Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hansens Yansah
"Latar Belakang: Kondisi hypobaric diinduksi pada manusia di daerah dataran tinggi; kondisi hipoksia hypobaric intermiten adalah paparan normoxic di antara induksi hipoksia. Kondisi hipoksia hypobaric dapat membahayakan karena meningkatkan produksi stres oksidatif. GSH adalah antioksidan utama yang merupakan pertahanan utama terhadap hidrogen peroksida. Kadar hidrogen peroksida meningkat pada kondisi hipoksia. Dalam percobaan ini saya akan menelurusi pengaruh kondisi hipoksia hypobaric intermiten pada kadar glutathione GSH .
Metode: Percobaan ini menggunakan otak dari tikus jantan Sprague Dawley yang berusia 2 bulan dengan berat di 200-250 gram. Kondisi hipoksia hypobaric intermiten disimulasikan menggunakan tipe I Chamber profil penerbangan hypobaric. Tikus dibagi menjadi lima kelompok yang masing-masing terdiri dari 5 tikus dan diberi perlakuan kondisi hipoksia hypobaric yang berbeda. Kemudian, kandungan protein dan kadar GSH dalam homogenat otak dengan spectrofotometer.
Hasil: Kadar GSH menurun di otak yang terpapar oleh efek hipoksia hipobarik. Tetapi dari hasil analisa statistic membuktikan bahwa data yang sudah peroleh tidak signifikan. Kesimpulan: Menurut hasil penelitian ini, tidak ada korelasi antara tingkat GSH dan hipoksia hypobaric intermiten tetapi penelitian lebih lanjut harus dilakukan.

Background: A hypobaric hypoxic condition is induced in human in high altitude areas an intermittent hypobaric hypoxic condition is continuous exposure with normoxic conditions in between. A hypobaric hypoxic condition can potentially be harmful because of the oxidative stress that it causes. GSH is the prime antioxidant that is the main defense against hydrogen peroxide. Hydrogen peroxide levels increase in hypoxic conditions. In this experiment, I am analyzing the effect of intermittent hypobaric hypoxic condition on the level of glutathione GSH.
Method: We utilized the cerebellum of two months old healthy male Sprague Dawley rats weighing at 200 250 grams. An intermittent hypobaric hypoxic condition was simulated using a hypobaric Type I Chamber flight profile. The rats are split into five groups with 5 rats in each group of varying exposure to the hypobaric hypoxic condition. Protein content in the cerebellum homogenate was also measured and the GSH level is measured.
Results: The level of GSH decreases in rat cerebellum exposed to hypobaric hypoxia. However, after statistical analysis the data is shown to be insignificant.Conclusion According to the results of this experiment, there is no correlation between the level of GSH and intermittent hypobaric hypoxia but further research should be conducted.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70420
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lucas Nurcahyo
"Latar belakang : Toluena merupakan zat pelarut sering digunakan di berbagai industri seperti dalam pembuatan cat, lem dan lainnya. Toluena mempunyai sifat lipofilik dan memberikan efek toksik ke beberapa organ seperti sistem saraf pusat. Pada tahap biomolekuler, toluena merubah struktur lipid pada membran sel, sehingga terjadi peningkatan kadar MDA plasma dan jaringan. Pada Sistem Saraf Pusat, toluena bisa melewati sawar otak dan menyebabkan gangguan pada serebelum otak sehingga dapat meningkatkan kadar MDA serta terjadi perubahan struktur pada dinding sel astrosit.
Metode : Untuk mengetahui efek pajanan toluena selama 14 hari dengan dosis dibawah nilai ambang pada organ serebelum otak, dan dilakukan pemeriksaan kadar MDA serebelum otak, serta kerusakan dari sel Astrosit, menggunakan lima kelompok tikus jenis Wistar jantan dengan pajanan sebesar 1,6 ml; 3,2 ml; 6,4 ml; 12,8 ml; dan kelompok kontrol tanpa pajanan.
Hasil: Analisis uji nilai kadar MDA serebelum otak menggunakan One Way Anova dengan hasil tidak ada perbedaan rerata (p=0.133) antar kelompok pajanan dengan kelompok kontrol, dan analisis jumlah sel Astrosit dengan menggunakan One Way Anova didapatkan (p=0,310) dengan hasil tidak ada perbedaan antar kelompok pajanan.
Kesimpulan : Tidak ada perbedaan rerata pada kelompok pajanan pada nilai MDA serebelum Otak maupun jumlah Sel Astrosit yang terpajan toluena dengan dosis dibawah nilai ambang.

Backgrounds : Toluene is a solvent commonly used in various industries such as in the manufacture of paint, glue and others. Toluene has lipophilic properties and toxic effects to some organs such as the central nervous system. At this stage of biomolecular, toluene alters the structure of the lipids in cell membranes, resulting in an increased of plasma and tissue levels of MDA. In the Central Nervous System, toluene can cross the blood brain barrier and cause a disruption in the cerebellum of the brain, thereby increasing the levels of MDA and structural changes in the structure of astrocytes’ cells.
Methods : To determine the effect of toluene exposure for 14 days at doses below the threshold value on the organ brain cerebellum and cerebellar MDA examination of the brain, as well as causing damage to Astrocytes cells, using five groups of male Wistar rats with four types of exposure of 1.6 ml; 3.2 ml; 6.4 ml; 12.8 ml; and a control group without exposure.
Results : MDA value analysis test brain cerebellum using One Way Anova showed no significance mean difference (p = 0.133) between the exposed group and the control group. From the analysis of the number of cells Astrocytes using One Way Anova that obtained (p = 0.310) with no difference in outcomes among exposed groups.
Conclusion : There was no significance difference in the group mean exposure to MDA values and the number of cells of the cerebellum Brain Astrocytes exposed to toluene at a dose below the threshold value.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vema Tiyas Puspita
"Praktik residensi keperawatan medikal bedah yang dilakukan selama dua semester telah memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan neurologi, melakukan telaah evidence based nursing dan proyek inovasi yang dilakukan di RSPAD Gatot Soebroto dan RS Pusat Otak Nasional. Peran pemberian asuhan keperawatan pada kasus kelolaan utama yaitu post kraniotomi tuberkuloma serebelum dan 30 pasien resume menggunakan teori adapatasi Roy. Perilaku maladaptif paling banyak adalah pada mode adaptasi fisiologi. Penerapan EBN tentang intervensi slow stroke back massage pada pasien stroke yang mengalami nyeri bahu tidak dapat dilakukan karena lonjakan kasus COVID-19. Pelaksanaan proyek inovasi video edukasi pencegahan komplikasi pasca stroke memberikan manfaat dalam meningkatkan pengetahuan dan perilaku caregiver dalam mencegah terjadinya komplikasi pneumonia, luka tekan dan kontraktur.

The medical surgical nursing residency practice which was carried out for two semesters has provided nursing care for patients with neurological disorders, conducted evidence-based nursing studies and innovation projects carried out at RSPAD Gatot Soebroto and RS Pusat Otak Nasional. The role of providing nursing care in the main cases, namely post craniotomy tuberculoma cerebellum and 30 resume patients using Roy's adaptation theory. Most maladaptive behavior is in the physiological adaptation mode. The application of EBN regarding slow stroke back massage intervention in stroke patients who experience shoulder pain cannot be carried out due to the spike in COVID-19 cases. The implementation of an educational video innovation project on preventing post-stroke complications provides benefits in increasing caregiver knowledge and behavior in preventing complications of pneumonia, pressure sores and contractures."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arman Yurisaldi Saleh
"ABSTRAK
Latar belakang: selama ini serebelum hanya dikenal scbagai organ yang
mengatur keseimbangan tubuh saja. Pendapat ini berubah dalam 2 dekade
terakhir, didasarkan peranan serebelum memodulasi kognitif. Fungsi kognitif
serebelum termasuk motor learning, didasarkan jaras kortikoserebelar yang telah dibuktikan dengan studi PET Sken. Berdasarkan PET Sken diketahui bahwa seseorang yang mahir di bidang eksakta memiliki hubungan jaras interkortikal yang lebih kompleks dibandingkan non eksakta. Belum ada baku emas untuk menilai kemampuan motor learning jenis adaptation.
Tajuan: Membandingkan skor awal, skor akhir, kenaikan skor permainan
Tetris pada hari pertama dibandingkan hari kelima serta mengetahui ada / tidak perbedaan kemampuan motor learning pada kelompok berdasarkan jurusan
eksakta dan non eksakta.
Metode: seratus sembilan puluh mahasiswa Universitas Negeri Jakarta,
terdiri dari 95 orang mahasiswa eksakta (jurusan matematika) dan non eksakta (jurusan bimbingan konseling) dengan jumlah yang sama dengan status generalis serta neurologi dalam batas nommal. Setelah dilakukan tes penyaringan spasial navigasi (Zig Zag Tuckling Task) dan termasuk kriteria naive player, bermain Tetris setiap hari selama 5 hari berturutan dinilai skor Tetris awal, akhir, dan perubahan skor.
Hasil: terdapat perbedaan bermakna antara skor Tetris awal dibandingkan
akhir p<0,001, demikian juga kelompok eksakta dibanding non eksakta dalam hal skor Tetris awal, akhir dan perubahan skor p<0,001.
Kesimpulan: kemampuan motor learning jenis adaptarion dipengaruhi
kemampuan dasar dan latihan. Terdapat hubungan kortikoserebelar yang lebih
baik pada kelompok eksakta dibandingkan non eksakta dengan alat ukur
permainan Tetris."
2007
T21329
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library