Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
Mujahidah Arinil Haq
"Risiko perilaku kekerasan merupakan keadaan seseorang atau perilaku yang pernah berperilaku mengikuti emosi dan tindakan yang dapat membahayakan fisik, baik terhadap dirinya sendiri, orang lain di sekitarnya, atau lingkungan. Angka kejadian berisiko terhadap perilaku buruk terhadap tinggi. Penulisan ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan laporan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan melalui penerapan terapi relaksasi nafas dalam. Tindakan yang dilakukan kepada klien adalah mengajarkan teknik mengontrol marah secara non-farmakologis yaitu teknik relaksasi tarik napas dalam dengan penetapan durasi waktu 20 menit pada setiap intervensi selama enam hari. Evaluasi tanda dan gejala perilaku kekerasan dilakukan dengan menggunakan instrumen tanda dan gejala perilaku kekerasan. Selain itu, kemampuan klien dalam mengontrol risiko perilaku kekerasan juga diukur sebelum dan setelah dilakukan intervensi selama 10 hari menggunakan lembar kemampuan mengontrol risiko perilaku kekerasan. Hasil yang didapatkan skor tanda dan gejala perilaku kekerasan cenderung selalu menurun setiap hari. Berdasarkan hasil tersebut penulis merekomendasikan penerapan terapi relaksasi tarik nafas dalam dengan durasi waktu 20 menit dapat diterapkan pada asuhan keperawatan jiwa sebagai terapi harian yang efektif membantu pasien yang mengalami diagnosis keperawatan risiko perilaku kekerasan. Kata kunci : Risiko perilaku kekerasan, Tanda dan gejala, Tarik Napas Dalam
The risk of violent behavior is a person's condition or behavior that has behaved according to emotions and actions that can harm physically, either to himself, others around him, or the environment. The incidence of risk for bad behavior is high. This writing was made with the aim of providing a report on nursing care in patients at risk of violent behavior through the application of deep breathing relaxation therapy. The action taken to the client is to teach non-pharmacological anger control techniques, namely deep breathing relaxation techniques with a duration of 20 minutes for each intervention for six days. Evaluation of signs and symptoms of violent behavior is carried out using the instrument of signs and symptoms of violent behavior. In addition, the client's ability to control the risk of violent behavior was also measured before and after the intervention for 10 days using the ability to control the risk of violent behavior sheet. The results obtained that the scores for signs and symptoms of violent behavior tend to decrease every day. Based on these results the authors recommend the application of deep breathing relaxation therapy with a duration of 20 minutes can be applied to psychiatric nursing care as an effective daily therapy to help patients who experience a nursing diagnosis of risk of violent behavior. Keywords: Deep Breathing, Risk of violent behvior, Signs and symptoms"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Nadia Yuli Pertiwi
"Penerapan Latihan Fisik Tarik Napas Dalam Dan Teknik Pukul Bantal Pada Klien Risiko Perilaku Kekerasan di Ruang Sadewa Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor Early psychosis merupakan kondisi seseorang yang baru mengalami psikosis yang ditandai dengan mendengar suara-suara, mempercayai hal-hal yang tidak dapat dipercaya serta mengalami perubahan perilaku dan emosi. Salah satu perubahan dalam perilaku dan emosi yaitu perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan adalah tindakan mencederai diri sendiri, orang lain, ataupun lingkungan. Karya ilmiah ini melaporkan analisis masalah dan intervensi dari penerapan latihan fisik pada klien dengan risiko perilaku kekerasan. Tindakan keperawatan yang dilakukan dan paling efektif digunakan oleh klien yaitu latihan fisik. Latihan fisik yang dilakukan berupa tarik nafas dalam dan teknik pukul bantal. Tujuan dari latihan fisik yaitu klien mampu menyalurkan energi dari emosi yang dirasakan dengan cara yang tepat. Metode yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah analisa kasus. Evaluasi akhir dari asuhan keperawatan yang diberikan menunjukkan adanya penurunan tanda dan gejala dari risiko perilaku kekerasan.
Application of Physical Exercise by Deep-Breathing Excercise and Pillow Hit Techniques on Clients with Risk of Violent Behavior in Marzoeki Mahdi Hospital Early psychosis is a persons mental state characterized by hearing voices, behavioral and emotional changes, and trusting things that can not be trusted. One of the signs and symptoms of early psychosis is emotional change. Emotional changes include violent behavior. Violent behavior is the behavior of individuals in the form of acts of self-harm, others, and the environment. This research reporting analytical problems and application of physical excercise for patients with risk of violent behaviour. The most effective nursing interventions that used by patient is physical excercise. Physical excercise consists of deep breathing excercise and pillow-hit technique. The purpose of physical excercise is that the client is able to channel energy of anger in the right way. The method used in this work is case analysis. Final evaluation from nursing care shows a decrease in signs and symptoms of the risk of violent behavior. early psychosis, risk of violent behavior, deep-breathing excercise, pillow-hit techniques."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Yenni Malkis
"Pasien post-stroke dipersiapkan menjalani fase rehabilitasi untuk memperoleh kualitas hidup yang baik. Namun masih banyak pasien yang mengalami fatigue dan ini mempengaruhi proses rehabilitasi. Salah satu peran perawat adalah meningkatkan derajat kesehatan dengan cara mempertahankan perilaku adaptif pada pasien, sehingga dibutuhkan sebuah intervensi keperawaatan dalam menurunkan fatigue. Kombinasi intervensi tarik napas dalam dan progressive muscle relaxation (PMR) merupakan salah satu intervensi mandiri keperawatan yang murah dan mudah diterapkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kombinasi intervensi tarik napas dalam dan PMR terhadap fatigue pada pasien post-stroke. Desain penelitian menggunakan quasi eksperimen pre-post test without control. Sampel dalam penelitian ini berjumah 42 pasien post-stroke dengan teknik pengambilan sampel consecutive sampling. Analisis data menggunakan uji independent t-test dan menunjukkan penurunan tingkat keparahan fatigue yang bermakna pada kelompok intervensi 2 setelah diberikan kombinasi intervensi tarik napas dalam dan PMR (p value < 0,05). Penelitian ini merekomendasikan kombinasi intervensi tarik napas dalam dan PMR sebagai bentuk intervensi rehabilitatif di unit pelayanan neurorestorasi sebagai aktivitas yang dapat menstimulasi penurunan tingkat keparahan fatiguepada pasien post-stroke dengan stroke murni pada fase rehabilitasi lebih dari 14 hari tanpa underlying disease.
Post-stroke patients are prepared to undergo a rehabilitation phase to obtain a good quality of life. But there are still many patients who experience fatigue, and this affects the rehabilitation process. One of the roles of nurses is to improve health status by maintaining adaptive behavior in patients so that nursing interventions are needed to reduce fatigue. The combination of deep breathing and progressive muscle relaxation (PMR) interventions is an independent nursing intervention that is cheap and easy to implement. The purpose of this study was to determine the effect of a combination of deep breathing and PMR interventions on fatigue in post-stroke patients. The research design uses a quasi-experimental pre-post test without control. The sample in this study was 42 post-stroke patients using the consecutive sampling technique. An independent t-test was used to analyze the data, which revealed a significant reduction in the severity of fatigue in the intervention group 2 after receiving a combination of deep breathing and PMR intervention, with a p value of 0.001 (p value 0.05). This study recommends a combination of deep breathing and PMR intervention as a form of rehabilitative intervention in the neurorestoration service unit as an activity that can stimulate a decrease in the severity of fatigue in post-stroke patients with pure stroke in the rehabilitation phase of more than 14 days without underlying disease."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Dedi Sukandar
"Masalah psikologis yang terbanyak dirasakan oleh perawat saat pandemi Covid-19 adalah ansietas. Ansietas yang dialami oleh perawat dampak dari pandemi Covid-19 yaitu ansietas ringan, ansietas sedang, dan ansietas berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi tarik napas dalam, hipnosis lima jari dan Progressive Muscle Relaxation (PMR) terhadap penurunan kecemasan perawat pada masa pandemi Covid-19 di RSUD Leuwiliang Kabupaten Bogor. Desain penelitian ini menggunakan quasi eksperimental pre test-post test with control group. Sampel penelitian 64 responden perawat, 32 orang responden sebagai kelompok intervensi yang mendapatkan terapi tarik napas dalam, hipnosis lima jari, dan Progressive Muscle Relaxation (PMR) dan 32 orang responden kelompok kontrol yang mendapatkan terapi tarik napas dalam dan hipnosis lima jari. Kriteria inklusi yaitu perawat pelaksana, bersedia menjadi responden dan menandatangani surat persetujuan, tidak sedang cutiatau libur, skor ansietas ≥ 14. Alat ukur yang digunakan kuisioner HRS-A. Analisis data menggunakan uji T. Hasil penelitian ditemukan adanya penurunan kecemasan perawat yang mendapatkan terapi tarik napas dalam, hipnosis lima jari, dan Progressive Muscle Relaxation (PMR) lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang mendapatkan terapi tarik napas dalam dan hipnosis lima jari (p value < 0,05). Terapi tarik napas dalam, hipnosis lima jari, dan Progressive Muscle Relaxation (PMR) direkomendasikan untuk terapi keperawatan dalam mengatasi ansietas baik pada pasien atau perawat, dan dapat dijadikan sebagai evidence based dalam membandingkan keefektifan sebagai terapi yang dapat diberikan pada klien ansietas
The most psychological problem felt by nurses during the Covid-19 pandemic was anxiety. The anxiety experienced by nurses as a result of the Covid-19 pandemic is mild anxiety, moderate anxiety, and severe anxiety. This study aims to determine the effect of giving deep breathing therapy, five finger hypnosis and Progressive Muscle Relaxation (PMR) on reducing nurse anxiety during the Covid-19 pandemic at Leuwiliang Hospital, Bogor Regency. The design of this study used a quasi-experimental pre-test-post-test with control group. The research sample was 64 nurse respondents, 32 respondents as an intervention group who received deep breathing therapy, five finger hypnosis, and Progressive Muscle Relaxation (PMR) and 32 control group respondents who received deep breathing therapy and five finger hypnosis. The inclusion criteria were implementing nurses, willing to be respondents and signing a letter of agreement, not on leave or vacation, anxiety score 14. The measuring instrument used was the HRS-A questionnaire. Data analysis using T test. The results of the study found that the decrease in anxiety of nurses who received deep breathing therapy, five-finger hypnosis, and Progressive Muscle Relaxation (PMR) was greater than the group who received deep-breathing therapy and five-finger hypnosis (p value <0.05). Deep breathing therapy, five finger hypnosis, and Progressive Muscle Relaxation (PMR) are recommended for nursing therapy in overcoming anxiety in both patients and nurses, and can be used as evidence based in comparing the effectiveness of therapy that can be given to anxiety clients. Deep breathing therapy, five finger hypnosis, and Progressive Muscle Relaxation (PMR) are recommended for nursing therapy in overcoming anxiety."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Amatus Yudi Ismanto
"Karya Ilmiah Akhir ini merupakan gambaran pelaksanaan kegiatan praktik keperawatan ners spesialis anak selaman 2 semester. Karya Ilmiah Akhir ini memfokuskan pada aplikasi Model Adaptasi Roy pada anak paska bedah dengan gangguan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman. Permasalahan yang muncul pada anak dengan gangguan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah nyeri yang dialami anak karena tindakan pembedahan. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh ners spesialis anak berfokus pada proses adaptasi anak terhadap masalah nyeri dengan menggunakan Model Adaptasi Roy. Pada kelima kasus kelolaan pasien anak paska bedah dengan gangguan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman, setelah diberikan asuhan keperawatan didapatkan hasil kelima pasien kelolaan masalah rasa nyaman yang dialami anak paska bedah berkurang dan terkontrol. Selanjutnya berdasarkan hasil kegiatan tersebut, residen merekomendasikan bahwa dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada anak diharapkan mampu menerapkan prinsip atraumatic care dan family centered care. Sebagai pembaharu, residen menjalankan atraumatic care dengan melakukan pendidikan kesehatan sebelum operasi dan desain ruang tindakan sesuai dengan karakteristik anak.
This scientific assignment is a description about implementation of pediatric nurse specialist during practiced in two semesters. It's application of Roy's Adaptation Model on nursing care of children post surgery with comfort problem. The comfort problem on children post surgery is perceived pain related to surgery. Nursing process focused on children adaptation. There are five cases children post surgery with comfort problem, after implementation of nursing process, children pain controlled. Further, as a result this activity, resident give a recommendation to pediatric nursing services to application atraumatic care principle. As a change agent, resident application atraumatic care with implementation health education before surgery and setting intervention room like children characteristic."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Fitrian Rayasari
"Gangguan sistem endokrin yang terbanyak dipelayanan kesehatan adalah pada kasus Diabetes Mellitus (DM) dan DM tipe 2 presentasenya mencapai 95%. Pada perkembangnnya gula darah yang tidak terkontrol akan menimbulkan berbagai komplikasi, baik pada mikrovaskuler maupun makrovaskuler. Pencegahan dan penanganan komplikasi DM, dilakukan oleh multidisiplin keilmuan yang dilakukan secara terpadu. Peran perawat spesialis medikal bedah pada kekhususan endokrin diharapkan mampu melakukan asuhan keperawatan secara holistik hingga pasien DM mampu beradaptasi dengan penyakitnya dan mampu mengontrol gula darahnya. Model Adaptasi Roy,dapat digunakan sebagai landasan perawat melakukan asuhan yang komprehensif dengan mengurangi stimulus yang ada dan meningkatkan koping individu sehingga tercapai perilaku yang adaptif. Melalui penerapan praktek keperawatan berbasis pembuktian (evidence based practice), pengkajian kaki diabetik dilakukan untuk pencegahan terjadinya komplikasi ulkus kaki diabetik. Pada peran perawat sebagai innovator pengkajian kaki dapat digunakan sebagai salah satu standar pengkajian keperawatan pada pasien DM, sehingga tercapai peningkatan asuhan keperawatan khususnya pada pasien dengan DM.
Endocrine System Disorder mostly occurs in health service on Diabetes Mellitus, especially the DM Type-2, in which the percentage reach 95%. Furthermore, uncontrolled blood sugar causes several micro vascular or macro vascular complications. The DM prevention and treatment should be done by means of integrated multi-discipline efforts. It is expected that medical surgical nurses who are majoring in endocrine will be able to conduct a holistic nursing so that the DM patients are able to adapt to his illness and control his blood sugar. Roy Adaptation Model is applied as the basis for the nurses to conduct comprehensive care by reducing existing stimulus and increasing individual coping in order to generate adaptive behaviors. Through the application of evidence-based practice, diabetic foot research is conducted to prevent diabetic foot ulcers complication. In the nurse's role as an innovator, foot assessment can be utilized as a standard for nursing assessment on DM patient and, therefore, increasing nursing treatment for them."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Diah Sukaesti
"[Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang dialami individu dan dipersepsikan disebabkan oleh orang lain. Ketidakmampuan mengungkapkan perasaan yang dirasakan oleh klien dapat membuat klien marah. Risiko perilaku kekerasan merupakan respon destruktif individu terhadap stressor. Tujuan penulisan karya Ilmiah ini menjelaskan manajemen asuhan keperawatan spesialis jiwa pada klien dengan isolasi sosial dan risiko perilaku kekerasan dengan menggunakan Hubungan Interpersonal Peplau dan Stuart. Intervensi diberikan pada 69 klien dengan isolasi sosial dan risiko perilaku kekerasan. Dengan menggunakan terapi Social Skil training, Asertiveness Training, Cognitif Behovior Therapy. Hasil didapatkan penurunan tanda dan gejala secara kognitif afektif, fisiologis, perilaku, sosial dan peningkatan kemampuan klien dan keluarga. Rekomendasi penelitian ini adalah klien dengan isolasi sosial dilakukan terapi Social skill training, klien dengan risiko peilaku kekerasan dberikan terapi spesialis cognitive behavior therapy dan assertiveness training dengan mengguakan pendekatan hubungan Interpersonal Peplau dan Stuart
Social isolation is the condition of being alone as experienced by individual and perceived as caused by others. Inability to express client’s feeling can stimuli anger. Violent risk behavior is considered as a destructive response of individual towards stressor. The purpose of this scientific paper was to explain the mental healthpsychiatric nursing care management to clients with social isolation and violent risk behavior using Peplau’s Interpersonal Relationship and Stuart’s Adaptation Theory. Nursing intervention was conducted to 69 social isolated and violent risk behaviors clients were social skill training, assertiveness training, and cognitive behavior therapy. The effect of therapies showed the decreased of sign and symptom at all aspects of cognitive, affective, physiological, behavior, social and improvement of client and family ability. It’s recommended that social skill training applied to client with social isolation, while cognitive behavior therapy and assertiveness training provided to client with violent risk behavior utilizing Peplau’s Interpersonal Relationship and Stuart’s Adaptation Theory as an approach. , Social isolation is the condition of being alone as experienced by individual and perceived as caused by others. Inability to express client’s feeling can stimuli anger. Violent risk behavior is considered as a destructive response of individual towards stressor. The purpose of this scientific paper was to explain the mental healthpsychiatric nursing care management to clients with social isolation and violent risk behavior using Peplau’s Interpersonal Relationship and Stuart’s Adaptation Theory. Nursing intervention was conducted to 69 social isolated and violent risk behaviors clients were social skill training, assertiveness training, and cognitive behavior therapy. The effect of therapies showed the decreased of sign and symptom at all aspects of cognitive, affective, physiological, behavior, social and improvement of client and family ability. It’s recommended that social skill training applied to client with social isolation, while cognitive behavior therapy and assertiveness training provided to client with violent risk behavior utilizing Peplau’s Interpersonal Relationship and Stuart’s Adaptation Theory as an approach. ]"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Mustika Sajida Maharani
"Perilaku kekerasan merupakan salah satu penyebab utama pasien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa. Perilaku kekerasan merupakan perilaku individu yang berupa tindakan mencederai diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Analisis dilakukan pada pengelolaan klien di Ruang Arimbi Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Klien diberikan intervensi teknik relaksasi napas dalam selama 6 kali interaksi. Implementasi pada klien dilakukan pada 29 April 2022 – 6 Mei 2022. Tujuan penulisan ini untuk melihat penerapan teknik relaksasi napas dalam bagi klien skizofrenia dengan masalah keperawatan risiko perilaku kekerasan. Klien merasa tenang dan mudah fokus saat diberikan intervensi relaksasi napas dalam selama 10 menit dengan jeda 2 menit. Penerapan intervensi generalis teknik relaksasi napas dalam menunjukkan penurunan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan pada klien skizofrenia. Klien juga mengalami peningkatan kemampuan mengontrol risiko perilaku kekerasan. Intervensi relaksasi tarik napas dalam 10 menit dengan jeda 2 menit penting untuk dilakukan, dan diharapkan supaya dapat diterapkan di Rumah Sakit Jiwa sebagai salah satu intervensi dalam mengatasi Risiko Perilaku Kekerasan.
Violent behavior is one of the main causes of patients being taken to mental hospitals. Violent behavior is individual behavior that harms oneself, others, and the environment. This analysis was carried out on client management in the Arimbi Room, Mental Hospital, Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. The clients were given the intervention of deep breathing relaxation techniques for 6 interactions. The implementation on clients is carried out on April 29, 2022 - May 6, 2022. The purpose of this paper is to see the application of this deep breathing relaxation technique on schizophrenic clients with nursing problems who were at risk of violent behavior. The client felt calm and easy to focus when given a deep breath relaxation intervention for 10 minutes with a pause of 2 minutes. The application of generalist interventions with deep breathing relaxation techniques had shown a reduction in signs and symptoms of risk of violent behavior in schizophrenic clients. The clients also experienced an increased ability to control the risk of violent behavior. This deep breathing relaxation intervention was 10 minutes with 2 minutes rest and this is important to do. It is also hoped that it can be applied in Mental Hospitals as an intervention in overcoming the Risk of Violent Behavior"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library