Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Puri Bestari Mardani
Abstrak :
ABSTRAK
Permasalahan segregasi rasial yang memisahkan orang kulit putih dan kulit hitam yang mengemuka di Amerika pada tahun 1960-an masih saja didiskusikan hingga saat ini dalam berbagai sektor kehidupan termasuk dalam karya sastra. The Help 2009 memperlihatkan hubungan perempuan beda ras yang harmonis di Amerika berlatar periode tersebut. Perbedaan gambaran ini menarik untuk diteliti lebih lanjut. Tesis ini mencermati konstruksi sisterhood antar ras dengan mencermati struktur narasi, khususnya fokalisasi yang digagas oleh Mieke Bal 1999 . Selain itu, pemahaman konsep sisterhood oleh bell hooks juga digunakan dalam tesis ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teks menawarkan bentuk sisterhood baru yang mewadahi semua perempuan sebagai alternatif dari bentuk sisterhood sesama ras. Meskipun teks mengusung nilai kesetaraan, masih terlihat keberpihakan teks terhadap kulit putih yang menunjukkan bahwa teks tidak terlepas dari zamannya. Teks membawa ide kontemporer pada konteks 1960-an sehingga pada akhirnya terlihat bahwa perbedaan warna kulit memang tidak dapat diterima baik pada komunitas kulit putih maupun kulit hitam.Kata Kunci : Fokalisasi, Hubungan Perempuan, Segregasi Rasial, Sisterhood.
ABSTRACT
The issue of racial segregation that separated black and white people, which highlighted the life in America during 1960s, is still being discussed on various sectors of life including in literary works. The Help 2009 shows the harmonic relationship between women with different races in America on that period of time. This perspective is interesting to be analyzed. This thesis analyzes the construction of sisterhood between races using narrative structure, especially focalization initiated by Mieke Bal 1999 . In addition, an understanding of sisterhood concept by bell hooks is also used in this thesis. The results show that the text offers a new form of sisterhood that accommodates all women as an alternative from the form of the previous existing sisterhood. Although the text carries the value of equality, the text tends to take side to the white people which shows that the text is inseparable from its period. The text carries contemporary ideas in the 1960s context so it is certain that skin color differences are unacceptable to both white and black communities. Keywords Focalization, Racial Segregation, Sisterhood, Women rsquo s Relationship
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T52053
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrina Maharani
Abstrak :
The Fits 2015 adalah film drama remaja tentang seorang anak perempuan berumur 11 tahun bernama Toni yang mencoba mencari jati dirinya di antara dua kelompok gender, yaitu kelompok tinju dan kelompok tari. Selama proses pencarian identitas dirinya, anak-anak perempuan di kelompok tari tiba-tiba mengalami kejang dan tidak dapat mengontrol tubuhnya. Gejala ini disebut sebagai penyakit fit. Artikel ini akan menggunakan konsep konstruksi gender oleh Joan W. Scott yang kemudian akan membuktikan proses konstruksi identitas gender yang dialami Toni melalui perilaku, penampilan, dan ketakutannya terhadap penyakit fit. Secara mendalam, pembahasan dalam artikel ini akan menunjukkan bahwa Toni memilih femininitas sebagai identitas gendernya yang dominan sebagaimana hal itu dipengaruhi oleh dominasi dari saudara kandung laki-lakinya dan pengaruh dari teman kelompoknya melalui ikatan persaudaraan perempuan sisterhood.
The Fits 2015 is an adolescence drama movie telling a story about an 11 year old girl named Toni who tries to find her identity in two gendered groups mdash boxing and dancing groups. Among challenges and threats that she faces in finding her footage, the girls in the group succumb to a sudden illness called a fit. Using Joan W. Scott's framework of gender construction, this article attempts to dismantle the construction of Toni's gender identity through her changing attitude, physical attribute, and her fear of the fit. Specifically, this article argues that Toni embraces femininity as her dominant gender identity mainly affected by her brother's domination and sisterhood bound from her girlfriends.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Audi Kemala Husinsjah
Abstrak :
Kekerasan terhadap perempuan selalu menjadi perhatian utama dalam kehidupan sehari-hari. Perempuan dapat bersatu membentuk persaudaraan untuk berbagi kekuatan dan sekaligus meluncurkan gerakan feminis untuk berdiri dalam solidaritas dalam memerangi penindasan yang berlapis-lapis. Meskipun begitu, penekanan pada persaudaraan juga bisa menjadi masalah ketika kelas atau ras tertentu terus mendominasi wanita lain untuk mengikuti agenda mereka sendiri. Salah satu karya yang menggambarkan gagasan persaudaraan ini adalah serial TV How to Get Away with Murder, yang ditulis oleh Peter Nowalk, dan juga dikenal sebagai salah satu produksi dari Shonda Rhimes. Menggunakan analisis tekstual dan konsep bell hooks tentang persaudaraan, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggambaran persaudaraan seperti yang ditunjukkan oleh Annalise Keating dalam menangani kasusnya serta dengan Bonnie Winterbottom. Sebagai hasilnya, penulis berpendapat bahwa meskipun persaudaraan antara Annalise, kliennya, dan Bonnie secara signifikan alami muncul atas pengalaman mereka yang serupa sebagai korban pelecehan, masih terlihat elemen-elemen yang bermasalah di dalam penggambaran Annalise sebagai penyelamat wanita dan hubungannya dengan Bonnie, karena hal tersebut menyerupai visi persaudaraan yang ditimbulkan oleh wanita kulit putih yang dikritik oleh hooks.
Violence against women has always been a major concern in everyday life. Women can bond together as a form of sisterhood to share strengths and launch a feminist movement to stand in solidarity in fighting multi-layered oppression. However, the emphasis on sisterhood can also be problematic when a certain class or race maintains to dominate other women to follow their own agenda. One of the literary works that depicts this idea of sisterhood is the TV series How to Get Away with Murder, created by Peter Nowalk, also known as one of Shonda Rhimes` productions. Using textual analysis and bell hooks` concept of sisterhood, this research aims to analyze the portrayal of sisterhood as shown by Annalise Keating in dealing with her cases as well as with Bonnie Winterbottom. As a result, I argue that although the sisterhood between Annalise, her clients, and Bonnie naturally arises and is significant to their similar experiences as victims of abuse, problematic elements still persist in the portrayal of Annalise as a savior of women and of her relationship with Bonnie, as it resembles the vision of sisterhood evoked by white women criticized by hooks.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Indah S. Pratidina
Abstrak :
This study compares the portrayal of R.A. Kartini, an Indonesian female national heroine, in the biopics Sjumandjaya’s R.A. Kartini (1982) and Bramantyo’s Kartini (2017). The films were produced in the New Order and post-Reformation eras respectively, with social and cultural values translating into context-shaped standpoints in interpreting the figure of Kartini’s. Kartini is a role model associated with empowered Indonesian women and equality in education; therefore, films produced in different social and political contexts retelling her story give insights into how these issues were framed during these eras. This study uses film discourse interpretation analysis referencing dialogues and gestures from the films to discuss power relations between male-female characters, the issue of silence and women’s voice, and sisterhood. The study finds that, although both films reconfirm the already imprinted patriarchal society’s images of Kartini in particular and women in general, there are collective efforts to rethink and question the status quo.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
909 UI-WACANA 24:1 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rany Anggrainy
Abstrak :
Penelitian ini mengenai gambaran pola asuh orang tua dan hubungan persaudaraan yang dialami oleh pria gay yang sudah terbuka dan belum terbuka terhadap keluarga intinya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi mengapa seorang pria gay memutuskan untuk berterus terang atau tidak berterus terang mengenai orientasi seksualnya diantaranya adalah sikap keluarga setelah mereka mengetahui ada anggota keluarga yang menjadi gay. Sikap keluarga menjadi salah satu pertimbangan utama karena di Indonesia dengan budaya timurnya, keluarga memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Pentingnya peran keluarga di dalam kehidupan seseorang, membuat peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran pola asuh orang tua dan hubungan persaudaraan yang dimiliki oleh pria gay yang sudah terbuka dan belum terbuka terhadap keluarga intinya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, di mana peneliti berusaha untuk mendeskripsikan fenomena kehidupan kaum gay dengan pendekatan kualitatif agar dapat memberikan informasi yang luas dan mendalam mengenai masalah yang ingin diteliti. Data penelitian diperoleh dengan cara: melakukan wawancara, observasi dan dokumen tertulis. Jumlah subyek dalam penelitian ini adalah empat orang: dua orang subyek sudah terbuka terhadap keluarga intinya dan dua orang subyek belum terbuka terhadap keluarga intinya. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan pola asuh yang signifikan antara pria gay yang sudah terbuka dan belum terbuka terhadap keluarga intinya, keempat subyek secara emosional lebih dekat dengan figur ibu daripada dengan figur ayah, dan mereka memiliki hubungan yang lebih dekat dengan saudara perempuan daripada dengan saudara laki-laki.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18643
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aurora Nurhidayah Rifani
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini menggunakan perspektif Cultural Studies dalam menelusuri negosiasi dan strategi feminisme Islam melalui akun Instagram @mubadalah.id, @muslimahfeminis, dan @cherbonfeminist, yang berupaya untuk meraih hak bersuara perempuan muslim atas pertentangan poligami dan kekerasan seksual di Indonesia. Data dikumpulkan menggunakan metode netnografi serta analisis kualitatif pada setiap unggahan yang sudah diklasifikasikan berdasarkan fokus penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kontestasi antara wacana Islam dan feminisme yang dilihat dari identitas masing-masing akun, isu-isu yang dihadirkan, dan dinamika kolom komentar. Penggunaan metode reinterpretasi tafsir dominan pada pemaknaan Al-Quran dan hadis oleh @mubadalah.id, @muslimahfeminis, dan @cherbonfeminist menghasilkan Instagram sebagai medium literasi digital feminisme Islam untuk mengkritisi kembali wacana poligami dan kekerasan seksual di Indonesia. Penelitian ini menemukan bahwa proses literasi media digital didukung oleh suara otoritas yakni intelektual muslim dan aktivis gender berlatar belakang muslim, serta penggunaan strategi positioning untuk meruntuhkan dominasi patriarki yang disematkan pada teks agama Islam. Keberlangsungan ini menggambarkan sebuah kontestasi wacana feminisme dan Islam yang nyatanya sama-sama menyoroti persoalan keadilan dan kesetaraan gender. Selain itu, penelitian ini juga melihat ada upaya aktivisme media melalui konsep digital sisterhood dan mekanisme penggunaan tagar oleh @mubadalah.id, @muslimahfeminis, dan @cherbonfeminist. Hasil penelitian menunjukkan konsep digital sisterhood dibangun menggunakan narasi personal, sedangkan tagar berfungsi sebagai alat strategi aktivisme media, penyebaran ideologi feminisme Islam, dan branding nama akun @mubadalah.id melalui tagar #mubadalah. Instagram sebagai media sosial yang menitikberatkan pada konten visual menjadi medium counter-voice (narasi perlawanan) feminisme Islam dalam meraih pemaknaan alternatif atas persoalan poligami dan kekerasan seksual yang selama ini memosisikan perempuan dalam keadaan termarginalkan.
ABSTRACT
From a Cultural Studies perspective, this thesis aims to problematize forms of negotiations and strategies of Islamic feminism social media, namely @mubadalah.id, @muslimahfeminist, and @cherbonfeminist. The main focus is Muslim women's voices over polygamy and sexual violence issues in Indonesia. The main research method is netnographic and qualitative analysis by interpreting the Instagram uploads that categorized according to the focus of the study. Research findings reflect a contestation between Islamic discourse and feminism as seen from the identity formation from each account, the issues presented, and the dynamics of the meaning-making process in the comment column. @mubadalah.id, @muslimahfeminis, and @cherbonfeminist criticize dominant interpretations of the Al-Qur'an and hadith, which means Instagram become a medium of digital literacy and awareness for Islamic feminism. This research found that the process of digital media literacy needs to be supported by the voice of authority namely Muslim intellectuals and gender activists with Muslim backgrounds. Furthermore, they also apply positioning strategies to undermine patriarchal dominance embedded in Islamic religious text, highlighting the issues of justice and gender equality. In addition, this study also uncovers digital sisterhood in social media activism through personal narratives and the empowerment through hashtags by @mubadalah.id, @muslimahfeminis, and @cherbonfeminist. The research also produces another function of hashtags as a strategy tool in media activism, spreading Islamic feminism ideology, and as the branding strategy by @mubadalah.id using hashtag #mubadalah. Instagram as a social media that focuses on visual content has an important role to help the process of counter-voice of Islamic feminism in achieving alternative meanings on issues of polygamy and sexual violence.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Sekarzeta
Abstrak :
Seiring dengan perkembangan budaya populer yang menyuarakan kesetaraan gender, Disney merilis dua film berjudul Mulan (2020) dan Raya and the Last Dragon (2021) yang menampilkan dua wanita kuat sebagai pemeran utama. Seperti diinformasikan di atas, dalam abstrak bahasa Indonesia, tujuan dari penulisan artikel adalah menelusuri bagaimana patriarki dan kesetaraan gender dapat mengakibatkan dua hubungan yang berbeda antara perempuan. Penelitian kualitatif ini akan menggunakan dua konsep: sisterhood (solidaritas antara perempuan untuk menghentikan seksisme) dan persaingan (hubungan kompetitif antara perempuan). Penelitian ini akan berfokus pada aspek visual, dialog, alur cerita, dan perkembangan hubungan antara perempuan pada film Mulan (2020) dan Raya and the Last Dragon (2021). Kedua film ini berbeda jika dibandingkan dengan film-film Disney lainnya dimana para wanita yang berkarakter baik akan membantu satu sama lain, dan antagonis akan selalu bertingkah jahat dari awal hingga akhir cerita. Selain itu, hubungan antara perempuan pada kedua film ini lebih rumit dibandingkan dengan hubungan yang biasa digambarkan oleh film Disney lainnya. Karakter protagonis dan antagonis diilustrasikan sebagai sosok yang mempunyai sisi baik dan buruknya masing-masing. Dalam kedua film ini, hubungan antara perempuan juga memiliki proses yang signifikan. Penulis menarik kesimpulan bahwa patriarki akan mendorong solidaritas antara Mulan dan Xianniang dari film Mulan (2020). Namun ketika kesetaraan gender muncul, para pemimpin perempuan, yang terikat pada kolektif dan komunitas mereka, akan saling bersaing seperti yang digambarkan oleh Raya dan Namaari dari film Raya and the Last Dragon (2021). ......Following the mainstreaming of gender equality, Disney recently released two films titled Mulan (2020) and Raya and the Last Dragon (2021) that portray influential ladies as the main characters. This study investigates how the patriarchal society in Mulan and gender equality in Raya and The Last Dragon will result in different relations between women. Focusing on the relationships between protagonist and antagonist in Mulan and Raya and the Last Dragon, the author examines two dynamic connections influenced by the patriarchal system and gender equality. Disney breaks the traditional stereotypes of villains by depicting three-dimensional antagonists. In Mulan, even though Xianniang is introduced as the antagonist, the relationship between her and Mulan evolves positively as they fight against male oppression. However, Princess Namaari starts a friendly yet deceitful connection, leading to competition with another leader named Princess Raya in Raya and the Last Dragon. This qualitative research will use the concept of sisterhood and rivalry to analyze the connections between women, focusing on visual elements, dialogues, plot, and the development of the relationships in Mulan and Raya and the Last Dragon. The writer contends that Disney shows different perceptions regarding relationships between women. Based on these two films, the women in Mulan build sisterhood to gain gender emancipation, whereas when gender equality is achieved in Raya and the Last Dragon, the rivalry between women leaders, who are attached with their collective, appears.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Moulidya Anggianie
Abstrak :
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh munculnya gerakan MeToo di Korea Selatan beberapa tahun terakhir yang didukung oleh kaum perempuan. Gerakan MeToo membuktikan adanya rasa saling melindungi satu sama lain di antara perempuan Korea Selatan. Demikian solidaritas yang terjalin membentuk hubungan yang dinamakan sisterhood. Cheongchun Shidae merupakan salah satu drama yang bercerita masa muda kelima tokoh perempuannya. Latar belakang serta masalah yang dialami tiap tokoh dalam drama ini berbeda. Namun, satu hal yang membangun solidaritas di hubungan mereka adalah masalah kekerasan seksual. Penelitian ini hanya akan membahas permasalahan kekerasan seksual yang dialami keempat tokoh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran sisterhood bagi perempuan dalam menghadapi kekerasan seksual, penelitian kualitatif ini menggunakan metode deskriptif analisis. Setelah menonton drama Cheongchun Shidae beberapa kali, analisis diambil dengan fokus pada sisterhood yang muncul di tengah tekanan kekerasan seksual. Peneliti kemudian menyimpulkan bahwa sisterhood dalam drama ini berperan sebagai tempat perempuan saling mendukung untuk keluar dari kekerasan seksual yang dihadapi. ......This paper is based on the emergence of Me Too movement in South Korea which is started mostly by women. Me Too movement shows there is an awareness to protect each other between South Korean women. Thus, the solidarity that is built forms a relationship called sisterhood. Cheongchun Shidae is one of the dramas that tells the story of the five young female characters. The background and problems experienced by each character in the drama are different. However, one thing that build up solidarity in their relationship is sexual violence. This research aims to see the sexual violence experienced by the four figures. Aiming to know the role of sisterhood for women to deal with sexual violence, this qualitative research uses descriptive analysis methods. After watching drama Cheongchun Shidae several times, the analysis was taken with a focus on sisterhood which appeared amid the pressure of sexual violence. This research concludes that sisterhood in this drama acts as a place for women to support each other out of the sexual violence they are dealing with.
2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Zulyani Evi
Abstrak :
Ex-migrant workers are often found dealing with the lack of union that could cater their needs. These people that are mostly female are often excluded from the process of decision making in their own villages. In 2013, a program from civil society organization called Desbumi (Desa Peduli Buruh Migran or Migrant Workers Care Village) Initiative was launched in Wonosobo District, with the aim to improve migrant workers’ living conditions - especially female - through empowering female ex-migrant workers group. In 2016, a similar program called Desmigratif (Desa Migran Produktif or Productive Migrants Village) Initiative was spearheaded by the Ministry of Manpower, which shares the same goal with Desbumi Initiative. Building upon the debates surrounding the concept of sisterhood provided by Bell Hooks and Robin Morgan, this study discusses whether the top-down approach in organizing female ex-migrant workers residing in Kuripan, Lipursari, Rogojati, and Sindupaten Village through Desbumi and Desmigratif initiative could result in any forms of sisterhood formed during the implementation of the programs, and challenges that they faced along the way. This study found that characteristics associated with sisterhood of friendships were apparent in all female ex-migrant groups, signified by mutual support among women, shared experience, journey of self-discovery, and collective identity built upon similarities. On the discussion of challenges, several obstacles such as lack of regeneration, women’s domestic burden, and the issue of sustainability appeared along the journey of the sisterhood of ex-migrant workers.
Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 2020
305 JP 23:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Luly Prastuty
Abstrak :
Sebagai film bertema persahabatan perempuan, Bebas (2019) merefleksikan realita kehidupan perempuan urban di Indonesia yang harus bertahan di tengah kuasa patriarki kapitalisme. Dengan teori representasi Stuart Hall, strategic sisterhood dan girlfriend gaze Alison Winch, teori film dan elemen mise-en-scne, tesis ini menguraikan bagaimana representasi strategic sisterhood yang melambangkan kebebasan dan fungsi strategic sisterhood bagi pengembangan diri perempuan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa film ini masih mengafirmasi kuasa-kuasa dominan patriarki dan kapitalisme. Meskipun telah mematuhi standar sosial, representasi perempuan saat dewasa tidak satu pun yang ditampilkan bahagia. Pada kondisi tersebut, perempuan melakukan upaya-upaya melalui solidaritas persahabatan perempuan. Wujud strategic sisterhood yang dilakukan yaitu solidaritas secara fisik dan materi. Di sini, perempuan dengan kelas sosial berbeda saling memberikan manfaat dengan cara yang berbeda. Namun di sisi lain, kelompok persahabatan menempatkan mereka yang mapan mendominasi. Inilah mengapa, sebagai perempuan, mereka harus bernegosiasi dan menempatkan diri agar kehidupan mereka lebih mudah. Bebas (2019) mengonstruksi perempuan yang bisa jauh lebih berdaya ketika tergabung dalam kelompok dan merana jika sendirian. Tesis ini merupakan kajian Cultural Studies karena menganalisis film sebagai produk budaya yang mengandung isu-isu terkait konstruksi citra perempuan dan relasi kuasa dalam realita perempuan urban Indonesia. ......As a female friendship film, Bebas (2019) reflects the reality of urban women's lives in Indonesia, who have to survive amid the patriarchal power of capitalism. Using Stuart Hall's representation theory, strategic sisterhood and girlfriend gaze Alison Winch, film theory and mise-en-scne elements, this thesis describes how strategic sisterhood symbolizes freedom and the function of strategic sisterhood for women's self-development. The study results conclude that this film still affirms the dominant powers of patriarchy and capitalism. Despite complying with social standards, none of the female representations as adults are happy. In these conditions, women make efforts through women's friendship solidarity. The forms of strategic sisterhood are physical and material solidarity thus friendship groups highlight those who dominate. It is why, as women, they have to negotiate and position themselves to make their lives easier. Bebas (2019) constructs women who can be much more empowered when joined in a group and languish when alone. This thesis is a Cultural Studies research because it analyzes film as a cultural product that contains issues related to the construction of women's images and power relations in the reality of Indonesian urban women.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>