Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurul Rusdayanti
"Urbanisasi berdampak pada perubahan bentang alam menjadi lahan terbangun yang memicu perubahan kondisi iklim mikro. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi luas vegetasi, struktur dan komposisi vegetasi, mengetahui kondisi iklim mikro dan tingkat kenyamanan termal masyarakat melalui pendekatan Temperature Humidity Index, serta menganalisis persepsi masyarakat dan merekomendasikan konsep kenyamanan lingkungan dalam pengembangan vegetasi. Metode yang digunakan adalah metode campuran yaitu gabungan antara metode kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan luas lahan vegetasi di Kota Palembang sebesar 15.197 Ha dan Indeks Nilai Penting tertinggi ada pada tanaman Havea brasilliensis, Swietenia mahagoni, Terminalia mantaly dan Pterocarpus indicus. Suhu udara didominasi pada kategori panas sedangkan kelembaban udara hampir merata untuk setiap kategori. Persepsi masyarakat menilai kenyamanan termal didominasi nyaman namun kecukupan vegetasi dinilai belum cukup untuk mendukung aktivitas masyarakat. Konsep kenyamanan lingkungan menegaskan dibutuhkan pengembangan vegetasi dengan pohon berdaya serap karbon tinggi, akar dan batang kuat, estetika menarik, dan menjadi pakan bagi makhluk hidup lain.

Urbanization has an impact on changing landscapes to developed land which triggers changes in micro-climatic conditions. This study aims to evaluate the area of vegetation, structure and composition of vegetation, determine microclimate conditions and the level of thermal comfort and recommend the concept of environmental comfort in vegetation development. The method is combination of quantitative and qualitative methods. The results showed that the land area for vegetation in Palembang City was 15,197 hectares with the important species are Havea brasilliensis, Swietenia mahagoni, Terminalia mantaly and Pterocarpus indicus. The air temperature is dominated by the hot category while the humidity is almost evenly distributed for each category. The public perception assesses that thermal comfort is dominated by comfortable, but the adequacy of vegetation is considered insufficient to support community activities. The concept of environmental comfort emphasizes the need for the development of vegetation with trees with high carbon absorption, strong roots and stems, attractive aesthetics, and as food for other organism."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rambitan, Mutiara Selvia
"Pembangunan di kota-kota besar menyebabkan perubahan iklim global yang disebabkan oleh kenaikan suhu udara. Ruang terbuka hijau kota yang ditata dengan tepat akan meningkatkan kualitas atmosfer kota, penyegaran udara, menurunkan suhu udara dan polusi, serta meredam kebisingan. Dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang, sebuah kota harus memiliki RTH sebesar 30 persen dari total luas kota. Salah satu wilayah di DKI Jakarta yang masih memiliki banyak RTH adalah Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh ketersediaan RTH terhadap iklim mikro serta menganalisis pola spasial kenyamanan termal di Kecamatan Pasar Rebo. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data suhu udara dan kelembapan udara yang diukur langsung di lapangan, citra SPOT 6 dan citra Landsat 8 yang direkam pada Mei 2018 di wilayah DKI Jakarta. Metode yang digunakan adalah metode spasial Normalized Difference Vegetation Index, Land Surface Temperature, dan interpolasi Inverse Distance Weighted. Uji statistik yaitu uji korelasi Pearson Product Moment dan uji regresi linier sederhana digunakan untuk menilai seberapa besar pengaruh ketersediaan ruang terbuka hijau terhadap iklim mikro. Hasil menunjukan bahwa RTH memiliki pengaruh yang signifikan terhadap iklim mikro di Kecamatan Pasar Rebo. Bentuk RTH yang memiliki pengaruh yang besar terhadap iklim mikro adalah hutan kota. Sebagian besar wilayah di Kecamatan Pasar Rebo masih termasuk tidak nyaman dalam indeks kenyamanan termal. Hanya wilayah di sekitar Hutan Kota Cijantung yang memiliki status kenyamanan termal yang nyaman.

Development in big cities causes global climate change caused by rising air temperatures. The citys green open space that is properly arranged will improve the quality of the citys atmosphere, refresh the air, reduce air temperature and pollution, and reduce noise. In Law of the Republic of Indonesia No. 26 of 2007 concerning Spatial Planning, a city should have green open space covering 30% of the total area. One area in DKI Jakarta that still has some existing green open space located in Pasar Rebo District, East Jakarta. This research aims to analyze the effect of green space availability on microclimate and analyze the spatial patterns of thermal comfort in Pasar Rebo District. The data used are air temperature and air humidity measured directly in the study field, SPOT 6 imagery and Landsat 8 imagery of Jakarta City recorded in May 2018. The spatial methods used are Normalized Difference Vegetation Index, Land Surface Temperature, and Inverse Distance Weighted interpolation methods. Pearson Product Moment correlation test and simple linear regression test are used to assess how much influence the green open space availability on the microclimate. The results shows that green open space has a significant influence on microclimate in Pasar Rebo District. Green space type that has a big influence on microclimate is urban forest. Most areas in Pasar Rebo are still uncomfortable in terms of thermal comfort. Only the area around Hutan Kota Cijantung has a comfortable status in thermal comfort."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library