Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 46 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Mathilda Albertina
Abstrak :
ABSTRAK
Pada usia lanjut terjadi gangguan keseimbangan yang dapat menyebabkan jatuh. Oleh karena itu, diperlukan intervensi latihan. Latihan berbasis kelompok lebih disukai oleh usia lanjut namun sayangnya latihan keseimbangan berbasis kelompok belum tersedia di Indonesia. Senam osteoporosis yang dibentuk oleh PEROSI mungkin dapat memperbaiki keseimbangan oleh karena memiliki komponen latihan keseimbangan dan penguatan. Penelitian ini bertujuan menilai efek senam osteoporosis terhadap keseimbangan pada usia lanjut. Performa keseimbangan dinilai dengan pemeriksaan Timed Up and Go(TUG) dan Berg Balance Scale (BBS). Senam osteoporosis dilakukan 3 kali dalam seminggu selama 8 minggu. Terdapat 22 subjek yang menyelesaikan penelitian. Nilai TUG sebelum intervensi adalah 14,25 (9,82-31,25) detik, sesudah intervensi adalah 15,11±2,76 detik (p=0,380). Nilai BBS sebelum intervensi adalah 51,5 (18-56) dan sesudah intervensi adalah 50,77±3,3 (p=0,174). Secara statistik, tidak didapatkan perbedaan bermakna baik pada TUG maupun BBS sebelum dan setelah senam osteoporosis selama 8 minggu. Oleh karena itu, diperlukan suatu intervensi latihan lain yang berfokus pada keseimbangan untuk mengurangi risiko jatuh pada usia lanjut.
ABSTRACT
lderly usually have balance problem that can cause fall. Therefore, exercise intervention is needed. Community-based exercise is preferred by the elder. Unfortunately, there is no community-based balance exercise in Indonesia. Senam Osteoporosis by PEROSI probably can improve balance since it have balance exercise and strengthening component. This study aimed to know the effects Senam Osteoporosis to balance in elderly. Balance performance was evaluated with Timed Up and Go (TUG) and Berg Balance Scale (BBS). Senam Osteoporosis was done 3 times/week for 8 weeks. There were 22 subject that finish this study. TUG before was 14,25 (9,82-31,25) seconds, after intervention was 15,11±2,76 seconds (p=0,380). BBS score before was 51,5 (18-56), after intervention was 50,77±3,3 (p=0,174). Statistically, there were no difference of TUG and BBS before and after Senam Osteoporosis for 8 weeks. Therefore, other exercise intervention that focused on balance is needed to reduce risk of fall in elderly.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59193
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Frits Gosana
Abstrak :
Penelitian dilakukan terhadap 38 penderita asma (laki-laki dan perempuan) yang dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok kasus terdini dari 19 orang (14 orang laki-laki dan 5 orang perempuan), umur rata-rata 52,5 t 12.5 tahun, tinggi badan rata-rata 160.5t 10.5 cm Kelompok kontrol terdiri dari 19 orang (15 orang laki-laki dan 4 orang perempuan), umur rata rata 48,5 ±8,5 tahun., tinggi badan rata-rata 160± 10 cm. Selama 12 minggu kedua kelompok mendapat perlakukan sebagai berikut. Kelompok kasus melakukan senam asma dua kali perminggu dan mendapat terapi obat (ila perlu). sedangkan kelompok kontrol tidak melakukan senam asma hanya diberikan terapi obat (bila perlu). Gejala klinis (batuk, mengi, sesak napas, terbangun karena asma malam hari), jumlah pemakaian obat dan nilai APE (Arus Puncak Ekspirasi) sebelum dan sesudah penelitian diperiksa dan dibandingkan antara kedua kelompok. Pada kelompok kasus sesudah penelitian didapatkan perbaikan gejala klinis, jumlah pemakaian obat dan nilai APE yang bermakna (p < 0,01). Pada kelompok kontrol sesudah penelitian juga didapatkan perbaikan gejala klinis dan nilai APE yang bermakna (p <0,01), tetapi penurunan jumlah pemakaian obat tidak bermakna (p > 0,01). Jika diandingkan antara kedua kelompok sebelum penelitian tidak berbeda bermakna (p > 0,05), sedangkan sesudah penelitain gejala klinis dan jumlah pemakaian obat berbeda bermakna (p< 0,05), tetapi tidak ada perbedaan yang bermakna perbaikan nilai APE antara kedua kelompok (p> 0,05).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T57288
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Rogayah
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh penyuluhan dan Senam Asma edonesia terhadap pengetahuan, sikap, perilaku dan gejala klinik penderit asma. Jumlah subiek penelitian ini sebanyak 40 orang yang terdiri dari 20 orang kelompok kasus dan 20 orang kelompok kontrol. Penderita berusia 15-55 tahun dengan umur rata-rata pada kelompok kasus 46 ±11,71 tahun dan kelompok kontrol 37 ±8,99 tahun. Pada kelompok kasus penderita mengikuti penyuluhan dan melakukan Senam Asma Indonenesia 77,3% selama 6 bulan, sedangkan kelompok kontrol adalah penderita yang tidak mengikuti penyuluhan dan Senam Asma Indonesia. Dari penelitian didapatkan pada kelompok kasus peningkatan pengetahuan 12,5%, sikap 53,9% dan perilaku 53,5% sedangkan pada kelompok kontrol peningkatan pengetahuan 5,6%, sikap 9,1% dan tidak ada perubahan terhadap perilaku. Pada kelompok kasus terdapat penurunan skor gejala klinik yaitu jumlah batuk 71,33%, gangguan tidur 75,4%, gangguan aktivitas 80,5%, napas berbunyi 84,6%. Pada kelompok kontrol terdapat penurunan skor gejala klinik yaitu jumlah batuk 43,6% gangguan tidur 40,9%, gangguan aktivitas 35,8% dan napas berbunyi 40,6%. Peningkatan faal paru KVP,VEP dan APE pada kelompok kasus yaitu KVP dari 1733 ± 231,06 ml menjadi 1842 ± 300,03 ml, VEP dari 1349,5 ± 169,94 ml menjadi 1469,2 ± 190,19 ml dan APE dari 325,9 ± 45,89 Vmnt menjadi 352,6 ± 64,73 l/mnt. Peningkatan faal paru KVP, VEP, dan APE pada kelompok kontrol yaitu KVP dari 1762 ± 307,59 ml menjadi 1840 ± 332,79 ml, VEP, dari 1389,5 ± 214,36 ml menjadi 1482 ± 252,59 ml dan APE dari 323,65 ± 53.51 V/mnt menjadi 348,5 ± 58,23 l/mnt.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T57312
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Surya Prasetya
Abstrak :
ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi kognitif dan senam otak terhadap tingkat depresi lansia di Panti Tresna Wredha Bhakti Yuswa Natar, Lampung. Metode penelitian quasi experiment, desain pre-post test design with control group. Sampel penelitian secara purposive sampling berjumlah 56 responden, terdiri 28 responden kelompok intervensi dan 28 responden kelompok kontrol. Instrumen penelitian untuk mengetahui tingkat depresi menggunakan kuesioner Geriatric Depression Scale yang berjumlah 15 pertanyaan. Hasil penelitian didapatkan tingkat depresi menurun lebih bermakna pada kelompok intervensi yang mendapatkan terapi kognitif dan senam otak dibanding kelompok kontrol yang hanya mendapatkan terapi kognitif yaitu selisih 1,18 poin (p value < 0,005). Rekomendasi : terapi kognitif dan senam latih otak menjadi bagian program lansia di puskesmas dan panti serta menjadi acuan untuk dilaksanakan penelitian lain diarea yang berbeda atau dengan modifikasi terapi yang berbeda.
ABSTRACT The purpose of this study to determine the effect of cognitive therapy and brain exercising for the level or condition of depression of the elderly people in Tresna Wredha Bhakti Yuswa Nursing Home, Natar, Lampung. The research method was quasi experiment by using pre-post test design with control group. The research sample was obtained by purposive sampling of 56 respondents, consist of 28 respondents to the intervention group and 28 respondents to the control group. The Research instrument that used to determine the level of depression was Geriatric Depression Scale questionnaire that included 15 questions. The result of the research showed that the level of depression was decreased, and it happened significantly in the intervention group who received cognitive therapy and brain exercising than the control group who only got cognitive therapy, with 1.18 points as the differences (p value <0.005).
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28464
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Waluyo
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, [Date of publication not identified]
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Kemala
Abstrak :
ABSTRAK
Penampilan yang menarik sudah dianggap sebagai hal yang penting dalam kehidupan sekarang, terutama pada wanita (Unger & Crawford, 1992). Wanita yang berpenampilan menarik cenderung mendapatkan atribut-atribut positif dan pengakuan dari masyarakat. Oleh karena itu, wanita akan selalu berusaha untuk selalu tampil menarik.

Pandangan tentang penampilan fisik yang menarik selalu berubah sejalan dengan waktu. Hayes (dalam Kosmopolitan 1999) menyimpulkan bahwa bentuk tubuh yang ideal pada masa sekarang adalah langsing dan padat berisi. Standar bentuk tubuh yang ideal tersebut akan mempengaruhi persepsi, penilaian dan penghargaan individu terhadap tubuhnya, atau mempengaruhi citra tubuh yang dimilikinya. Citra tubuh adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang tubuhnya.

Dengan adanya standar bentuk tubuh yang ideal di masyarakat, wanita akan selalu berusaha memenuhi standar tersebut (Mazur, dalam Heinberg, 1996). Tetapi usaha yang dilakukan wanita tidak selalu bersifat positif, seperti minum obat pencahar, memuntahkan makanan dan melakukan diet ketat (Killen, dalam Garber,1994). Bila usaha ini dilakukan dapat menimbulkan gangguan pola makan, seperti anorexia nervosa dan bulimia nervosa. Oleh karena itu, penting untuk mencari cara yang positif yang dapat digunakan untuk meningkatkan citra tubuh tanpa melakukan cara-cara yang negatif.

Olahraga merupakan salah satu cara yang lebih baik untuk membentuk tubuh menjadi ideal. Tetapi wanita lebih jarang melakukan olahraga dibandingkan dengan pria (Santrock, 1990). Olahraga yang paling diminati wanita saat ini adalah senam aerobic dan senam body language (Sartika, 1999).Senam body language adalah suatu rangkaian gerakan senam yang berbeda dari gerakan senam pada umumnya. Pada senam body language, gerakan dilakukan seiring antara pernafasan, dan sikap tubuh yang baik. Salah satu manfaat yang didapat dengan melakukan senam body language adalah membakar kalori dan membentuk tubuh. Dengan manfaat yang didapat dari senam body language, ingin diketahui apakah senam body language dapat meningkatkan kepuasan citra tubuh. Bila senam body language terbukti dapat meningkatkan citra tubuh, kemungkinan tersebut dapat digunakan sebagai media intervensi bagi penderita gangguan pola makan.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan tipe penelitian studi komparatif yaitu membandingkan kepuasan citra tubuh antara kelompok peserta senam body language yang sudah melakukan lebih dari 20 kali latihan (2 paket) dan peserta yang baru mengikuti latihan senam body language (kurang dari 10 kali latihan). Alat yang digunakan untuk mengukur kepuasan citra tubuh dalam penelitian ini adalah alat Multidimensional Body-Self Relation Questionnaire (MBRSQ) (Cash, 1994), yang terdiri dari 10 subskala : evaluasi penampilan, orientasi penampilan, evaluasi kebuugaran, orientasi kebugaran, evaluasi kesehatan, orientasi kesehatan, orientasi tentang penyakit, kepuasan area tubuh, kategori berat badan dan kecemasan terhadap kegemukan.

Pengolahan data penelitian dilakukan independenl sample t-lesl untuk melihat apakah ada perbedaan kepuasan citra tubuh antara kelompok peserta lama dan peserta baru. Selain itu, dilakukan pula metode wawancara untuk dapat memperjelas hasil kuesioner.

Hasil menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna dalam hal kepuasan citra tubuh pada kelompok peserta lama dan kelompok peserta baru. Dalam arti, kelompok peserta lama lebih merasa puas dengan tubuhnya dan merasa dirinya menarik, dibandingkan dengan kelompok peserta baru. Dari sepuluh subskala kepuasan citra tubuh ternyata ada enam subskala yang berbeda secara signifikan, yaitu evaluasi penampilan, evaluasi kebugaran fisik, orientasi kebugaran fisik, orientasi kesehatan, kepuasan area tubuh dan pengkategorian berat badan.

Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa peserta lama lebih memandang positif terhadap tubuhnya dan merasa lebih percaya diri dibandingkan dengan peserta baru. Peserta lama juga lebih merasa puas akan penampilannya secara keseluruhan. Dari peserta yang diwawancara, mereka menginginkan bentuk tubuh yang langsing cenderung kurus tapi tidak lurus dan rata, melainkan langsing atau cenderung kurus dengan otot yang kencang dan padat berisi.

Saran yang diberikan adalah dilakukannya penelitian lebih lanjut tentang senam hody language, terutama kaitannya sebagai sarana positif untuk membantu penderita gangguan pola makan. Selain itu, perlu melakukan penelitian dengan memakai sampel yang mengalami gangguan pola makan dan diintervensi dengan senam hody language, sehingga akan didapat hasil yang lebih jelas tentang manfaat senam body language sebagai media intervensi bagi penderita gangguan pola makan. Penelitian lebih lanjut juga dapat dilakukan dengan membandingkan kepuasan citra tubuh pada wanita usia middle adulthood atau dengan membandingkan citra tubuh antara pria dan wanita.
2000
S2983
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibrahim Utama Pribadi
Abstrak :
Pengantar: Senam Asma Indonesia (SAI) sudah diketahui mampu menurunkan gejala-gejala asma dan meningkatan fungsi paru pada penderita asma. Studi ini bertujuan untuk mempelajari korelasi antara durasi SAI dan faktor lainnya yang mempengaruhi skor Asthma Control Test (ACT) pada anggota Klub Asma RSUP Persahabatan. Metode: Data penelitian didapatkan dengan meminta 28 penderita asma yang juga anggota Klub Asma RSUP Persahabatan untuk menjawab dua kuesioner yaitu kuesioner ACT dan informasi personal mereka mengenai lama durasi SAI, umur, jenis kelamin, dan riwayat merokok. Hasil dan Diskusi: Durasi SAI, dengan median 33 bulan (1-360), berkorelasi bermakna positif dengan skor ACT (p=0.022). Faktor lainnya yang berkorelasi bermakna juga dengan skor ACT adalah umur (p=0.020), berasosiasi positif juga, dan jenis kelamin (p=0.002) dengan laki-laki memiliki skor ACT yang lebih baik. Riwayat merokok tidak menunjukan korelasi yang bermakna dengan skor ACT (p=0.816) karena tidak ada subjek perokok aktif. Konklusi: Di antara anggota Klub Asma RSUP Persahabatan, median dari skor ACT mereka adalah 20(12-23) yang berarti bahwa mereka terkontrol sebagian. Durasi SAI mereka berkorelasi secara positif dengan skor ACT, orang yang sudah lebih lama melakukan SAI memiliki skor ACT yang lebih baik. Selain itu, ditemukan semakin tua subjek semakin baik skor ACT subjek tersebut. Subjek laki-laki didapatkan memilik skor ACT yang lebih baik dari perempuan. Riwayat merokok yang hanya terdiri dari bukan perokok dan mantan perokok tidak berpengaruh terhadap skor ACT. ......Introduction: Indonesian Asthma Gymnastics (IAG) exercise has been associated with reducing asthmatic symptoms and increase lung function in asthmatic patient. This study aims to understand the correlation between the duration of IAG exercise and other factors that might affect to the Asthma Control Test (ACT) score amongst RSUP Persahabatan Asthma Club members. Method: The data is obtained by asking 28 asthmatic RSUP Persahabatan Asthma Club members to answer two questionnaires which are the ACT questionnaire and their personal information questionnaire regarding their duration of exercise, age, gender and smoking history. Result and Discussion: The duration of IAG exercise, with median of 33 months (1-360), is significantly correlated by positive association with ACT score (p=0.022). Other factors that are significantly correlated as well with ACT score are age (p=0.020), also positively correlated, and gender (p=0.002) with males having better ACT score than females. Smoking history does not exhibit a significant correlation with ACT score (p=0.816) as there is no subject who is an active smoker. Conclusion: Among RSUP Persahabatan Asthma Club members, the median of their ACT score is 20(12-23) which is translated to partially controlled. Their IAG exercise duration is significantly and positively correlated with ACT score that indicates people who have been engaging IAG exercise longer shows better ACT score. Besides, ACT score is also higher as the subject is older. Males has better ACT score compared to females. Smoking history, however, which comprised only of non-smoker and former smoker does not show significant correlation with ACT score.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Dewi Sunarno
Abstrak :
Tingginya AKI dan AKB di Indonesia disebabkan komplikasi persalinan yang tinggi. Hal ini disebabkan ibu tidak siap fisik dan psikologis menghadapi persalinan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor - faktor yang mempengaruhi motivasi ibu hamil untuk melakukan senam hamil. Desain penelitian case control study bersifat retrospektif melibatkan 206 responden ibu hamil. Analisis menggunakan uji Chi-square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian terdapat hubungan signifikan antara penghasilan, pekerjaan, keyakinan dan budaya, status kesehatan, dukungan sosial, dan informasi kesehatan terhadap motivasi ibu hamil untuk melakukan senam hamil (p value < 0,05). Faktor yang berhubungan signifikan terhadap motivasi ibu hamil untuk tidak melakukan senam hamil adalah keyakinan dan budaya, status kesehatan, dan dukungan sosial (p value < 0,05). Faktor dominan terhadap motivasi ibu melakukan senam hamil adalah keyakinan dan budaya, sedangkan pada kelompok yang tidak melakukan senam hamil adalah dukungan sosial. Perawat maternitas diharapkan memberikan dukungan sosial kepada ibu hamil untuk meningkatkan motivasi melakukan senam hamil. ......High maternal and infant mortality rate in Indonesia is caused by the high number of labor complications. It is because mothers are not physically and psychologically ready to face labor. This study aimed to identify factors influencing pregnant women's motivation to perform pregnancy exercises. The study design was a retrospective case control study involving 206 pregnant women as the respondents. Data were analyzed using Chi-square test and binary logistic regression. The result showed a significant correlation between income, occupation, belief and culture, health status, social support, and health information and the pregnant women's motivation to perform pregnancy exercises (p value < 0,05). While factors correlated significantly to the pregnant women's motivation not to perform pregnancy exercises were belief and culture, health status, and social support (p value < 0,05). The dominant factor to motivate mothers to accomplish pregnancy exercises were belief and culture, while in the group of mothers who did not perform pregnancy exercises was social support. Maternity nurses are expected to provide social supports to pregnant women to improve their motivation to accomplish pregnancy exercises.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35891
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toto Suharyanto
Abstrak :
Penelitian kohort prospective dengan pendekatan survey-observasional ini bertujuan mengidentifikasi efektifitas senam jantung terhadap kenyamanan biopsikososial klien berisiko mengalami serangan jantung di Lebak Bulus dan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Hasil penelitian pada 63 responden kelompok intervensi dan 63 responden kelompok kontrol ini menunjukan adanya peningkatan rasa nyaman fisiologis (pvalue= 0.029), psikologis (p-value= 0.032) dan sosial (p-value= 0.328) setelah kegiatan senam yang dilaksanakan selama satu bulan. Kelompok yang teratur melakukan kegiatan senam lebih merasa nyaman dibanding dengan kelompok yang tidak melakukan kegiatan senam secara teratur. Kegiatan senam jantung sebaiknya dapat disosialisasikan lebih luas dan dijadikan sarana untuk meningkatkan rasa nyaman fisiologis, psikologis, dan sosial.
Purpose of this cohort prospective research with observational-survey approach to identify the effectiveness heart gymnastic to bio, psycho, and social comfort on client with heart attack risk in Lebak Bulus and Kebayoran Baru, South Jakarta. Result of the research on 63 respondents intervene group and 63 respondents control group shown improvement physiological (p=0.029), psychological (p=0.032), and social (p=0.328) comfort after gymnastic activity during one month regular gymnastic group more comfortable to be compared with irregular gymnastic group. Heart gymnastic activity better earn to be socialized broader and made to increase physiological, psychological, and social comfort.
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T28482
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>