Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riza Lestari Ningsih
"ABSTRAK
Penelitian untuk mengetahui potensi bayam duri (Amaranthus spinosus L.) dalam menghambat perkecambahan dan pertumbuhan kecambah cabe merah besar (Capsicum annuum L. var. longum) telah dilakukan dengan cara mengamati pengaruh ekstrak A. spinosus terhadap prosentase perkecambahan, panjang akar dan batang kecambah C. annuum. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan faktor 4 x 5 yang terdiri dari 4 perlakuan macam ekstrak yaitu ekstrak akar, batang, daun, dan bunga A. spinosus, dan 5 perlakuan konsentrasi ekstrak yaitu 0,00%, 1,25%, 2,50%, 3,75%, dan 5,00% (dw/w). Analisis variansi menunjukkan bahwa keempat macam ekstrak A. spinosus 1,25--5,00% tidak berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan biji C, annuum. Ekstrak akar, batang, daun, dan bunga A. spinosus 3,75% dan 5,00% menghambat pertumbuhan akar kecambah C. annuum. Ekatrak akar, batang, daun, dan bunga A. spinosus mulai konsentrasi 1,25% memacu pertumbuhan batang kecambah C. annuum, tetapi konsentrasi 5,00% ekstrak tersebut tidak memperlihatkan adanya perbedaan dengan kontrol."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurrahmi Fadilah
"Penelitian dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh variasi bentuk sumber nitrogen serta pemberian strain Nostoc GIA13a terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman bayam. Proses penanaman tanaman bayam dilakukan selama 24 hari menggunakan sistem hidroponik Nutrient Film Technique NFT yang telah dimodifikasi. Perlakuan yang diberikan, yaitu medium Hoagland dengan sumber nitrogen nitrat yang ditambah strain Nostoc GIA13a P1, sumber nitrogen nitrat P2, sumber nitrogen amonium dan nitrat P3, sumber nitrogen amonium P4 dan sumber nitrogen amonium yang diberikan strain Nostoc GIA13a P5. Pemberian strain Nostoc GIA13a dilakukan pada 0 Hari Setelah Tanam HST dan 14 HST masing-masing sebanyak 2 g. Hasil uji ANOVA ? = 0,05 menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memengaruhi tinggi tanaman, panjang akar, kadar klorofil total, berat basah dan berat kering tanaman bayam pada 24 HST. Perlakuan P2 menghasilkan tinggi tanaman, panjang akar, berat basah dan berat kering yang tertinggi dibandingkan dengan semua perlakuan dan didukung dengan hasil uji LSD ? = 0,01. Sementara itu, berdasarkan parameter tinggi tanaman, panjang akar, berat basah dan berat kering menunjukkan bahwa penambahan strain Nostoc GIA13a pada P1 dan P5 menunjukkan adanya kompetisi penyerapan nutrien antara tanaman bayam dan Nostoc GIA13a. Hasil pengukuran kadar klorofil menunjukkan bahwa penambahan strain Nostoc GIA13a pada perlakuan P1 dapat meningkatkan kadar klorofil tanaman bayam didukung dengan uji LSD ? = 0,01.

The aim of the experiment was to determine the effect of nitrogen form variation and inoculation of Nostoc strain GIA13a on vegetative growth of spinach. The plants were grown in Nutrient Film Technique NFT hydroponic system for 24 days. The treatment which was given is the Hoagland nutrient solution with nitrogen source form sole nitrate with addition of Nostoc strain GIA13a P1, sole nitrate P2 , with both of nitrogen form ammonium and nitrate P3 , sole ammonium P4 and ammonium with the addition of Nostoc strain GIA13a P5 . Nostoc strain GIA13a was applicated as much as 2 g on the first day of cultivation in the hydroponic system and at 14 days after planting. The result of ANOVA test 0,05 showed that there was statistically difference between treatments on plant height, root length, chlorophyll content, wet weight and dry weight. Based on LSD test 0,01, P2 treatment showed the highest result in the following parameters, i.e. plant height, root length, wet weight and dry weight. The result from the application of Nostoc strain GIA13a to nutrient solution on P1 and P5 treatment showed that there was a competition for nutrient absorption between spinach and Nostoc strain GIA13a itself. Meanwhile, the result of chlorophyll content measurements showed that the inoculation of Nostoc strain GIA13a on P1 could increase chlorophyll content on spinach leaf, supported by LSD test 0,01."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathia Aisyah Malik
"Azolla sp. telah banyak digunakan sebagai pelengkap pupuk anorganik pada budidaya sayuran untuk meningkatkan ketersediaan nitrogen. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan Azolla sp. segar terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman kangkung air dan pengaruh Azolla sp. dalam mengurangi pemakaian pupuk anorganik. Parameter pertumbuhan vegetatif yang dianalisis meliputi berat basah, berat kering, panjang akar, dan kadar klorofil. Penelitian dilaksanakan pada Februari sampai dengan Juli 2022 di Gunung Putri, Bogor dan Laboratorium Kolaborasi Merck FMIPA UI, Depok. Penanaman menggunakan teknik hidroponik sistem sumbu selama 21 hari dengan tiga jenis larutan dengan 5 perlakuan, yaitu: larutan nutrien AB Mix 100% + 0 g Azolla sp. (P1), AB Mix 50% + 0 g Azolla sp. (P2), AB Mix 50% + 20 g Azolla sp. (P3), AB Mix 50% + 40 g Azolla sp. (P4), dan Air + 40 g Azolla sp. (P5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan AB Mix 50% + Azolla sp. 20 dan 40 g (P3 & P4) menunjukkan hasil yang mampu mengimbangi perlakuan kontrol (P1 & P2). Uji statistik Dunn juga menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata pada pertumbuhan vegetatif kontrol (P1 & P2) dengan perlakuan yang diberikan penambahan Azolla sp. (P3 & P4). Sementara itu, penambahan Azolla sp. 40 g pada larutan nutrien berupa air sebagai pupuk hayati tunggal menghasilkan pertumbuhan kangkung air yang rendah. Penggunaan Azolla sp. berpengaruh dalam melengkapi nutrien sebagai pelengkap pupuk anorganik (AB Mix), namun tidak dapat menggantikan penggunaan pupuk anorganik.

 

 

 


Azolla sp. has been widely used as a complement to inorganic fertilizers in vegetable cultivation to increase nitrogen availability. The aim of the study was to determine the effect of adding Azolla sp. fresh water spinach on vegetative growth and the effect of Azolla sp. in reducing the use of inorganic fertilizers. The vegetative growth parameters analyzed included wet weight, dry weight, root length, and chlorophyll content. The research was carried out from February to July 2022 at Gunung Putri, Bogor and the Merck Collaboration Lab FMIPA UI, Depok. Planting using the hydroponic cultivation technique of the wick system for 21 days with three types of nutrient solutions with 5 treatments, namely: nutrien solutions AB Mix 100% + 0 g Azolla sp. (P1), AB Mix 50% + 0 g Azolla sp. (P2), AB Mix 50% + 20 g Azolla sp. (P3), AB Mix 50% + 40 g Azolla sp. (P4), and Water + 40 g of Azolla sp. (P5). The results showed that the treatment with AB Mix 50% + Azolla sp. 20 and 40 g (P3 & P4) showed results that were able to compensate for the control treatment (P1 & P2). Dunn's statistical test also showed no significant difference in the vegetative growth of the control (P1 & P2) with the treatment given the addition of Azolla sp. (P3 & P4). Meanwhile, the addition of Azolla sp. 40 g of nutrient solution in the form of water as the sole bio-fertilizer resulted in low water spinach growth. Azolla sp. can be used as a substitute for adding nutrients to inorganic fertilizers (AB Mix), but cannot replace the use of inorganic fertilizers.

 

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggelia Indah Berliana
"Amaranthus hybridus L. atau bayam selalu menduduki posisi utama dalam preferensi konsumsi sayuran masyarakat Indonesia. Namun demikian, terdapat dua kendala dalam budidaya tanaman bayam yaitu penggunaan pupuk anorganik dan permasalahan kekeringan. Kitosan, biopolimer hasil deasetilasi kitin, diduga berpotensi untuk mengatasi kedua permasalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh dan konsentrasi optimal kitosan untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan menurunkan laju transpirasi tanaman bayam. Konsentrasi kitosan yang digunakan yaitu 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, dan 20 ppm. Terdapat dua kontrol yaitu kontrol NPK dan kontrol pupuk kandang sapi. Sementara itu, keempat perlakuan kitosan menggunakan media tanam berupa tanah dan pupuk kandang sapi 1:1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang sapi ditambah kitosan 10 ppm mampu meningkatkan jumlah daun dan berat basah secara signifikan terhadap kontrol NPK. Berdasarkan data tersebut maka perlakuan kitosan 10 ppm sama baiknya dengan kontrol pupuk kandang sapi. Sementara itu, peningkatan konsentrasi kitosan menyebabkan penurunan laju transpirasi, namun pada konsentrasi yang terlalu tinggi kitosan dapat memberi efek negatif pada pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu konsentrasi optimal kitosan untuk menurunkan laju transpirasi harus disesuaikan dengan parameter pertumbuhan yaitu 10 ppm.

Amaranthus hybridus L. or spinach always occupies a prime position in the vegetable consumption preferences of Indonesia rsquo s society. However, the use of inorganic fertilizers and drought stress are two obstacles in the cultivation of spinach plants. Chitosan, a chitin deacetylation biopolymer, is thought to have the potential to overcome both problems. This study aims to determine the effect and the optimal concentration of chitosan to increase vegetative growth and reduce the transpiration rate of spinach plants. The concentrations of chitosan used were 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, and 20 ppm. There are two control groups the NPK control and the cow manure control. Meanwhile, the four chitosan treatment use soil with cow manure 1:1. The results showed that the use of cow manure with 10 ppm chitosan was able to increase the number of leaves and wet weight significantly to the control of NPK. Based on this data, the 10 ppm chitosan treatment proves to be just as good as the control of cow manure. Meanwhile, the increase in chitosan concentration causes a decrease in transpiration rate, but at very high concentrations chitosan can have a negative effect on plant growth. Therefore, the optimal concentration of chitosan to decrease the transpiration rate should be adjusted with the growth parameter, specifically 10 ppm.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzia Rachmidiani
"Bahan bakar minyak dapat mengemisikan logam berat timbal ke udara dan akan jatuh mengikuti gaya gravitasi dan terakumulasi di tanah atau air. Tanah memiliki kemampuan untuk mempertahankan sebagian besar unsur berbahaya yang dikandungnya dalam waktu lama. Penanaman kangkung di pinggir jalan raya yang padat dilalui kendaraan bermotor akan berpengaruh terhadap kadar timbal di tanaman kangkung akibat penyerapan logam berat timbal dari lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi tingkat risiko kesehatan petani kangkung akibat pajanan timbal secara ingesti di kangkung yang ditanam di Kelurahan Sukapura, Jakarta Utara. Metode penelitian ini adalah Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap pola konsumsi kangkung pada 25 orang petani. Rata-rata konsentrasi timbal dalam kangkung adalah 1,54 mg/kg. Nilai ini telah melebihi standar BPOM No 23/2017 yaitu 0,2 mg/kg. Hasil nilai asupan (intake) realtime adalah sebesar 0,00026 mg/kg/hari dengan rata-rata durasi pajanan selama 21,08 tahun, berat badan 60 kg, dan frekuensi pajanan 52 hari/tahun. Nilai RQ sebesar 0,07 (RQ<1) menunjukkan kangkung masih aman untuk dikonsumsi.

Fuel can emit lead heavy metal into the air and will fall to the ground and accumulate in the soil or water. Soil has the ability to retain most of the harmful elements it contains in a long time. Planting water spinach on the edge of a road that is heavily traversed by vehicles will affect lead levels in water spinach due to the absorption of lead from the environment. This study aims to estimate the level of health risk of water spinach farmers due to ingestion of lead in water spinach grown in Sukapura District, North Jakarta. The method of this research is Environmental Health Risk Assessment of water spinach consumption in 25 farmers. The average concentration of lead in water spinach is 1.54 mg/kg. This value has exceeded BPOM standard No. 23/2017 which is 0.2 mg/kg. The results of realtime intake are 0,00026 mg/kg/day with an average duration of exposure of 21.08 years, body weight of 60 kg, and frequency of exposure 52 days/year. RQ value of 0.07 (RQ <1) indicates that water spinach is still safe for consumption."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Imania
"Kehamilan merupakan salah satu bagian dalam proses reproduksi manusia. Nutrisi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kehamilan. Kebutuhan nutrisi saat kehamilan meningkat, salah satunya kebutuhan zat besi yang berperan dalam pembentukan sel darah merah. Secara fisiologis, pada ibu hamil terjadi peningkatan volume darah dalam jumlah besar. Apabila tidak diimbangi dengan konsumsi zat yang cukup dapat menimbulkan anemia. Tujuan dari penulisan ini yaitu memberikan analisis pelaksanaan asuhan keperawatan masalah defisit nutrisi ibu hamil dengan anemia. Anemia adalah suatu keadaan kadar Hemoglobin (Hb) darah yang lebih rendah dari kadar normal sesuai umur dan jenis kelamin. Salah satu intervensi keperawatan untuk mengatasi anemia adalah dengan memberikan jus bayam dan tomat yang mengandung zat besi. Pemberian jus bayam dan tomat dilakukan selama 10 hari. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa klien mengalami peningkatan kadar hemoglobin sebesar 10,1g/dl.

Pregnancy is one part of the process of human reproduction. Nutrition is one of factors that influence pregnancy. Nutritional needs during pregnancy is increase, one of them is iron which is important in the formation of red blood cells. Physiologically, the blood volume of pregnant woman is increase in large numbers. If the consumption and needs of iron does not balanced, it can cause anemia. The purpose of this paper is to provide an analysis of the nursing care implementation of imbalance nutrition problems for pregnant women with anemia. Anemia is a situation which blood hemoglobin (Hb) levels are lower than normal levels according to age and gender. One of nursing intervention to increase blood hemoglobin levels in anemia is by giving spinach juice and tomatoes that contain rich iron substance. Spinach juice and tomatoes is given to pregnant woman for 10 days. The results obtained that the client experienced an increase in hemoglobin level of 10.1/dl."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Istatik Khoiriyah
"Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menganalisis pengaruh nitrat dan amonium serta pemberian strain Nostoc GIA13a terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman kangkung Ipomoea aquatica Forsk. pada sistem hidroponik menggunakan larutan Hoagland. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL yang terdiri dari 5 perlakuan dengan 8 ulangan. Kelima perlakuan tersebut ialah Hoagland dengan nitrat ditambah Nostoc P1, Hoagland dengan nitrat tanpa Nostoc P2, Hoagland dengan nitrat dan amonium tanpa Nostoc P3, Hoagland dengan amonium tanpa Nostoc P4, dan Hoagland dengan amonium ditambah Nostoc P5. Pemberian Nostoc sebanyak 2 g ke dalam larutan hara dilakukan pada 0 hst dan 14 hst. Hasil Uji LSD.

This research aims to analyze the effect of nitrate and ammonium as well as Nostoc sp. GIA13a on vegetative growth of water spinach plants Ipomoea aquatica Forsk. was carried out using a hydroponic system. Randomized Complete Design consisting of 5 treatments with eight replications was used in the study. The five treatments were Hoagland with nitrate plus Nostoc P1, Hoagland with nitrate minus Nostoc P2, Hoagland with nitrate and ammonium minus Nostoc P3, Hoagland with ammonium minus Nostoc P4, and Hoagland with ammonium plus Nostoc P5. Inoculation of 2 g of Nostoc sp. GIA13a in nutrient solution was performed at 0 hst and 14 hst. Furthermore, the LSD test results."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhenovita Salsabila
"Daun sambung nyawa (Gynura procumbens) dapat digunakan sebagai alternatif suplemen minuman herbal. Pendugaan umur simpan suplemen herbal jus daun sambung nyawa diperlukan agar diketahui durasi produk hingga mencapai kadaluarsa. Penelitian ini menggunakan variasi pengawet berupa natrium benzoat dan agen penstabil CMC (Carboxyl Methyl Cellulose). Untuk memperoleh umur simpan, penelitian ini meliputi uji kandungan fenolik, uji organoleptik, dan uji angka lempeng total. Pendugaan umur simpan jus daun sambung nyawa dilakukan dengan metode ASLT (Accelerated Shelf-Life Test). Hasil penelitian diperoleh bahwa pendugaan umur simpan diidentifikasi berdasarkan parameter kritis kandungan fenolik pada jus. Jus daun sambung nyawa murni memiliki pendugaan umur simpan 1; 1; 2 hari dengan suhu simpan senilai 38, 25, 7. Jus daun sambung nyawa dengan pengawet natrium benzoat memiliki umur simpan 3; 4; 4; dengan suhu simpan senilai 38, 25, 7. Jus daun sambung nyawa dengan agen penstabil CMC memiliki umur simpan 2; 3; 3 hari dengan suhu simpan 38, 25, 7. Jus daun sambung nyawa dengan pengawet natrium benzoat dan agen penstabil CMC memiliki umur simpan 7; 6; 7 hari dengan suhu simpan 38, 25, 7. Berdasarkan uji angka lempeng total, jus daun sambung nyawa murni memiliki tingkat cemaran mikroba di bawah standar terdapat pada umur simpan 2; 2; 2 dengan suhu simpan 38, 25, 7. Jus dengan penambahan natrium benzoat memiliki umur simpan 6; 6; 6 hari dengan suhu simpan 38, 25, 7. Jus dengan penambahan CMC memiliki umur simpan 6; 6; 6 hari dengan suhu simpan 38, 25, 7. Jus dengan penambahan natrium benzoat dan CMC memiliki umur simpan 8; 8; 6 dengan suhu simpan 38, 25, 7. Berdasarkan uji organoleptik yang meliput parameter rasa, aroma, dan tektur, jus daun sambung nyawa murni memiliki umur simpan rata-rata 2; 1; 1 hari dengan suhu simpan 38, 25, 7. Jus dengan penambahan natrium benzoat memiliki umur simpan 9; 8; 7 hari dengan suhu simpan 38, 25, 7. Jus dengan penambahan CMC memiliki umur simpan 9; 8; 7 hari dengan suhu simpan 38, 25, 7. Jus dengan penambahan natrium benzoat dan CMC memiliki umur simpan 18; 14; 12 hari dengan suhu simpan 38, 25, 7.

Herbal plants with Longevity Spinach (Gynura procumbens) are high in antioxidants. Longevity spinach can be added to beverages as an alternative herbal supplement. To enable their commercialization, it is necessary to estimate the shelf life of longevity spinach juice-based herbal supplements. Sodium benzoate and CMC (Carboxyl Methyl Cellulose) stabilizing compounds were employed as preservative variants in this research. In this study, the phenolic content, organoleptic tests, and bacterial colony counts (Total Plate Count) were used to assess the composition of nutrients contents of the juice. Using the ASLT (Accelerated Shelf-Life Test) method, the estimated shelf life of longevity spinach juice was calculated. The research demonstrated that the important characteristics of the juice's phenolic component concentration were used to estimate shelf life. Pure longevity spinach juice has an estimated shelf life of 1; 1; 2 days with a storage temperature of 38, 25, 7. Longevity spinach juice with preservative sodium benzoate has a shelf life of 3; 4; 4 days with a storage temperature of 38, 25, 7. Longevity spinach juice with CMC as stabilizing agent has a shelf life of 2; 3; 3 days with a storage temperature of 38, 25, 7. Longevity spinach juice with sodium benzoate and CMC has a shelf life of 7; 6; 7 days with a storage temperature of 38, 25, 7. Based on the total plate count test, pure longevity spinach juice has below standard microbial contamination levels at shelf life 2; 2; 2 days with a storage temperature of 38, 25, 7. Juices with the addition of sodium benzoate have a shelf life of 6; 6; 6 days with a storage temperature of 38, 25, 7. Juices with the addition of CMC have a shelf life of 6; 6; 6 days with a storage temperature of 38, 25, 7. Juice with the addition of sodium benzoate and CMC has a shelf life of 8; 8; 6 days with a storage temperature of 38, 25, 7. Based on organoleptic tests covering taste, aroma, and texture parameters, pure longevity spinach juice has an average shelf life of 2; 1; 1 with a storage temperature of 38, 25, 7. Juices with the addition of sodium benzoate have a shelf life of 9; 8; 7 days with a storage temperature of 38, 25, 7. Juices with the addition of CMC have a shelf life of 9; 8; 7 with a storage temperature of 38, 25, 7. The juice with the addition of sodium benzoate and CMC has a shelf life of 18; 14; 12 with a storage temperature of 38, 25, 7."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saskia Azizah
"Kehamilan merupakan proses alami yang terjadi pada seorang wanita. Pengalaman ini akan dihadapi oleh seorang ibu, perlu persiapan yang maksimal baik secara mental maupun fisik sehingga dapat meminimalkan kondisi yang abnormal. Kehamilan yang terjadi pada seorang ibu akan mempengaruhi kondisi fisiologis maupun psikososial, sehingga ibu hamil akan menlalui proses adaptasi, salah satu yang perlu diperhatikan yakni nutrisi yang baik untuk ibu dan janin. Selain itu, perubahan fisiologis pada ibu hamil terjadi peningkatan volume darah yang lebih cepat dari pembentukan sel darah merah. Apabila tidak diimbangi dengan konsumsi nutrisi yang cukup dapat menimbulkan anemia. Anemia merupakan suatu keadaan kadar Hemoglobin (Hb) darah yang lebih rendah dari kadar normal sesuai umur dan jenis kelamin. Sebagai akibat dari ketidakmampuan jaringan membentuk sel darah merah guna mempertahankan kadar hemoglobin pada tingkat normal. Seseorang wanita hamil yang memiliki Hb kurang dari 10g/dl barulah disebut anemia dalam kehamilan. Intervensi yang dilakukan adalah dengan pemberian jus bayam dan tomat yang mengandung kaya zat besi dan vitamin C. Intervensi ini dilakukan selama 7 hari. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa klien mengalami peningkatan kadar hemoglobin sebesar 9,4 g/dl.

Pregnancy is a natural process that occurs in a woman. This experience will be faced by a mother, it needs maximum preparation both mentally and physically so as to minimize abnormal conditions. Pregnancy that occurs in a mother will affect physiological and psychosocial conditions, so that pregnant women will go through a process of adaptation, one of which needs to be considered is good nutrition for the mother and fetus. In addition, physiological changes in pregnant women include an increase in blood volume that is faster than the formation of red blood cells. If it is not balanced with adequate nutritional consumption, it can cause anemia. Anemia is a condition of blood hemoglobin (Hb) levels that are lower than normal levels according to age and gender. As a result of the inability of tissues to form red blood cells to maintain hemoglobin levels at normal levels. A pregnant woman who has an Hb of less than 10g/dl is then called anemia in pregnancy. The intervention was carried out by giving spinach and tomato juice containing rich iron and vitamin C. This intervention was carried out for 7 days. The results showed that the client had an increase in hemoglobin levels of 9.4 g/dl."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Utami Andayani
"Sungai sejak bertahun-tahun Iamanya telah menjadi tempat penampungan berbagai bahan buangan, yang paling berbahaya adalah bahan buangan anorganik, karena umumnya berupa limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila limbah ini dapat masuk ke dalam perairan, maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam dalam air. Air yang mengandung ion-ion logam tersebut sangat berbahaya bagi tubuh manusia dan tidak dapat dimanfaatkan bagi peruntukan apapun, termasuk air rninum.
Sayuran merupakan salah satu bahan pangan yang relatif murah dan dikonsumsi secara Iuas. Dari beragam jenis sayuran yang dijual di wilayah DKI Jakarta, di antaranya berasal dari bantaran sungai yang telah tercemar. Kangkung merupakan tanaman sayur yang cukup banyak diminati masyarakat yang berdomisili di Jakarta Pusat, karena memiliki rata-rata produksi yang tinggi dibandingkan dengan komoditi sayur lain seperti bayam dan sawi. Sempadan Sungai Ciliwung bagian hilir di Kelurahan Kebon Kacang, Kecamatan Tanah Abang sering digunakan sebagai kawasan sungai untuk menanam kangkung dan daerah tersebut memiliki jumlah penduduk sangat padat.
Permasalahan mengenai lingkungan semakin terasa seiring dengan dirubahnya kawasan hutan lindung menjadi kawasan permukiman dan persawahan atau penyedia pangan lainnya. Permasalahan akan menjadi lebih kompleks dengan terjadinya pencemaran air oleh limbah domestik maupun industri.
Masalah dalam penelitian ini dirumuskan melalui pertanyaan sebagai berikut: Bagaimana kandungan timbal dalam kangkung di sempadan Sungai Ciliwung; dan bagaimana faktor sosial ekonomi petani penggarap mempengaruhi pengelolaan sayur kangkung di sempadan Sungai Ciliwung.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kandungan timbal (Pb) pada daun kangkung yang ditanam di sempadan Sungai Ciliwung, sebagai dampak penggunaannya menjadi lahan pertanian dan faktor sosial ekonomi petani penggarap. Hasi1 penelitian diharapkan berguna bagi petani penggarap, pedagang, dan konsumen sayur untuk memperoleh informasi mengenai umur tanaman yang dapat dipanen dan jarak lokasi tanaman kangkung dari tepi sungai yang paling sedikit mengandung timbal. Selain itu, bagi Pemerintah Daerah DKI Jakarta, khususnya Suku Dinas Pertanian Jakarta Pusat, dapat menggunakan informasi ini untuk mengelola kawasan tersebut.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah kandungan timbal tertinggi dalam daun kangkung yang ditanam pada jarak terdekat dari sempadan sungai dan makin tua umur tanaman kangkung, makin tinggi kandungan timbal.
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dan survei deskriptif. Penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetahui kandungan timbal dalam daun kangkung dan penelitian survei deskriptif untuk mengetahui kondisi sosial dan ekonomi petani penggarap tanaman kangkung.
Penelitian dilakukan di lokasi pertanian kangkung di kawasan sempadan Sungai Ciliwung bagian hilir yang secara administratif termasuk Kelurahan Kebon Kacang, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Dilaksanakan selama tiga bulan, dari bulan Mei sampai Juli 2001 yang meliputi survei pendahuluan selama satu bulan, kegiatan penanaman dan pengambilan contoh selama satu bulan, dan analisis di laboratorium selama satu bulan.
Parameter yang diukur dalam penelitian eksperimen adalah kandungan timbal dalam daun kangkung. Tanaman kangkung yang dicabut untuk diukur kandungan timbal pada daun, adalah tanaman kangkung umur 7, 17 dan 25 had setelah tanam kemudian ditanam pada lokasi' berjarak 10 meter, 20 meter dan 30 meter dari tepi sungai. Sedangkan untuk pengambilan data sosial ekonomi dilakukan secara purposive dan berdasarkan kesediaan menjadi responden, sehingga hanya dilakukan pada lima (5) orang petani penggarap yang melakukan usahatani kangkung di sempadan sungai.
Jenis data yang dikumpulkan ada dua jenis, yaitu: data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan berpedoman pada suatu daftar pertanyaan (kuesioner) dan juga dilakukan pengamatan langsung (observasi) untuk melengkapi data primer. Analisis data yang digunakan adalah analisis secara kualitatif dan kuantitatif.
Setelah dilakukan analisis contoh di laboratorium, maka dilakukan uji statistik terhadap data yang diperoleh untuk mengukur perbedaan tingkat kandungan timbal yang berasal dari ketiga petak yang berbeda jarak lokasi dan umur tanaman dengan menggunakan ANOVA dari program Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 10.00.
Petani penggarap yang menjadi responden umumnya tidak mempunyai Kartu Tanda Penduduk (KTP) DKI Jakarta dan berasal dari sekitar Bogor. Umur rata-rata responden adalah 40 tahun, dengan kisaran antara 30 sampai 60 tahun dan memiliki tingkat pendidikan umumnya tamat Sekolah Dasar. Alasan responden melakukan usahanya di kawasan sempadan sungai, karena tidak memiliki lahan untuk bercocok tanam dan tidak memiliki pekerjaan lain, yang sesuai. Sebagian responden tidak memiliki pekerjaan tambahan, namun ada juga yang mempunyai pekerjaan sambilan sebagai pedagang atau buruh.
Responden lebih memilih menanam kangkung karena panen lebih sering berhasil dibandingkan dengan menanam jenis sayuran lain, selain itu panen juga relatif pendek, hanya 25 hari. Komoditi kangkung paling mudah terjual dan dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat. Pendapatan yang diperoleh responden dari sekali panen, besarnya mencapai Rp 300.000,- sampai Rp 350.000,- dengan masa panen antara 25 sampai 27 hari.
Kandungan timbal dalam daun kangkung berumur 7 hari tidak diperhitungkan, karena jumlahnya sangat kecil yaitu < 0,2 ppm. Untuk kandungan timbal dalam daun kangkung yang berumur 17 hari setelah tanam (2,33 ppm) dengan daun kangkung yang berumur 25 had, setelah tanam (2,58 ppm) pada jarak tanam 10 meter dari tepi sungai menunjukkan adanya perbedaan yang berarti. Namun, tidak demikian halnya untuk kangkung berumur 17 hari setelah tanam (1,5 ppm) dengan kangkung berumur 25 hari setelah tanam pada jarak tanam 20 meter dari tepi sungai (0,93 ppm) dimana tidak ditemukan perbedaan yang cukup signifikan. Untuk kadar Pb antara kangkung berumur 17 hari setelah tanam (0,93 ppm) dengan kangkung berumur 25 hari setelah tanam (1,55 ppm) pada jarak 30 meter dari tepi sungai juga ditemukan tidak adanya perbedaan. Berard dapat disimpulkan, hanya untuk jarak 10 meter dari sempadan sungai, makin tua umur tanaman kangkung makin tinggi kandungan timbalnya.
Mengenai kadar Pb antara kangkung yang ditanam pada jarak 10 meter (2,33 ppm), 20meter (1,2 ppm) dan 30 meter (0,93 ppm) dari tepi sungai pada umur 17 hari setelah tanam terdapat adanya perbedaan. Demikian juga dengan kadar Pb pada umur 25 hari setelah tanam, untuk jarak 10 meter (2,58 ppm), 20 meter (0,93 ppm) dan 30 meter (1,55 ppm) ditemukan adanya perbedaan. Berarti dapat disimpulkan bahwa kandungan timbal tertinggi dimiliki oleh daun kangkung yang memiliki jarak terdekat dari sempadan sungai.

For years river has been the reservoir of various kinds of waste, the most dangerous ones being non-organic materials that generally comprise non-decomposable Matters that are not easily degraded by microorganism. If such waste is allowed to enter waterways, it will increase the level of lead ions in the water, Water containing lead ions is highly dangerous for human body and cannot be utilised for whatever purposes, including for drinking water.
Vegetables are relatively inexpensive food stuff that are widely consumed. Some of the various types of vegetables popularly sold within the DKI Jakarta region, originate from polluted riversides. Kangkung (ipomoea reptans Poir) is a popular vegetable plant among the population of Central Jakarta as it has an average high production compared with other vegetable commodities such as local spinach (bayam) and mustard greens (saws). The downstream riverside areas of Ciliwung at the Kelurahan (town council) of Kebon Kacang, Kecamatan (sub-district administration) of Tanah Abang, are often used for kangkung farmland. This area is also densely populated.
Environmental problems are increasingly felt along with the changing of conservation forest zones into residential areas and rice fields or other food supply areas. Problems will complicate further with the water pollution caused by domestic and industrial wastes.
The problems covered in this research is defined into the following questions: How far is the impact of the lead content in kangkung planted by the riversides of Ciliwung; and how do the social-economic factors of the kangkung farm labours affect the production process of kangkung by the riversides of Ciliwung?
The objectives of this research are to find out the lead (Pb) content in kangkung leafs planted by the riversides of Ciliwung, as the impact of the use of the area as farmland, and the social-economic factors of the farm labours. The finding of this research is expected to render benefits for vegetable working farmer, traders and consumers by providing information on the harvesting age of the plant and the ideal distance for kangkung plant from the riverside with the minimum lead content. Furthermore, the information gathered in this research may also be made use of by the Municipal Government of DKI Jakarta, especially the Agricultural Sub Bureau of the Central Jakarta in managing the riverside areas.
The hypothesis of this research is that the highest lead content level is found in kangkung leafs planted at the closest distance from the riversides, and the older the age of the kangkung plant is, the higher is the lead content level.
The methods used in this research were by experimental study and by descriptive survey. Experimental study was conducted to find out the lead content in kangkung leaf, whereas the descriptive survey was applied to find out the social-economic condition of kangkung farm labours.
This research was performed at the location of kangkung farmland in the downstream area of Ciliwung riversides administratively belonging to the Kelurahan of Kebon Kacang, Kecamatan of Tanah Abang, Central Jakarta. The research lasted three months, from May up to July 2001, comprising one month preliminary survey, one month planting and sampling, and one month laboratory analysis.
The measuring parameter used in this experimental research was the lead content level in kangkung leaf. Kangkung plant picked for the measuring of lead content in the leafs comprising those of 7, 17 and 25 days old after planting, that were planted at the location of 10, 20 and 30 meters distance from the riverside. The social-economic data collection was performed by purposive method and was based on the willingness of the respondents. As such, it was only taken from 5 farm labours who lived by planting kangkung by the riversides.
There were two types of data collected, namely: primary data and secondary data. Primary data were collected through interviews using questionnaires as a guideline, and through direct observation in completing the primary data. Data analysis was made using qualitative and quantitative methods. After laboratory analysis was completed, statistic test was made on the obtained data in order to measure the different levels of lead content originating from three planting patches of different distances from the riverside, with different plant ages, using ANOVA method of version 10.00 of Statistical Product and Service Solutions (SPSS) program.
Farm labours among the respondents generally did not have any DKI Jakarta citizen identity card, and most of them came from Bogor. The average age of the respondents were 40 years, ranging from 30 to 60 years old, having a general educational level of finishing elementary school. The reason of the respondents for farming by the riverside was that they did not have any land for farming and they did not have any other suitable work alternatives. Part of the respondents did not have any other additional work, however some did have sideline work as traders or labourers.
The respondents preferred planting kangkung as the harvest was more often successful compared with other vegetable crops, and the harvest took relatively shorter period of only 25 days. Kangkung as commodity sells best and is consumed by all levels of people. The respondents' income from one harvesting amounted to Rp. 300,000,- up to Rp. 350,000,- with harvesting period ranging from 25 to 27 days.
The lead content in kangkung leaf of 7 days old was not included in this research, since the level is relatively small being only <0.2 ppm. Significant difference was found in the lead content of kangkung leafs of 17 days old after planting (2.33 ppm) and those of 25 days old after planting (2.58 ppm), planted at a location of 10 meters from the riverside. However, there was no significant difference found in kangkung leafs of 17 days old after planting (1.5 ppm) and those of 25 days old after planting (0.93 ppm) planted on a location of 20 meters from the riverside. No difference was found in the Pb levels in kangkung leaf of 17 days old after planting (0.93 ppm) and in those of 25 days old after planting on a location of 30 meters from the riverside. Therefore, it may be concluded that with the planting location of only 10 meters from the riverside, the older the kangkung planting age is, the higher is the lead content level.
There are differences in the Pb levels between kangkung being planted on a location of 10 meters from the riverside (2.33 ppm), and those planted on a location of 20 meters from the riverside (1.5 ppm), and those on a location of 30 meters from the riverside (0.93 ppm) of 17 days old from planting. Similarly with the Pb levels of the plant at the age of 25 days after planting for planting locations of 10 meters (2.58 ppm), 20 meters (0.93 ppm) and 30 meters (1.55 ppm) from the riverside. It may be concluded that the highest lead content level is found in kangkung leaf planted at a closest distance from the riverside.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T555
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library