Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wina Widiarti
Abstrak :
Sepsis merupakan suatu disfungsi organ yang bersifat mengancam jiwa yang disebabkan oleh infeksi, sedangkan syok septik adalah sekumpulan tanda-tanda sepsis dengan resiko mortalitas yang lebih tinggi. Penatalaksanaan pasien bergantung pada pemberian antibiotik empiris yang sesuai untuk mencegah resistensi bakteri terhadap antibiotik yang diberikan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat pola antibiotik yang diberikan kepada pasien sepsis dan menilai kesesuaian penggunaan antibiotik pada pasien sepsis di Instalasi Gawat Darurat RSUP Fatmawati periode Oktober-Desember 2016. Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional dan bersifat deskriptif secara retrospektif dengan mengevaluasi catatan rekam medis dari 99 pasien sepsis. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik total sampling. Hasil analisis pada 99 pasien sepsis, didapatkan jumlah penderita laki-laki lebih tinggi daripada perempuan, yaitu sebesar 56.57 dan paling banyak diderita oleh pasien lansia akhir >55-65 tahun sebesar 34.34. Kriteria pasien sepsis didapatkan bahwa pasien sepsis sebesar 73.74 dan syok septik sebesar 26.26. Antibiotik tunggal yang paling sering digunakan adalah seftriakson, sedangkan antibiotik yang paling sering dikombinasi adalah levofloksasin seftriakson. Penggunaan antibiotik yang memenuhi kriteria tepat pasien sebanyak 49.49 , tepat indikasi sebanyak 70.71 , dan tepat dosis sebanyak 34.34. ...... Sepsis is defined as life threatening organ dysfunction caused by infection, whereas septic shock is a subset of sepsis in which substantially increase mortality. The management of the patient depends on treating septic patient especially with appropriate empirical antibiotics to prevent bacterial resistance. The purpose of this study was to perceive of the antibiotic prescription patterns given to sepsis patients and assess the accuracy of antibiotic usage in sepsis patients in the Emergency Department of Fatmawati Central General Hospital October to December 2016 period. The design of this study was cross sectional and this sudy was descriptive with retrospective data collection by evaluated medical records from 99 patients. This sudy used the total sampling technique. Based on analysis of 99 sepsis patients, the number of men was higher than women, which was 56.57 and the most suffered by the elderly 55 65 years old patients was 34.34. This study showed that sepsis patients were 73.74 and septic shock were 26.26. The single most antibiotic commonly used was ceftriaxone and the most combined antibiotic was levofloxacin ceftriaxone. The administration of antibiotics which patient 39 s properly criteria was 49.49 , appropriate indication was 70.71 , and appropriate dosage was 34.34.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68062
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Ratih Priyantiningsih
Abstrak :
Sepsis merupakan kondisi yang sulit untuk didiagnosis. Definisi sepsis berdasarkan International Consensus Conference on Pediatric Sepsis 2005 terlalu sensitif dan tidak spesifik. Akibatnya sering terjadi underdiagnosed/overdiagnosis terhadap sepsis. Sampai saat ini tidak ada data tentang karakteristik pasien sepsis, kepatuhan diagnosis berdasarkan konsensus yang disepakati, dan luaran sepsis pasien di PICU. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik sepsis di PICU RS dr. Cipto Mangunkusumo. Metode penelitian ini adalah deskriptif retrospektif dari data rekam medis pasien sepsis di PICU periode Januari 2012 sampai April 2016. Didapatkan 85 pasien yang didiagnosis dokter dengan sepsis, 7 pasien diantaranya tidak memenuhi kriteria konsensus. Hanya 1 pasien yang didiagnosis sepsis berat oleh dokter, sedangkan berdasarkan konsensus didapatkan 66 pasien sepsis berat. Infeksi respiratorik adalah penyakit primer penyebab sepsis di PICU (51,3%). Angka kejadian sepsis berat di PICU sebesar 85% dan syok septik 70%. Klebsiella pneumonia kuman gram negatif terbanyak penyebab sepsis (22%). Angka kematian sepsis sebesar 29%, pada sepsis berat 32% dan meningkat pada syok septik 37%. Penelitian ini menunjukkan kepatuhan diagnosis sepsis oleh dokter berdasarkan konsensus masih kurang. Diagnosis sepsis pasien di PICU berdasarkan kadar prokalsitonin yang meningkat. ...... Sepsis is a condition that is difficult to diagnose. Definition of sepsis based on the International Consensus Conference on Pediatric Sepsis 2005 is too sensitive and not specific. As a result underdiagnosed/overdiagnosis often occurs in sepsis. Until now there are no data on the characteristics of sepsis patients, compliance to diagnosis based on consensus, and the outcome of sepsis patients in PICU. The aim of this study is to determine the characteristic features of sepsis in PICU of dr. Cipto Mangunkusumo hospital. The methods is descriptive retrospective study from medical records of sepsis patients in PICU from January 2012 until April 2016. There were 85 patients diagnosed with sepsis by physicians, 7 of them did not meet the criteria of consensus. Only one severe sepsis patients diagnosed by a doctor, but based on the consensus, there are 66 patients with severe sepsis. Respiratory infections are the primary cause of sepsis (51.3%). The incidence of severe sepsis in PICU is 85% and of septic shock is 70%. Klebsiella pneumonia, Gram negative bacteria, is the most common cause of sepsis (22%). Sepsis mortality rate is 29%, severe sepsis is 32% and increased in septic shock by 37%. This study describes compliance of diagnosis of sepsis by doctor based on consensus is still lacking. The diagnosis of sepsis patients in PICU based on increased levels of procalcitonin.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vanda Nur Azizah
Abstrak :
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Salah satu penyebab perburukan dan kematian pada pasien dengan tuberkulosis paru adalah adanya sepsis. Sepsis merupakan disfungsi organ mengancam nyawa yang disebabkan oleh disregulasi respon host terhadap infeksi. Syok sepsis akibat tuberkulosis dapat menyebabkan beberapa gejala yang umum pada tuberkulosis, seperti demam dan sesak napas hingga disfungsi multiorgan. Angka kematian yang tinggi dan kesalahan diagnosis sepsis pada tuberkulosis masih umum terjadi. Oleh karena itu, perawat berperan penting dalam pengenalan dini dan perawatan pada pasien dengan sepsis. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk memaparkan hasil praktik mengenai pemberian asuhan keperawatan pada pasien tuberkulosis paru dengan sepsis. Analisis asuhan keperawatan dilakukan pada pasien laki-laki berusia 49 tahun yang mengalami tuberkulosis paru disertai dengan sepsis di ruang rawat inap. Masalah keperawatan yang dapat diangkat pada kasus pasien dengan sepsis, antara lain bersihan jalan napas tidak efektif, ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, dan risiko syok. Penerapan intervensi pada karya ilmiah ini khususnya berfokus untuk menangani risiko syok dengan menggunakan bundel yang disertai dengan perawatan terperinci pada pasien. Intervensi diberikan selama empat hari kepada pasien. Intervensi yang diterapkan efektif dalam meningkatkan kondisi klinis pasien ketika dilakukan penerapan, namun tidak berdampak signifikan pada peningkatan kondisi klinis pasien secara kumulatif. ......Tuberculosis is an infectious disease caused by the bacteria mycobacterium tuberculosis. One of the causes of deterioration and death in patients with pulmonary tuberculosis is sepsis. Sepsis is a life-threatening organ dysfunction caused by dysregulation of the host response to infection. Septic shock due to tuberculosis can cause several symptoms common to tuberculosis, such as fever and shortness of breath to multiorgan dysfunction. The high mortality rate and misdiagnosis of sepsis in tuberculosis are still common. Therefore, nurses play an important role in early recognition and treatment of patients with sepsis. The aim of writing this scientific work is to present practical results regarding the provision of nursing care to pulmonary tuberculosis patients with sepsis. Analysis of nursing care was carried out on a 49 year old male patient who experienced pulmonary tuberculosis accompanied by sepsis in the inpatient room. Nursing problems that can be raised in cases of patients with sepsis include ineffective airway clearance, imbalanced nutrition: less than body requirements, and risk of shock. The implementation of interventions in this scientific work specifically focuses on managing the risk of shock using a bundle accompanied by detailed patient care. The intervention was given for four days to the patient. The intervention implemented was effective in improving the patient's clinical condition when implemented, but did not have a significant impact on improving the patient's clinical condition cumulatively.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Romi Akbar
Abstrak :
Latar Belakang: Pasien sakit kritis dengan sepsis biasanya menerima volume cairan yang sangat besar menyebabkan balans cairan positif yang sangat signifikan dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan kardiak output, tekanan darah sistemik, dan perfusi ke ginjal. Kondisi ini juga ternyata berkaitan dengan angka survival yang buruk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah rumatan dini norepinefrin dapat mengurangi pemberian cairan dan mencegah overload pada resusitasi pasien syok septik. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis acak tidak tersamar dengan subjek penelitian adalah pasien dewasa yang masuk di unit perawatan intensif dan instalasi rawat darurat dari Januari- November 2020 yang didiagnosa dengan syok septik. Terdapat dua kelompok perlakuan, kelompok norepinefrin dini dan kelompok resusitasi cairan 30 ml/kgBB. Dilakukan penilaian terhadap rasio albumin kreatinin urin, peningkatan nilai serum kreatinin, rasio PaO2/FiO2, dan tekanan intraabdominal pada saat diagnosa syok septik ditegakkan, 3 jam dan 24 jam setelah perlakuan diberikan. Data diolah dalam menggunakan perangkat SPSS. Hasil: Berdasarkan analisis didapatkan perbedaan yang bermakna untuk semua variabel penelitian pada kelompok perlakuan resusitasi cairan dibandingkan dengan kelompok norepinefrin. Jumlah pemberian cairan pada kelompok norepinefrin dini rata-rata adalah 2198,63 ml, lebih sedikit dibandingkan pada kelompok resusitasi cairan 30 ml/kgBB dengan rata-rata 3999,30 ml, uji Chi Square p = 0,000. Dengan membandingkan hasil pengukuran terhadap nilai pengukuran awal pada kedua kelompok, overload cairan sangat berisiko terjadi pada kelompok resusitasi cairan 30 ml/kgBB. Didapatkan hubungan yang bermakna pada rasio albumin kreatinin urin, peningkatan nilai serum kreatinin, rendahnya rasio PaO2/FiO2 dan peningkatan tekanan intraabdominal dengan pemberian resusitasi cairan 30 ml/kgBB yang menunjukkan risiko terjadi overload cairan (OR 48,273 ; CI 95% = 16,708-139,472, OR = 73,381 ; CI 95% = 19,955-269,849, OR = 12,225 ; CI 95% = 5,290-28,252, dan OR = 32,667 ; CI 95% = 10,490-101,724). Kesimpulan: Pemberian norepinefrin dini dapat mengurangi pemberian cairan dan mencegah overload pada resusitasi pasien syok septik ......Background: Critically ill patients with sepsis usually receive a very large volume of fluids causing a very significant positive fluid balance in an effort to meet the needs of cardiac output, systemic blood pressure, and perfusion to the kidneys. This condition also turns out to be associated with poor survival rates. The aim of this study was to determine whether early maintenance of norepinephrine can reduce fluid administration and prevent overload in the resuscitation of patients with septic shock. Methods: This study is a randomized, non-blind clinical trial with the subject of the study being an adult patient diagnosed with septic shock who were admitted to the intensive care unit and emergency care unit from January to November 2020 who were diagnosed with septic shock. There were two treatment groups, the early norepinephrine group and the 30 ml/kgBW fluid resuscitation group. An assessment of the urinary albumin to creatinine ratio, increased serum creatinine value, PaO2/FiO2 ratio, and intraabdominal pressure at the time of diagnosis of septic shock was established, 3 hours and 24 hours after the treatment was given. The data is processed using the SPSS device. Results: Based on the analysis, it was found that there were significant differences for all study variables in the fluid resuscitation group compared to the norepinephrine group. The amount of fluid administration in the early norepinephrine group averaged 2198.63 ml, less than that in the 30 ml / kgBW fluid resuscitation group with an average of 3999.30 ml, Chi Square test p = 0.000. By comparing the measurement results against the initial measurement values in the two groups, fluid overload was very risky in the 30 ml / kgBW fluid resuscitation group. There is a significant relationship between the urinary albumin to creatinine ratio, the increase in the serum creatinine value, the low PaO2/FiO2 ratio and the increase in intraabdominal pressure with the provision of 30 ml/kgBW fluid resuscitation which indicated the risk of fluid overload (OR 48.273; 95% CI = 16.708-139.472, OR = 73,381; 95% CI = 19,955-269,849, OR = 12,225; 95% CI = 5,290-28,252, and OR = 32,667; 95% CI = 10,490-101,724). Conclusion: Early norepinephrine administration can reduce fluid administration and prevent overload in the resuscitation of patients with septic shock.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Euntong Army
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai pemantauan ketersedian obat syok anafilaktik di setiap poli di puskesmas Kramat Jati. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode non-eksperimental yang dilakukan secara observasional yang bersifat kualitatif dengan cara pengamatan dan wawancara. Hasil penelitian ini menyarankan untuk mengubah waktu pemesanan obat-obat syok anafilaktik menjadi awal tahun agar tidak terjadi kekososngan obat. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan ketersediaan obat-obatan syok anafilaktik di puskesmas sudah sangat baik sesuai dengan formularium nasional serta distribusi obat yang sudah menyeluruh disetiap poli di puskesmas. ...... This study discusses the monitoring of the availability of anaphylactic shock drugs in each poly at the Kramat Jati health center. The method used in this study is a non-experimental method conducted in an observational manner that is qualitative in nature by means of observations and interviews. The results of this study suggest changing the time of ordering anaphylactic shock drugs to the beginning of the year to avoid drug shortages. Based on observations that have been made, the availability of anaphylactic shock drugs at the puskesmas is very good in accordance with the national formulary and the distribution of drugs that have been thoroughly distributed in every poly at the puskesmas.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
M. Tatang Puspajono
Abstrak :
Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan utama di Asia dan Pasifik khususnya Indonesia. Angka kematian sindom syok dengue (SSD) di rumah sakit masih tinggi. Data di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM antara 1 Januari 2003 sampai dengan 30 Juni 2004 didapatkan jumlah kasus DBD yang dirawat sebanyak 263 pasien. Jumlah kasus SSD pada periode tersebut sebesar 31,7% DBD derajat III, diikuti DBD derajat II sebesar 30,7% dan DBD ensefalopati pada DBD derajat 1V sebesar 1%. Salah satu gangguan keseimbangan asam basa adalah asidosis laktat, suatu bentuk asidosis metabolik. Kondisi ini terjadi akibat akumulasi laktat yang disebabkan oleh hipoksia atau iskemia jaringan. Asidosis laktat erat hubungannya dengan akumulasi laktat di dalam cairan ekstraseluler, akibat ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan pemakaian oksigen untuk kebutuhan metabolik. Kadar laktat darah telah banyak dipelajari dan digunakan sebagai petanda biokimia adanya hipoksia jaringan pada keadaan sakit gawat. Asidosis laktat dibuktikan sebagai faktor penyebab umum dan tersering dari berbagai keadaan sakit gawat. Hipoperfusi/hipoksia jaringan menjadi dasar patogenesis dari berbagai kasus asidosis laktat. Pengukuran laktat serial dapat memprediksi kemungkinan timbulnya syok septik dan gagal organ multipel lebih baik dibandingkan pengukuran variabel-variabel transpor oksigen. Beratnya asidosis laktat dapat dilihat dari nilai pH darah, senjang anion, dan kadar laktat darah dengan metode kuantitatif. Pemantauan kadar laktat darah dapat membedakan pasien-pasien yang akan tetap hidup dan pasien yang akan meninggal. Kadar laktat darah juga merupakan indikator yang lebih sensitif untuk daya tahan hidup dibandingkan dengan nilai curah jantung, hantaran oksigen, tumor necrosis factor a (TNF a), dan interleukin-6 (TL-6).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Sari Dewi
Abstrak :
Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dapat meningkatkan laju mortalitas pada pasien sepsis. Sepsis masih manjadi penyebab kematian tersering di ruang perawatan intensif. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi kesesuaian penggunaan antibiotik dengan luaran pasien sepsis, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya di ruang perawatan Intensive Unit Care ICU . Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan metode cross-sectional yang dilakukan pada pasien sepsis di ICU Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta, Indonesia, selama bulan Februari sampai Mei 2017. Data dikumpulkan dari rekam medis pasien. Pasien dewasa dengan sepsis dan syok septik yang menerima antibiotik parenteral dimasukkan ke dalam kriteria inklusi. Pasien berusia kurang dari 18 tahun atau dengan lama rawat di ICU kurang dari 24 jam tidak disertakan dalam penelitian ini. Data dianalisis dengan menggunakan program SPSS Versi 23.0. Subjek penelitian yang diperoleh yaitu sebanyak 60 pasien. Hasil penelitian menemukan sebanyak 115 antibiotik diresepkan untuk pasien ini. Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai berdasarkan pola kuman lokal sebanyak 45,22 . Pasien yang menerima rejimen antibiotik yang tidak sesuai berdasarkan rekomendasi pedoman Survival Sepsis Campaign SSC tahun 2016 yaitu sebanyak 33,33 dan terdapat 51,67 menerima dosis yang tidak sesuai berdasarkan rekomendasi Drug Information Handbook. Analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara ketidaktepatan pemberian dosis antibiotik dengan laju mortalitas p=0,034; p
An inappropriate antibiotic usage can increase the mortality rate in sepsis patients. Sepsis still the most common cause of death in intensive unit care ICU . This study aims to evaluate the appropriateness of antibiotics use and the factors associated with outcome of sepsis patients in ICU. This study was an analityc descriptive study using cross sectional method for sepsis patients in the ICU of Dharmais Cancer Hospital, Jakarta, during February to May 2017. The data is collected from patient rsquo s medical record files. Inclusion criteria is an adult patients with sepsis and septic shock who received parenteral antibiotics. Patients less than 18 years of ages or with lenght of stay in ICU less than 24 hours were excluded. Then, it analyzed using the SPSS Version 23.0 software program. There are 60 patients act as study subjects. As result, 115 antimicrobial was prescribed for these patients. The inappropriate antibiotic usage reached 45,22 , based on local microbial pattern. Among 60 patients, 33.33 received inappropriate types of antibiotics regimens based on Survival Sepsis Campaign SSC guidelines and 51.67 received inappropriate doses based on Drug Information Handbook. Bivariat analysis showed that there was significant correlation between inappropriate doses of antibiotics and mortality p 0.034 p
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T49416
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sophika Umaya
Abstrak :
Latar Belakang: Luka bakar berat dengan komorbid diabetes melitus (DM) secara teoritis dapat mengalami fenomena second hit, rentan terhadap peningkatan respon hipermetabolisme karena efek gabungan luka bakar akut dan patofisiologi DM. Implikasi gabungan efek tersebut meningkatkan morbiditas mortalitas, sehingga dibutuhkan tatalaksana nutrisi adekuat untuk melawan respon hipermetabolik dan hiperkatabolik, yang diharapkan memengaruhi perbaikan kontrol glukosa darah. Metode: Serial kasus ini terdiri atas empat pasien luka bakar berat karena api dengan DM tipe 2 yang dirawat di ICU luka bakar. Tatalaksana nutrisi diberikan dengan nutrisi enteral dini dalam waktu 24 jam pertama, secara bertahap diberikan sesuai kondisi klinis dan toleransi asupan, dengan target kebutuhan energi awal 20-25 kkal/kg BB/hari, protein 1,5-2 g/kg BB/hari, lemak 25-30%, dan karbohidrat 55-60%. Hasil: Pemberian nutrisi pada keempat pasien dapat membantu mempertahankan kadar glukosa darah tidak mengalami peningkatan fluktuasi tajam. Interupsi pemberian nutrisi yang disebabkan berbagai kondisi klinis dan tindakan, menyebabkan target energi dan protein harian sulit tercapai pada keempat pasien. Komplikasi sepsis dan syok sepsis terjadi sehingga pada akhirnya keempat pasien meninggal. Kesimpulan: Luka bakar berat, pengendalian infeksi, obesitas, komorbid DM, variabilitas glikemik, serta tatalaksana nutrisi yang tidak adekuat, dapat meningkatkan morbiditas mortalitas pada pasien ini, karenanya masih menjadi tantangan tim terapi medik gizi.
Background: Severe burns with comorbid diabetes mellitus (DM) can theoretically experience a second hit phenomenon, susceptible to increased hypermetabolic response due to the combined effect of acute burns and DM pathophysiology. The combined implications of these effects increase mortality morbidity, so that adequate management of nutrition is needed to counteract the hypermetabolic and hypercatabolic responses, which are expected to influence improvement in blood glucose control. Method: The cases series consist of four patients with severe burns due to fire with type 2 DM, treated in ICU burns. Nutritional management is given with early enteral nutrition in the first 24 hours, gradually given according to clinical conditions and intake tolerance, with a target of initial energy requirements of 20-25 kcal/kg body weight/day, protein 1.5-2 g/kg body weight/day, 25-30% fat, and carbohydrates 55-60%. Results: Nutrition therapy to all four patients can help maintain blood glucose levels not experiencing sharp fluctuations. Nutritional interruption caused by various clinical conditions and actions, causes daily energy and protein targets difficult to achieve in all four patients. Complications of sepsis and sepsis shock occur and eventually all four patients die. Conclusions: Severe burns, infection control, obesity, comorbid DM, glycemic variability, and inadequate nutritional management, can increase mortality morbidity in these patients, therefore it remains a challenge for the nutritional medical therapy team.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58657
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Epi Sapitri
Abstrak :
Sepsis adalah disfungsi organ yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh respon host yang tidak teratur terhadap infeksi dan menjadi salah satunya penyebab utama kematian di rumah sakit salah satunya di ruang rawat Intensive Care Unit (ICU). Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien sepsis untuk mencegah terjadinya syok adalah dengan melakukan resusitasi awal dan manajemen segera setelah terdeteksi adanya sepsis. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menganalisis asuhan keperawatan pada pasien sepsis melalui penerapan hour-1 bundle sepsis untuk mencegah kejadian syok pada pasien sepsis. Metode penulisan yang digunakan adalah case-report. Penerapan hour-1 bundle sepsis merupakan rekomendasi terbaru dari Surviving Sepsis Campaign (SSC) dalam penatalaksanaan sepsis atau syok sepsis. Asuhan keperawatan diberikan pada Ny.YNC (40 tahun) dengan diagnosis keperawatan utama risiko syok. Asuhan keperawatan dilakukan selama 4 hari termasuk di dalamya penerapan hour-1 bundle sepsis yaitu dengan melakukan pemeriksaan kadar laktat, pemeriksaan kultur darah sebelum pemberian antibiotik, pemberian antibiotik, pemberian cairan kristaloid 30 ml/kgBB, dan pemberian vasopressor untuk kasus hipotensi setelah pemberian cairan yang adekuat. Hasil penerapan hour-1 bunde sepsis menunjukkan adanya peningkatan MAP ≥65 mmHg dalam upaya pencegahan syok pada pasien. Melalui hasil tersebut diharapkan penerapan hour-1 bundle sepsis dapat dilakukan sebagai intervensi dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan sepsis di rumah sakit terutama pada ruang Instalasi Gawat Darurat dan Intensive Care Unit. ......Sepsis is a life-threatening organ dysfunction caused by an irregular host response to infection and is one of the main causes of death in hospitals, one of which is in the Intensive Care Unit (ICU) ward. Management that can be done in patients with sepsis to prevent shock is to carry out initial resuscitation and management immediately after detection of sepsis. The purpose of writing this scientific work is to analyze nursing care in septic patients through the application of the sepsis hour-1 bundle to prevent shock in septic patients. The writing method used is case-report. Application of hour-1 sepsis bundle is the latest recommendation from the Surviving Sepsis Campaign (SSC) in the management of sepsis or septic shock. Nursing care was given to Mrs. YNC (40 years) with the main nursing diagnosis of risk of shock. Nursing care is carried out for 4 days including the implementation of hour-1 bundle sepsis, namely by checking lactate levels, checking blood cultures before giving antibiotics, giving antibiotics, giving crystalloid fluids 30 ml/kg, and giving vasopressors for hypotension cases after giving adequate fluids . The results of applying hour-1 sepsis bundle showed an increase in MAP ≥65 mmHg in an effort to prevent shock in patients. Through these results it is hoped that the application of hour-1 sepsis can be carried out as an intervention in providing nursing care to patients with sepsis in hospitals, especially in the Emergency Room and Intensive Care Unit.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Naskah ini disalin pada hari Kamis tanggal 8 Rejeb, Je dengan sengkalan: 'Catur Murti Naga Bumi'. Padanan sengkalan tersebut adalah tahun 1884, namun tahun tersebut tidak mungkin dianggap sebagai tahun Jawa, walaupun dikatakan Je, karen; bertepatan dengan 1952 Masehi, tigapuluhan tahun setelah naskah dikoleksikan olel Pigeaud. Menurut kami yang dimaksud adalah tahun Masehi 1884, yang kebetular bertepatan dengan tahun Jawa 1804, ialah warsa Je. Cerita yang disalin dalam naskah ini belum selesai sebagaimana tertulis dalam h.341, getun seh ora tutuk. Ringkasan cerita ini telah dibuat oleh Mandrasastra, kini tersimpan bersama naskah induk di FSUI. Teks ini menceritakan keadaan negara Cina pada zaman lima raja, dengan menitikberatkan tokoh Cin Syok Po. Oleh karena itu kami beri judul Cariyosipun Cin Syok Po. Daftar pupuh: (1) asmarandana; (2) dhandhanggula; (3) sinom; (4) maskumambang; (5) megatruh; (6) pangkur; (7) durma; (8) kinanthi; (9) pucung; (10) asmarandana; (11) sinom; (12) maskumambang; (13) pangkur; (14) dhandhanggula; (15) kinanthi; (16) pucung; (17) pangkur; (18) gambuh; (19) dhandhanggula; (20) megatruh; (21) sinom; (22) pangkur; (23) mijil; (24) kinanthi; (25) durma; (26) asmarandana; (27) maskumambang; (28) pangkur; (29) dhandhanggula; (30) pucung; (31) sinom; (32) asmarandana; (33) pangkur; (34) megatruh; (35) maskumambang; (36) dhandhanggula; (37) durma; (38) asmarandana; (39) sinom; (40) kinanthi; (41) dhandhanggula; (42) asmarandana; (43) pangkur; (44) pucung; (45) sinom; (46) dhandhanggula; (47) asmarandana; (48) gambuh; (49) sinom; (50) kinanthi; (51) durma; (52) gambuh; (53) pangkur; (54) dhandhanggula; (55) durma; (56) pangkur; (57) asmarandana; (58) megatruh; (59) dhandhanggula; (60) pucung; (61) pangkur; (62) durma; (63) asmarandana; (64) sinom; (65) pangkur; (66) gambuh; (67) dhandhanggula; (68) pangkur; (69) asmarandana; (70) dhandhanggula; (71) pangkur; (72) dhandhanggula; (73) pucung; (74) durma; (75) sinom; (76) asmarandana; (77) dhandhanggula.
[place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CT.6-NR 320
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>