Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Nur Endah Wahyuningsih
Abstrak :
ABSTRAK
Ampas tahu di Indonesia cukup besar untuk dimanfaatkan, yaitu 6.387,188 ton pada tahun 1982. Salah satu cara memanfaatkan ampas tahu menjadi bahan pangan adalah dengan cara fermentasi. Mikroorganisrae yang berperan adalah kapang dari genus Rhizopus dan Neurospora. Pada pembuatan tempe gembus dengan campuran bekatul, sejauh ini belum diketahui manfaat terhadap nilai gizinya; mengingat bekatul merupakan sumber thiamin akan tetapi Rhizopus membutuhkan thiamin untuk pertumbuhannya. Analisis thiamin dalam tempe gembus ini dilakukan dengan memberikan enzim taka diastase dan larutan para-amino-asetofenon.

Selama proses fermentasi, pola kenaikan dan penurunan thiamin pada tempe gembus campuran bekatul 0% dan 5% sama, yaitu kadar thiamin naik sampai inkubasi 24 jam, kemudian turun pada inkubasi 30 jam dan naik lagi pada 48 jam inkubasi, Uji Tukey pada .kedua campuran bekatul ini, untuk tempe dengan waktu inkubasi 24 dan 30 jam tidak berbeda nyata. Hasil itu adalah: 1353,1895∂ (0%bekatul, 24 jam), 1249,834 3∂ (0% bekatul, 30 jam), 1098,227 ∂ (5% bekatul, 24 jam), dan 865,396∂ (5% bekatul, 30 jam). Pada tempe campuran bekatul 10% polanya berbeda, yaitu terjadi penurunan pada inkubasi 24 jam, kemudian naik pada 30 jam dan 48 jam inkubasi. Uji Tukey antara tempe inkubasi 24 jam (1141,648∂) berbeda nyata dengan tempe inkubasi 30 jam (1363,461 ∂).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1985
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I. A. Rivai Bakti
Abstrak :
Penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi ragi tempe terhadap kandungan inositol dan tanin biji lamtoro gung (Leucaena leucocephala) yang difermentasi telah dilakukan untuk menentukan konsentrasi ragi tempe yang terbaik. Penelitian ini menggunakan rancang acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dosis ragi tempe masing-masing 0 %, 5 %, 10 %, dan 15 %. Tiap perlakuan diulang empat kali. Data dianalisis dengan analisis varians. Perbedaan nyata diuji dengan uji beda nyata terkecil. Kandungan tanin dianalisis dengan metoda Lowenthal-Procter. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap parameter yang diukur. Kandungan inositol tertinggi dengan tanin terendah diperoleh pada perlakuan dengan menggunakan ragi tempe dengan dosis 15 % dan waktu fermentasi 96 jam yaitu sebesar 0,2631 %. (Med J Indones 2003; 12: 236-42)
The research was done to define the effect of tempe yeast concentration on inositol and tannin contents of fermented lamtoro gung seeds (Leucaena leucocephala). This is a research with completely randomized design using four doses of tempe yeast, i.e. 0 %, 5 %, 10 %, and 15 %. Each treatment was replicated 4 times. The resulted data were analyzed by analysis of variance and the significant differences were tested by least significantly difference test. Tannin was analyzed by Lowenthal-Procter method. The result of the research showed that the treatment had significant effects (P<0.05) on the parameter measured. The highest inositol with lowest tannin contents were found by using 15 % tempe yeast and duration of fermentation 96 hours, that is 0.2631 %. (Med J Indones 2003; 12: 236-42)
2003
MJIN-12-4-OctDec2003-236
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
David Adiprakoso
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk menghasilkan pupuk organik cair dan tepung pakan ayam dari pengolahan limbah pembuatan tempe. Pembuatan pupuk cair dari limbah hasil perebusan kedelai menggunakan bioaktivator EM4 untuk tanaman sedangkan untuk pembuatan pakan ayam menggunakan bioaktivator EM4 untuk peternakan sebagai sumber mikroba fermentasi. Pada penelitian ini akan dilakukan optimasi dengan memvariasikan perbandingan konsentrasi bioaktivator, serta lama fermentasi untuk mencari kandungan karbon organik pada pupuk cair dan protein pada pakan ayam yang memenuhi standard. Parameter lain dalam standard kemudian juga diuji pada produk akhir hasil optimasi. Pada pembuatan pupuk didapat nilai paling optimum dan telah memenuhi persyaratan teknis minimal pupuk organik cair adalah pada pemberian EM4 sebanyak 20 % dari total campuran dan waktu fermentasi 5 hari. Pada pembuatan pakan, kandungan protein optimum didapat dari fermentasi menggunakan EM4 sebesar 10 % dari larutan dengan lama fermentasi 14 hari. Campuran limbah padat terfermentasi dengan voer 511 mampu memenuhi syarat minimum protein dengan waktu fermentasi 7 hari.
ABSTRACT
The purpose of this study is to produce liquid organic fertilizer and chicken feed wheat from tempe manufacture waste. Liquid fertilizer was made from soybeansboiling water using EM4 bioactivator for plants and the chicken feed was made using EM4 bioactivator for livestock as a source of microbial fermentation. In this study, optimization performed by varying the bioactivator concentration ratio and the length of fermentation duration to find the organic carbon content in liquid fertilizers and protein in chicken feed that meets the standard. Other parameters in the standar also tested in the final product optimization results. In the manufacture of fertilizers obtained the optimum value and has met the minimum technical requirements of liquid organic fertilizer is the provision of EM4 as much as 20% of the total mixture and 5 days of fermentation. In the manufacture of feed, the optimum protein content obtained from the fermentation using EM4 of 10% of the solution with 14 days of fermentation. Mixture of solid waste fermented with a 511 voer was able to meet the minimum requirement of protein with 7 days of fermentation.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43792
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Surbakti, Suriani Br
Abstrak :
SUMMARY
This research was carried out to study the diversity of Rhizopus in Irian Jaya. Tempe samples were collected from regions in Irian Jaya. The aim of this research was to Isolate and Identify Rhizopus spp. from traditionally made tempe, to make usar from the Rhizopus sp. isolates, and to produce tempe from the chosen usar.

Isolation was done using direct plating method. Nineteen Rhizopus spp. isolates have been isolated from soybean tempe collected from several regions in Irian Jaya. Examination of their morphological characteristics, growth temperature, and spore ornamentation, showed that eighteen isolates belong to the Rh. microsporus group: two isolates were Rh. microsporus var. oligosporus, sixteen isolates were Rh. microsporus var. chinensis. One isolate was Rh. oryzae.

The isolates were examined for their ability to produce usar. Out of the nineteen isolates that were tested, only seven produced good usar (inoculum): six isolates from Rh. microsporus var. chinensis, and one of Rh. oryzae. The amount of spores before and after inoculum production were determined by Total Plate Count (TPC) method. The average of viable spores from all isolates before the inoculum production was ((2.5-3.2)x14' cetllmly, and after the inoculum production was ((1.2-1.8)x104 celllg). The usars (Inocula) from seven Isolates were examined to produce tempe. The Rh. oryzae inoculum produced better tempe than the Rh. microsporus var. chinensis Inoculum based on colour, texture, aroma and shelf-life.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juweni
Abstrak :
Tujuan: Mengetahui pengaruh suplementasi formula tempo terhadap kadar malondialdehida dan F2-Isoprostan serum pada penderita ipedcolesterolemia. Tempat: P.T. National Gobel, Jakarta. Bahan dan cara: Penelitian eksperimental pada dua kelompok. Kelompok perlakuan dan kontrol masing-masing 17 subyek yang telah memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan diberikan formula tempo (100 gram) per oral, sekali sehari selama 42 hari. Data yang dikumpulkan meliputi data rasio demografi, data nutrisi, data antropometri, data laboratorium, yaitu: malondialdehida (MDA) dan F2-Isoprostan serum. Hasil : Nilai median MDA serum kelompok perlakuan lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol yaitu 0,88 (0,44 - 3,04) nmol/mL vs 1,07(0,39 - 2,02) nmol/mL. Narnun uji statistik terhadap perbedaan ini tidak bermakna. Nilai median F2 Isoprostan serum kelompok perlakuan 793,0 (100,9 - 6316,25) pg/mL lebih tinggi dibandingkan nilai median kelompok kontrol 391,75 (100,9 - 10172,5) pg/mL dengan analisis staliatik tidak berbeda bermakna. Pada kelompok perlakuan subyek perokok didapatkan korelasi kuat antara kadar MDA dan F2-lsoprostan serum, sedangkan pada kelompok kontrol tidak didapatkan korelasi bermakna. Keshnpulan: Pengaruh suplementasi formula tempe yang mengandung isofavon terhadap penurunan kadar MDA dan F2-Isoprostan serum belum dapat dibuktikan walaupun terlihat kecenderungan penurunan rentangan kadar MDA serum setelah suplementasi formula tempe selama 42 hari. ...... Objective: To identify the effect of tempe formulae supplementation on the level of serum malondialdehide and F2-Isoprostane of the hypercholesterolemic subjects. Place: P .T. National Gabel, Jakarta. Materials and methods: An experimental study of two groups was carried out 17 subject's of treatment and control group fulfilled the criteria of the selection. The subjects were given 100 gram of tempe formulae orally, once a day for 42 days. The data collected were socio-demographic, nutritional, anthropometric and laboratory data such as: malondialdehide (MDA) and F2- Isoprostane. Results: The median value of the serum MDA for the treatment group lower than the control group 0,88(0,44 - 3,04) nmol/mL vs 1,07(0,39 - 2,02) nmol/mL although statistical tests concerning this difference are not significance. The median value of serum F2-Isoprostane was 793,0 (100,9 - 6316,25) pg/mL for the treatment group higher compared to median value of 391,75 (100,9 - 10172,5) pg/mL for the control group. According to statistical analysis this difference was not significant. Subjetcs in the treatment group who were smokers showed a strong correlation between the level of MDA and F2-Isoprostane, whereas the control group did not show any significant correlation. Conclusion: The effect of tempe formulae supplementation containing isoflavon on lowering the level of serum MDA and F2-lsoprostane have not been proven, although a tendency towards a decrease in the level of serum MDA was observed after 42 days supplementation of tempe formulae.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000
T3401
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiq Wisnu Priambodo
Abstrak :
ABSTRAK
Tempe selain memiliki nilai nutrisi yang tinggi ternyata juga mengandung senyawa antimikroba. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti aktivitas antimikroba dari Rhizopus arrhizus UICC 6 dan Rh. ollgosporus UICC 116 yang ditumbuhkan pada medium ekstrak kedelam dan juga medium Kobayasi yang digunakan sebagal medium pembanding. Fermentasi berlangsung selama 10 dan 14 han, pada suhu 30°C dengan metode still culture. Uji aktivitas antimikroba dilakukan dengan metode difusi agar, terhadap bakteri teruji. Bacillus subtilis UICC B 10, Escherichia co/i UICC B 14, dan Pseudomonas aeruginosa UICC B 22. Has1 penelitian menunjukkan bahwa kedua kapang uji yang ditumbuhkan dalam medium Kobayasi memiliki aktivitas antimikroba yang Iebih balk dibandingkan dengan aktivitas antimikroba dalam medium ekstrak kedelal. Senyawa antimikroba kedua kapang uji yang ditumbuhkan dalam medium Kobayasi menunjukkan aktivitas yang tinggi pada hari ke 10 dan menurun pada hari ke 14. Sebaliknya, pada medium ekstrak kedelal aktivitas antimikroba yang tinggi justru diperoleh pada hari ke 14 fermentasi. Hasil penehtian juga menunjukkan bahwa senyawa antimikroba dan Rh. arrhizus UICC 6 aktif terhadap bakteni teruji Gram negatif. Sedangkan senyawa antimikroba dari Rh. oligosporus UICC 116 aktif terhadap bakteni teruji Gram positif pada hari ke 14.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Savitri Widya Wardhani
Abstrak :
ABSTRAK
Indonesia memiliki keanekaragaman mikroorganisme yang tinggi, termasuk kapang tempe, yaitu Rhizopus. Salah satunya adalah Rh. microsporus V. Tiegh. var. rhizopodiformis (Cohn) Schipper & Stalpers. Agar dapat dimanfaatkan lebih lanjut dalam bidang industri, maka perlu diteliti sifat-sifat biologi kapang tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji beberapa sifat biologi Rhizopus microsporus var. rhizopodiformis isolat UICC no. 6, 13 dan 33 yang meliputi: suhu pertumbuhan optimum; morfologi secara makroskopik dan mikroskopik; pembentukan zigospora; pH pertumbuhan optimum; dan uji kualitatif aktivitas amilolitik, lipolitik dan proteolitik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rh. micro.sporus var. rhizopodiformis memiliki suhu pertumbuhan optimum berkisar antara 330 36°C pada medium PDA dan TEA; secara makroskopik dan mikroskopik ketiga isolat tidak memperlihatkan perbedaan bentuk morfologi baik pada medium PDA dan TEA; serta mampu membentuk zigospora dan memiliki tipe kawin (+). Isolat UICC no. 6 & 13 pada medium PDB dan TEB mempunyai pH pertumbuhan optimum yang berkisar antara antara 5,0-6,0, sedangkan isolat UICC no. 33 berkisar antara 4,0-5,0 pada medium PDB dan TEB. Ketiga isotat UICC tersebut bersifat amilolitik, lipolitik dan proteolitik.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laura Ratih
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S48997
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyoweni Widanarko
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan kinerja sistim pengolahan limbah industri tahu/tempe dan penerapannya di lapangan untuk laporan pertama tahun ke satu sampai pada tahap identifikasi limbah serta pengujian modul proses. Industri tahu tempe di DKI tersebar di lima wilayah dengan jumlah industri terbanyak di Jakarta Timur. Karakteristik limbah yang ada menunjukkan sifat organik dengan BOD = 4200-4400 mg/I, COD = 7300-8000 mg/I, kekeruhan 380 satuan NTU. Unsur-unsur kimiawi umumnya dominan dengan beberapa logam terlarut seperti calsium magnesium, besi, mangan, dan seng. Pengujian terhadap modul yang merupakan inti dari proses aerob dalam sistim pengolahan dilakukan pada Aerated Submerged Fixed Film Bioreactor (ASSF Bioreactor). Uji kerja beban 3 kg COD/m3 dengan waktu tinggal 24 jam dari reaktor menunjukkan penyisihan zat karbon organik rata-rata 74,8 %, pengurangan suspended solid 30 - 33 %, amoniak 30 - 33 % serta phosphate 41 - 44 %. Untuk Fluidized Bed dengan beban olah lebih rendah yaitu 1 kg COD/m3 serta waktu tinggal lebih pendek yaitu 20 - 30 menit menghasilkan penyisihan rata-rata 69,8 % dalam COD. Kedua unit memerlukan waktu seeding 2 minggu untuk mencapai steady state. Waktu yang diperlukan dalam penelitian Upflow Anaerobic Sludge Blanket (UASB) lebih lama 6 minggu dibandingkan steady state yang diperlukan pada ASFF ataupun Fluidized Bed; hal ini dikarenakan beban olahnya lebih tinggi (mencapai 7000 mg/l) serta waktu tinggal dalam reaktor 24 jam
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>