Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2175 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ulfa Sekar Langit
"In the study Self talk as 8 Regulatory Mechanism: How You Do It Matters (Kross et al., 2014) shows the use of names when doing self talk strategies can be used as a mechanism of self regulation of stressors in the future. However, in Indonesia, there is a culture where people are accustomed to calling themselves by name when interacting daily. This study attempted to further understand the influence of name use strategies when self talk to the mechanism of self regulation of future stressors in individuals who have been accustomed to calling themselves by name. The study was conducted in two studies (N = 195) with a university student as a participant. In study 2 participants were people who were accustomed to calling themselves by name. The results of the analysis showed that participants who did self talk strategy using names (M: 0,913; SD=0,417) assessed the stressors in the future as a challenge rather than a threat compared to
participants who did self talk strategy using the first person pronoun (M: 0,732. SD=0,368). This difference is significant t(93) = min 1,107, p>0,05 (Study 1). Meanwhile, in participants who are accustomed to calling themselves by name, the assessment of stress triggers in the future does not differ significantly between the conditions of using names (M=0,71; SD= 0,29) and the condition of using first person pronoun (M=0,65; SD=0,27) with the results of the t test as follows, t(93) = min 1,107, p>0,05. (Study 2). That is, the selftalk strategy uses the name of the mechanism of self regulation in individuals who are accustomed to calling themselves by name unable to change judgment (from a threat to challenge) to future stressors."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI, 2018
150 JPS 15:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Nugroho
"Pembentukan identitas merupakan hal terpenting dalam kehidupan remaja (Erikson, dalam Turner dan Helms, 1987). Hal ini berkaitan erat dengan perceived competence, yang juga berpengaruh terhadap pembentukan self-esteem. Perceived competence dipengaruhi oleh 2 faktor: tingkat kompetensi dan tingkat kepentingan ranah kehidupan spesifik (Harter, 1988). Dalam kehidupan remaja terdapat 8 ranah spesifik. Suatu ranah akan dianggap penting apabila ranah tersebut dianggap penting oleh significant other. Bagi remaja, teman sebaya adalah significant other dengan peranan terbesar. Karena itulah, kompetensi dalam kegiatan yang mengundang penilaian positif dari teman sebaya akan besar pengaruhnya terhadap pembentukan perceived competence. Kegiatan pemandu sorak adalah kegiatan yang memenuhi persyaratan tersebut, karena relatif baru dikenala di Indonesia dan banyak digemari kaum remaja. Penelitian ini ingin mengetahui korelasi antara keikutsertaan dalam kegiatan pemandu sorak dengan tingkat perceived competence pada remaja perempuan jakarta.
Alat yang digunakan adalah Self Perception Profile dari Harker (1988) yang mengukur tingkat kompetensi dan kepenlingan ranah spesifik remaja. Subyek yang dituju adalah pemandu sorak remaja yang berjenis kelamin perempuan dan berdomisili di daerah jakarta dan sekitarnya. Teknik pengambilan sampel adalah incidental sampling.
Hasil penelitian membuktikan adanya korelasi yang signifikan dan positif antara total waktu mengikuti pemandu sorak dengan tingkat perceived competence. Diketahui pula bahwa para pemandu sorak memiliki mean perceived competence dan self-esteem di atas mean teoritik. Lamanya mengikuti pemandu sorak juga berkorelasi secara signifikan dengan ranah Penerimaan Sosial, Kompetensi dalam Memiliki Teman Dekat, Kompetensi Atletik, dan Daya Tarik Romantik. Hasil tambahan rnenunjukkan bahwa subyek umumnya memiliki kompetensi di atas rata-rata teoritik pada ranah-ranah spesifiknya, kecuali untuk ranah Kompetensi Skolastik dan ranah Penampilan Diri. Dari segi keikutsertaannya dalam kegiatan pemandu sorak, diketahui pula bahwa hanya sebagian kecil dari subyek yang pernah non-aktif dari kegiatan ini. Selain itu, diketahui pula bahwa tingkat turnover relatif rendah. Adapun tujuan utama yang paling banyak dimiliki para subyek dalam mengikuti kegiatan pemandu sorak adalah untuk menyalurkan minat menari.
Terdapat sejumlah saran yang dapat diajukan dari hasil penelitian ini. Pertama, perlunya penambahan jumlah sampel agar distribusi sampel semakin mendekati distribusi normal, serta memungkinkan unluk penghitungan data berdasarkan pembagian kelompok. Penelitian lanjutan yang bersifat eksperimental juga perlu dilakukan agar dapat diketahui pengaruh nyata kegiatan pemandu sorak terhadap pembentukan perceived competence dan self-esteem remaja. Perbedaan frekuensi dan jam latihan juga merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian lanjutan dalam topik yang sama. Berbagai kegiatan ekstra-kurikuler lain di luar pemandu sorak juga merupakan hal yang menarik untuk diteliti, berkaitan dengan pembentukan perceived competence dan self-esteem remaja. Berbagai dampak positif dari kegiatan pemandu sorak perlu diperhatikan oleh para significant other yang bersikap menentang terhadap kegiatan ini, agar dapat memberikan penilaian yang lebih obyektif. Penggunaan alat yang berdasarkan situasi dan kondisi di luar negeri patut diperhiiungkan, mengingat kemungkinan terjadi perbedaan makna bahasa, serta perbedaan ranah spesifik untuk remaja Indonesia."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wikan Putri Larasati
"Tesis ini membahas pentingnya pengembangan self-esteem yang adekuat pada masa remaja. Individu yang memiliki self-esteem tinggi cenderung memiliki pencapaian akademik yang lebih tinggi, dan mereka yang memiliki self-esteem rendah memiliki pencapaian akademik yang lebih rendah (Lui, Kaplan, & Risser dalam Rice, 1996). Selain berkaitan dengan pencapaian akademik, self-esteem juga berkaitan dengan kesehatan fisik dan mental seorang remaja (Trzesniewski dalam Simpson-Scott, 2009).
Subyek penelitian ini adalah seorang remaja perempuan berusia 13 tahun yang memiliki ciri-ciri seseorang dengan self-esteem rendah sebagaimana menurut Branden (1996) dan Guindon (2010). Intervensi yang dilakukan adalah penanganan individual pada subjek dengan menggunakan metode self-instruction.
Metode self-instruction yang digunakan menggunakan empat tahap utama yang dikemukakan oleh Meichenbaum (Martin & Pear, 2003), yaitu identifikasi keyakinan negatif; memformulasikan positive self-statement; melakukan self-instruction untuk mengarahkan perilaku; dan melakukan selfreinforcement ketika berhasil mengatasi situasi.
Desain penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah single case study A-B design.Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi menggunakan metode self-instruction dapat meningkatkan self-esteem pada subjek.

The focus of this study is the importance of enhancing adolescent self-esteem. An adolescent with good self-esteem level tend to have better academic achievement compared to adolescent with low self-esteem (Lui, Kaplan, & Risser in Rice, 1996). Other than the academic achievement, self-esteem is also correlated with physical and mental health of adolescent (Trzesniewski in Simpson-Scott, 2009).
The subject of this research is a 13 year old teenage girl who shows characteristics of individual with low self-esteem based on Branden (1996) and Guindon (2010).
The intervention is delivered through individualized program using selfinstruction method. This method includes four major steps based on Meichenbaum (Martin & Pear, 2003), which are identifying negative beliefs, formulating positive self-statements, practicing self-instruction; and applying selfreinforcement.
The design of this research is single case study A-B design. This research proves that an intervention program using self-instruction method can enhance the self-esteem of the subject.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31219
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kristjánsson, Kristján
"If there is one value that seems beyond reproach in modernity, it is that of the self and the terms that cluster around it, such as self-esteem, self-confidence and self-respect. It is not clear, however, that all those who invoke the self really know what they are talking about, or that they are all talking about the same thing. What is this thing called 'self', then, and what is its psychological, philosophical and educational salience? More specifically, what role do emotions play in the creation and constitution of the self? This book proposes a realist, emotion-grounded conception of selfhood. In arguing for a closer link between selfhood and emotion than has been previously suggested, the author critically explores and integrates self research from diverse academic fields. This is a provocative book that should excite anyone interested in cutting-edge research on self-issues and emotions that lies at the intersection of psychology, philosophy of mind, moral philosophy and moral education."
New York: Cambridge University Press, 2010
e20528777
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Sheehan, Elaine, 1964-
Shafterbury : Element Books, 1995
615.851 2 SHE s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Arniati Prasedyawati Herkusumo
"Penelitian ini bermula dari pemikiran bahwa dalam proses belajar mengajar secara klasikal di sekolah terdapat kelompok siswa yang mempunyai kemampuan rata-rata (siswa biasa) dan terdapat pula siswa yang mempunyai kemampuan yang lebih unggul daripada kelompok siswa biasa (siswa berbakat). Namun dalam mencapai prestasi belajar yang maksimal, inteligensi bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan belajar. Banyak faktor yang turut mempengaruhi keberhasilan belajar, baik yang berasal dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa.
Pada penelitian ini, faktor dari dalam diri siswa yang dimaksud adalah pengaturan diri dalam belajar dan 'self efficacy', sedangkan faktor dari luar diri siswa yang dimaksud adalah lingkungan belajar di rumah. Berdasarkan pandangan di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauhmana terdapat perbedaan antara siswa berbakat dan siswa biasa dalam variabel-variabel di atas, dan sejauhmana hubungan variabel-variabel tersebut dengan prestasi belajar yang diperoleh.
Dalam penelitian ini siswa yang dipilih sebagai subyek penelitian adalah siswa-siswa kelas I SMA, dimana pada masa ini siswa dianggap telah menunjukkan perkembangan kematangan fisik, mental, emosional dan sosial (Hurlock, 1978). Melalui kajian teoritis tentang keberbakatan, pengaturan diri dalam belajar, 'self efficacy', lingkungan belajar di rumah dan prestasi belajar, maka dalam penelitian ini diajukan 5 hipotesis yang diuji kebenarannya pada 110 orang sampel siswa, yang terdiri dari 55 orang yang termasuk kelompok siswa berbakat dan 55 orang siswa yang termasuk kelompok siswa biasa.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada uji perbedaan memperlihatkan adanya perbedaan yang signifikan antara siswa berbakat dengan siswa biasa pada variabel-variabel pengaturan diri dalam belajar (nilai t = 16,64 pada p [ 0,05); self efficacy (nilai t = 11,06 pada p [0,05); dan prestasi belajar (nilai t = 22,32 pada p [0,05). Sedangkan pada variabel lingkungan belajar di rumah tidak memperlihatkan adanya perbedaan yang signifikan antara siswa berbakat dengan siswa biasa (nilai t = 0,57 pada p > 0,05).
Adapun hasil korelasi ganda memperlihatkan ada hubungan yang signifikan antara pengaturan diri dalam belajar, 'self efficacy', lingkungan belajar di rumah dan inteligensi dengan prestasi belajar (R = 0,91873).
Dengan demikian maka hasil penelitian ini telah menjawab permasalahan yang diajukan yaitu sejauhmana ada perbedaan antara siswa berbakat dengan siswa biasa pada pengaturan diri dalam belajar, 'self efficacy', lingkungan belajar di rumah, dan prestasi belajar. Serta sejauhmana hubungan antara pengaturan diri dalam belajar, `self efficacy', lingkungan belajar di rumah, dan inteligensi dengan prestasi belajar.
Untuk penelitian lebih lanjut dalam bidang ini di waktu yang akan datang, penulis menyarankan perlunya penggunaan lebih dari satu alat ukur untuk menjaring siswa berbakat, perlunya penelitian untuk menguji validitas eketernal dan reliabilitas dengan metode dan teknik lain dari Skala Pengaturan Diri Dalam Belajar dan Skala Self Efficacy yang disusun untuk keperluan penelitian ini. Selain itu juga disarankan agar dalam mendapatkan data prestasi belajar siswa perlu kiranya untuk menggunakan alat tes yang baku. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riehl-Sisca, Joan
Connecticut: Appleton-Century-Crofts, 1985
610.724 3 RIE s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
I. Darma J.
"Keterlambatan studi akibat panjangnya proses penyelesaian skripsi masih kerap ditemukan. Keterlambatan ini mungkin disebabkan rendahnya kemampuan mahasiswa dalam melakukan self-management. Self-management dapat dilakukan dengan mengikuti sebuah payung penelitian untuk mengatasi hambatan yang ditemui bila melakukan skripsi individual. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan antara mereka yang melakukan skripsi secara individual dengan mereka yang melakukan skripsi dalam sebuah payung pada aspek selfmanagement serta pencapaian mereka pada skripsi.
Dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner lapor diri yang mengukur self-mcmagement seorang mahasiswa dalam mengerjakan skripsi, peneliti melakukan analisa perbedaan skor pada kedua kelompok (payung penelitian dan skripsi individual) dengan menggunakan Alann-li'hitney Test pada aplikasi SPSS. Dengan metode yang sama peneliti juga melihat perbedaan pada pencapaian dalam skripsi (melalui nilai, waktu yang dibutuhkan, kepuasan terhadap skripsi, dan kecepatan menyelesaikan) pada kelompok untuk melihat apakah perbedaan dalam self-management dapat menjelaskan perbedaan prestasi dalam skripsi.
Hasil dari penelitian ini gagal menunjukkan adanya perbedaan selfmanagement serta hasil pencapaian dalam penyelesaian skripsi pada dua kelompok. Oleh karena itu keterlambatan dalam penyelesaian skripsi sulit untuk dijelaskan dalam kerangka self-management. Kendati demikian, aplikasi selfmanagement dalam kehidupan sehari-hari dapat memberikan kesempatan pada diri kita untuk mengenali dan menguasai diri lebih baik untuk mencapai tujuan yang telah kita tetapkan sebelumnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3421
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zebian, Najwa
"From the celebrated poet, speaker, and educator Najwa Zebian comes a powerful approach to healing focused on building a home within yourself. In her debut book in the self-development space, poet Najwa Zebian shares her revolutionary concept of home to guide readers to embrace their vulnerability, discover their self-worth, and build their own strong foundations from the ground up. In Welcome Home, Najwa shares her own personal story for the first time, powerfully weaving memoir, poetry, and deeply resonant teachings, from leaving war-torn Lebanon for Canada at sixteen, to coming of age as a young Muslim woman in Canada, to sexual harassment that left her alienated from her community, to building a new identity for herself as she learned to speak her truth"
New York: Harmony Books, an imprint of Random House, 2021
155.2 ZEB w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfa Sekar Langit
"Penelitian ini menguji strategi berbicara pada diri sendiri self-talk menggunakan nama sebagai mekanisme regulasi diri terhadap pemicu stres di masa depan. Penelitian ini terdiri dari dua studi yang merupakan studi lanjutan dari studi yang berjudul Self-talk as a regulatory mechanism: How you do it matters Kross dkk., 2014.
Studi 1 menunjukkan bahwa penggunaan nama saat self-talk, dapat mengubah penilaian terhadap pemicu stres di masa depan, dari ancaman menjadi tantangan, dibandingkan jika menggunakan kata ganti orang pertama atau ldquo;aku rdquo;. Studi 2 menguji dampak strategi self-talk menggunakan nama pada individu yang terbiasa menyebut diri dengan nama. Hal ini dilakukan karena di Indonesia terdapat budaya yang masyarakatnya terbiasa menyebut diri dengan nama saat berinteraksi sehari-hari.
Studi 2 menunjukkan bahwa strategi self-talk menggunakan nama atau kata ganti orang pertama tidak memberikan penilaian pemicu stres yang berbeda pada individu yang terbiasa menyebut diri dengan nama. Penelitian dilakukan secara eksperimen dengan desain, 2 jenis self-talk: kata ganti orang pertama aku vs nama secara between subject.

This study examined the effect of self distancing as a self regulatory mechanism of the future stressor. The effect of self distancing is inflicted by doing self talk using one 39 s own name instead of using the first person pronoun ldquo I rdquo . This study consists of two studies which are an advanced study from a study titled, Self talk as a regulatory mechanism How you do it matters Kross dkk., 2014.
Study 1 shows that using one's own name in self talk could appraise future stressor as a less threatening term and turn it into challenges. Study 2 examined the effects of self talk using one's own name in individuals who already accustomed to using one's own name in daily life. In consideration that there are certain cultures in Indonesia where it is common to use one's own name in daily life.
As a result, self talk strategy using one's own name shows no effect on future stressor appraisal in individual who already accustomed using one's own name in daily life. This study is done through a between subject experiment with design, 2 the type of self talk first person pronouns I vs one's own name.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T47983
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>