Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Vinandia Irvianita Poespitasari
"ABSTRAK
Lupus Eritematosus Sistemik (LES) merupakan penyakit sistemik yang ditandai dengan adanya autoantibodi terhadap antigen tubuh sendiri, serta menyebabkan kerusakan organ yang diperantarai oleh reaksi inflamasi. Infeksi merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada LES. Meskipun sebagian besar infeksi disebabkan oleh kuman Gram negatif atau Gram positif, terdapat peningkatan insiden infeksi Mycobacterium tuberculosis pada LES yang juga meningkatkan mortalitas pasien. Artikel ini membahas mengenai sebuah kasus pasien dengan manifestasi LES yang berat disertai infeksi. Setelah dilakukan evaluasi, ditemukan adanya infeksi tuberkulosis pada sumsum tulang."
Jakarta: Bidang Penelitian dan Pengembangan Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
610 JPDI 5:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hanny Aurelya Artha Mevia
"Limfoma merupakan jenis keganasan jaringan limfoid sebagai bentuk tumor padat pada jaringan limfoid yang dapat menyebar secara metastasis ke organ lain dan menyebabkan sebuah lesi yang menempati ruang (Space Occupying Lesion/SOL). Lesi yang timbul pada tulang belakang dapat menimbulkan masalah nyeri dan neurologis akibat kompresi saraf tulang belakang. Manifestasi yang timbul tergantung pada tempat kompresi tumor di saraf tulang belakang. Hasil penelitian menunjukan bahwa asal tumor tulang belakang yang paling umum adalah limfoma sebanyak 7,4% dari keseluruhan kasus tumor metastasis ke tulang belakang. Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ners ini adalah untuk menganalisis pemberian asuhan keperawatan kolaborasi pemberian terapi Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) dengan kombinasi teknik relaksasi napas dalam untuk mengatasi nyeri, masase abdomen dan pemberian minum air putih hangat sebagai manajemen konstipasi, dan latihan rentang gerak aktif-pasif pada pasien tirah baring. Hasil dari karya ilmiah ini menunjukan keefektifan pemberian OAINS dengan kombinasi teknik relaksasi napas dalam dalam penurunan skala nyeri menggunakan Numeric Rating Scale (NRS). Pemberian masase abdomen dan minum air hangat sebagai manajemen konstipasi dapat merangsang peristaltik usus. Latihan rentang gerak aktif-pasif pada pasien dengan tirah baring dapat memelihara tonus otot dan dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien serta caregiver. Kata kunci: Lesi, Limfoma, Metastasis, Sumsum Tulang Belakang

Lymphoma is a type of lymphoid tissue malignancy as a form of solid tumor in lymphoid tissue that can spread metastases to other organs and cause a space-occupying lesion (SOL). Lesions that arise in the spine can cause pain and neurological problems due to spinal nerve compression. Manifestations that arise depending on the site of compression of the tumor in the spinal cord. The results showed that the most common origin of spinal tumors was lymphoma as much as 7.4% of all cases of tumor metastases to the spine. The purpose of writing this final scientific paper for nurses is to analyze the provision of collaborative nursing care in the provision of Non-Steroid Anti-Inflammatory Drugs (NSAID) therapy with a combination of deep breathing relaxation techniques to treat pain, abdominal massage, and drinking warm water as management of constipation, and range of motion exercises. active-passive in bed rest patients. The results of this scientific work show the effectiveness of administering NSAIDs with a combination of deep breathing relaxation techniques in reducing pain scale using the Numeric Rating Scale (NRS). Giving abdominal massage and drinking warm water as management of constipation can stimulate intestinal peristalsis. Active-passive range of motion exercises in patients on bed rest can maintain muscle tone and can be done independently by the patient and the caregiver."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
William Chandra
"Pendahuluan. Sel punca mesenkimal merupakan jawaban untuk berbagai penyakit, termasuk orthopedi. Meskipun jumlah terbatas, prosedur invasif, nyeri, dan sel yang relatif sedikit, sumsum tulang masih menjadi sumber utama. Adiposa menjadi alternatif menjanjikan dengan kemampuan sebanding. Dengan meningkatnya harapan hidup, jumlah pasien tua meningkat dan menjadi sangat potensial untuk aplikasi sel punca. Namun, timbul kontroversi mengenai kualitas sel punca pada penuaan.
Metode Penelitian. Penelitian dilakukan di Unit Pelayanan Terpadu Teknologi Kedokteran Sel Punca Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo-Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta sejak Oktober 2015 - Maret 2016. 12 subjek dibagi menjadi tiga kelompok usia; 15-30 tahun, 31-40 tahun, dan 41-55 tahun dan dilakukan pengambilan sumsum tulang krista iliaka posterior dan adiposa, kemudian dilakukan isolasi dan kultur sel punca mesenkimal. Peneliti melakukan analisis karakteristik biologis, waktu penggandaan populasi, diferensiasi osteogenik, dan pewarnaan Alizarin. Seluruh data dianalisis dengan SPSS 20.
Temuan Penelitian. Karakteristik biologis dan pewarnaan Alizarin Red menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna sel punca mesenkimal sumsum tulang dan adiposa pada kelompok usia sama(p>0,05). Waktu penggandaan populasi menunjukkan adanya perbedaan signifikan sel punca mesenkimal sumsum tulang dan adiposa pada kelompok 31-40 tahun(p=0,028) dan 41-55 tahun(p=0,035).
Kesimpulan. Sel punca mesenkimal adiposa menunjukkan karakteristik biologis, waktu penggandaan populasi, dan diferensiasi osteogenik yang konstan. Sel punca mesenkimal sumsum tulang menunjukkan waktu penggandaan populasi yang menurun seiring usia, berbeda dengan karakteristik biologis dan diferensiasi osteogenik. Adiposa dapat menjadi pilihan sumber sel punca mesenkimal pada setiap golongan usia.

Introduction. Mesenchymal stem cell is the answer of many medicine problems, including orthopaedic. Bone marrow is still the main source. Because of limited source, invasive procedure, pain, and relative less cell, adipose will be promising source with equal regenerating and differentiating ability. Along with increasing life expectancy, geriatric population is increasing as well as the potential need for stem cell application. Yet there is still controversy about stem cell quality in aging.
Methods. This study was conducted in Stem Cell Medical Technology Integrated Service Unit Cipto Mangunkusumo General Hospital-Faculty of Medicine Universitas Indonesia, Jakarta, October 2015 - March 2016. 12 patients were divided into 3 age group; 15-30 year, 31-40 year, and 41-55 year. Bone marrow from posterior iliac crest and adipose tissue were collected, mesenchymal stem cell isolation and culture were done subsequently. Biological characterization, Population Doubling Time, osteogenic differentiation, and alizarin red assay were carried out. All data was analyzed using SPSS 20.
Results. No significant difference was observed in biological characteristic and Alizrin red assay of bone marrow and adipose mesenchymal stem cell among age group (p>0.05). There is significant difference in Population Doubling time in 31-40 year group(p=0.000) and 41-55 year group(p=0.000).
Conclusions. Adipose mesenchymal stem cell had steady biological characteristic, Population Doubling Time, and osteosteogenic differentiation. Bone marrow mesenchymal stem cell had increasing population doubling time in increasing age, apart from biological characteristic and osteogenic differentiation. Adipose could be the source of choice in harvesting mesenchymal stem cell at any age.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Starifulkani Arif
"Latar Belakang. Sumsung tulang merupakan sumber sel punca mesenkimal SPM yang paling banyak digunakan selain jaringan lemak sebagai sumber pengganti yang menjanjikan. Peningkatan penggunaan SPM membutuhkan kemampuan untuk melakukan subkultur pasase SPM. Untuk mengumpulkan dan menyimpan SPM dalam waktu tertentu tanpa mengubah karakter SPM maka dilakukan kriopreservasi.
Penelitian ini bertujuan meningkatkan pemahaman efek pasase terhadap penuaan sel punca mesenkimal sumsum tulang dan jaringan lemak yang dikriopreservasi.Metode. Penelitian ini merupakan studi analitik observasional yang dilaksanakan di UPT-TK Sel Punca RSCM FKUI April 2016 - September 2016. Sampel penelitian adalah sel punca mesenkimal sumsum tulang dan jaringan lemak pasase pertama yang dikriopreservasi 1 dan 2 kali. Dilakukan pengukuran terhadap ukuran sel, viabilitas sel, population doubling time PDT, colony forming unit dan penghitungan persentase sel yang menua. Data pasase dianalisis dengan multiple comparison ANOVA dengan Tukey HSD correction dan student t-test menggunakan program SPSS 23.
Hasil. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok kriopreservasi SPM sumsum tulang dalam PDT, viabilitas, dan ukuran sel pada P6 dengan p

Introduction. Bone marrow is still the gold standard source of MSC, but adipose tissue became a promising alternative source. Passage and cryopreservation are effective ways to multiply, pool and store MSC without altering its function.
The aim of this research was to enhance the knowledge of the effect of passage on senescence profile of cryopreserved human bone marrow and adipose derived MSC.Method. This research was an observational analytic study to analyze population doubling time PDT, cell size, viability, colony forming unit and percentage of senescent cells and done in UPT ndash TK Sel Punca RSCM FKUI, during April to September 2016. The samples were bone marrow and adipose MSC at passage one, which were cryopreserved for the first and second time. Cryopreservastion groups were analyzed using student t test while inter passage was analyzed using ANOVA test.
Result. There were significant differences between both cryopreserved bone marrow groups in PDT, viability and cell size in P6, p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Sukry Asdar Putra
"Pendahuluan. Sel punca mesenkimal (SPM) sangat menjanjikan dalam bidang rekayasa jaringan karena sifatnya yang multipoten, cepat berproliferasi, dan berkemampuan tinggi untuk beregenerasi. SPM sumsum tulang dapat menjadi terapi pilihan nekrosis avaskular (AVN) kaput femur yang banyak diderita oleh pasien lupus eritematosus sistemik (LES) pada masa sekarang ini. SPM sumsum tulang penderita LES mengalami gangguan fenotip, proliferasi, diferensiasi. Terapi SPM pada AVN kaput femur dapat menggunakan donor otologus yang dilaporkan memberikan hasil luaran yang baik dan keamanan yang signifikan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mengetahui potensi, karakteristik, dan diferensiasi SPM sumsum tulang pasien LES yang dihubungkan dengan usia.
Metode. Penelitian ini adalah penelitian in vitro yang meneliti 4 subjek penderita LES di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Aspirat SPM sumsum tulang dilakukan isolasi, ekspansi dan diferensiasi. Analisis statistik menggunakan uji korelasi spearman untuk melihat hubungan usia pasien LES dengan waktu konfluensi, jumlah sel konfluens dan waktu diferensiasi osteogenik, kondrogenik, dan adipogenik.
Hasil dan Diskusi. Rerata jumlah sel konfluens adalah 7.44 x 105 ± 3.06 x 105 sel/ml, rerata waktu konfluens adalah 20.75 ± 4.99 hari, median waktu diferensiasi adipogenik yaitu 17.5 hari (rentang 14-21), waktu diferensiasi osteogenik dan kondrogenik yaitu 21 hari. Terdapat korelasi positif bermakna antara usia penderita LES dengan waktu konfluens SPM (p<0.001) dan korelasi negatif bermakna antara usia penderita LES dengan jumlah sel konfluens SPM (p<0.001).
Simpulan. SPM sumsum tulang krista iliaka penderita LES mampu diisolasi, berproliferasi dan berdiferensiasi. SPM sumsum tulang penderita LES memiliki waktu konfluens dan waktu diferensiasi yang lebih lama dan jumlah sel konfluens yang lebih sedikit.

Introduction. Mesenchymal stem cells (MSC) is very promising in the field of tissue engineering because it is multipotent, rapidly proliferate, and high ability to regenerate bone marrow. BM-MSC may be treatment of choice of avascular necrosis (AVN) of femoral head that affects many systemic lupus erythematosus (SLE) patients at the present time. BM-MSC of SLE patients has impairment in phenotype, proliferation, and differentiation. Mesenchymal stem cell therapy on femoral head AVN which use autologous donors are reported deliver good outcomes and safety. Therefore, research is needed to determine the potency, characteristics, and differentiation of BM-MSC in patients with SLE and related with age.
Methods. This study is in vitro study that examined four subjects as SLE patients in Cipto Mangunkusumo Hospital. BM-MSC of SLE patients is performed isolation, expansion and differentiation. Statistical analysis using pearson and spearman correlation test to see the correlation of age of SLE patients with confluence time, the number of confluence cells and differentiation time.
Result and Discussion. Mean of confluent cell numbers is 7.44 x 105 ± 3.06 x 105cells/ml, mean of confluent time is 20.75 ± 4.99 days, median of adipogenic differentiation time is 17.5 days (range 14-21), osteogenic and chondrogenic differentiation time is 21 days. There is a positive correlation between patient?s age with confluence time (p <0.001) and negative correlation with MSC confluence cell count (p <0.001).
Conclusion. BM-MSC form iliac crest in patients with SLE can be isolated, proliferated and differentiated. BM-MSC of SLE patients has longer confluence time and differentiation time and lower confluence cell count.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitanggang, Ervina Julien Hotmangiring
"ABSTRAK
Latar Belakang: Transplantasi sel sumsum tulang dilaporkan memperbaiki fibrosis hati. Beberapa studi in vitro menunjukkan bukti mekanisme perbaikan dengan melakukan ko-kultur 2D sel sumsum tulang dan sel stelata hepatik. Pada studi tersebut, sel sumsum tulang menghambat aktivasi sel stelata hepatik dan mengurangi deposisi matriks ekstra sel. Pada penelitian ini, mekanisme perbaikan tersebut diteliti dengan melakukan ko-kultur sel sumsum tulang dan sel stelata hepatik pada model kultur 3D dan meneliti efeknya terhadap ekspresi tenascin-C, suatu glikoprotein matriks yang memiliki kontribusi dalam fibrogenesis hati.
Metode: Sel stelata hepatik dan sel sumsum tulang yang diisolasi dari tikus dikultur sendiri (monokultur) dan diko-kultur direk dengan metode hanging drop. Karakterisasi sel sumsum tulang dilakukan dengan analisis flowcytometry CD90CD34. Sampel dari kedua kelompok kultur dipanen pada hari ke-7 untuk analisis imunositokimia tenascin-C.
Hasil: Persentase sel CD90+CD34- dari sel sumsum tulang yang diisolasi adalah 35,2%. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa sel sumsum tulang memilki efek antifibrotik yang dibuktikan dengan penurunan signifikan ekspresi tenascin-C pada kelompok ko-kultur (p < 0,05) dibandingkan dengan kelompok monokultur pada hari kultur ke-7.
Kesimpulan: Temuan tersebut menunjukkan bahwa sel sumsum tulang memiliki efek terapeutik potensial terhadap proses fibrosis hati melalui efeknya dalam meminimalkan ekspresi matriks ekstra sel tenascin-C.

ABSTRACT
Background: Transplantation of bone marrow derived cells (BMCs) has been reported to improve liver fibrosis. Several in vitro studies have shown evidence for the mechanism of improvement by co-culturing BMCs and hepatic stellate cells (HSCs) in 2D models. In those studies, BMCs were reported to inhibit HSCs activation and reduce extracellular matrix deposition. In this study, we investigated the mechanism by co-culturing BMCs and HSCs in 3D model and its effect on tenascin-C expression, an extracellular matrix glycoprotein that has a contribution in liver fibrogenesis.
Methods: Primary isolated rat HSCs and BMCs were cultured alone (monoculture) and directly co-cultured with hanging drop method. Characterization of BMSCs was performed by flowcytometry CD90CD34 analysis. The monoculture and co-culture samples were harvested on day 7 for tenascin-C immunocytochemistry.
Results: The percentage of CD90+CD34- cells from the isolated BMCs was 35.2%. Result of the present study showed that BMCs have a significant antifibrotic effect as evidenced by the significant decrease in in tenascin-C expression in the co-culture group (p < 0.05) compared to the monoculture group on day 7.
Conclusions: This finding demonstrates that BMSCs have a potential therapeutic effect against liver fibrotic process through their effect in minimizing extracellular matrix tenascin-C expression.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ihsan Oesman
"Pendahuluan: Efek hiperglikemik dan produk Advanced Glycation Endproduct (AGE) dari diabetes mellitus (DM) sering dikaitkan dengan komplikasi muskuloskeletal seperti neuropati perifer dan tendinopati Achilles pada regio pergelangan kaki. Hal ini beresiko menimbulkan efek lanjutan berupa perubahan struktur berjalan, kekakuan sendi hingga luka tukak telapak kaki. Tatalaksana tendinopati DM hingga saat ini terbatas pada pengurangan gejala lanjutan tanpa meningkatkan proses regenerasi tendon, sehingga dibutuhkan penelitian untuk menilai efek terapi dari sekretom dan eksosom SPM dalam hal perbaikan struktur tendon. Hal ini diwakili oleh penggunaan hewan coba tikus SD yang telah terinduksi menjadi tendinopati DM. Metode: Studi ini melibatkan fase studi pilot pertama, kedua, dan penelitian utama. Tikus SD diperoleh dan diberikan diet tinggi lemak (HFD) dan pemberian larutan fruktosa 55% selama delapan minggu. Diabetes diinduksi menggunakan injeksi streptozotocin (STZ) intraperitoneal berbagai dosis. Studi pilot pertama bertujuan untuk menentukan volume cairan yang dapat diinjeksikan ke area peritendon. Sementara itu, studi pilot kedua bertujuan untuk mengidentifikasi dosis STZ yang efektif. Dalam fase penelitian utama, tikus diabetes menerima injeksi lokal eksosom, sekretom, atau kombinasinya. Setelah perawatan, tikus dieutanasia, dan tendon Achilles dianalisis secara histopatologi dan imunohistokimia. Hasil dan Diskusi: Studi pilot pertama menyimpulkan bahwa 0,8 ml merupakan volume cairan optimal yang dapat diinjeksikan ke area peritendon. Sementara itu, studi pilot kedua menunjukkan bahwa setelah 8 minggu HFD, pemberian fruktosa, dan injeksi STZ, kelompok STZ 26 mg/kg memiliki kadar glukosa 220,54 ± 9,11 mg/dL, dan kelompok STZ 30mg/kg memiliki 213,88 ± 8,99 mg/dL dengan perbedaan paling signifikan dalam skor Bonar diamati di kelompok STZ 30mg/kg, hal ini menunjukkan keberhasilan induksi hewan coba. Pada penelitian utama setelah pemberian sekretom, eksosom, atau kombinasi, kadar TGF-β dan IL-6 dan skor Bonar tidak menunjukkan perbedaan signifikan antar kelompok. Analisis pasca intervensi mengungkapkan perbedaan signifikan dalam kadar IL-6 dan Col-1, dimana pada kelompok perlakuan terdapat penurunan IL-6 yang signifikan pada hari ke-14 dan peningkatan Col-1 yang signifikan pada hari ke-21 dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi diet HFD, pemberian fruktosa, dan dosis injeksi STZ 30 mg/kg efektif menciptakan hewan model tendinopati DM. Skor Bonar yang tinggi pada kelompok STZ mengindikasikan kerusakan tendon signifikan. TGF-β dan IL-6 tidak menunjukkan perbedaan signifikan antar kelompok, namun IL-6 meningkat pada hari ke-14 dan Col-1 pada hari ke-21 pada kelompok intervensi secara signifikan, menunjukkan potensi terapi eksosom dan sekretom pada penyembuhan tendon.

Introduction: The hyperglycemic effects and Advanced Glycation Endproduct (AGE) of diabetes mellitus (DM) are often associated with musculoskeletal complications such as peripheral neuropathy and Achilles tendinopathy in the region of the legs and ankles. It is one of the risks of developing advanced negative effects such as changes in walking structure, stiffness of the joints to ulcer wounds on the the ankle. The management of DM tendinopathy to date is limited to reducing advanced symptoms without enhancing tendon regeneration process, therefore, further research is needed to assess the therapeutic effects of MSC secretomes and exosomes in terms of tendon structure improvement. It is represented by the use of SD rats induced into DM
tendinopathy.
Methods: This study involves two pilot study phases and the main research. SD mice were obtained and given a high-fat diet (HFD) and given 55% fructose solution foreight weeks. Diabetes is induced by injection of streptozotocin (STZ). The first phase of the pilot study aims to determine the volume of liquid injected into the peritendon area, and the second phase aims to identify an effective dose of STZ to induce DM. In the main study, diabetic mice received local injections of exosomes, secretomes, or a combination of them. After treatment, the rats were euthanazied, and the Achilles tendon was analysed histopathologically and immunohistochemically.
Results and Discussion: The first pilot study concluded that 0.8 ml was the optimal fluid volume that could be injected into the peritendon area. Meanwhile, the second pilot study showed that after 8 weeks of HFD, fructose administration, and injection of STZ, the STZ 26 mg/kg group had a glucose level of 220.54 ± 9.11 mg/dL, and the STZ 30 mg/kg group had 213.88 ± 8.99 mg/dL with the most significant difference in Bonar score was observed in the STZ 30mg/kg group, this indicates successful induction of experimental animals. In the main study after administering secretome, exosome, or a combination of the two, the levels of TGF-β and IL-6 and the Bonar score did not show significant differences between groups. Post-intervention analysis revealed significant differences in IL-6 and Col-1 levels, in which the treatment group there was a significant decrease in IL-6 on day 14 and a significant increase in Col-1 on day 21 compared to the control group.
Conclusion: This study shows that a combination of HFD, fructose administration, and STZ 30mg/kg are effective in creating animal model for diabetic Achilles tendinopathy. A high Bonar score in the STZ group indicates significant tendon damage. TGF-β and IL-6 did not show significant differences between the groups, but IL-6 increased on day 14 and Col-1 on day 21 in the intervention groups significantly, indicating the potential for exosome and secretome therapy on tendon healing.
Keyword: diabetic Achilles tendinopathy, Sprague Dawley rats, exosome and secretome combination, bone marrow mesenchymal stem cel
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daffa Raditya Fernanda
"Tendinopati Achilles diabetes merupakan penyakit degeneratif akibat perubahan homeostasis jaringan tendon yang disebabkan oleh diabetes melitus tipe 2. Penyembuhan tendinopati Achilles diabetes sulit untuk dicapai karena terbatasnya kapasitas regenerasi tendon. Eksosom asal sel punca mesenkimal (SPM) sumsum tulang memiliki kemampuan dalam menghambat degenerasi jaringan sehingga berpotensi untuk mengatasi tendinopati Achilles diabetes. Efek eksosom SPM sumsum tulang terhadap tendon Achilles dapat diinvestigasi melalui perubahan ekspresi relatif gen a disintegrin and metalloproteinase domain 12 (ADAM12). Gen ADAM12 merupakan gen pendegradasi matriks yang terekspresi tinggi pada tendinopati Achilles diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh injeksi 0,8 mL eksosom asal SPM sumsum tulang pada tendinopati Achilles tikus diabetes berdasarkan analisis histologi dan ekspresi gen ADAM12. Sebanyak 12 ekor tikus putih jantan galur Sprague Dawley dikelompokkan menjadi dua kelompok yang terdiri atas kelompok kontrol tendinopati (KK) dan kelompok eksosom (KE). Analisis histologi tendon Achilles posmortem hari ke-21 dilakukan dengan metode semikuantitatif skor Bonar dan histomorfometri kuantitatif luas area kolagen melalui pulasan Hematoksilin-Eosin, Alcian Blue, dan Masson’s Trichrome. Perubahan ekspresi gen ADAM12 diperiksa secara kuantitatif menggunakan qRT-PCR. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata skor Bonar KE (1,67 ± 1,282) ditemukan lebih rendah daripada KK (6,40 ± 2,195) secara signifikan (P = 0,001; P < 0,05). Analisis histomorfometri juga menunjukkan rata-rata luas area kolagen KE (85,15 ± 7,023) yang cenderung lebih tinggi dibandingkan KK (76,64 ± 9,237), tetapi tidak berbeda nyata (P = 0,103; P ≥ 0,05). Ekspresi gen ADAM12 KE mengalami perubahan sebesar 0,9 kali lipat lebih tinggi daripada KK, meskipun secara statistik tidak signifikan (P = 0,421; P ≥ 0,05). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa injeksi 0,8 mL eksosom asal SPM sumsum tulang terbukti memiliki potensi dalam memicu perbaikan tendinopati Achilles diabetes pada hari ke-21.

Diabetic Achilles tendinopathy is a degenerative disease resulting from changes in tendon tissue homeostasis caused by type 2 diabetes mellitus. The cure of diabetic Achilles tendinopathy is difficult to achieve due to the limited regeneration capacity of the tendon. Exosomes from bone marrow-derived mesenchymal stem cells (MSC) can inhibit tissue degeneration so they have the potential to treat diabetic Achilles tendinopathy. The effect of exosomes from bone marrow-derived MSC on the Achilles tendon can be investigated through changes in the relative expression of a disintegrin and metalloproteinase domain 12 (ADAM12) gene. The ADAM12 gene is a matrix-degrading gene that is highly expressed in diabetic Achilles tendinopathy. This study aims to determine the effect of injection of 0.8 mL of exosomes from bone marrow-derived MSC on Achilles tendinopathy in diabetic rats based on histology analysis and ADAM12 gene expression. A total of 12 male white Sprague Dawley rats were grouped into two groups consisting of the tendinopathy control group (KK) and the exosome group (KE). Postmortem Achilles tendon histology analysis on day 21 was carried out using the semiquantitative Bonar score method and quantitative histomorphometry of collagen area using Hematoxylin-Eosin, Alcian Blue, and Masson's Trichrome staining. Changes in ADAM12 gene expression were examined quantitatively using qRT-PCR. Based on the research results, the mean score of Bonar KE (1.67 ± 1.282) was found to be significantly lower than KK (6.40 ± 2.195) (P = 0.001; P < 0.05). The histomorphometric analysis also showed that the average collagen area of KE (85.15 ± 7.023) tended to be higher than KK (76.64 ± 9.237) but was not significantly different (P = 0.103; P ≥ 0.05). ADAM12 KE gene expression changed 0.9-fold higher than KK, although it was not statistically significant (P = 0.421; P ≥ 0.05). Thus, the injection of 0.8 mL of exosomes from bone marrow-derived MSC was proven to have the potential to trigger improvement in diabetic Achilles tendinopathy on day 21."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library