Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49138
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yofentina Iriani
Abstrak :
ABSTRAK
Penumbuhan lapisan tipis Barium Strontium Titanat (Ba1-xSrxTiO3) dengan berbagai doping telah berhasil dilakukan di atas substrat Pt/Si menggunakan metode Chemical Solution Deposition yang disiapkan dengan spin coating. Ada tiga tahap penting dalam pembuatan lapisan tipis dengan metode ini yaitu pembuatan Iarutan, proses spin coating, dan proses annealing. Optimalisasi parameter-parameter yang terkait dengan proses pembuatan lapisan tipis telah dilakukan yang meliputi jenis substrat, jumlah lapisan, kecepatan dan waktu putar pada proses spin coating, suhu dan waktu annealing, heating rare. Optimalisasi parameter penumbuhan lapisan tipis Ba1-xSrxTiO3 di atas substrat yang disiapkan dengan spin coater adalah keoepatan putar saat proses spin coating, 3000 rpm selama 30 detik dengan suhu annealing 800°C selama 3 jam dengan heating rare 2°C/menit. Pada variasi berbagai ion dopan yang diberikan pada BST didapatkan lanthanum merupakan ion dopan yang sangat baik untuk meningkatkan sifat ferroelektrik untuk aplikasi memori karena dengan pemberian 1% mol dopan lanthanum bisa menaikkan polarisasi remanen sekitar 37% dan menurunkan medan koersif sekitar 0,8%.
ABSTRACT
Barium Srontium Titanate thin films (Ba1-xSrxTiO3) with variation ion dopant have been developed on Pt/Si substrates by using Chemical Solution Deposition method followed by spin coating. There are three steps for deposition of thin films: solvent preparation, spin coating process, and annealing process. Optimalisation of the parameters related to the dcpostion of thin films process have been done by varying the substrates, quantity of layers, angular velocity and time of spin coating process, temperature and time of annealing, and the heating rate. The optitmnn parameters of Ba1-xSrxTiO3; thin film deposition on substrate Pt/Si was found at 3000 rpm angular velocity of spin coating process for 30 second at annealing temperature 800°C for 3 hours with heating rate 2°C/menit. On varying the ion dopant given on BST, lanthanum was found to be the best ion dopant to increase ferroelectric properties for memory application, here 1% mol dopant lanthanum can increase remanen polarization approximately 37% and reduce coersif field approximately 0,8%.
Depok: 2009
D1227
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Budiawanti
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mensintesa dan mengoptimasi thick film BaFe12O19 fasa tunggal, thick film BaTiO3 fasa tunggal dan material multilayer BaTiO3/ BaFe12O19 dengan metode Sol-Gel/Spin Coating. Karakterisasi dilakukan untuk mengetahui sifat ferromagnetik dan ferroelektrik.  Deposisi material multilayer dilakukan pada substrat single crystal Si (100) menggunakan spin coater. Thick film BaFe12O19 fasa tunggal berhasil disintesa dengan parameter optimum jumlah lapisan 9 lapis,  kecepatan putaran 3000 rpm, temperature annealing 10000C selama 3 jam, dan rasio molar Ba: Fe = 1 : 8. Hasil karakterisasi SEM menunjukkan bahwa material multilayer BaFe12O19 memiliki distribusi ukuran dan bentuk partikel yang  homogen, dengan ukuran partikel berkisar antara 100-150 nm dan tebal sekitar 2,9 µm. Hasil uji VSM pada material multilayer BaFe12O19 menunjukkan nilai koersivitas  pada arah parallel dan perpendicular yang hampir sama yaitu 2,5 kOe. Thick film BaTiO3 fasa tunggal berhasil dideposisikan dengan kondisi proses optimum yaitu, temperatur annealing 8000C selama 4 jam dan kecepatan putaran 4000 rpm.  Film BaTiO3 dengan jumlah lapisan 5 lapis mempunyai ketebalan 2,6-3,2 µm. Material multilayer BaTiO3/ BaFe12O19 berhasil dideposisikan pada substrat Si dengan metode sol-gel/spin coating serta menunjukkan sifat ferromagnetik dan ferroelektrik. Nilai magnetik Saturasi, Remanen, dan medan koersif pada material multilayer BaTiO3/ BaFe12O19 yaitu 2,7 memu, 1,3 memu dan 1,7 kOe. Sedangkan kurva histerisis elektrik menunjukkan nilai polarisasi spontan (Ps), polarisasi remanen (Pr) dan medan Coersive (Ec)  berturut-turut 5,4 mC/cm2, 6,2 mC/cm2 dan 1 kV/cm.
In this research, single phase thick film BaFe12O19, BaTiO3 and BaTiO3/ BaFe12O19 multilayer had been synthesized by sol gel/spin coating method. Ferroelectric and ferromagnetic properties were observed. Multilayer materials was deposited on single crystal substrate Si (100) using a spin coater. Single phase thick film BaFe12O19  was synthesized with optimum parameters of  9 layers, 3000 rpm rotation speed, 10000C annealing temperature for 3 hours, and molar ratio Ba:Fe = 1: 8. The characteristic SEM images indicate that the multilayer BaFe12O19 material has a homogeneous size and shape distribution of particles, with crystallite size 100-150 nm. The magnetic hysteresis loops for single phase thick film BaFe12O19 showed that perpendicular and in-plane coercivity had the same value of 2,5 kOe. Single phase thick film BaTiO3 was successfully deposited with optimum process conditions which were annealing temperature at  8000C for 4 hours and rotation speed 4000 rpm. The BaTiO3 film with 5 layers has a thickness of  2.6-3.2 µm. BaTiO3/ BaFe12O19 multilayer material was successfully deposited on the Si substrate with the sol-gel/spin coating method and showed ferromagnetic and ferroelectric properties. The saturation magnetization (Ms), remanent magnetization (Mr), and coercivity of BaTiO3/ BaFe12O19 multilayer material are 2.7 memu, 1.3 memu and 1.7 kOe. From ferroelectric hysteresis loop it can be inferred that the values of remanent polarization (Pr), spontaneous polarization (Ps) and coercive field (Ec) are ,4 mC/cm2, 6.2 mC/cm2 and 1kV/cm, respectively.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
D2541
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Eko Prastyo
Abstrak :
ABSTRAK
Telah berhasil dilakukan sintesis semikonduktor Cu2ZnSnS4 (CZTS) sebagai absorber sel surya lapis tipis menggunakan metode yang ekonomis dan ramah lingkungan menggunakan sistem prekursor baru basis pelarut etanol. Dipelajari pengaruh penggunaan ethanolamine (ETA) dan 2-mercaptopropionic acid (MPA) sebagai stabilisator dan untuk menurunkan tegangan permukaan prekursor pada proses deposisi. Prekursor CZTS dilakukan deposisi diatas kaca soda lime pada nilai konsentrasi yang berbeda. Pengaruh sistem prekursor yang digunakan, etanol-ETA-MPA dan etanol-MPA, terhadap struktur, morfologi, komposisi dan sifat optik lapis semikonduktor CZTS dibahas detail. Analisis uji X-ray diffraction dan energy dispersive spectroscopy menunjukkan fasa kesterite CZTS dengan kristalinitas yang tinggi. Kristalinitas CZTS meningkat seiring dengan meningkatnya molaritas prekursor etanol-MPA. Fenomena tersebut berjalan liniar sebelum mencapai nilai molaritas prekursor 2.2 molar. Sedangakn eksperimen menggunakan prekursor etanol-ETA-MPA 1.2 molar dan 1.6 molar tidak menunjukkan kenaikan kristalinitas yang signifikan. Kristalinitas CZTS tertinggi didapat menggunakan prekursor etanol-MPA 2 molar dengan nilai energi celah pita 1.3 eV. Hasil rekam morfologi permukaan CZTS menggunakan SEM menunjukkan bahwa senyawa CZTS terbentuk dengan besar butir sekitar 1.5 mikrometer dan beberapa porositas yang dapat diminimalisir melalui optimalisasi sistem prekursor dan perlakuan termal. Hasil studi pada penelitian ini dapat berperan dalam menurunkan biaya produksi semikonduktor CZTS dengan sifat kristalinitas tinggi.
ABSTRACT
Hereby, we present a new, cost-effective and environmentally friendly method of preparing a high crystalline Cu2ZnSnS4 (CZTS) absorber layer for thin film solar cells using ethanol-based solutions. Ethanolamine (ETA) and 2-mercaptopropionic acid (MPA) were studied as stabilizer and to improve wetting ability of the precursors during deposition process. Cu2ZnSnS4 precursors is deposited onto soda lime glass using spin coater in different molar of kations in the precursors. The effects of the precursor system, ethanol-ETA-MPA and ethanol-MPA, on the structure, morphology, composition and optical properties of CZTS thin films have been investigated in details. X-ray diffraction and energy-dispersive X-ray spectroscopy analyses confirmed the succesful fabrication of high crystalline Cu2ZnSnS4 kesterite phase. The crystallinity of CZTS in continue increasing before reaching 2.2 molar kations of the ethanol-MPA precursors. The crystallinity of ethanol-ETA-MPA precursors remain similar in the experiment using 1.2 molar and 1.6 molar. The highest crystallinity was achievedusing 2 molar kations of the precursors ethanol-MPA. Its band gap energy is found to be around 1.3 Ev. The SEM micrographs of CZTS film shows the average grain size around 1.5 micrometer and some porosity which indicated the room of improvement. The high-crystallinity CZTS achieved in the present study brings a low-cost absorber semiconductor one step closer to practical use.
2016
S63796
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sahri Karim Alfauzan
Abstrak :
ABSTRAK
Pelarut etanol banyak digunakan sebagai pensintesis senyawa Cu2ZnSnS4, karena harganya relatif murah dan ramah lingkungan. Namun, elemen karbon sebagai salah satu penyusun etanol sering membentuk residu karbon setelah pengeringan dan annealing. Pada penelitian ini, diamati pengaruh waktu preannealing terhadap konsentrasi karbon dan pengaruhnya pada struktur dan sifat optik dari lapis tipis Cu2ZnSnS4 hasil sintesis menggunakan spin coating dengan pelarut etanol setelah di annealing. Hasil dari penelitian didapatkan semakin lama waktu preannealing didapatkan konsentrasi karbon yang semakin rendah, struktur dan morfologi yang semakin baik, namun hasil sifat optik yang dihasilkan kurang sesuai.
ABSTRACT
Ethanol is widely used for synthesizing Cu2ZnSnS4 compounds, because it is relatively cheap and environmentally friendly. However, carbon elements inside ethanol, usually can form carbon residue after dried and annealed. This study consents on the effects of pre-annealing time to carbon concentration and its effects to structures and optical properties from spin coated Cu2ZnSnS4 thin film with ethanol solvent after annealed. The results of this study are the longer pre-annealing time, the less carbon concentration and better structures and morphology. However, optical properties is not expected
[;;, , ]: 2016
S65450
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwanto
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S29006
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Wijaya
Abstrak :
Pelapisan zirkonia film pada bahan dasar aluminium alloy dibuat dengan menggunakan metoda sol-gel yang telah dimodifikasi dan teknik spinning coating. Asam asetat digunakan sebagai stabiliser pada pembuatan sal dan asam nitrat digunakan sebagai agen peptitiser dengan perbandingan terhadap alkoxide 2 dan 0,032. Penambahan yttria dilakukan dengan perbandingan berat oksidanya terhadap oksida total dalam sol sebesar 2,5; 5; dan 10%. Kristalisasi mulai terbentuk pada suhu sekitar 420°C dalam bentuk kubik atau tetragonal dan tidak mengalami perubahan phase hingga pembakaran suhu 600 C maupun akibat penambahan yttria dalam sol. Penambahan yttria tidak mempengaruhi suhu terbentuknya kristal (kristalisasi). Karakterisasi mekanis hasil dilakukan dengan uji menggunakan UMIS 2000 Ultramicrohardness Indentation System, kekerasan film tidak digunakan sebagai kekerasan baku sifat bahan karena dijumpai permasalahan pada alat UMIS (kekerasan film maksimum 1,59 GPa, jauh dari data referensi). Dari hasil analisis dengan SEM, diduga deformasi yang terjadi mengikuti proses konservasi volume. Penambahan yttria pada sal tidak memberi perubahan yang cukup berarti pada sifat kekerasan film hasil. ......Zirkonia thin film coatings on aluminium alloy substrats have been made by modified sol-gel method and spin coating technique. Acetic acid is used as a stabilizer sols (as modifier) and nitric acid as peptitizer in the ratio toalkoxide of 2 and 0.032 respectively. The addition of yttria is in the ratio 2.5, 5 and 10 % weight to total oxide in sols. Crystallization of the fifms began at about 420 C in cubic or tetragonal form and had no changes after firing up to 600°C and addition of yttria in sols. The addition of yttria caused no changes in crystallization temperature. Ultramicro indentation tests were carried out using UMIS 2000 Ultramicrohardness Indentation System. The hardness analysis results can not be used as the properties of film because there was a problem with the UMIS. From SEM images, it is predicled that the stable deformation suggested a volume conserving process. The addition of yttria to sols does not change much on the hardness properties of resulting thin film.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bobi Khoerun
Abstrak :
Organic Light Emitting Diode OLED merupakan divais fotonik yang terdiri dari katoda, anoda, dan sebuah lapisan emissive dari bahan organik yang dapat memancarkan cahaya ketika dialiri arus listrik. Ada beberapa teknik yang digunakan dalam fabrikasi OLED diantaranya yaitu teknik laminasi. Laminasi bertujuan untuk melekatkan kontak anoda dan katoda yang sudah dilapisi bahan organik polyfluorene PFO . Tahun 2015 peneliti sebelumnya pernah melakukan fabrikasi Organic Light Emitting Diode OLED dengan alat laminasi biasa dan ruangan yang belum clean room tetapi hasil fabrikasi belum dapat memancarkan cahaya. Berdasarkan publikasi penelitian sebelumnya, penulis memfabrikasi Organic Light Emitting Diode OLED dengan alat laminasi biasa dan ruangan yang belum clean room. Langkah-langkah yang dilakukan adalah dengan memvariasikan waktu ultrasonic cleaning, kecepatan rotasi spin coating, dan suhu laminating sehingga mendapatkan kondisi fabrikasi yang optimal. Hal ini dilakukan supaya hasil karakterisasi OLED sesuai dengan karakterisasi dioda dan dapat memancarkan cahaya. Hasil tesis ini adalah berhasil difabrikasi Organic Light Emitting Diode OLED dengan teknik laminasi dan OLED dapat memancarkan cahaya pada tegangan 7V. ......Organic Light Emitting Diode OLED is a photonic device consist of cathode, anode, and an emissive layer made from organic material that can emit light when drived by electrical current. There are several techniques that used in OLED fabrication such as lamination technique. The aim of laminating is attach contact of anode and cathode that have been coated with polyfluorene PFO. In 2015 previous researcher have done fabricated Organic Light Emitting Diode OLED with usual laminating tool and not use cleaning room so the result of fabrication has not been able emit light. Based on the previous research publication, the author fabricate Organic Light Emitting Diode OLED with the usual laminating tool and not use cleaning room. The steps taken are varying ultrasonic cleaning time, spin coating rotation rate, and laminating temperature to obtain optimal fabrication conditions so the OLED characterization result is same with dioda characterization and Organic Light Emitting Diode OLED can emit light. The result of this thesis is successfully fabricated Organic Light Emitting Diode OLED with lamination technique and OLED can emit light at 7V voltage.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T48033
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Harrison Winnetouw
Abstrak :
Seiring penambahan penggunaan energi terbarukan di dunia, semakin banyak penggunaan panel surya sebagai alternatif penghasil energi yang dapat digunakan dalam skala residensial maupun industri. Namun, terdapat kekurangan dari penggunaan panel surya sebagai alternatif yaitu efisiensi penyerapan sinar matahari yang masih kecil. Berbagai riset dilakukan untuk mendapatkan material baru sel surya yang memiliki efisiensi yang lebih besar, salah satunya adalah sel surya perovskite. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan menggunakan material tambahan yaitu cesium pada material aktif sel surya perovskite berbasis prekursor methylammounium lead iodide yang dilakukan dengan metode spin-coating dengan bahan baku methylammonium iodide, cesium iodide sebagai agen doping dengan konsentrasi doping berkisar antara 0;1; dan 5%. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk menguasai teknik doping kation cesium pada sel surya perovskite, mengetahui efek doping cesium apda struktur kristal, tingkat kristalinitas, absorbansi, serta mengetahui konsentrasi dopan optimal untuk menaikkan efisiensi dan stabilitas sel surya perovskite. Karakterisasi sampel dilakukan dengan menggunakan XRD, SEM, UV-Vis, Uji dan Solar Simulator. Eksperimen mengindikasikan bahwa konsentrasi cesium memberikan peningkatan ukuran butir, absorbansi serta meningkatkan efisiensi teoritis dari sel surya perovskite. Sel surya yang paling optimal didapatkan pada sel surya dengan konsentrasi doping cesium 1% dengan peningkatan kristalinitas pada fasa perovskite dari 1911 cps menjadi 1995 cps, peningkatan ukuran butir maksimal dari 1661 nm menjadi 2800 nm, peningkatan absorbansi pada rentang panjang gelombang 300-450 nm, dan peningkatan efisiensi teoretis dari 1,35 menjadi 2,88%. Berdasarkan hasil optimal dari eksperimen tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode doping cesium pada sel surya perovskite berbasis prekursor methylammonium lead iodide meningkatkan performansi dan dapat berpotensi menjadi salah satu metode untuk menghasilkan panel surya yang memiliki efisiensi yang tinggi. ......Along with the increasing use of renewable energy in the world, increasing the use of solar panels as an alternative energy producer can be used on a residential or industrial scale. However, there are drawbacks on using solar panels as an alternative, namely the efficiency of absorbing sunlight is still small. Various studies have been conducted to obtain new solar cell materials that have greater efficiency, one of which is perovskite solar cells. Therefore, this study aims to use an additional cation, namely cesium in the active material of perovskite solar cells based on the precursor methylammonium lead lodide which is fabricated by the spin-coating method with methylammonium iodide as raw material, cesium iodide as a doping agent with doping concentrations ranging from 0,1, and 5%. In particular, this study aims to understand the cesium cation doping technique in perovskite solar cells, determine the effect of cesium doping on crystal structure, crystallinity level, absorbance, and determine the optimal dopant concentration to increase the efficiency and stability of perovskite solar cells. Sample characterization was carried out using XRD, SEM, UV-Vis, Test and Solar Simulator. Experiments indicate that cesium concentrations increase grain size, absorbance and increase the power conversion efficiency of perovskite solar cells. The most optimal solar cells were found in solar cells with 1% cesium doping concentration with an increase in crystallinity in perovskite phase from 1911 cps to 1995 cps, increase in maximum grain size from 1661 nm to 2800 nm, an increase in absorbance in the wavelength range of 300-450 nm, and improvement of maximum theoretical efficiency from 1,35 to 2.88%. Based on the optimal results from these experiments, it can be concluded that the cesium doping method on perovskite solar cells based on methylammonium mead iodide precursors improves performance and can be a method for producing solar panels that have high efficiency.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Telah dibuat suatu alat ukur untuk menetukan konstanta dielektrik lapisan tipis dengan metode arus konstan. Alat itu, dicoba untuk mengukur lima sampel yaitu substrat corning dideposisi lapisan tipis dengan teknik spin coating dari PIZT 8%, PVZT 8%, PNT8%, dan PGZT 8%. Hasil yang diperoleh dari pengukuran mengalami problem sehingga tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan. Oleh karena itu penghitungan konstanta dielektrik dilakukan dengan menggunakan bantuan RCL meter tipe Fluke PM6306. Hasil penghitungan konstanta memakai alat yang dibuat yang diprogram dengan Labview diperoleh Hasil penghitungan konstanta masing-masing sampel tersebut adalah dengan program Labview diperoleh K substrat corning = 3,33; K PIZT 8% = 9,97; K PVZT 8% = 19,88; K PNZT 8% = 11,60 dan K PGZT 8% = 8,06. Dibandingkan dengan hasil pengukuran memakai RCL meter Fluke PM 6306 diperoleh K substrat corning = 2,061; K PIZT 8% = 20,178; K PVZT 8% = 22,923; K PNZT 8% = 22,211 dan K PGZT 8% = 20,062. Hal ini menunjukkan ada perbedaan yang berarti. Untuk itu perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut.
[Universitas Indonesia, ], 2006
S29147
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>