawat adalah 0,385 (lemah) dan nilai antara rater terapi wicara dengan pelaku rawat adalah 0,333 (lemah). Nilai ICC pada rater dokter adalah 1,000, rater terapis wicara adalah 0.973 dan pada rater pelaku rawat adalah 0,937. Berdasarkan hasil dari proses translasi, adaptasi bahasa, uji keandalan inter rater dan test retest maka dapat disimpulkan CFCS versi bahasa Indonesia merupakan instrumen yang sahih dan memiliki keandalan yang baik antara rater dokter dan terapi wicara untuk digunakan sebagai alat klasifikasi fungsi komunikasi penderita palsi serebral di Indonesia.

Communication disorders in children with cerebral palsy can include disturbances in speech and language processes, both expressive and receptive. Impaired communication function significantly affects quality of life of children with cerebral palsy, especially in the domain of daily activities and participation in social relationships. The communication function classification system in children with cerebral palsy is needed to obtain basic data on children's communication functions. The Communication Function Classification System (CFCS) is an instrument used to classify the communication functions of children with cerebral palsy. This study aims to test the validity and reliability of the CFCS instrument adapted and translated into Indonesian culture and language. This research was conducted at the Polyclinic of Department of Medical Rehabilitation in Pediatrics Division of RSCM from October 1, 2021 to February 28, 2022. The method used was a cross-sectional design with a sample of 42 subjects. Validity test using content validity. The data was processed by inter-rater reliability test using Kappa coefficient and test-retest using Intraclass Correlation Coefficient (ICC). The results showed that the Kappa coefficient between raters of doctors and speech therapy was 0.643 (good), the value between raters of doctors and caregivers was 0.385 (weak) and the value between raters of speech therapy and caregivers was 0.333 (weak). The ICC value for the doctor rater is 1,000, the speech therapist rater is 0.973 and the caregivers rater is 0.937. Based on the translation process, language adaptation, inter rater reliability test and test retest, it can be concluded that the Indonesian version of the CFCS is a valid instrument and has good reliability between rater doctors and speech therapy to be used as a means of classifying the communication function of patients with cerebral palsy in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riri Prima Yolanda
"[ABSTRAK
Latar Belakang: Ketrampilan menghisap dan koordinasi antara menghisap, menelan dan bernafas belum adekuat belum adekuat pada neonatur prematur. Neonatal Oral-Motor Assessment Scale (NOMAS) adalah alat ukur yang telah sahih dan andal dalam menilai oromotor skill pada neonatus prematur. Penelitian ini ingin menguji validitas isi dan reliabilitas interrater dan test-retest yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
Metode : Desain penelitian ini adalah uji validasi, terdiri dari 16 subjek yang diambil berdasarkan kriteria penerimaan; neonatus prematur, kondisi umum stabil dan diizinkan oleh orang tua dengan mengisi informed consent. Data berupa video saat menyusu diawali dari saat pertama bertemu peneliti hingga usia koreksi 40 minggu. Oromotor skill dinilai dengan NOMAS yang telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Validitas isi dilakukan dengan proses non-statistik; keandalan intrarater dinilai dengan uji Cohen?s Kappa dan Inter Class Correlation, keandalan interrater dengan uji Cronbach Alpha dan Inter Class Correlation.
Hasil : Dari 16 neonatus didapatkan usia gestasi 32-35 minggu dan BBLR 93,75%. Secara isi NOMAS berbahasa Indonesia telah dinyatakan sesuai dengan NOMAS berbahasa Inggris. Keandalan intrarater bernilai baik hingga sempurna (K= 0,6-1,00 dan ICC= 0,4-1,00). Uji keandalan interrater bernilai rendah hingga hampir sempurna (Cronbach?s Alpha = 0,18-0,84 dan ICC= 0,05- 0,80).
Kesimpulan : NOMAS berbahasa Indonesia mempunyai validitas isi dan reliabilitas yang baik untuk digunakan sebagai alat ukur oromotor skill pada neonatus prematur. Sebaiknya mengikuti pelatihan NOMAS agar lebih mengusai penggunaan alat ukur ini.

ABSTRACT
Background : Sucking skills and the coordination between sucking, swallowing and breathing are inadequate on premature neonates. Neonatal Oral-Motor Assessment Scale (NOMAS) is a measuring instrument that is both valid and reliable in assessing oromotor skills in premature neonates. The study aims to test the content validity and interrater reliability and test-retest reliability of NOMAS translated to Bahasa Indonesia which has never been done before.
Methods : This study is a validation test, consisting of 16 subjects who were taken using the inclusion criteria; premature neonates, in stable general condition and allowed by their parents to participate in the study by filling out an informed consent. Data was collected in the form of a video taken during feeding, starting from the first meeting with the researcher until 40 weeks corrected age. Oromotor skills was assessed using NOMAS which has been translated into Bahasa Indonesia. Content validity was performed using non-statistical process; intrarater reliability was assessed using Cohen's Kappa test and Inter Class Correlation, and interrater reliability using Cronbach Alpha test and Inter Class Correlation.
Results : Of the 16 neonates, a mean gestation age of 32-35 weeks and low birth weight incidence of 93.75% was found. The content of NOMAS in Bahasa Indonesia has been declared in accordance with NOMAS in English. Intrarater reliability was good to perfect (K= 0,6-1,00 and ICC= 0,4-1,00). Interrater reliability was low to almost perfect (Cronbach?s Alpha = 0,18-0,84 and ICC= 0,05- 0,80)
Conclusion : NOMAS in Bahasa Indoensia has good content validity and reliability and can be used as a measuring tool for oromotor skills in premature neonates. NOMAS training is adviced to master the use of this measure., Background : Sucking skills and the coordination between sucking, swallowing and breathing are inadequate on premature neonates. Neonatal Oral-Motor Assessment Scale (NOMAS) is a measuring instrument that is both valid and reliable in assessing oromotor skills in premature neonates. The study aims to test the content validity and interrater reliability and test-retest reliability of NOMAS translated to Bahasa Indonesia which has never been done before.
Methods : This study is a validation test, consisting of 16 subjects who were taken using the inclusion criteria; premature neonates, in stable general condition and allowed by their parents to participate in the study by filling out an informed consent. Data was collected in the form of a video taken during feeding, starting from the first meeting with the researcher until 40 weeks corrected age. Oromotor skills was assessed using NOMAS which has been translated into Bahasa Indonesia. Content validity was performed using non-statistical process; intrarater reliability was assessed using Cohen's Kappa test and Inter Class Correlation, and interrater reliability using Cronbach Alpha test and Inter Class Correlation.
Results : Of the 16 neonates, a mean gestation age of 32-35 weeks and low birth weight incidence of 93.75% was found. The content of NOMAS in Bahasa Indonesia has been declared in accordance with NOMAS in English. Intrarater reliability was good to perfect (K= 0,6-1,00 and ICC= 0,4-1,00). Interrater reliability was low to almost perfect (Cronbach’s Alpha = 0,18-0,84 and ICC= 0,05- 0,80)
Conclusion : NOMAS in Bahasa Indoensia has good content validity and reliability and can be used as a measuring tool for oromotor skills in premature neonates. NOMAS training is adviced to master the use of this measure.]"
2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dosmaria
"Tesis ini membahas tentang  kesahihan dan keandalan dari kuesioner Shoulder Pain and Disability Index versi  bahasa Indonesia pada subjek dengan nyeri bahu. Penelitian ini didahului dengan menerjemahkan dan mengadaptasi transkultural menggunakan metode ISPOR dengan persetujuan dari penyusun kuesioner asli. SPADI bahasa Indonesia diaplikasikan pada 127 subjek yang berusia lebih dari 18 tahun dengan nyeri bahu dengan diagnosis bervariasi. Subjek mengisi SPADI bahasa Indonesia pada kunjungan pertama dan melakukan pengisian SPADI ulang dalam rentang waktu 2-7 hari setelah kunjungan pertama untuk reliabilitas test-retest. Penelitian ini menghasilkan adaptasi transkultural untuk SPADI Indonesia dengan beberapa adaptasi yang telah disetujui oleh penyusun asli. Shoulder Pain and Disability Index versi Indonesia dengan konsitensi internal yang baik (Chronbach α = 0,947), uji keandalan test-retest ( Intraclass Coefficient Correlation = 0,975) dan uji kesahihan konstruksi ( r = 0,93). Dari hasil penelitian ini disimpulkan Shoulder Pain and Disability Index versi bahasa Indonesia merupakan pengukuran yang sahih dan andal untuk subjek dengan nyeri bahu.

This study aim to evaluate the reliability and validity of Indonesian Shoulder Pain And Disability Index questionairre among  subjects with shoulder pain. The first step was translation and transcultural adaptation using ISPOR method with permission from author of SPADI. The Indonesian version was applied to 127 patients with shoulder pain with variety of diagnosis, aged over 18 years old. Subjects completed Indonesian SPADI in the first visit and reevaluated within  2- 7 days after first visit for test-retest reliability. The result of this study is some adaptations in several items of questionnaire that has been approved by original author. The result showed that the Indonesian Shoulder Pain and Disability Index has good internal consistency ( Chronbach α = 0,947), test-retest reliability (ICC = 0,975) and construct validity (r = 0,93).  This study concluded that the Indonesian version of the Shoulder Pain and Disability Index is a reliable and valid measure when adiministered to patients with shoulder pain.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Rozanti Basyar
"Disfagia merupakan ketidakmampuan menelan dengan cara yang aman dan efisien, yang dihasilkan dari berbagai kondisi medis. Identifikasi awal gangguan menelan sangat penting untuk dilakukan karena dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti dehidrasi, malnutrisi, dan pneumonia aspirasi. Gugging Swallowing Screen (GUSS) merupakan suatu alat uji penapisan disfagia yang menggunakan 3 konsistensi berbeda untuk ditelan (semisolid, cair dan padat). Instrumen ini memungkinkan penilaian bertahap dari kemampuan menelan, memprediksi tingkat keparahan disfagia, dan memungkinkan rekomendasi tekstur diet. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kesahihan dan keandalan instrumen GUSS yang diadaptasi dan diterjemahkan kedalam budaya dan bahasa Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan di poliklinik Departemen Rehabilitasi Medik RSCM dari 1 Oktober 2021 hingga 31 Desember 2021. Metode yang digunakan adalah desain potong lintang dengan sampel berjumlah 47 orang. Uji kesahihan konstruk dinilai dengan menghitung nilai r hitung pada corrected item total correlation yang berkisar antara 0,502-0,913 dengan rerata 0.783. Nilai keandalan GUSS didapatkan dari uji konsistensi internal, uji test-retest, serta inter-rater. Nilai konsistensi internal koefisien Cronbach’s α keseluruhan 0,939, sedangkan nilai masing-masing subtes 0,939 pada tes menelan tidak langsung, 0,793 tes menelan langsung. Uji test-retest dengan waktu minimum dari 1 uji ke uji berikutnya adalah 2 jam, didapatkan nilai intraclass correlation coefficient (ICC) 0,939 (95% confidence interval 0,910 – 0,962). Perhitungan uji statistik Kappa antar dua pemeriksa berdasarkan total item didapatkan nilai koefisien к=0,789 (p<0,001). Berdasarkan proses translasi, adaptasi bahasa, uji kesahihan dan keandalan maka dapat disimpulkan GUSS versi bahasa Indonesia merupakan instrumen yang sahih dan memiliki keandalan yang baik antara rater untuk digunakan sebagai alat uji penapisan tingkat keparahan disfagia di Indonesia.

Dysphagia is the inability to swallow safely and efficiently, resulting from various medical pathologies. Early identification of swallowing disorders is very important because it can cause complications such as dehydration, malnutrition, and aspiration pneumonia. Gugging Swallowing Screen (GUSS) is a dysphagia screening tool that uses 3 different consistencies to be swallowed (semisolid, liquid and solid). This instrument allows a stepwise assessment of swallowing ability, predicts the severity of dysphagia, and allows recommendations for dietary texture. This study aims to examine the validity and reliability of the GUSS instrument which was adapted and translated into Indonesian culture and language using the WHO guideline. This research was conducted at the RSCM Medical Rehabilitation Department Polyclinic from 1 October 2021 to 31 December 2021. The method used was a cross-sectional design with a sample of 47 people. The validity test was assessed by calculating the value of corrected item total correlation 0.783(95% confidence interval 0.502-0.913). The reliability test of GUSS is obtained from internal consistency, test-retest, and inter-rater tests. The overall internal consistency value of Cronbach's α coefficient is 0.939, while the value of each subtest is 0.939 on the indirect swallowing test, 0.793 on the direct swallowing test. Test-retest test with a minimum time from 1 test to the next test is 2 hours, obtained an intraclass correlation coefficient (ICC) value of 0.939 (95% confidence interval 0.910 – 0.962). Calculation of the Kappa statistical test between two examiners based on total items obtained a coefficient value of к=0.789 (p<0.001). Based on the translation process, language adaptation, validity, and reliability tests, it can be concluded that the Indonesian version of the GUSS is a valid instrument and has good reliability among raters to be used as a screening test tool for the severity of dysphagia in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yaldiera Utami
"Latar Belakang. Depresi pasca SKA memiliki prevalensi sebesar 20-37 , yaitu sekitar tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan pada populasi umum. Pasien pasca SKA yang mengalami depresi dalam waktu 2 tahun pertama memiliki risiko mortalitas sebesar 2.5 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang tidak mengalami depresi. Meskipun prevalensinya cukup tinggi, namun kondisi ini seringkali tidak terdeteksi sehingga sulit untuk ditatalaksana. Kuesioner CDS telah terbukti andal dan sahih untuk mendeteksi depresi pasca SKA di beberapa negara, namun belum ada penelitian yang menguji keandalan dan kesahihan kuesioner tersebut di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji keandalan dan kesahihan kuesioner CDS berbahasa Indonesia sebagai alat ukur untuk mendeteksi depresi pasca SKA di Indonesia. Metode. Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap adaptasi lintas bahasa dan budaya serta tahap uji keandalan dan kesahihan. Subjek penelitian terdiri atas pasien rawat jalan pasca SKA yang berobat di Polikilinik Kardiologi PJT RSCM pada bulan Juli-September 2017. Uji keandalan dilakukan dengan menilai Intraclass Correlation Coefficient ICC melalui metode test-retest dan menilai Cronbach-alpha untuk mengetahui konsistensi internal. Uji kesahihan dilakukan dengan menilai kesahihan konstruksi melalui multitrait multimethod analysis dan kesahihan eksternal dengan cara membandingkan CDS dengan kuesioner BDI-II sebagai alat ukur standar untuk menilai depresi. Hasil. Penelitian ini diikuti oleh 56 subjek dengan rerata usia 58.39 8.38 tahun. Sebagian besar subjek berjenis kelamin laki-laki 64.3 dan sudah menikah 80.4 . Uji keandalan memberikan hasil yang baik, terbukti dengan nilai ICC r 0.944; p

Background. Prevalence of post Acute Coronary Syndrome ACS depression reached 20 37 which is three times higher than in general population. Depressed post ACS patients have 2.5 times higher risk of mortality within 2 years after ACS compared with non depressed patients. Despite the high prevalence, this condition often go unrecognized and untreated. Cardiac Depression Scale CDS has been demonstrated to be valid and reliable in detecting post ACS depression in other countries. However it has not been validated in Indonesian population. This study was designed to evaluate the validity and reliability of Indonesian version CDS as a screening tool for post ACS depression in Indonesia. Method. A cross sectional study was conducted in two phases a the language and cultural adaptation phase and b the validity and reliability test. The study participants were recruited from post ACS outpatients attending Cardiology Clinic in PJT RSCM between July September 2017. Reliability of the CDS was evaluated by calculating Intraclass Correlation Coefficient ICC using test retest method and by calculating Cronbach alpha to determine internal consistency.Validity of the CDS was evaluated by examining construct validity using multitrait multimethod analysis and by comparing CDS with BDI II as gold standard measurement to determine external validity. Result. Fifty six patients were included in this study. The mean age was 58.39 8.38 years. Of these patients, 64.3 were male and 80.4 were married. Indonesian CDS demonstrated good result for test retest reliability r 0.944 p"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library