Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Muzdalifah
Abstrak :
Pesatnya perkembangan teknologi telekomunikasi seluar semakin memacu persaingan diantara penyedia jasa operator telepon seluler. Operator telepon seluler dituntut tidak hanya menyediakan produk yang berkualitas tetapi juga memberikan layanan puma jual yang handal guna memberikan kepuasan yang tinggi kepada pelanggannya. PT Telkomsel sebagai salah satu operator telepon seluler di Indonesia dalam memberikan layanan puma jual kepada pelanggannya memiliki GraPARI dan CAROLINE (Customer Care by On Line) yang merupakan tanggung jawab Divisi Customer Service. GraPAJU adalah tempat dimana pelanggan datang untuk memperoleh layanan puma jual. Pada bagian ini pelanggan memperoleh layanan dari karyawan Customer Service guna memenuhi kebutuhannya. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan guna meningkatkan kualitas layanan GraPARI serta untuk mengetahui dimensi-dimensi layanan yang menjadi prioritas utama pelanggan, maka diadakan penelitian kuantitatif mengenai hal tersebut. Penelitian ini bersifat deskriptif dan dilakukan dengan menggunakan metode penelitian lapangan dengan menggunakan sampel yang diambil dari pelanggan yang mengunjungi GraPARI. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 200 orang pada saat jam kerja GraPARI. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh Telkomsel dalam menyusun strategi pelayanan agar tercipta kepuasan pelanggan yang tinggi dan menghasilkan loyalitas pelanggan terhadap perusahaan. Mengenai tingkat kepuasan responden secara keseluruhan terhadap layanan Customer Service Telkomsel GraPARI Staco, mayoritas responden merasa puas dengan pelayanan yang diberikan dan berminat untuk tetap menjadi pelanggan Telkomsel serta merekomendasikan Telkomsel kepada orang lain. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dimensi yang dianggap paling penting oleh responden adalah dimensi reliability (24%) dan dimensi responsiveness (23%). Kemudian dapat diketahui pula masih ada beberapa atribut yang memiliki kesenjangan yang besar antara tingkat kepentingan dengan tingkat kepuasan. Dari atribut-atribut yang memiliki kesenjangan besar tersebut dapat dikategorikan dalam 2 kelompok besar, yaitu dimensi reliability (kemampuan pelayanan) dan dimensi assurance (jaminan pelayananan). Dengan demikian Telkomsel harus meningkatkan kinerja GraPARI, khususnya pada kedua dimensi tersebut yaitu dengan mengadakan workshop dan pelatihan secara reguler dengan tujuan memberikan pelatihan-pelatihan yang berkesinambungan yang difokuskan berdasarkan atribut-atribut pelayanan yang masih belum optimal dalam memberi kepuasan kepada pelanggan, menetapkan Standard Operating Procedure (SOP) yang direvisi tiap 6 bulan dengan tujaun karyawan bekerja menjadi lebih terarah dan cenderung untuk bekerja sesua1 prosedur sehingga tujuan untuk mengoptimalkan kinerja dapat tercapai, diimplementasikannya program aplikasi monitoring dimana pada aplikasi ini pihak supervisor dapat memonitor secara real time apa yang sedang diperbuat oleh karyawan Customer Service. Dan yang tak kalah penting adalah adanya punishment dan reward system sebagai motivator karyawan untuk tnenunjukkan kinerja yang baik. Dengan memperhatikan hasil analisis weight, analisis gap, dan analisis kuadran atas pelayanan yang diberikan Customer Service Telkomsel GraPARI Staco, diharapkan perusahaan dapat menjaga kinerja yang selama ini telah optimal dan meningkatkan kinerja atribut-atribut yang belum optimal sehingga kepuasan pelanggan dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tampubolon, Edison
Abstrak :
ABSTRAK


Sambutan masyarakat pedesaan terhadap tabungan Simpedes BRI Unit sangat luat biasa setidaknya tercermin dari perkembangan jumlah penabung dan total tabungan dari 2.655 orang dan Rp.307 juta pada tahun 1984 meningkat hingga lebih dari 1,6 juta orang nasabah dan total tabungan menjadi Rp.341, 95 miliar pada akhir tahun 1988 dan keberhasilan tersebut tidak berhenti sampai disitu saja karena Simpedes BRI Unit telah mampu melewati krisis ekonomi yang dihadapi industri perbankan pada tahun 1997 dan tetap survive hingga saat ini dengan prestasi yang semakin menggembirakan karena pada posisi Juni 2003 jumlah penabung telah mencapai 26.254.130 orang dengan total tabungan hampir 18 triliun rupiah atau rata-rata tabungan yang dimiliki pemegang tabungan Simpedes sebesar Rp 685.606.

Keberhasilan itu tentu saja diperoleh melalui usaha yang keras dan penetapan strategi yang terencana dengan baik diantaranya dengan melakukan persiapan dan perencanaan produk yang baik melalui analisis pasar, riset pasar dan penetapan target sasaran yang tepat, sehingga produk yang diluncurkan benar-benar sesuai dengan segmen pasar yang dipilih.

Sukses Simpedes ini dimanfaatkan BRI dengan memperkenalkan produk baru "Simaskot" untuk meraih segmen masyarakat perkotaan sebagai pengembangan target pasar dengan melakukan modiftkasi produk Simpedes berupa pembedaan jenis hadiah dan jumlah setoran minimal yang dipersepsikan BRI sebagai faktor pembeda antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. Satu hal yang dilupakan BRI ketika mengembangkan produk baru "Simaskot", tidak melakukan persiapan dan perencanaan seperti yang dilakukannya sewaktu membidani kelahiran Simpedes, hal ini paling tidak nampak pada Surat Edaran Direksi BRI NOSE:S.l63-DIR/BUD/11/89 tanggal 29 Nopember 1989 tentang Simpanan Masyarakat Kota (Simaskot) yang direncanakan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat kota akan instrumen simpanan maka Direksi memandang perlu memperkenalkan Simaskot yang dilayani di BRI Unil Kola dan di Kamor Cabang di Jakarta Raya, Kantor Cabang di ibukota propinsi dan Kantor Cabang di ibukota kabupatenlkotamadya.

Tidak disadari bahwa Kantor Cabang wilayah Jakarta Raya, ibukota propinsi dan ibukota kabupaten!kotamadya sudah melayani Tabanas BRI yang relatif lebih baik dibanding Sirnaskot karena sudah lebih dahulu dikenal masyarakat perkotaan, sehingga positioning "Simaskot" memasuki segmen perkotaan tidak jelas karena selain tidak menawarkan sesuatu. yang unik tabungan ini juga menjadi pesaing Tabanas BRI yang di layani Kantor Cabang yang berlokasi di pusat kota yang menjadi target Simaskot.

Sangat mudah membuktikan bahwa Bank BRI tidak serius mempersiapkan produk barunya ini seperti yang dilakukannya terhadap Sirnpedes, misalnya Bank BRI belum mendefenisikan dengan tegas segmen masyarakat perkotaaan itu sendiri sehingga menimbulkan perbedaan persepsi tentang kebutuhan dari masyarakat kota itu sendiri. Masyarakat kota menurut BRI ( sesuai dengan surat Edaran diatas) adalah masyarakat yang tinggal di Jakarta, di ibukota Propinsi dan ibukota kabupaten!kotamadya suatu pemahaman yang keliru dan terlalu sederhana apabila dipergunakan sebagai dasar penetapan segmentasi, karena perilaku dan kebiasaan orang menabung yang bertempat tinggal dikota dipastikan tidak semuanya sama karena banyak orang di kota masih berperilaku seperti orang desa sebaliknya juga diyakini bahwa ada juga orang di desa berperilaku seperti orang kota . dalam hal menabung. Contoh lain yang membuktikan bahwa penetapan segmentasi tersebut tidak tepat, karena masing-masing ibukota propinsi, ibu kota kotamadya dan ibukota kabupaten di negara kita ini tidak memiliki standar yang sama dalam berbagai hal terutama dalam hal sumber daya sehingga penyebaran geografis yang sangat luas akan mengakibatkan perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan mempengaruhi perbedaan sikap dan perilaku menabung. Artinya perilaku masyarakat ibukota kabupaten Merauke dengan masyarakat ibukota kabupaten Bekasi dalam hal menabung dapat dipastikan tidak sama karena adanya perbedaan rata-rata penghasilan yang sangat signifikan yang pada akhirnya mempengaruhi fungsi tabungan.

Dari beberapa argumen tersebut diatas setidaknya dapat mengindikasikan pengembangan segmen perkotaan yang dilakukan BRI kurang tepat namun belum dapat dipergunakan sebagai alasan ilmiah untuk membuktikan bahwa pengembangan "Segmen Perkotaan" yang dilakukan Bank BRI kurang tepat karena belum didasari pembuktian. Tulisan ini akan menguji hipotesa tersebut dengan mempergunakan analisis statistik dan program SPSS.

Dalam pengujian dan analisis data, penulis mengumpulkan informasi dan datadata pendukung dengan melakukan wawancara terhadap dua ratus orang nasabah BRI unit di Bendungan Hilir Jakarta mewakili nasabah perkotaan dan BRI Unit Citeureup Bogor mewakili nasabah pedesaan serta melakukan studi kepustakaan pada Bank BRI dan Bank Indonesia untuk mengetahui posisi tabungan BRI Unit pada industri perbankan. Agar hasil pengujian lebih akurat selain analisis statistik juga akan dilengkapi dengan pembahasan kinerja dan perkembangan tabungan BRI Unit (Simpedes dan Simaskot).

Kesimpulan tulisan ini menyebutkan bahwa kebijakan promosi dengan "memberikan hadiah yang berbeda" tidak dapat membedakan penabung BRI Unit kota dan penabung BRI Unit desa secara signifikan sehingga penetapan segmentasi yang dilakukan Bank BRI dengan meluncurkan produk Simaskot menjadi kurang optimal, oleh karena itu disarankan agar Bank BRI melakukan "Re-segmentasi Pasar" dan "Evaluasi Produk" salah satu cara yang diyakini dapat mengantisipasi pertumbuhan market share tabungan BRI Unit yang cenderung semakin menurun. Disamping itu penulis juga merekomendasikan segmentasi baru yang dalam tulisan ini disebut sebagai "Penabung Tradisional dan Penabung Modern" menggantikan segmentasi lama yang ditetapkan berdasarkan lokasi BRI Unit

Satu hal yang ingin disampaikan bagi pembaca yang ingin melal.'Ukan penelitian lebih lanjut tentang Segmentasi Tabungan BRI Unit agar melengkapi data-data penelitian dengan melakukan wawancara terhadap nasabah Bank lain dan lokasi penelitian tidak terbatas hanya di Pulau Jawa saja tetapi sebaiknya memilih sample mewakili seluruh wilayah geografi Indonesia paling tidak perwakilan dari Indonesia Bagian Barat, Bagian Tengah, dan Bagian Timur agar lebih mencerminkan kebiasaan dan perilaku menabung masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan Indonesia yang sesungguhnya.
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhendra Naswil
Abstrak :
ABSTRAK


Pengukuran kepuasan pelanggan merupakan elemen penting dalam menyediakan pelayanan yang lebih baik, lebih efisien dan lebih efektif Apabila pelanggan merasa tidak puas terhadap suatu pelayanan yang disediakan_ maka pelayanan tersebut dapat dipastikan tidak efektif dan tidak efisien Hal ini terutama sangat penting bagi pelayanan publik. Pada kondisi persaingan sempurna, dimana pe!anggan mampu untuk memilih di antara beberapa alternatif pelayanan dan memiliki informasi yang memadai, kepuasan pelanggan. merupakan satu determinan kunci dari ting:kat permmtaan pelayanan dan fungsi/operasionalisasi pemasok. Tesis ini mengg:ali suatu metodologi yang pernah digunakan untuk menjajagi tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan terutama oleh customer service Satelindo Metodolog:i yang dirancang ini juga dapat dipergunakan bagi sektor jasa lainnya.

Untuk memenangkan persamgan yang semakin ketat di era global, memuaskan pelanggan merupakan tujuan utama yang tidak dapat ditawar. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya organisasi yang menyertakan komitmennya terhadap taktor kepuasan pelanggan.

Kotler ( 1994) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah "the level of a Persons felt state resulting from comparing a product's perceived performance (outcome) in relations to the person's expectation (Kepuasan pelanggan adalah suatu kondisi yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari perbandingan antara basil yang diharapkan atas suatu produkJjasa dengan kenyataan yang diterima).

Suatu pelayanan dinilai memuaskan bila ia dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggannya. Ada beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan oleh pelanggan dalam menilai suatu pelayanan, yaitu:

1. Reliability (Reliabilitas/Dapat Dipercaya)

2. Responsiveness (Cepat tanggap)

3. Assurance (Jaminan)

4. Empathy (Empati)

5. Tangibles (Yang berwujud)

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, pelanggan sendiri yang menilai tingkat kepuasan yang mereka terima dari barang. atau jasa spesifik yang diberikan, serta tingkat kepercayaan mereka terhadap kemampuan pemberi pelayanan

Terdapat beberapa cara untuk mengukur kepuasan pelanggan, tesis ini menguraikan satu cara yang telah digunakan di sektor jasa, berdasarkan penilaian pelanggan terhadap dua isu penting yaitu: (I) Tingkat kepentingan (expec:lutions) pelayanan yang diberikan, and (2) Kinerja (perceptions) pemberi pelayanan didalam memberikan pelayanannya.

Jadi, kepuasan pelanggan setelah melakukan pembelian tergantung pada kesesuaian antara prestasi barang/jasa yang dibeli dengan harapan konsumen. Seberapa jauh kesesuaian itu akan membentuk suatu tingkat kepuasan yang dapat dikategorikan atas: Tidak Puas, Puas, dan Sangat Puas. Pertama, pelanggan/konsumen akan merasa tidak puas bilamana prestasi produk/jasa lebih rendah dari harapan pelanggan. Kedua, pelanggan/konsumen akan merasa puas bilamana prestasi produk/jasa sesuai dengan harapan pelanggan/konsumen. Ketiga, pelanggan/konsumen akan merasa sangat puas bilamana prestasi produk/jasa melebihi harapannya.

Pada dasarnya, harapan pelanggan/konsumen dapat dibentuk dari: pengalaman pembelian sebelumnya, cerita dari teman, kenalan (word of mouth), dan informasi atau janji-janji yang diberikan oleh produsen/perusahaan
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Tulisan ini mengetengahkan suatu model untuk mereposisi sektor pariwisata di Indonesia dengan menekankan pada pengembangan strategi pemasaran......
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Prisnawati Hidayat
Abstrak :
Tesis ini merupakan penelitian yang berformat studi kasus, dimana permasalahan yang terjadi merupakan problematika riil yang terjadi di PT. Mitra  Rajawali Banjaran, anak perusahaan dari holding company PT. Rajawali Nusantara Indonesia yang bergerak di lini bisnis alat kesehatan, dengan produk utama berupa kondom. Sebagai satu-satunya produsen kondom lokal di Indonesia, ironisnya PT. MRB justru mengalami kerugian keuangan yang berkepanjangan, ditambah lagi dengan market share produknya yang hanya berada di kisaran 2%. Dengan potensi pasar industri kondom di Indonesia yang cukup atraktif, peta persaingan saat ini justru didominasi oleh produk-produk impor dengan persentase sekitar 98%. Menggunakan metode depth interview kepada beberapa aktor yang menjadi pengambil keputusan di perusahaan, diketahui bahwa hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah inefisiensi distribution channel dan kapasitas produksi, serta isu rendahnya kualitas produk yang terakumulasi menjadi permasalahan yang cukup kompleks. Dengan melakukan analisa yang bersifat kualitatif dan kuantitatif, penelitian ini berupaya membangun beberapa opsi yang tujuan utamanya adalah untukmeningkatkan penjualan guna  melepaskan perusahaan dari defisit keuangan yang telah terjadi sekian lama. Opsi-opsi yang terbagi menjadi dua timeframe yaitu jangka pendek dan jangka panjang tersebut adalah dengan melakukan aliansi strategis dengan mekanisme B2B (maklon) dan mencari strategic investor untuk pendanaan hingga perusahaan dinilai mampu melakukan investasi, baik finansial dan non-finansial untuk membangun program pemasaran dan masuk ke pasar reguler, sedangkan opsi yang paling ekstrem adalah dengan melakukan likuidasi dari aset yang dimiliki oleh PT. MRB. ......This thesis is a research with case study format, where there are real problem that occurs in the PT. Mitra Rajawali Banjaran, a subsidiary of the holding company PT. Rajawali Nusantara Indonesia engaged in the medical devices business line, with condom as a primary product. As the only local condom manufacturer in Indonesia, ironically PT. MRB experienced a prolonged financial losses, coupled with low market share of its products, only in the range of 2%. With a quite attractive potential of condom industry market in Indonesia, competitive landscape today is dominated by imported products with percentages of approximately 98%. Using depth interview method to some actors who become decision makers in the company, it is known that it is influenced by several factors, including the inefficiency of distribution channels and production capacity, as well as the issue of low quality products that accumulate those problems becomes quite complex. By qualitative and quantitative analysis, this study sought to build several options whose main objective is toimprove sale in order to release the company from financial deficits that occurred for so long. The options are divided into two timeframes short term and long term, by doing a strategic alliance with B2B (tolling) mechanism and searching for strategic investor for financing until PT. MRB is able to invest both financially and non-financially to build marketing programs and penetrate into the regular market, while the most extreme option is to conduct liquidation of the assets owned by PT. MRB.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Bramantoro Abdinagoro
Abstrak :
ABSTRAK The Indonesian goverment places the tourism industry as one of the five priority development sectors. it has proven by the foreign exchange earnings of this sector. If in 2015 this sector was ranked fourth under the oil & gas, coal, and crude palm oil wih a value of approximately 11 USD billion , then from 2018 to 2019 was ranked first with the foreign exchange value of around 20 USD billion. Indonesia consist of 17,000 large and small island, located at coordinates 6 N - 11 08 LS andfrom 95 BT - 141 45 BT. With these conditions, the choice of small islands to be tourist destinations. This study aims to determine consumer perceptions and assessment of tourism objects, ass well as from stakeholders, and provide strategic recomendations for the development of the island tourism. the reseach method used is a qualitative and descriptive method, trough focus group discussions, interview, and in-depth discussion with various stakeholders as well as distributed questionnaires to respondent who visited and stayed at the tourist destination. Four of the islands tourist sites studied were the anambas Island in Kepulauan Riau Province, ora Beach in Maluku Province, Wakatobi Island in Shoutheast Sulawesi Province, and the Banyuwangis Red Islad in East Java Province. The selection of these four destinations because the locaqtions have a far-reaching or remote character and highlight the islands tourism are the accesbility to tourist destinations to be able to show differences and advantages in each tourist destination. Goverment support plays a critical role in building tourism destinations, both through policies and rules, as well as infrastructure fulfillment.
Jakarta: The Ary Suta Center, 2019
330 ASCSM 47 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Hartati
Abstrak :
Program pemerintah untuk membatasi penggunaan bahan bakar minyak, diharapkan bisa dimanfaatkan oleh PT. Perusahaan Gas Negara. Sebagai produk utama PT. Perusahaan Gas Negara, gas bumi merupakan bahan bakar yang memiliki keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan bahan bakar lainnya. Namun demikian bukan berarti PT. Perusahaan Gas Negara dalam mengelola gas bumi tidak menghadapi kendala. Seperti diketahui perkembangan lingkungan saat ini begitu cepat, persaingan semakin ketat, sehingga hanya perusahaan yang peduli terhadap perubahan lingkunganlah yang akan dapat memenangkan persaingan. Perubahan lingkungan yang dapat menjadi ancaman bagi perusahaan diantaranya adalah dengan terbukanya perdagangan bebas, maka akan banyak peminat dari pihak swasta yang ingin masuk ke bisnis gas bumi. Namun dengan economic of scale yang dimiliki PT. PGN, diferensiasi service yang diberikan disertai informasi pemasaran yang ada maka diharapkan perusahaan memiliki kekuatan. Bantuan dari pihak ketiga diantaranya Bank Dunia, Bank Exim Jepang, dan Asian Development Bank besar artinya bagi perusahaan. Rencana masa depan perusahaan untuk memperluas jaringan distribusinya diperkirakan bisa menjadi kenyataan dan obsesi PT. PGN untuk menjadi pengelola gas bumi terbesar di Indonesia bisa tercapai. Penyusunan Tesis ini bertujuan untuk mencari alternatif strategi pemasaran yang tepat bagi perusahaan dengan menggunakan analisis SWOT. Dan hasil analisis diketahui bahwa perusahaan memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah:
1.Jaringan distribusi yang dimiliki oleh perusahaan.
2.Para pegawai yang sudah berpengalaman dalam distribusi gas.
3.Kualitas produk yang dimiliki. Di sisi lain perusahaan juga mempunyai kelemahan, diantaranya adalah:
1. Kurangnya promosi yang dilakukan, khususnya pada pelanggan rumah tangga.
2. Lamanya proses untuk menjadi pelanggan. Dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka diperoleh alternatif strategi pemasaran yang dapat dilaksanakan oleh perusahaan, yaitu:
1.Meningkatkan pangsa pasar.
2.Meningkatkan promosi.
3.Pemberian wewenang kepada cabang-cabang.
4.Melakukan kerja sama dengan perusahaan yang memiliki teknologi tinggi.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T2612
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Wisnubroto
Abstrak :
Pelayanan pembedahan rawat sehari (One Day Surgery) di Rumah Sakit Umum Tangerang sudah dijalankan selama 4 tahun sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pendapatan fungsional sebagai konsekuensi sebuah rumah sakit unit swadana daerah. Hasil selama ini menunjukkan kecenderungan jumlah pasien yang memanfaatkan pelayanan ini meningkat dari tahun ke tahun, tetapi dari segi pendapatan rumah sakit, kontribusi pelayanan ini kepada seluruh pendapatan swadana rumah sakit masih rendah. Selama ini belum ada upaya pemasaran yang dilaksanakan untuk meningkatkan cakupan pelayanan ini. Pasien yang memanfaatkan pelayanan Pembedahan Rawat Sehari ini kebanyakan datang atas arahan dokter spesialis yang menanganinya pada tingkatan konsultasi di Poliklinik Rawat Jalan. Penelitian ini dilakukan secara eksploratif untuk menganalisa faktor -- faktor pada lingkungan eksternal dan lingkungan internal yang berpengaruh terhadap pelayanan Pembedahan Rawat Sehari di Rumah Sakit Umum Tangerang.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12910
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Aulia Maharlika
Abstrak :
Kebutuhan akan perumahan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Angka pertumbuhan penduduk yang kian meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan perumahan. Oeh karena itu pemerintah berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan perumahan rakyat, baik melalui lembaga/instansi pemerintah maupun mengajak pihak swasta untuk berpartisipasi membangun perumahan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing golongan masyarakat. Peluang ini dijadikan para pengusaha sebagai tambang emas Baru di sektor Mereka berusaha mencari lahan yang tidak begitu jauh dari Jakarta untuk dikembangkan menjadi perumahan bahkan kota satelit. Upaya untuk mewujudkan hal tersebut ternyata tidak mudah, apalagi sejak krisis ekonomi yang melanda di tahun 1997. Banyak pengembang yang gulung tikar dikarenakan tidak mampu melunasi hutangnya ke lembaga-lembaga perbankan. Tersendatnya kredit untuk konstruksi yang dikeluarkan oleh perbankan dan tingginya suku bunga pinjaman Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah sebagian contoh yang turut mempercepat kejatuhan sektor properti termasuk pengembang perumahan dengan segmen golongan menengah keatas. Hal ini diperburuk dengan naiknya harga minyak dunia yang menjadikan bahan dasar yang digunakan oleh pengembang perumahan tidak terbeli. Kondisi ini memaksa pengembang untuk mencari strategi pemasaran yang tepat untuk menyiasati situasi yang tidak pasti. Salah satu pengembang yang sekarang mulai berusaha lagi untuk bangkit dan menghidupkan perumahan yang mati akibat krisis ekonomi adalah PT Duta Realtindo Jaya dengan proyek perumahan Kedaton di wilayah Pasar Kemis, Cikupa Tangerang. Ketika pertama kali diluncurkan pada tahun 1994, perumahan KEDATON merupakan proyek perumahan yang memiliki total lahan seluas 200ha, yang terdiri dari 80ha lapangan golf yang dikelilingi oleh danau alami dan 120ha lahan siap huni. Produk yang dijual berupa lahan kosong atau kavling siap bangun, dengan luasan yang berkisar antara 300 sampai dengan 3000m2, Kedua hal tersebut kemudian membuat Kedaton sebagai sebuah proyek hunian dengan target market kelas menengah keatas. Ditambah lagi dengan lokasi yang cukup strategis karena memiliki akses tol Pasar Kemis, makin memperkuat positioning tersebut. Selain semua "comparative advantages" yang telah disebutkan diatas, pemasaran Kedaton tidak berjalan seperti yang diharapkan. Kavling-kavling yang sudah terjual pun dibiarkan begitu saja oleh pembelinya sehingga komunitas yang diharapkan tidak terjadi. Meskipun lapangan golf tetap berjalan seperti biasa, tidak membuat pembeli tergerak untuk membangun. Hal ini membuat suasana di area perumahan tersebut menjadi sangat sepi dan lahan-lahan juga terlihat tidak terawat. Kondisi ini diperburuk dengan adanya krisis ekonomi pada tahun 1997. Penjualan yang lamban disertai dengan bunga bank yang sangat tinggi, membuat pengembang PT. Duta Realtindo Jaya (PT. DRJ) mengalami kredit macet sehingga perusahaan harus diambil alih oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Pada tahun 2000, PT. DRJ dibeli oleh group Pikko dari BPPN. Mereka tidak melakukan pembangunan apa-apa di perumahan Kedaton sehingga pada akhirnya PT. DRJ diambil alih oleh group Equator pada akhir tahun 2004. Manajemen PT. DRJ yang baru berniat untuk mengembangkan kembali proyek perumahan Kedaton yang sudah lama terbengkalai. Mereka lalu membentuk tim yang terdiri dari pihak pengembang sendiri dan berbagai konsultan di bidang arsitek, lansekap, dan pemasaran untuk menciptakan konsep yang benar-benar berbeda dari yang sudah ada. Pada awal bulan Mei 2005, produk perdana "The View" diluncurkan. Nama Kedaton pun berganti dengan nama "The Grand Kedaton". Konsep yang ditawarkan adalah ?townhouse? yang dijual dengan harga berkisar antara 450 - 600 juta dengan luas tanah 120m2 dan luas bangunan 180m2. Namun sayangnya produk ini gagal di pasaran. Berbagai spekulasi tentang alasan di balik kegagalan ini pun timbul. Dari sekian banyaknya opini pengamat, terdapat satu anggapan yang berulang kali muncul. Tipe rumah yang paling banyak terjual adalah tipe rumah kecil dengan luas bangunan 36 - 96m2 yang dijual dengan harga 100 - 200 juta. Hal ini disebabkan market terbesar saat ini adalah pasangan muda atau keluarga kecil yang masih mencari rumah pertama mereka. Beberapa cluster dengan tipe rumah kecil dapat menghidupkan komplek perumahan tersebut. Inilah yang sebenarnya dianggap dibutuhkan oleh pengembang untuk menghidupkan kembali Kedaton yang sudah tertidur lama. Berbekal masukan tersebut, pengembang kemudian meluncurkan beberapa tipe rumah seperti yang telah disebutkan diatas. Cluster ini dinamakan "The Terrace", namun kali ini nama "The Grand Kedaton" berubah menjadi "Golf City" dengan tujuan untuk menghilangkan citra Kedaton yang sudah melekat di benak masyarakat. Harga yang ditawarkan pun dinilai bisa bersaing dengan kompetitor. Penjualan memang sedikit lebih baik dibandingkan dengan "The View", akan tetapi tidak bisa juga dibilang sukses dengan tidak signifikannya jumlah penjualan. Dengan demikian, anggapan yang muncul sebelumnya tidak bisa dikatakan efektif. Kegagalan pengembang Kedaton terdahulu telah memberikan citra yang buruk terhadap proyek perumahan ini. Namun apabila dilihat dari segi desain, harga, dan fasilitas yang ditawarkan, produk Kedaton cukup menarik. Dibanding dengan kompetitor lain, di Kedaton pembeli dapat memiliki rumah dengan harga yang cukup terjangkau, lokasi dekat dengan lapangan golf; dan disertai dengan akses tol yang mudah. Namun demikian, pemasaran tetap tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Penulis mencoba meneliti dan memberi masukan untuk segmentasi, targeting, dan positioning dari perumahan Kedaton dan strategi yang dapat dilakukan oleh pengembang melalui sudut bauran pemasaran yang terdiri dari Product, Price, Place, dan Promotion sehingga mampu bersaing dengan pengembang lainnya dikawasan Tangerang. Dari hasil penelitian diperoleh (1) perlu adanya penyesuaian antara ekspektasi dan persepsi konsumen dalam memutuskan pembelian, (2) Adanya keinginan pembelian dari calon konsumen apabila adanya sarana promosi dan saluran komunikasi yang sesuai dari pengembang, (3) Persepsi yang salah terhadap lokasi perumahan harus segera dibenahi oleh pengembang agar calon konsumen mengetahui keadaan sebenar dari perumahan Kedaton,hal ini dapat dilakukan melalui sarana komunikasi melalui public relation yang handal.
One of human's primary needs is the need of housing. Indonesia is now experiencing a great increase in demands for housing due to the increasing birth rate each year. Seeing this phenomenon, the government is trying to provide proper housing for its people by asking both government and private owned companies to participating in building houses that fulfill the needs and economic condition of each class. Those who work as developers see this opportunity as a gold mine in real sector. However, due to the economic crisis back in 1997, this was not an easy thing to do. Many developers had to declare bankrupt and close down their business as they could not afford to pay back their loans to the banks. Those bad loans and the high rate of housing credit (KPR) are just some of examples that made the fall of property industry faster, including developers of real estate for middle up class. It is also worsened by the world price of oil that is getting high, which made developers losing their ability to afford basic materials for building houses. This condition forced them to come up with a marketing strategy that can help them to survive in such uncertain situation. Among them is PT Duta Realtindo Jaya, a developer of Kedaton Real Estate in Pasar Kemis, Cikupa, Tangerang, that is now trying to rise again from their downfall during the crisis. When it was first launched in the year of 1994, KEDATON real estate was a 200 hectares housing complex, which consisted of a 120 ready-built area and an 80 hectares golf course. They did not sell houses as their products; they offered land only product for their customers, with each land had an area around 300 to 3000 m2. These made Kedaton as a housing project with middle-up class as the target market. In addition, the quite strategic location (it has easy access to Pasar Kemis highway), supported the positioning they wanted. Apart from all competitive advantages mentioned above, the marketing of Kedaton did not perform well. Those area sold were abandoned by their buyers so that the expected community was not accomplished. Even though the golf course was running well, it was not enough to make the buyers to start building. The environment of the real estate then became very quiet and the surrounding area was treated badly. The economic crisis in 1997 worsened this condition. With only a few of deals closed and the high rate of interest in banks made the developer, PT DRJ, could not pay their loan so that the company had to be taken over by BBPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional). In 2002, Pikko Group bought PT DRJ from BPPN. They have not done any major development in KEDATON area until the developer company was taken over by Equator Group in 2004. Under a new management team, they intend to redevelop the real estate area that has been abandoned for many years. They then form a team that consists of the developer itself and various consultants in architect, landscapes, and marketing to create a new concept that is different from the existing. The first product, "THE VIEW", was launched in the beginning of May 2005. The real estate's name itself was also changed to "The Grand Kedaton". The concept offered was a townhouse with a 450 - 600 million range of price and had a 120 m2 land area and a 180 m2 building area. Unfortunately, this product did not sell well. Various speculation of the reasons of the failure then occurred. From all of those, there is one opinion that was heard a lot of times. The most sold home types are the small ones with a building area of 35 to 96 m2 with the price range of 100 - 200 million rupiah. This is mostly because the biggest market today is young couples or small families who are still looking for their first house. Some clusters with small-home types can make the housing area alive again. This theory is believed to be the one that the developer needs to wake KEDATON from its long sleep. With that advice in mind, the developer then launched the house types mentioned above. That new cluster was named "The Terrace", but the name "The Grand Kedaton" was changed again to "Golf City" so that the bad image of KEDATON disappeared. The offered price was also competitive. Sales were better than the previous one, but it actually was not a success either considering that the numbers of sales conducted were not significant. Therefore, it is safe to say that the majority advice mentioned above is not completely true. The failure of previous developer has created a bad image for the project. However, when it is observed from the point of design, price, and available facilities, products of Kedaton are quite interesting. When compared with other competitors, customers can own a house that has a view to the golf course and an easy access to the toll road with affordable price. But still the marketing did not go as planned. Writer tries to examine the segmentation, targeting, and positioning of KEDATON real estate and what kind of strategies that the developer can apply with the method of marketing mix: Product, Price, Place, and Promotion so that in the end they can compete with other competitors in Tangerang. From the research conducted, it has been concluded that (1) it is important to have an adjustment between customers' expectation and perception in making buying decision, (2) there will be transaction from prospective buyer when there are effective promotion and communication media about the project, (3) it is crucial to erase the wrong perception of the project from customers' mind by employ a good public relation to build good communication between two parties so that the prospective customers can know the actual condition of KEDATON.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18515
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library