Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria A. Wijaya Rini
"Faktor-faktor sosial demografis dan psikososial yang berpenguruh pada praktik kesehatan ibu hamil di Amerika Serikai ditinjau kembali, sebagai dasar untuk melihat implikasinya pada primigravida di Indonesia selama trimester kedua. Faktor-faktor sosial demografis meliputi ras, usia, pendidikan, don status sosial ekonomi. Faktor-faktor psikososial mencakup dukungan sosial, motivasi, dan stres. Tiga belas jurnal kesehatan dan keperawatan di Amerika Serikat dikaji. Hasilnya menunjukkan bahwa, dengan mengabaikan ras, selama kehamilan wanita di Amerika Serikat melakukan penyesuaian terhadap praktik kesehatannya. Diantara beberapa kelompok budaya di Amerika Serikat, faktor-faktor sosial demografis berpengaruh pada perbedaan praktik kesehatan ibu. Status sosial ekonomi dan dukungan sosial merupakan faktor penentu kuat pada praktik kesehatan ibu. Penelitian menunjukkan ketidaksesuaian hasil yang berkaitan dengan pengaruh stres dan motivasi pada praktik kesehatan ibu.

The sociodemographic and psychosocial factors that have an impact on the maternal health practices during pregnancy among United States population were reviewed, as a base to the implication for Indonesian primigravidas during the second trimester. The sociodemographic factors included race, age, education, and socioeconomic status. The psychosocial factors included social support, motivation, and stress. Thirteen reviews from nursing and health journals in ere examined. The results indicated that adjustments to maternal health practices have been made during the pregnancy regardless of race. Some sociodemographic factors impact differently among the cultures. Socioeconomic ig predictor of the maternal health practice as well as social support. There are inconsistent findings regarding the impact of stress and motivation on maternal health practices."
1997
JJKI-I-1-Jan1997-24
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Febrian
"ABSTRAK
Penelitian ini menjelaskan hubungan antara dukungan sosial resiprokal dan tingkat stres di kalangan mahasiswa Universitas Indonesia. Studi-studi sebelumnya melihat dukungan sosial memiliki peran penting, namun dukungan sosial sebagian besar melihat dari sisi penerimaan dukungan sosial. Studi ini melihat pada sisi penerimaan dan pemberian dukungan sosial yang berpengaruh pada stres mahasiswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode pengumpulan data melalui survei daring dan terkumpul 504 partisipan. Dalam analisis tingkat stres sebanyak 51.98% mahasiswa mengalami tingkat stres yang tinggi. Sementara itu, dalam analisis dukungan sosial resiprokal sebanyak 10.71% mahasiswa yang memiliki hubungan resiprokal. Uji chi-square menunjukkan bahwa kedua variabel secara statistik memiliki hubungan. Dukungan sosial resiprokal menjelaskan pengaruh terhadap tingkat stres mencapai 11.2%. Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi antara lain sumber daya personal, peran-hubungan teman dan keluarga, dan norma pertukaran.

ABSTRACT
Current study explains association between reciprocity of social support and level of stress among college students at University of Indonesia. A plenty of previous research were mostly emphasize aspect of receiving social support yet did not take an interest in giving social support. This study examined on effects of giving and receiving social support on student stress. Quantitative approach was used by this study and was 504 students that completed online survey. The prevalence of severe stres was 51.98%. Meanwhile, there were 10.71% students that had a reciprocity of social support. Chi-square test shows that both variables had relationship statistically. Reciprocity of social support improved ability to predicted students stres by 11.2%. There were other factors affected students stress in related to reciprocity of social support, such as personal resource, role-relationship both friend and family, and exchange norms."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"ABSTRAK
Because of serving elderly clients with cognitive impairment, families have limited on their opportunities, financial problems, and exceptional special care demands. Caregiving is strongly associated with depressive symptoms, anxiety, excessive guilt, anger, and frustation. Particularly caregivers have reported a higher level of depression, and loneliness. Also, one of the major purposes for this research study was to test relationship among three variables: social support, depression, and lonelines. The findings indicate that increased social support is associated with a low level of depression and loneliness. In other words, precieved social support was one of the important resource for reducing caregiver's depression and loneliness. A series of multiple regression was used to test three variables. Reesearch results suggest that low levels of perceived social support are associated with higher levels of loneliness, which in turn is associated with higher levels of depressive symptoms. These findings, therefore, underscore the importance of accounting for loneliness when looking at the relation between social support and depression. Intervention should focus on reducing loneliness in order to manage depression in caregivers. Authors present implications of social work practices for working with caregivers.
"
Seoul: Korean Society of welfare for the aged, {s.a}
361 JWA
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Indrayanti
"Kematian bayi dalam kandungan yang telah berusia lebih dari 24 minggu, sehingga harus dikeluarkan melalui proses melahirkan (stillbirth), yang terjadi pada perempuan dewasa muda, menimbulkan perasaan berduka yang mendalam. Perasaan berduka yang merupakan reaksi emosional terhadap peristiwa kehilangan dan muncul dari kesadaran seseorang akan adanya diskrepansi antara harapan dan kenyataan, terjadi bersamaan dengan periode sebelum, saat, dan setelah melahirkan. Dengan demikian, perempuan dewasa muda yang mengalami stillbirth menjalani tahap kedukaan yang terbagi atas shock and disbelief, preokupasi terhadap bayi yang sudah meninggal, hingga sampai pada tahap resolusi, sambil melewati tahapan dari proses hamil dan melahirkan yang juga menuntut penyesuaian yang kompleks.
Sebagaimanapun kompleksitas perasaan berduka yang dirasakan, perempuan dewasa muda yang mengalami stillbirth harus tetap melanjutkan kehidupannya. Proses coping diperlukan agar mereka tidak tersendat pada satu tahap kedukaan, akan tetapi dapat melewati tahap demi tahap hingga mencapai tahap resolusi, di mana mereka dapat kembali memiliki semangat menjalani kehidupan keseharian, mampu merasakan kesenangan, memiliki harapan mengenai masa depan, dan menjalankan peran secara adekuat. Strategi dan mekanisme coping merupakan usaha yang dilakukan untuk mengatasi perasaan berduka yang dialami melalui penerimaan kognitif dan juga penerimaan emosional. Selain proses coping yang diusahakan oleh individu yang mengalami kedukaan, dukungan sosial dari orang-orang terdekat juga merupakan instrumen dalam membantu individu melewati tahap kedukaannya. Dukungan sosial biasanya berasal dari suami, prang tua, teman-teman dekat, serta tenaga profesional, dan dapat diberikan dalam bentuk emosional, instrumental, informasional, dan appraisal. Terlepas dari siapa yang memberikan atau apa jenis yang dukungan sosial yang diberikan, kebermanfaatan dari dukungan sosial tersebut tergantung dari bagaimana penilaian individu yang menerimanya. Dengan demikian kesesuaian antara pemberi, penerima, dan kapan dukungan sosial diberikan merupakan hal penting yang mendukung kesuksesan dari dukungan sosial itu sendiri.
Tujuan penelitian ini ialah untuk mendapatkan gambaran mengenai kedukaan, coping, dan dukungan sosial pada perempuan dewasa muda yang mengalami stillbirth pada periode sebelum, saat, dan setelah melahirkan. Penelitian ini rnenggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus, yakni mempelajari satu atau lebih kasus secara mendalam. Pengambilan sample menggunakan sampling kasus tipikal, sedangkan data diperoleh melalui proses wawancara dengan menggunakan tape recorder dan observasi terhadap subyek yang memenuhi karakteristik. Sementara itu, analisis dilakukan dengan tehnik reduksi data, yakni suatu cara menggolongkan, memilih, memusatkan perhatian pada penyederhanaan, mengabstraksikan dan mentransformasi data mentah dari catatan-catatan lapangan yang diperoleh atau hasil observasi. Responden penelitian merupakan 3 orang perempuan dewasa muda yang mengalami kematian bayi dalam kandungan berusia 35 minggu dan 30 minggu yang terjadi dalam jangka waktu 3 minggu, 3 bulan, dan 2 tahun terakhir.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman kedukaan pada masing-masing subyek berbeda dari segi waktu yang dibutuhkan untuk melalui tiap tahap kedukaan, kompleksitas dari perasaan berduka itu sendiri, dan tingkat distress yang dialami pada tiap tahap kedukaan. Shock and disbelief yang merupakan tahap awal dalam kedukaan sekaligus berfungsi sebagai mekanisme coping atau berfungsi memberi perlindungan bagi subyek dan reaksi yang lebih parah. Namun demikian, transisi dari tahap ini menuju tahap preokupasi, yang terjadi ketika subyek kembali dari rumah sakit setelah melahirkan, merupakan masa yang paling depresif bagi ketiga subyek. Ketiga subyek menerapkan strategi coping yang bersifat problem focused dan emotion focused secara bergantian pada tiap tahap kedukaan, sementara dua dari tiga subyek cenderung hanya menggunakan mekanisme coping yang bersifat avoiding grief atau menyibukkan diri untuk menghindari hal-hal yang akan mengingatkan subyek pada peristiwa kedukaan. Penerimaan kognitif lebih cepat dicapai oleh masing-masing subyek dibandingkan dengan penerimaan emosional, hal ini dapat dipahami mengingat bahwa perasaan berduka sendiri merupakan suatu dimensi emosional dari proses kedukaan. Selama melewati masa kedukaan, dukungan sosial yang terutama diperoleh dari suami, lalu dilanjutkan dengan teman-teman dekat, orang tua, dan tenaga profesional seperti dokter. Namun demikian, pada tahapan tertentu, dukungan sosial dinilai kurang signifikan, menghalangi subyek untuk mengekspresikan perasaannya, serta menimbulkan perasaan bersalah.
Temuan-temuan lain dalam penelitian ini adalah adanya keterkaitan antara pengalaman terdahulu atau pola asuh yang dialami oleb subyek dengan penghayatan subyek terhadap peristiwa kematian bayi yang mereka alami. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa replacement child syndrome, yakni kehadiran anak berikutnya yang berfungsi menggantikan bayi yang meninggai dan mempersingkat masa kedukaan, merupakan hal yang tidak terhindarkan pada ketiga subyek namun dengan karakteristik yang berbeda pada masing-masing subyek.
Penelitian ini memberikan saran praktis bagi subyek dalam menjalani masa kedukaannya, orang-orang di sekitar subyek dalam memberikan pendampingan, serta tenaga profesional dalam memberikan konseling dan terapi. Sedangkan untuk penelitian lanjutan, disarankan untuk memperdalam keterkaitan antara pola asuh atau pengalaman terdahulu dengan penghayatan individu terhadap kedukaan, yang dalam penelitian ini belum dibahas secara komprehensif dengan menggunakan dasar-dasar kepustakaan. Mengingat kasusnya yang oukup tipikal maka untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk tetap menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus dan teknik pengambilan sampel kasus tipikal."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18645
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Felicia
"Saat ini pekerjaan dan keluarga telah menjadi tujuan yang sama pentingnya bagi seorang wanita karier yang berkeluarga. Oleh karenanya mereka akan berupaya untuk dapat mempertahankan keduanya. Pada kenyataannya masing-masing peran, yaitu dalam pekerjaan dan keluarga memiliki harapan dan tuntutan masing-masing yang kadang bertentangan dan muncul pada saat yang bersamaan. Hal ini dapat menimbulkan konflik peran yang dikenal dengan work-family conflict. Work-Family Conflict merupakan sumber stress dan indikasi negatif lainnya yang dapat menggangu kesejahteraan hidupseseorang dan lingkungan sekitarnya. Untuk itu perlu diketahui variabel-variabel yang dapat memodifikasi pengalaman stress konflik peran. Dalam penelitian ini variabel variabel tersebut adalah tawakal dan dukungan sosial. Responden penelitian berjumlah 150 orang wanita karier yang berkeluarga yang memiliki anak minimal 1 orang yang usianya di bawah 18 tahun. Responden penelitian diambil dari 2 buah instansi pemerintah dan 2 buah perusahaan swasta di Jakarta yang diambil menggunakan teknik 'incidental sampling'. Alat ukur yang digunakan adalah skala stress konflik peran, skala tawakal dan skala dukungan sosial. Uji validitas alat ukur menggunakan metode internal consistensy, sedangkan perhitungan reliabilitas alat ukur menggunakan metode Cronbach alpha. Pengolahan data menggunakan teknik analisis multiple regression.
Hasil penelitian dengan menggunakan teknik analisis multiple regression. Menunjukan bahwa dukungan sosial dan tawakal secara bersama-sama memberikan kontribusi sebesar 52,6% untuk menurunkan stress konflik peran. Dimana Sumbangan tawakal sebesar 43,82%, sedangkan dukungan sosial memberikan sumbangan sebesar 6,15%. Saran yang diajukan adalah wanita karier yang berkeluarga hendaknya lebih meningkatkan lagi kedekatan dengan Tuhan agar dapat mengamalkan nilai-nilai tawakal dengan lebih baik lagi salah satunya adalah melalui ta'lim dan tarbiyah secara konsisten. Bagi perusahaan dan instansi hendaknya memfasilitasi karyawannya dengan pengajian berkala dan bimbingan konseling Islami. Bagi penelitian dengan topik sejenis selanjutnya disarankan untuk lebih mengembangkan alat ukur yang lebih islami, kedua menggunakan variabel-variabel yang berasal dari khazanah Islam seperti raja', syukur dan sebagainya.

ABSTRACT
Nowadays, career and family are both important to married career women. Because of that reason, they will always try to balance the two. In reality, each role has its own requirements and job scopes that may clash with each other. It can cause a conflict that is called a work-family conflict. Work-family conflict is a source of stress and a negative indication that can disturb one's own life and his/her surroundings. For that matter, we need to know the variables which can affect the existence of conflicts in the roles. In this research, the variables are 'tawakal' or 'constant belief' and social supports. The respondents of this research are 150 married career women who have at least one child below 18 years old. The respondents are from 2 government institutions and 2 private companies in Jakarta using 'incidental sampling' method. The measurements used are role-conflict scale, 'tawakal'-scale, and social support scale. The internal consistency method is used as a measurement validity test, whereas Cronbach alpha method is used to test the measurement calculation reliability. Multiple regression method is used for the data analysis part.
The result gotten by using the multiple regression method shows us that both 'tawakal' and social supports contribute 52,6% to the decreasing of role-conflicts stress. 'Tawakal' contributes 43,82 % in the reduction of role-conflicts stress, where as social support contributes 6.15%/ It is advisable for married career women to be more devoted to the God so that they can practice more of the values of tawakal through consistent 'ta'lim' and 'tarbiyah'. For companies and institutions, it's advisable to facilitate their employees with routine religious gathering and Islamic-related counseling. For the next researches using the similar topic, it is advisable to improve more on the Islamic variables, such as 'raja', 'syukur' (gratitude), etc."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T29206
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"This research compared the structural and functional social support of Philippino adult with substance use disorder that suffered a relapse and those that have managed to abstain...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Ikhsan
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat dukungan sosial terhadap tingkat well-being pekerja di bidang industri kreatif digital. Penelitian sebelumnya cenderung melihat faktor individual dan organisasional sebagai faktor yang berkontribusi terhadap tingkat well-being pekerja. Dalam rangka memperkaya studi-studi sebelumnya, penelitian ini berusaha menjelaskan well-being pekerja melalui dukungan sosial yang dimiliki pekerja, khususnya keluarga, atasan dan rekan kerja. Dukungan sosial diyakini dapat memberikan sumberdaya yang dapat membentuk dan meningkatkan fungsi dalam bekerja, sehingga semakin tinggi dukungan sosial yang diterima maka semakin tinggi well-being yang dirasakan oleh pekerja dan sebaliknya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data diperoleh melalui survei kepada 130 pekerja kreatif digital di Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pekerja kreatif digital memiliki tingkat well-being dan dukungan sosial yang cenderung rendah. Dukungan sosial yang bersumber dari keluarga, atasan dan rekan kerja terbukti berhubungan dengan tingkat well-being pekerja. Selain itu, didapatkan hasil dukungan sosial yang bersumber dari atasan dengan bentuk dukungan appraisal sebagai variabel yang paling berhubungan dengan well-being pekerja di bidang industri kreatif digital.

ABSTRACT
This study explains the effect of social support level to creative digital worker well-being. Previous studies found that individual internal and organizational as factors that contribute to level of worker well-being. To enrich previous studies, This study seeks to explain worker well-being through social supports, especially from family, supervisor and co-workers. Social support is believed to provide resources that can form and improve functionality in work, so the higher the social support is received then the higher the well-being perceived by workers and vice versa. This study uses quantitative approaches with data collection techniques obtained through surveys to 130 creative digital worker in Jakarta. The results show that creative digital worker have a low level of well-being and social support. Social support from family, supervisor and co-workers is positively correlated with workers well-being. This research also found that social support from supervisor and appraisal support as the most associated variabel with worker well-being."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Sabri
"Kemajuan Ilmu dan Teknologi berdampak pada peningkatan usia harapan hidup manusia diseluruh dunia, terutama negara berkembang termasuk Indonesia yang memiliki usia harapan hidup 66,7 tahun untuk perempuan dan 62 tahun untuk laki-laki tahun 1990. Pada tahun 2020 di Indonesia diperkirakan terjadi peningkatan usia harapan hidup mencapai 71,7 tahun (Dep. Kes. R.I. 2000). Akibatnya Indonesia diperkirakan menduduki urutan ke-4 di dunia sebagai negara yang memiliki struktur demografi berpenduduk tua (Dep. Kes. & Kes. Sos. R.I. 2001). Dampak yang akan timbul di Indoensia adalah tingginya ketergantungan usia lanjut pada orang lain sehingga usia lanjut menjadi beban negara. Peningkatan jumlah usia lanjut, akan bertambah juga angka kesakitan di Indonesia baik biopsiko-sosial dan spiritual. Salah satu peningkatan terjadi pada kesehatan mental usia lanjut (psikososial). Beberapa penelitian mengatakan bahwa gangguan kesehatan psikososial usia lanjut disebabkan oleh faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, status kesehatan fisik, pekerjaan (Sirait & Riyadina (1999). Kecamatan Cakung yang memiliki jumlah usia lanjut terbanyak di DKI Jakarta, berisiko terjadi peningkatan gangguan kesehatan psikososial usia lanjut. Perlu adanya upaya untuk mencegah terjadinya peningkatan gangguan mental (psikososial) usia lanjut, dengan keterlibatan perawat komunitas (perawat gerontik). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara karakteristik usia lanjut, dukungan sosial dan keaktifan usia lanjut dalam kelompok dengan kesehatan psikososial.
Desain yang digunakan deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional, dengan jumlah sampel total populasi (152 responden), seluruh responden berusia diatas 60 tahun yang ikut dalam kelompok di RW. Penelitian dilaksanakan tanggal 24 Juli sampai dengan 1 September 2002. Hasil penelitian 62,5 % usia lanjut anggota kelompok di Kecamatan Cakung mempunyai psikososial sehat dengan rincian, berusia > 70 tahun (75%), 60-64 tahun (68,6 %), status perkawinan janda (72,5%), dan berlatar belakang pendidikan rendah (66%), serta tidak memiliki latar belakang pekerjaan (63,3%) tetapi mandiri dalam mobilisasi fisik (63,7%). Usia lanjut yang sehat psikososialnya mendapat dukungan optimal dari keluarga (73,%), teman (71,1%), dan dari masyarakat (65,6%). Usia lanjut yang mempunyai psikososial yang sehat adalah yang aktif dalam kegiatan keagamaan (67.5%) dan kegiatan olah raga (72.3%). Dari hasil uji chi square, dari 13 variabel hanya 6 variabel yang berhubungan dengan kesehatan psikososial (usia, status perkawinan, dukungan keluarga, dukungan teman, keaktifan dalam kegiatan keagamaan, keaktifan dalam kegiatan olah raga). Hasil analisa multivariat (regresi logistik), hanya ada 4 dari 13 variabel independen yang paling berkontribusi dengan kesehatan psikososial usia lanjut yaitu status perkawinan, dukungan keluarga, dukungan dari teman dan keaktifan usia lanjut dalam kegiatan olah raga. Dapat disimpulkan bahwa status perkawinan (janda), latar belakang pendidikan, dukungan keluarga, dukungan teman, keaktifan usia lanjut dalam kegiatan olah raga dan keagamaan berhubungan dengan status kesehatan psikososial usia lanjut yang perlu kita perhatikan dan optimaikan. Saran yang dapat disampaikan adalah karena kesehatan psikososial usia lanjut dalam kelompok sudah baik, maka perlu adanya peningkatan kesehatan psikososial yang lebih baik dengan penyusunan program kegiatan yang lebih terarah. Khususnya program untuk meningkatkan dukungan keluarga, dan teman karena keluarga dan teman adalah faktor yang sangat dekat dan mampu mempengaruhi usia lanjut dalam menjalani kehidupannya. Selain itu perlunya pengaktifan kegiatan rekreasi dan pemeriksaan kesehatan, dan promosi kesehatan untuk meningkatkan keaktifan usia lanjut dalam kegiatan olah raga dan keagamaan. Kegiatan promosi ini bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan usai lanjut dan memberdayakan usia lanjut untuk membawa usia lanjut yang lain aktif dalam kelompok.

Analysis of Relationship between the Elderly Characteristic, Social Support and its Activity in Group with Psychosocial Health in Cakung Sub District, East Jakarta, 2002The development of science and technology effects on increasing the people life expectancy all over the world, especially in the developing countries including Indonesia which has life expectancy of 66,7 year for woman and 62 year for man on 1990. On the year 2020, in Indonesia there is an expectation of raising the life expectancy toward 71,7 year (Health Department of Republic of Indonesia 2000). Hence, Indonesia is expected as the 14th country in the word as the country, which has old citizen demography structure. (Health Department and Social Welfare Department of Republic of Indonesia, 2001). The impacts, which will emerge in Indonesia, are the great dependency of elderly to other people so that the elderly became the country's burden. The elevation amount of the elderly, will also increasing the morbidity level in Indonesia both bio-psychosocially and spiritual. One of the elevations happens on the elderly mental health (psychosocial). Some studies said that psychosocial health disorder on elderly caused by many factor that is age, gender, education, physical health status and occupation (Sirait & Riyadina, 1999). Cakung sub district, which has the largest amount of the elderly in DKI Jakarta, having risk of elevation of mental disorder (psychosocial) of the elderly, with the involvement of community nurse (geriatric nurse). The aim of this study is to identify the relationship between the elderly characteristic, social support and the elderly activity in-group with psychosocial health.
The design which is used was analytic descriptive with Cross Sectional approach, with the amount of population total sample (152 respondent), all respondent have the age over 60 years which participate in group in RW. Study was done on 24 July until 1 September 2002. The result of study are 62,5 % elderly as group member in Cakung sub district have healthy psychosocial with details, age ? 70 years (75%), 60-64 years (68,6%), marital status: widow (72,5%), and low education background (66%), and no occupation background (63,3%) but autonomous on physical mobility (63,7%). The elderly who's psychosocially healthy got optimal support from their family (73%), their friends (71,1%), and from the people (65,6%) and sport activity (72,3%). Chi square test results that from 13 variable only 6 variables which has relationship with psychosocial health (age, marital status, family support, friend support, activity in ritual task, activity in sport). Multivariate analytic result (logistic regression), only 4 from 13 independent variable that has most contributing with the elderly psychosocial health that is marital status, family support, friend's support and the elderly activity on sport. It can be concluded that marital status (widow), education background family's support, friend's support, the elderly activity on sport and ritual have relationship whit the elderly psychosocial health, which has to be concerned and optimal by us. The suggestion that could be given are because the elderly psychosocial health in group has already good enough, so that it's important to elevate the better psychosocial health with arranging the more directed program. Especially the program which promote family's and friend's support because family and friend are the very close factor and able to effect the elderly in continuing their life. Beside that, it is needed to activate recreation activity and health examination, and health promotion to increase the elderly activity on sport and ritual activity. These promotion activities intend to increase the elderly health status and promoting the elderly to take the other elderly to be active in group.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
T7127
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laura Christine
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara perceived social support dan impact of event dengan posttraumatic growth pada orang yang mengalami kedukaan akibat meninggalnya orang terdekat secara tiba-tiba. Sebanyak 151 orang berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipan berada dalam rentang usia 18-48 tahun dan sebagian besar dari mereka merupakan dewasa muda. Variabel penelitian diukur dengan Posttraumatic Growth Inventory, Multidimensional Scale of Perceived Social Support, dan Impact of Event Scale-Revised. Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara perceived social support dengan posttraumatic growth; sementara tidak ada hubungan antara impact of event dengan posttraumatic growth. Selain itu, terdapat hubungan yang cukup beragam antara dimensi-dimensi perceived social support dan impact of event dengan posttraumatic growth.

ABSTRACT
This study aimed to examine the relationship between perceived social support and the impact of event with posttraumatic growth in people who bereaved after the sudden unexpected death of a loved one. A total of 151 people participated in this study. Participants ages ranged from 18-48 years with the majority of young adults. Variables in this study were measured by the Posttraumatic Growth Inventory, Multidimensional Scale of Perceived Social Support, and Impact of Event Scale-Revised. In summary, this study shows a significant correlation between perceived social support and posttraumatic growth; meanwhile, there is none for the impact of event. Other than that, there are several different relationships between each dimension of perceived social support and impact of event in their relationship with posttraumatic growth."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Agustanti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan kualitas hidup ODHA di Bandar Lampung, khususnya yang bergabung dalam LSM Sakurai Support Group, yang berjumlah 54 orang. Desain yang digunakan adalah desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Analisis yang dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian untuk sumber dukungan didapatkan bahwa keseluruhan responden menyatakan mendapat dukungan, balk dari keluarga, teman, tenaga profesional dan non profesional. Dimensi dukungan materil instrumental, dukungan emosi/psikologis dan dukungan penghargaan didapatkan jumlah yang berimbang antara yang mendapat dukungan balk dan tidak balk. Sedangkan untuk dimensi dukungan integritas sosial dan informasi, sebagian besar responden mendapatkan dukungan baik. Jumlah responden yang memiliki kualitas hidup baik juga berimbang antara yang baik dan tidak balk. Analisis hubungan antara dukungan sosial dengan kualitas hidup dengan menggunakan uji Chi Square dengan a < 0,05, terlihat ada hubungan yang bermakna antara dukungan emosi, penghargaan dan informasi dengan kualitas hidup (p Value 0,05). Uji regresi Iogistik terhadap 5 (lima) variabe! yang memenuhi syarat untuk analisis multivariat ditemukan bahwa ada 2 (dua) variabel yang berhubungan secara signifikan dengan kualitas hidup yaitu dukungan penghargaan dan dukungan informasi. Hasil akhir analisis multivariat didapatkan bahwa dukungan penghargaanlah yang paling dominan berhubungan dengan kualitas hidup ODHA (p = 0,000). Pihak pemerintah maupun institusi pelayanan kesehatan, khususnya Puskesmas disarankan dapat membuat program dukungan sosial bagi ODHA baik program jangka panjang maupun jangka pendek. Masyarakat diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan berperan aktif dalam memberikan dukungan sosial bagi ODHA. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan desain eksperimen maupun penelitian kualitatif untuk mengetahui efektifitas dukungan sosial yang diberikan pada ODHA dan dimensi dukungan yang paling diharapkan ODHA untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

The purpose of this study is to examine the correlation between social support and quality of life of people with HIV/AIDS (PHlV/AIDS) in Bandar Lampung, especially those who joined in Saburai Support Group's non-governmental organization (NGO). The total respondent of this study were 54 persons, male and female. This study used correlation descriptive design with cross sectional approach. The method of data analysis was univariate, bivariate, and multivariate. The descriptive results showed that all respondents got the social support from all sources such as from family, friends, professionals, and non-professionals. It also showed that respondents got an equal support for instrumental/material, emotional/psychological, and esteem dimensions of social support. Therefore, all respondents categorized in good social support both from social integrity and informational dimensions of social support. For the quality of life variable, this study showed that respondents had an equal result both from good and bad category. To measure the correlation between social support and quality of life, this study using the Chi Square test with cc < 0.05. The result indicated that there is a significant correlation between emotional, esteem and informational support with quality of life (p<0.05). The multiple logistic regression analysis informs that 5 variables could be used in multivariate analysis properly, and 2 variables -that are esteem and informational support- were significantly correlated to quality of life. This study - using multivariate analysis-found that esteem support is the dominant factor to quality of life of PHIVIAIDS (p=0.000). This finding of this study suggests that the government and the health service institutions should make short and long programe about social support for PHIVIAIDS. The suggestions for the community are to encourage for H1V/AIDS information actively, minimize the discrimination and develop new health centre/ NGO which are concern to PHIVIAIDS. The new researcher can used disaign eksperiment research or kualitative research. So then, social support from any kind of sources could be optimized.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
T18377
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>