Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Pratiwi Setyaningsih
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh isolat 'Actinobacteria' termofilik dari tanah di sekitar geiser Cisolok, Jawa Barat yang memiliki aktivitas selulolitik pada suhu tinggi serta mengetahui posisi filogenetik isolat terpilih terhadap spesies-spesies terdekatnya berdasarkan gen 16S rRNA. Penapisan kemampuan degradasi selulosa 17 isolat dilakukan secara kualitatif pada 'Minimal medium' (Mm) padat yang ditambahkan substrat yaitu 'carboxymethyl cellulose' (CMC) 1% (b/v) atau  'microcrystalline cellulose' (MCC) 1% (b/v) kemudian diinkubasi selama 7 hari. Pengamatan dilakukan dengan pewarnaan 'Congo red' 0,2% (b/v) dan zona bening pada sekitar koloni mengindikasikan degradasi substrat. Hasil penapisan menunjukkan bahwa 15 isolat mendegradasi CMC 1% dan 12 isolat mendegradasi MCC 1% pada suhu 45 oC, 14 isolat mendegradasi CMC 1% dan MCC 1% pada suhu 50 oC, 4 isolat mendegradasi CMC 1% dan MCC 1% pada suhu 55 oC, dan 3 isolat mendegradasi CMC 1% dan MCC 1% pada suhu 60 oC. Tiga isolat (SL1-2-R-2, SL1-2-R-3, dan SL1-2-R-4) yang mendegradasi CMC 1% dan MCC 1% hingga 60 oC merupakan isolat terpilih. Identifikasi dan karakterisasi telah dilakukan pada penelitian sebelumnya dan melaporkan tiga isolat terpilih memiliki kekerabatan terdekat dengan 'Actinomadura keratinilytica' WCC-2665T(=NBRC 105837T). Hasil pengujian menunjukkan 'type strain' NBRC 105837T mendegradasi CMC 1% dan MCC 1% pada medium Mm padat dengan suhu 45, 50, 55, dan 60 oC setelah inkubasi 7 hari. 'Crude enzyme' dari tiga isolat potensial dan 'type strain' NBRC 105837T menunjukkan aktivitas selulolitik pada medium Mm padat yang ditambahkan CMC 1% atau MCC 1% pada suhu 45, 50, 55, dan 60 oC. Analisis filogenetik tiga isolat terpilih berdasarkan gen 16S rRNA menggunakan metode 'Neighbor-Joining' (NJ), 'Minimum Evolution' (ME), dan 'Maximum Likelihood' (ML) menunjukkan bahwa tiga isolat terpilih berada pada satu 'clade' monofiletik dengan 'Actinomadura' 'keratinilytica' WCC-2665T. Analisis filogenetik juga menunjukkan dua kelompok yang terpisah berdasarkan kemampuan menghasilkan selulase pada anggota famili 'Thermomonosporaceae'. ...... The aims of this study were to obtained thermophilic 'Actinobacteria' isolates from soil around Cisolok geyser, West Java with the ability to degrade cellulose at high temperatures and to analyze the phylogenetic position based on 16S rRNA gene of the selected isolates compared to closely related species. Cellulose degradation screening was performed on Minimal (Mm) medium with the addition of 1% (w/v) carboxymethyl cellulose (CMC) or 1% (w/v) microcrystalline cellulose (MCC) as substrate then incubated for 7 days. Cellulose degradations were observed by staining the plates with  0,2% (w/v) Congo red and clear zone formation around the bacterial colony would indicate the cellulose degradation. The results showed that 15 isolates were able to degrade 1% CMC and 12 isolates were able to degrade 1% MCC at 45 oC, 14 isolates were able to degrade 1% CMC and 1% MCC at 50 oC, 4 isolates were able to degrade 1% CMC and 1% MCC at 55 oC, and 3 isolates were able to degrade 1% CMC and 1% MCC at 60 oC. Three isolates (SL1-2-R-2, SL1-2-R-3, and SL1-2-R-4) were selected due to their CMC and MCC degrading ability at 60 oC. Molecular identification based on 16S rRNA gene and characterization in previous study showed that the three selected isolates are closely related to 'Actinomadura keratinilytica' WCC-2665T(=NBRC 105837T). The assay showed that type strain NBRC 105837T was able to degrade 1% CMC and 1% MCC at 45, 50, 55, and 60 oC after 7 days of incubation. Cellulolytic activity show that the crude enzymes of the three selected isolates and type strain were able to degrade 1% CMC and 1% MCC at 45, 50, 55, and 60 oC. Phylogenetic analysis using Neighbour-Joining (NJ), Minimum Evolution (ME), and Maximum Likelihood (ML) methods showed that the  three selected isolates  were  clustered  together in monophyletic clade with 'Actinomadura keratinilytica' WCC-2265T with 100% bootstrap value. Phylogenetic analysis also showed that cellulase  producers  and  non-cellulase  producers  in 'Thermomonosporaceae' were grouped into different clades.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T54737
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Marssada Biorata
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi operasi optimum dalam memproduksi Selulase dengan response surface methodology menggunakan Bacillus sp. BPPT CC RK 2. Optimasi ini memakai substrat alam yang banyak terdapat di Indonesia dan murah sebagai sumber karbon dan sumber nitrogen yang digunakan sebagai media produksi enzim untuk mengganti Carboxylmethyl cellulose (sumber karbon) dan Yeast Extract (sumber nitrogen) yang masih mahal. Proses penelitian ini dilakukan 4 tahap, yaitu: (1) pembuatan serta pemilihan komposisi medium dan produksi enzim (2) proses fermentasi (3) penggunaan response surface methodology dengan menggunakan software design expert dalam menentukan titik optimum Selulase (4) serta uji aktivitas dan kadar enzim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat Bacillus sp. BPPT CC RK 2 optimum menghasilkan selulase selama 12 jam pada media dengan konsentrasi dedak padi 50% (b/v), dan konsentrasi air kelapa 20% (v/v). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi operasi optimum dalam memproduksi Selulase dengan response surface methodology menggunakan Bacillus sp. BPPT CC RK 2. Optimasi ini memakai substrat alam yang banyak terdapat di Indonesia dan murah sebagai sumber karbon dan sumber nitrogen yang digunakan sebagai media produksi enzim untuk mengganti Carboxylmethyl cellulose (sumber karbon) dan Yeast Extract (sumber nitrogen) yang masih mahal. Proses penelitian ini dilakukan 4 tahap, yaitu: (1) pembuatan serta pemilihan komposisi medium dan produksi enzim (2) proses fermentasi (3) penggunaan response surface methodology dengan menggunakan software design expert dalam menentukan titik optimum Selulase (4) serta uji aktivitas dan kadar enzim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat Bacillus sp. BPPT CC RK 2 optimum menghasilkan selulase selama 12 jam pada media dengan konsentrasi dedak padi 50% (b/v), dan konsentrasi air kelapa 20% (v/v).
ABSTRACT
This study aims to obtain optimum operating conditions in the production of cellulase by response surface methodology using Bacillus sp. BPPT CC RK 2. This optimization using the natural substrate that is widely available in Indonesia dan cheap as a source of carbon dan nitrogen sources are used as a medium for enzyme production to replace Carboxylmethyl cellulose (carbon source) and Yeast Extract (nitrogen source) that still expensive. The research process is done by 4 stages, namely: (1) the production and selection of medium composition and enzyme production (2) the fermentation process (3) the use of response surface methodology using design expert software in determining the optimum cellulase (4) activity assay and protein levels. The results showed that Bacillus sp. BPPT CC RK 2 isolates produce optimum cellulase for 12 hours in media with concentrations of rice husk 50% (w/v), and coconut water consentration of 20% (v/v).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42409
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rakhel Rizqullah Fauzan
Abstrak :
Kendala yang sering dihadapi pada pertanian adalah hama tanaman yang dapat mengganggu produktivitas tanaman pangan. Pemberantasan hama sering menggunakan pestisida kimiawi yang dapat berdampak buruk pada lingkungan dan tanaman. Salah satu alternatif mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan mikroorganisme sebagai biokontrol bagi hama tanaman. Mikroorganisme diketahui berpotensi sebagai agen biokontrol, dan aktivitas tersebut dapat diuji dengan  Antibiosis. Aktivitas antibiosis terlihat sebagai kemampuan menghambat pertumbuhan suatu mikroorganisme terhadap mikroorganisme lain. Pada penelitian ini dilakukan uji antibiosis dan aktivitas enzim dari empat isolat basil Gram negatif yaitu TTM, TTO, TKL, TTH, terhadap fungi Fusarium oxysporum dan Ganoderma boninense. Keempat isolat bakteri difermentasikan dalam medium Nutrient broth (NB) selama 6, 9, dan 12 hari, pada suhu inkubasi 39oC. Uji antibiosis dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan cylinder diffusion method. Hasil uji antibiosis menunjukkan bahwa hanya isolat TTH dan TTM yang memiliki potensi untuk menghambat fungi Ganoderma boninense  dalam fermentasi hari ke 6,9, dan 12. Hasil uji aktivitas enzim menunjukkan bahwa hanya isolat TTO yang memiliki aktivitas kitinolitik. ......One of the common challenges in agriculture is the presence of plant pests that can disrupt the productivity of food crops. Pest control often relies on the use of chemical pesticides, which can have negative impacts on the environment and plants. One alternative to address this issue is the utilization of microorganisms as biocontrol agents for plant pests. Microorganisms are known to have the potential as biocontrol agents, and this activity can be tested through antibiosis. Antibiosis activity is observed as the ability to inhibit the growth of one microorganism by another. In this study, antibiosis and enzyme activity tests were conducted on four isolates of Gram-negative bacteria, namely TTM, TTO, TKL, and TTH, against the fungi Fusarium oxysporum and Ganoderma boninense. The four bacterial isolates were fermented in Nutrient Broth (NB) medium for 6, 9, and 12 days at an incubation temperature of 39°C. The antibiosis test was qualitatively performed using the cylinder diffusion method. The results of the antibiosis test showed that only the TTH and TTM isolates had the potential to inhibit the Ganoderma boninense fungi during the 6th, 9th, and 12th days of fermentation. The enzyme activity test results indicated that only the TTO isolate exhibited chitinolytic activity.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Paska Bakti
Abstrak :
ABSTRAK
Bioetanol generasi kedua merupakan salah satu solusi energi alternatif yang tidak memiliki efek samping dalam pemanfaatan bahan bakunya. Saat ini meskipun Indonesia memiliki bahan baku pembuatan etanol yang melimpah, proses produksi etanol generasi kedua masih terhambat oleh ketidaktersediaan enzim dalam proses penguraian lignoselulosa menjadi sakarida yang dapat diolah melalui fermentasi menjadi etanol. Selulase merupakan salah satu enzim yang dapat digunakan untuk proses tersebut. Enzim tersebut diketahui dapat dihasilkan oleh bakteri Bacillus sp. dalam submerged fermentation. Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi produksi selulase oleh Bacillus sp. BPPT CC RK2 pada substrat alami (dedak padi dan air kelapa) dengan cara mencari nilai kondisi produksi optimum selulase pada skala laboratorium 50 ml. Optimasi dilakukan menggunakan response surface methodology. Kondisi yang dioptimasi adalah pH dan suhu. Nilai kondisi optimasi model RSM adalah 6.23 untuk pH dan 40.04°C untuk suhu. Sedangkan kondisi optimasi saat percobaan RSM adalah pH 7.0 dan 37°C. Pengaruh dan interaksi variabel yang diuji terhadap aktivitas selulase dilaporkan pada penelitian ini.
ABSTRACT
Second-generation bioethanol is one of the alternative energy solutions that do not have any side effects in the utilization of raw materials. Currently though Indonesia has a raw material for making ethanol in abundance, the secondgeneration ethanol production process is still hampered by the unavailability of an enzyme in the process of decomposition of lignocellulose into saccharides that can be processed through fermentation into ethanol. Cellulase enzymes is one that can be used for the process. This enzyme is known to be produced by the bacterium Bacillus sp. in submerged fermentation. In this study, the cellulase production by Bacillus sp. CC BPPT RK2 on natural substrates (rice bran and coconut water) by searching the optimum conditions for cellulase production on a laboratory scale 50 ml, was evaluated. Optimization carried out using response surface methodology. Optimized conditions are pH and temperature. RSM optimization model state values for pH is 6.23 and 40.04°C for temperature. While the current experimental conditions RSM optimization were pH 7.0 and 37°C. The influence and interaction variables were tested against the cellulase activity reported in this study.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43738
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hanafi
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T39905
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Octaviany Magdalena
Abstrak :
Bioetanol dari biomassa limbah pertanian adalah generasi kedua dari bahan bakar alternatif selain biofuel dari bahan fosil dan baru-baru ini pengembangan produksi bioetanol secara luas dibahas melibatkan metode dan bahannya. Salah satu limbah biomassa potensial untuk produksi bioetanol adalah tongkol jagung, karena kandungan karbohidrat yang tinggi dan ketersediaannya yang melimpah. Tujuan utama dari penelitian ini adalah meningkatkan produksi bioetanol dari tongkol jagung menggunakan metode sakarifikasi dan fermentasi secara simultan dengan proses enzimatik hidrolisis menggunakan err,im selulase dan xilanase dari dua Actinomycetes Catenuloplarus indicus dan Streptomryes sp. potensial dan fermentasi menggunakan Saccharomyces Cereviceae NBRC 1440. Sakarifikasi tongkol jagung menggunakan kombinasi enzim dianalisis dengan kromatografi lapis tipis KLT. Data menunjukkan bahwa enzim yang dihasilkan dari actinomycetes memiliki kemampuan untuk memecah tongkol jagung menjadi monosakarida seperti glukosa dan xilosa. Data menunjukkan hasil analisis gula reduksi dari rentang 0-96 jam yaitu sebesar 3,47;3,59i 3,71; 4,03; 3,48 ppm. Untuk konsentrasi tertinggi pada waktu 72 jam yaitu 4,03 ppm, sedangkan gula total sebesar 24,60;23,13;24,96;20,95;20,62 ppm dan konsentrasi tertinggi pada titik 48 jam sebesar 24,96. Analisis lebih lanjut dari produksi bioetanol dilakukan dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT menunjukkan bahwa ragi memiliki kemampuan untuk mengubah glukosa menjadi etanol. Bioeanol dari hidrolisis tongkol mencapai 1.017 g/L untuk proses SSF 48 jam. Dengan nilai untuk yield etanol yaitu sebesar 0,045 grarnl 20 tnL dan persentase konversi produksi etanol dari glukosa sebesar 58,11Yo. ......Bioethanol from agriculture waste biomass is a second generation of alternative fuels beside fosil biofuels and recently development of bioethanol production is widely discussed involving methods and materials. One of potential waste biomass for bioethanol production is corn cobs because of its a high carbohydrate content and abundant availability. The main purpose of this research is enhancing bioethanol production from corn cobs by Simultaneous Saccharification and Fermentation method with enzymatic hydrolysis using cellulase and xylanase from two potential Actinomycetes Catenuloplanes indicus and Streptomyces sp. and fermentation using Saccharorryces cereviceae NBRC 1440. The saccharification of corn cobs using a combination of enzymes was analyzed using Thin Layer Chromatography tLC and the data showed that enzryme from actinomycetes has the ability to break down corn cobs into monosaccharides such as glucose and xylose. The data show the results of reducing sugar analysis findings om the range of 0 96 hours is equal to 3.47 3.59 3.71 4.03 3.48 ppm. The highest concentration of 72 hour is 4.03 ppm, while the total sugar amounted to 24.60 23.13 24.96 20.95 20.62 ppm and the highest concentation of at point 48 hours at24.96. Further analysis of bioethanol production is done by High Performance Liquid Chromatography IIPLC showed that yeast has the ability to convert glucose into ethanol. The Highest bioethanol from com cobs hydrolysisreaching 1,017 g L for the SSF process 48 hours. With the value for ethanol yield is 0.045 920 mL and percentage conversion of ethanol production from glucose is 58,llo o.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T46875
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sonia Limoes
Abstrak :
ABSTRAK
Eschericia coli BPPT-CC EgRK2, bakteri hasil rekombinasi yang dapat memproduksi enzim protein endo-b-1,4-glukanase, diteliti di dalam kultur batch untuk ditentukan parameter-parameter kinetikanya. Eschericia coli BPPT-CC EgRK2 dikultur di dalam media cair mengandung glukosa yang telah ditentukan konsentrasinya. Variabel lain seperti temperatur, agitasi, aliran udara, dan hal-hal lainnya dijaga konstan. Parameter-parameter kinetika pertumbuhan Monod dari bakteri ini, yaitu laju pertumbuhan spesifik maksimum ? max dan konstanta kejenuhan substrat Ks diestimasi menggunakan linearisasi persamaan Monod. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa ? max dari bakteri ini adalah 1,694 h-1 dan Ks dalam substrat glukosa sebesar 6,629 g/L. Hasil ini menunjukkan bahwa kinetika dari bakteri ini jauh lebih tinggi dari galur lain pada penelitian lain yang ditemukan di literatur. Pada penelitian ini juga dilakukan peninjauan produksi selulase dengan menggunakan dua metode fermentasi, yaitu batch dan fed batch. Peninjauan terhadap jumlah produksi biomassa dan rancangan desain fermentor dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SuperPro Designer v9.0 dan juga perhitungan manual. Hasil menunjukkan bahwa fermentasi secara fed batch memberikan jumlah biomass yang lebih banyak daripada fermentasi batch, sehingga fermentasi fed batch merupakan metode fermentasi yang lebih baik untuk produksi enzim selulase.
ABSTRACT
Eschericia coli BPPT CC EgRK2, bacteria carrying recombinant genes to produce endo b 1,4 glucanase was studied in batch culture to determine its kinetic parameters. Eschericia coli EgRK2 were cultured in a defined liquid medium containing predetermined glucose concentration. Agitation, temperature, air flow, and others parameters remained constant. Monod growth kinetic parameters, maximum specific growth rate max dan substrate saturation constant Ks , from this bacteria were estimated by using linearization of Monod rsquo s equation. It was found that max is 1,694 h 1 and Ks in glucose substrate is 6,629 g L. These results showed that Eschericia coli BPPT CC kinetics is higher than other strain found in literature. Cellulase industrial production through two methods of fermentation, batch and fed batch is also examined in this study. Observation of biomass production and fermenters design calculation of each method is done with manual calculations and simulation software, SuperPro Designer v9.0. The results showed that fed batch fermentation gives more biomass than batch fermentation therefore, fed batch fermentation is a better fermentation method for cellulase production.
2017
S67863
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vasko Ruseimy
Abstrak :
Penggunaan bahan bakar fosil oleh manusia menimbulkan ancaman serius, yaitu jaminan ketersediaan bahan bakar fosil untuk beberapa dekade mendatang dan polusi akibat emisi pembakaran bahan bakar fosil ke lingkungan. Kesadaran terhadap ancaman tersebut telah mengintensifkan berbagai riset yang bertujuan menghasilkan sumber-sumber energi alternatif yang berkelanjutan dan lebih ramah lingkungan. Salah satu energi alternatif yang relatif murah ditinjau aspek produksinya dan relatif ramah lingkungan adalah pengembangan bioetanol dari limbah kertas yang banyak mengandung lignoselulosa. Penelitian pembuatan etanol dari kertas intinya adalah dengan proses Sakarafikasi dan Fermentasi Serentak (SSF). Enzim selulase dan yeast Saccharomyces cerevisiae digunakan untuk hidrolisis dan fermentasi dalam proses SSF tersebut. PH yang digunakan adalah pH 5 karena pada penelitian konversi etanol sebelumnya pH 5 adalah pH optimum. Proses SSF dilakukan dengan waktu inkubasi selama 6, 12, 24, 36, 48, 72, 96 jam. Aktifitas yang digunakan adalah 0,2; 0,3; dan 0,5gr. Sebelum dilakukan proses hidrolisis dan fermentasi perlu adanya proses Pada penelitian ini jenis limbah kertas yang diuji adalah hanya limbah kertas HVS bertinta, HVS kosong dan kertas koran. Penelitian konversi limbah kertas menjadi etanol dengan dengan menggunakan enzim selulase yang akan dilakukan diharapkan mampu membantu riset-riset selanjutnya dan dikembangkan ke arah komersial untuk mendukung konservasi energi dan penggunaan energi alternatif bioetanol sebagai pensubstitusi minyak bumi yang ketersediaannya mulai terbatas, serta diharapkan limbah-limbah khususnya limbah kertas yang menjadi permasalahan bagi beberapa Negara dapat tertangani dengan baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa etanol tidak dapat dihasilkan tanpa enzim selulase. Pada kertas HVS kosong kandungan selulosanya adalah sekitar 60,5 %, pada HVS bertinta kandungan selulosanya adalah sekitar 58,3 %, dan pada kertas koran kandungan selulosanya sekitar 49,1%. Pada kertas HVS bertinta, HVS kosong dan kertas koran diperoleh konsentrasi etanol tertinggi berturut-turut 1238,9 ppm, 669 ppm, 1428 ppm.
The use of fossil fuel by humans threatens serious problems for the future such as the availability of fossil fuel for further decades and pollution to the environment by emissions from the burning of fossil fuel. Awareness of these problems has increased the intensity of research to produce an alternative energy resource that is both sustainable and environmentally friendly. One example of a sustainable alternative energy resource that is relatively cheap and environmentally friendly is the development of bio-ethanol from waste paper that contains large amounts of lignocelluloses. The point of this research deals with the production of ethanol from paper using the simultaneous process of saccharification and fermentation (SSF.) The Cellulose enzyme and Saccharomyces cerevisiae were used to hydrolyse and ferment during the SSF process. The pH level used was pH 5 because previous research on ethanol conversion had shown that pH 5 is the optimum level. The SSF process was done with an incubation period of 6, 12, 24, 36, 48, 72, and 96 hours. The activity used was 0.2, 0.3, and 0.5gr. Before the hydrolyse and fermenting processes are done we need another process (''') For this research the type of waste paper tested was HVS paper with ink, blank HVS paper and newspaper. Research about converting waste paper to ethanol using the cellulose enzyme will hopefully be used to help future research and commercial development to support energy conservation and the use of the alternative bio-ethanol as a substitute for a limited supply of oil. Also we hope that garbage specifically waste paper which has become a problem for so many countries can be handled in a positive way. The results of this research show that blank HVS paper's cellulose content is around 60.5%, HVS paper with ink has a cellulose content of 58.3% and with newspapers the content is around 49.1%. In regards to blank HVS paper, HVS paper with ink, and newspaper, the highest ethanol concentration in succession is 1238.9ppm, 669 ppm, and 1428 ppm.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia;, 2008
S52224
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Inas Sharfina Rahmah
Abstrak :
ABSTRAK
Biodrying merupakan proses MBT Mechanical-Biological Treatment yang dapat mengurangi kadar air sampah organik menggunakan panas dari hasil penguraian mikroorganisme. Namun, kandungan nutrisi kompleks di dalamnya dapat memperlambat aktivitas mikroorganisme tersebut, sehingga penambahan aditif berupa enzim selulase perlu dilakukan. Selain itu, biodrying diketahui menghasilkan produk akhir yang hanya terbio-stabilisasi sebagian. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh penambahan enzim selulase terhadap dinamika populasi mikroorganisme, keterkaitannya dengan perubahan suhu, kadar air, dan zat organik berupa VS/volatile solid , dan pengaruhnya terhadap bio-stabilisasi. Penelitian ini dilakukan melalui penambahan enzim selulase dengan rasio 0:1:1,5 ke tiga reaktor berbeda yaitu R1, R2, dan R3. Hasilnya, R3 memiliki rata-rata suhu tertinggi 46,95 C , pengurangan kadar air tertinggi 26 serta penurunan kadar VS tertinggi kedua 25 . Selain itu, R3 dapat menghasilkan nilai kadar air terendah 36 dan nilai kalor berkualitas RDF Kelas 4 >2.400 kal/g dalam waktu tercepat 19 dan 14 hari . Jumlah dan pertumbuhan mikroorganisme nilai k reaktor 3 juga merupakan yang tertinggi. Namun, R3 menghasilkan bio-stabilitas terendah yang tidak memungkinkan produknya untuk melalui kegiatan pasca-operasional dengan durasi yang lama serta produknya tidak sesuai digunakan untuk aplikasi lahan.
ABSTRACT
Biodrying as an MBT Mechanical Biological Treatment process is used to reduce moisture content in organic solid waste with bio heat produced by microbial degradation. Therefore, presence of microorganisms in the process becomes crucial as they may also bio stabilize the waste. On the other hand, organic waste contains complex nutrients that may slow down microbial activities, and hence an additive, in the form of cellulase enzyme, is needed for the process. Therefore, this study aims to analyze the effect of cellulase enzyme addition on microbial population dynamics, changes in temperature, moisture content, and organic content, and the effect of microbial population dynamics on bio stabilization in the biodrying process. This was done by adding different amounts with a 0 1 1,5 ratio of cellulase enzyme to each of three laboratory scale biodrying reactors R1, R2, and R3. The highest temperature profile was reached by R3, along with the highest and second highest reduction in MC moisture content 26 and VS volatile solid content 25 respectively. R3 also reached its lowest MC 36 and Class 4 RDF specification 2.400 cal g the fastest 19 and 14 days . In addition, R3 had the highest mean of microbial population with the highest mean growth rate k . However, it produced the lowest bio stability of the product. Hence it would not be able to undergo a long term period post treatment and be used for land application.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>