Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sianny
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1993
S20495
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Umar
Abstrak :
ABSTRAK
Pembaharuan yang dilaksanakan dalam berbagai bidang kehidupan pemerintahan maupun masyarakat adalah dalam rangka mencapai tingkat yang Iebih baik untuk mensejahterakan rakyat. Deregulasi dan debirokratisasi terhadap mekanisme dan prosedur berbagai kebijakan pelayanan publik merupakan bagian dari pembaharuan tersebut, termasuk diantaranya penerapan sistem Swadana pada satuan / unit kerja Rumah Sakit Umum Daerah.

Seluruh pembiayan Rumah Sakit Umum Daerah, baik pembiayaan operasional/ pemeliharan maupun pembiayaan Investasi berasal dari Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat. Walaupun penerimaan retribusi dari Rumah Sakit Umum Daerah ada tetapi jumlahnya jauh dibawah kebutuhan dan seluruhnya harus disetor ke Kas Daerah sebagai Pendapatan Asli Daerah.

Pencairan dana untuk keperluan Rumah Sakit Daerah harus diajukan kepada Pemerintah Daerah mengikuti mekanisme ketentuan perundangan yang berlaku untuk keuangan daerah dan ini memerlukan waktu, sementara disisi Iain keperluan operasioanal Rumah Sakit tidak bisa ditunda karena menyangkut kesehatan bahkan nyawa manusia.

Oleh karena itu untuk mempercepat pelayanan kepada masyarakat sejalan dengan era otonomi ( decentralization ) maka diperkenalkanlah konsep sistem swadana sebagaimana diatur dalam Keppres. Nomor 38 Tahun 1991 junto Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 92 Tahun 1993. Dengan ketentuan tersebut Pemerintah Daerah dapat menetapkan unit kerja tertentu menjadi unit Swadana yang diberi kewenangan dapat menggunakan Iangsung penerimaan fungsionalnya, agar kebutuhan dana yang cepat dapat terpenuhi. Dengan demikian Unit Swadana dapat melayani masyarakat dengan cepat bahkan sesuai dengan arus globaliasasi saat ini Rumah Sakit harus mampu merespon tuntutan Iayanan kesehatan dari masyarakat yang semakin sadar/ tinggi.

Sehubungan dengan usaha peningkatan pelayanan, melalui sistem swadana ini juga perlu diketahui sejauhmana sistem tersebut dapat mengembangkan penyediaan fasilitas layanan pada masing-masing Rumah Sakit Umum Daerah.

Selanjutnya hal tersebut dapat dijadikan masukan guna mengevaluasi dan menyempurnakan kebijakan yang ada bila dipandang perlu.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhatman
Abstrak :
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Rebo selama Uji Coba Unit Swadana Daerah telah menunjukkan peningkatan kinerja termasuk pendapatan, yang mana dapat dinilai deviasi realisasi anggaran terhadap rencana anggaran semakin kecil dari tahun ke tahun anggaran berikutnya. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dikaji kegiatan penyusunan anggaran RSUD Pasar Rebo selama Uji Coba Unit Swadana Daerah. Tujuan penelitian adalah menganalisis kegiatan penyusunan anggaran hingga dikenali kegiatan, faktor-faktor keberhasilan, kekuatan dan kelemahan penyusunan anggaran RSUD Pasar Rebo. Kemudian dapat diberikan saran-saran atas kelemahan yang ada dalam kegiatan penyusunan anggaran tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian terapan dan studi kasus pada RSUD Pasar Rebo, sedangkan rancangan penelitian bersifat deskriptif analitik dan data-data yang diperoleh dianalisa secara kualitatif. Hasil penelitian dapat diketahui kegiatan penyusunan anggaran yang berbeda antara tahun anggaran 1992/1993 dengan 1993/1994 sampai 199511996, dimana pada tahun anggaran 1992/1993 penyusunan anggaran masih menggunakan cara ICW dengan pendekatan top down sedangkan tahun anggaran 1993/1994 sampai 1995/1996 telah menggunakan cara mirip PPBS dengan pendekatan bottom up. Faktor-faktor keberhasilan dari penyusunan anggaran dapat diketahui pada faktor pimpinan, manajemen, organisasi dan kornitmen staf. Dalam kesimpulan, dapat dikatakan sebagai kunci keberhasilan terletak pada SDM dan dana sebagai penunjang serta metode yang dipakai. Sebagai saran, perlu pendidikanikursus sistem Accrual Basis pada SDM yang terlibat dalam penyusunan anggaran. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk peningkatan pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah. ...... Pasar Rebo District General Hospital has shown a significant improvement on its performance during the trial of Unit Swadana Daerah, including on its revenue. The deviation between budget realization and budget planning keeps decreasing year after year. The study aims to analyze the budget planning process, so the planning activities, success factors, strengths and weaknesses can be identified. Further, suggestions to overcome the weaknesses can be given too. This is an applied study and a case study on Pasar Rebo District General Hospital, with an analytical descriptive design. The data collected were analyzed with a qualitative approach. The results show that there were different approaches applied in the periods of 1992/1993 and 1993/1994 until 199511996. The ICW method was applied in the 1992/1993 period with top down approach while the PPBS method was applied in the 1993/1994 until 1995/1996 period with bottom up approach. The success factors identified are leadership, management, organization and staff commitment. As a conclusion it can be said that the key of success depends on human resource, supporting funds, and the method applied. As a suggestion, it is necessary to perform educations and courses about Accrual Basis system for those who involve in the budget planning process. The results of this study are expected to be useful to improve the District General Hospital services. Bibliography : 40 (1977-1996)
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sapti Sri Wuryani
Abstrak :
Unit pelayanan rawat jalan merupakan bagian strategis dari suatu rumah sakit. Penampilan rumah sakit juga mencerminkan citra rumah sakit, sehingga keberhasilan pelayanan yang memenuhi tuntutan pasien sangat menentukan. Beberapa faktor penting yang menentukan adalah kelancaran alur pasien pada pelayanan rawat jalan. Hal ini dapat dicapai dengan memperhatikan penatalaksanaan baik bangunan fisik rawat jalan, maupun tenaga pelaksananya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas dan benar mengenai upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rawat jalan, dengan mengetahui analisa situasi, tatalaksana, serta mengidentifikasi permasalahan akhirnya mengembangkan usulan peningkatan efektifitas alur pasien rawat jalan. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan pendekatan pemecahan selain dikarenakan tataletak bangunannya, juga karena kapasitas ruang yang tersedia kurang memadai. Dengan melakukan wawancara pada petugas pelayanan rawat jalan, maka diketahui permasalahan yang ada di masing-masing unit, serta usulan pemecahan masalahnya. Dihubungkan dengan kepustakaan yang ada serta keinginan para pelaksana rawat jalan, maka dikembangkan usulan tataletak bangunan fasilitas rawat jalan dan diharapkan alur pasien yang terjadi menjadi lebih efektif. ...... Outpatient Department is one of the strategic units in a hospital, because its performance become one indicator of hospital performances and also acts a show window of the hospital. Several factors affecting Outpatient Department's effectiveness i.e. flow of outpatient services, design of outpatient facilities, and knowledge and skill of their personnel's. The objective of this study is to develop a framework to improve the outpatient department services in Sumedang General Hospital. To achieve this objective, the researcher did three activities, i.e. mapping the design of outpatient facilities, charting the flow of outpatient services from the time of patient's arrival to their departure in all clinics; and finally interviewing personals at the outpatient department. Design of this study is a case study in one hospital utilizing a problem solving approach activities. Result of the situational analysis showed that the design of outpatient facilities in Sumedang Hospital had an impact on the effectiveness of patent services. Using a hypothetical flow of services from patient from intemaland surgery units, the study shown a crisscrossing pattern and the accumulation of crowd In the waiting area. Interview of the outpatient personnel's shown that many problems had not been treated properly in the past, and several solutions was proposed by the outpatient personnel's. A new design of the outpatient facilities is proposed to reduce the crowding of patients in the waiting area, and improved the effectiveness of patent services in the outpatient department.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Zakaria
Abstrak :
Keperawatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan kesehatan di rumah sakit dan merupakan unsur penting dalam mendukung tercapainya peningkatan pelayanan rumah sakit. Sebagai konsekuensinya pelayanan keperawatan harus didukung oleh tenaga keperawatan yang profesional. Salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalisme keperawatan adalah melalui pengembangan karier keperawatan, karena karier merupakan harapan dari kehidupan kerja perawat yang erat hubungannya dengan prestasi kerja. Desain penelitian yang digunakan untuk menganalisis hubungan harapan karier dengan prestasi kerja adalah cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah semua perawat pelaksana di RSUD Swadana Jombang pada bulan Mei dan Juni 2002, dari 168 perawat pelaksana yang memenuhi syarat sebanyak 128 orang. Pengumpulan data mengenai aspek harapan karier dan prestasi kerja dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner dan penilaian langsung oleh kepala ruangan. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan bantuan komputer. Untuk menguji hubungan antara karakteristik, harapan karier dengan prestasi kerja digunakan uji chi-square, serta analisis regresi logistik ganda untuk memprediksi faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap prestasi kerja. Berdasarkan hasil analisis didapatkan proporsi harapan karier dan prestasi kerja pelaksana pelaksana di RSUD Swadana Jombang tergolong rendah, dari 128 responden 53,9% mempunyai harapan karier rendah dan 55,5% mempunyai prestasi kerja rendah. Hasil analisis korelasional terdapat hubungan yang bermakna anatara harapan karier dengan prestasi kerja, namun ada kecenderungan perawat pelaksana yang mempunyai harapan karier tinggi. mempunyai prestasi kerja rendah. Jenis kelamin dan tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang bermakna dengan harapan karier dan prestasi kerja, dimana pria cenderung mempunyai harapan karier tinggi tetapi wanita lebih tinggi prestasi kerjanya. Sedangkan perawat pelaksana D III Keperawatan cenderung mempunyai harapan karier tinggi namun prestasi kerjanya rendah dibandingkan SPK. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka untuk meningkatkan prestasi kerja perawat pelakana hendaknya manajemen rumah sakit melakukan perencanaan dan pengembangan karier individu dan organisasi, serta mendesain lingkungan kerja keperawatan melalui model praktek keperawatan profesional (MPKP). Daftar pustaka 56 (1974 - 2001)
An Analysis on The Correlation between Nurse Career Expectancy and their Job Performance in RSUD Swadana Jombang, 2002Nursing cannot be separated from the health service of a hospital. It is also an important part in supporting the improvement of hospital service. In order to improve it, nursing service must be supported by professional nurses. One way to improve nurse professionalism is Nurse career development because career is a wish or hope from nurse work life, moreover career also has close relationship with job performance. The design used to analyse the correlation between career expectancy and job performance is cross sectional. The samples are all nurses in RSUD Swadana Jombang. The study was done in May and June 2002. We got 128 nurses of 168 nurses in the hospital. The data was collected by using questioner about the aspects of career expectancy and job performance and by using direct supervision of the head room or head nurse. We use computer to process and analyse the. data. The writer also conducted chi-square test to measure the correlation between characteristic, career expectancy, and job performance. We also use multiple logistic regression analysis to predict the most influence factors of job performance. Based on the analysis, it found that the proportion of career expectancy and job performance in RSUD swadana Jombang is low. It is 53.9 % of 128 nurses have low career expectancy and 55,5 % of 128 nurses have low job performance. From the analysis we also found out that there is significant relationship between career expectancy and job performance. The nurse tends to have high job expectancy and low job performance. While sex and education level also have significant result; male nurse tend to have high career expectancy and female tend to have higher job performance. From education level, nurse who graduated from nursing diploma have career expectancy but their job performance is lower than nurses graduated from SPK. Based on the study the writer recommend that in order to improve job performance, the hospital have to make a plan and organization and career development. The hospital also needs to design nurse work environment by conducting nurse professional practical model. Bibliography 56 (1974 - 2001)
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
T 10519
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susanto Munada
Abstrak :
ABSTRAK Dengan adanya era globalisasi dan deregulasi di Indonesia banyak dibangun Rumah Sakit, terutama oleh swasta sehingga persaingan antar rumah sakit menjadi makin ketat. Oleh karena itu rumah sakit perlu melakukan upaya agar selalu dapat tetap beroperasional dengan meningkatkan kemampuan organisasi dan managemennya. Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati Cirebon telah berubah statusnya sebagai Rumah Sakit Swadana sejak I April 1996. Sebagai akibat perubahan status tadi maka Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati mengalami perubahan dari segi organisasi dan manajemen keuangannya. Perubahan yang sangat penting adalah yang menyangkut tentang struktur organisasi, sistem akuntansi, prosedur kerja, ketenagaan, laporan, formulir, dana, dan sarana prasarana. Struktur organisasi harus lebih fungsional. Sistem akuntansi harus menggunakan sistem yang berbasis aktual. Tenaga dan fasilitas harus ditambah agar sesuai dengan bertambahnya pekerjaan. Perubahan ini perlu bila seluruh rumah sakit berubah menjadi swadana. Penelitian ini juga menemukan bahwa perubahan swadana memerlukan sejumlah biaya. Hal ini ternyata masih kurang diantisipasi.
ABSTRACT The Analysis Of Implementation Of Swadana Financial Accounting System In Gunung Jati District General Hospital Cirebon 1996 Globalization and deregulation in Indonesia have facilitated new hospitals, primarily the private ones. To increasing competition force's hospital to increase their profesionalisme in managing the hospital. At this time, the Gunung Jati District General Hospital has changed its status into "Swadana? (self-financed) since April 1, 1996. As a result, the hospital has to change its organizations and management. The process of change of this hospital has the objects of this study. The important change's are organization structure, accounting system, personnel, report, form, cost, data, and facilities. The organization structure had to be changed to more functional. The accounting system had to implement the accrual based system. Personnel and facilities had to be added to adjust with additional jobs. Report and form were to be new system. Those changes were necessary for any hospitals to become self-financed. However, it was also observer that the changes take a considerable cost. In the reality this cost often not anticipated.
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafrian Naili
Abstrak :
Puskesmas dalam melaksanakan 18 program pokoknya saat ini, membutuhkan biaya opernsional yang cukup banyak, pembiayaan puskesmas selama ini sebagian besar berasal dari pemerintab pusat dan daerah, seperti diketahui bahwa dana pemerintah dirasakan tidak mencukupi, hal ini juga disebahkan oleh pihak puskesmas khususnya dan dinas kesehatan kota umumnya tidak mampu menghitung kebutuhan biaya normative untuk masing-masing program, kekurangan dana tersebut tidak dapat diketahu seberapa kebutuhannya karena tidak pernah dilakukan analisis. Tingkat kecukupan pembiayaan kesehatan biasanya dinilai dengan Cost Recovery yaitu perbandingan antara kontriusi biaya oleh pengguna pelayanan kesehatan dengan biaya yang dikeluarkan untuk pelayanan tersebut. Informasi ini dirasakan semakin penting dengan salah satu persyaratan / kriteria puskesmas dijadikan unit swadana. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analisis dengan rancangan Cross Sectional.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T4968
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soeratno
Abstrak :
Salah satu terobosan strategis yang telah dilakukan pemerintah adalah memberikan izin kepada Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Departemen/ Lembaga menjadi Unit Swadana. Maksud pemberian izin adalah pemerintah ingin meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat, namun pemerintah menghadapi kendala keterbatasan dana untuk meningkatkan mutu pelayanan umum tersebut. Selain untuk meningkatkan mutu pelayanan, tujuan dibentuknya Unit Swadana juga untuk meningkatkan kemandirian dalam membiayai kegiatan operasional dan melaksanakan fungsi Unit Pelaksana Teknis tersebut. Salah satu Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang diberi izin dan ditetapkan sebagai Unit Swadana adalah Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Tegalyoso Klaten. Dengan demikian RSUP T egalyoso Klaten harus mampu meningkatkan mutu pelayanannya dan meningkatkan kemandirian dalam melaksanakan fungsinya. Karena masih sering terdengar keluhan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit pemerintah pada umumnya, maka pada penelitian ini penulis ingin mengetahui peningkatan mutu pelayanan yang diberikan RSUP Tegalyoso Klaten ini dan berbagai faktor yang mempengaruhi upaya tersebut. Mengingat banyaknya jenis pelayanan yang diselenggarakan rumah sakit, dan peneliti dihadapkan pada keterbatasan waktu, maka penelitian dilakukan hanya pada lnstalasi Rawat Darurat RSUP Tegalyoso Klaten. Pertimbangan dipilihnya lnstalasi Rawat Darurat, karena di lokasi itulah yang merupakan "Show Window" nya suatu rumah sakit. Faktor-faktor yang diteliti adalah berbagai variabel yang mempengaruhi mutu pelayanan pada lnstalasi Rawat Darurat . Variabel tersebut mencakup profesionalisme petugas, motivasi profesional, insentif, masa kerja, budaya kerja, struktur organisasi dan strategi kebijakan yang didasarkan pada berbagai pendapat/teori tentang suatu organisasi dapat memberikan pelayanan yang prima yang memberikan kepuasan kepada pelanggan/pengguna jasa. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pada kenyataannya para pengguna jasa belum seratus persen menerima kepuasan atas mutu layanan yang diharapkannya dari lnstalasi Rawat Darurat Rumah Sakit Tegalyoso Klaten. Oleh karena itu pada bab terakhir tesis ini penulis menyarankan, baik kepada pemegang/penentu kebijakan maupun kepada pimpinan RSUP Tegalyoso Klaten, perlu mengambil langkah lebih lanjut agar mutu pelayanan bagi pengguna jasa oleh rumah sakit dapat ditingkatkan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Poerwaningsih
Abstrak :
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 39 tahun, tepatnya berlaku sejak April 2000, 5 Puskesmas menjadi uji coba swadana. Swadana dalam arti puskesmas diberikan kewenangan mengelola langsung pendapatan yang bersumber retribusi, untuk membiayai kegiatan puskesmas. Penelitian bersifat kuantitatif yang dilengkapi dengan kualitatif, dengan metadologi cros secsional. Unit analisa adalah puskesmas, mengunakan data sekunder dan data primer. Hasil penelitian pendapatan tertinggi di Puskesmas Tebet Rp.599.896.350 dan terendah Puskesmas Tanah Abang Rp.208.500.200. Pendapatan Puskesmas Jatinegara Rp.436.140.400, Tambora Rp. 329.1599.800, dan Koja Rp. 241.481.968. Biaya terbanyak dikeluarkan Puskesmas Jatinegara Rp.378.572.203 dan terendah di Puskesmas Tanah abang Rp.170.017.805. Biaya Puskesmas Tebet 353.557.278, Tambora Rp.253.547.603, dan Koja Rp.200.097.144. Cast Recoverry rata-rata diatas 100%, tertinggi di Puskesmas Tebet 173,65% dan terendah Puskesmas Jatinegara 113,32%. Puskesmas Tambora 129,82%, Koja 120,68%, dan Tanah abang 122,63%. Kebijakan, dalam penentuan tarif secara tradisional, sedangkan sistem pembayaran terbanyak tunai rata-rata diatas 60%, pembayaran gratis tertinggi di Puskesmas Tambora sekitar 20%, pembayaran JPS tertinggi di Puskesmas Tanah abang 5,11%. Sistem akuntasi keuangan cash basis. Potensi provider cukup bersih dan nyaman, dengan jenis pelayanan dan hari buka puskesmas cukup bervariasi. Jumlah sumber daya manusia, Puskesmas Jatinegara dan Tebet sesuai standar, kelompok umur pegawai terbesar kelompok umur diatas 45 tahun di Puskesmas Jatinegara. Masa kerja pegawai terbesar dibawah 10 tahun di Puskesmas Tebet. Pendidikan pegawai yang relatif merata di Puskesmas Tambora dan koja. Pendidikan yang sedang dijalani pegawai terbanyak di Puskesmas Koja dan yang paling sedikit di Puskesmas Tanah abang. Persepsi pelanggan puskesmas terhadap waktu tunggu, yang lama di unit obat dan pemeriksaan. Persepsi pelanggan terhadap biaya, yang mahal untuk biaya penunjang dan tindakan. Persepsi pelanggan terhadap sikap petugas cukup ramah, kecuali Puskesmas Tambora. ATP3 tertinggi di Puskesmas Tebet sebesar Rp.160.504 dan terendah di Puskesmas Tanah abang sebesar Rp.59.925. ATP puskesmas masih diatas tarif biaya pelayanan dasar Rp.2.000 yang sekarang berlaku. Hasil analisis cost recovery diatas 100%, yang berarti puskesmas sustain, tetapi belum menggambarkan yang sebenarnya, karena gaji dan investasi diluar perhitungan. Pendapatan puskesmas bersumber retribusi dengan kontribusi unit pelayanan belum optimal, maka perlu di tingkatkan unit pelayanan yang kurang berkontribusi. Biaya jasa lebih 40%, biaya medis, umum, dan gizi cukup besar, terjadi double subsidi pada pasien gakin, biaya pemeliharaan relatif kecil. Untuk efektif dan efeisiennya biaya perlu dilakukan analisa, atau cost containment. Tarif belum diketahui apakah diatas/dibawah unit cost, dengan pembayaran JPS dan gratis cukup tinggi. Sistem akuntansi tidak menggambarkan situasi keuangan puskesmas secara nyata. Potensi provider cukup dapat bersaing dengan fasilitas lain. Sumber daya manusia relatif berpotensi untuk mendukung swadana. Persepsi pelanggan tidak mendukung potensi swadana, sedangkan kemampuan dan kemauan masyarakat membayar masih bisa ditingkatkan. ......Analysis for the Sustainability Potential of Trial Health Center for Swadana in Jakarta, in the year 2000Based on the decree letter of Governor of Jakarta Province No.39 Year 2000 (April), stated that five health centers (later in this abstract refers as HC) have became trial health center for swadana. Swadana in health center means the authority in managing health center's direct income from retribution to finance its activities. This is a quantitative analysis research with qualitative and cross sectional methods. The analysis unit is health center by using primary and secondary data. From the research survey, the highest income for health center is achieved by Tebet HC for amount Rp.599,896,350,- and the lowest income is achieved by Tanah Abang HC for amount Rp.208,500,200, While other HC such as Jatinegara HC, has income of Rp.436,140,400,- Tambora HC has income of Rp. 329,159,800 and Koja HC has income of Rp.241,481,968. The highest expenses for HC is at Jatinegara HC in amount Rp.378,572,203 and the lowest expenses is at Tanah Abang He in amount of Rp.170,017,805. While the expenses at Tebet HC is only Rp.353,557,278, at Tambora HC Rp.253,547,604 and at Koja HC is Rp.200,097,144. The estimate of cost recovery is above 100% the highest is at Tebet HC of 173.65% and he lowest is at Jatinegara HC of 113.32%. At Tambora HC is 129.82%, at Koja HC is 120.82% and at Tanah Abang HC is 122.63%. The policy in determining the tariff was conducted in traditional way, whereas the cash payment system reaches above 50%, the highest average for- free payment service is at Tambora HC around 20%, the highest pre-payment system through JPS (social safety net) is at Tanah Abang HC is around 5.11%. The account system is cash basis. The potential of health center provider is quite clean and comfortable, with many variations of working hours and type of health service provided by health center. The number of human resources at Jatinegara HC and Tebet HC is as per standard, the highest age group staff is above 45 years of age at Jatinegara HC. The longest duration of work under 10 years is at Tebet 1-IC. Education background of health center staffs is relatively the same at Tambora HC and Koja HC. The highest training program for staff is at Koja HC, while the lowest is at Tanah Abang HC. The highest ATP3 is in Tebet HC in amount of Rp.160,504 and the lowest is at Tanah Abang HC in amount Rp.59,925. Health center ATP still above basic service cost of Rp.2000, which is generally applied today. The cost recovery analysis is still above 100%, which means health center is sustained, however this still not described the condition in reality, since salary component and investment component (subsidy) are still about of calculation. Health Center income from retribution with the support from service unit. The service cost is still above 40%, medical cost, general cost and nutrition cost is quite big, there is cross subsidy for poor patient and small maintenance cost. For cost efficiency and cost effectiveness, there is necessity to conduct analysis or cost containment. The tariff still unknown whether it is below or above unit cost, with highest JPS (social safety net) payment and free payment system. The account system does not describe health financial situation in reality. The provider potential is quite competitive if compared to other health facilities. Human resource is quite potential to support Swadana potential, however the ability and the willingness of community to pay for health service still can be improved.
2001
T5633
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Handayani Sudibyo
Abstrak :
Perubahan Status Puskesmas Kecamatan Tebet dan Puskesmas Kecamatan Jatinegara DKI Jakarta menjadi swadana, secara otomatis terjadi perubahan dalam organisasi baik dalam manajemen, struktur organisasi, perencanaan serta evaluasi. Perubahan yang terjadi di puskesmas swadana adalah dalam mutu pelayanan, kemampuan pembiayaan, pengelolaan program, dan SDM. Perubahan ini dapat dipersepsikan secara berbeda antara seorang dengan lainnya.

Persepsi merupakan suatu hal penting karena perilaku seseorang didasari oleh persepsi mereka terhadap obyek dan persepsi dapat menentukan keberhasilan terlaksananya perubahan dalam organisasi dan mempengaruhi pengambilan keputusan individu dalam organisasi. Bagaimana suatu puskesmas swadana dapat dijalankan oleh individu yang telah berpengalaman menjalankan organisasi dengan sistem yang lama, merupakan suatu hal yang memerlukan perubahan pandangan dan pengambilan keputusan yang tepat.

Permasalahan yang ada adalah belum dikatahuinya persepsi individu yang terlibat dalam puskesmas swadana yaitu staf dan klien puskesmas swadana DKI Jakarta. Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah untuk menggali informasi dan analisis persepsi dari staf dan klien puskesmas swadana DKI Jakarta tahun 2000 terhadap mutu pelayanan, kemampuan pembiayaan, pengelolaan program, dan SDM.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Data diambil dari 13 orang staf dan 10 orang klien Puskesmas Kecamatan Tebet dan Puskesmas Kecamatan Jatinegara DKI Jakarta dari bulan Juli 2000 sampai dengan bulan Desember 2000, dengan cara wawancara mendalam (Indepth Interview). Untuk analisis data digunakan content analysis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi staf dan klien terhadap mutu pelayanan puskesmas swadana di Puskesmas Kecamatan Tebet bahwa terjadi peningkatan pelayanan, sedangkan di Puskesmas Kecamatan Jatinegara tidak terjadi peningkatan pelayanan. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan mutu pelayanan belum seluruhnya dapat dilaksanakan di puskesmas swadana DKI Jakarta. Persepsi staf dan klien terhadap kemampuan pembiayaan puskesmas swadana bahwa terjadi peningkatan pendapatan fungsional puskesmas dan puskesmas mampu menggali potensi pembiayaan masyarakat. Persepsi staf dan klien terhadap mutu pengelolaan program puskesmas swadana mengatakan bahwa peningkatan mutu pengelolaan program belum dilaksanakan dengan baik. Persepsi staf dan klien terhadap peningkatan SDM puskesmas swadana belum berjalan dengan baik, insentif yang diterima belum memuaskan staf, disiplin belum sepenuhnya dapat dilaksanakan serta perubahan swadana relatif masih baru dan dalam tahap penyesuaian sehingga belum dipahami keswadanaan puskesmas.

Dari hasil tersebut, disarankan bagi puskesmas swadana untuk melakukan persamaan persepsi diantara staf, melakukan upaya peningkatan pelayanan, peninjauan kembali pengaturan insentif, sosialisasi program puskesmas, dan melakukan upaya peningkatan SDM. Bagi Dinas Kesehatan Tingkat I DKI Jakarta dalam persiapan pembentukan puskesmas swadana diperlukan persamaan persepsi diantara staf serta melakukan evaluasi rutin kegiatan swadana. Bagi akademik disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang penerapan konsep swadana terutama tentang persepsi staf dan klien terhadap puskesmas swadana.
Perception of Staff and Client on Self-Financed (Swadana) Public Health Centers in Jakarta Year 2000 The status? changes in Tebet and Jatinegara Jakarta Public Health Centers, automatically influence the changes in organization, especially in management, organization's, structure, planning, and evaluation. The changes of the self-financed public health centers will changes the service quality, financial capability, quality of the operational program, and quality of human resources. These changes can be percept differently from one to another.

Perception is the important thing because person? attitude was based by their perception to the object and perception can determine the success of change realization in organization and influence individual's decision making in organization. How the self financed public health centers can be operated by individual who have had experience in operating the organization with the old system, is the thing which is need change in perception and correctly decisions making.

The main problem is the unknown perception of individual who involves in management of the two public health centers. So, the purpose of this research were getting information and to analyzing the perception of the staffs and clients of the two self financed public health centers in quality of services, financial capability, program management, and human resources.

This research used qualitative method. The data was taken from 13 staffs and 10 clients of Tebet and Jatinegara Public Health Centre by using in-depth interview. The data analysis used content analysis.

The result of this research showed that the quality of services in Tebet Self-financed Public Health Center is increased; while in Jatinegara Self-financed Health Center is not increase. According to that result, summonsed that not all of the self-financed public health center can not increase of the quality of the services. Functional income and the self-financed public Health Center able to improve the potency of the public financing. Quality of program management in Self-financed public health center is not increase. Human resources improvement was not well, the incentive is not satisfied the staffs and the discipline could not fully apply. The changes of self-financed public health center still new and in the adaptation stage, so they could not understood.

According to the result, author suggest to the public health center to make equal perception between the staffs, to increase quality of services, to arrange the incentive management, to socialize the public health center program, and to increase the quality of human resources. Health Sub Department is suggested to make equal perception as the preparation to other public health centers that will be a self-financed public health center. The academy is suggested to continue this research.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T7789
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>