Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Heri Purwoko
Abstrak :
Dinamika sosial budaya yang terjadi di Papua membuat banyak pihak larut dalam dilema dan perjuangan yang berkelanjutan tanpa penyelesaian yang jernih sejak masa integrasi dengan Indonesia hingga kini. Film Aku Ingin Menciummu Sekali Saja menampilkan paradoks akan makna perjuangan. Di satu sisi berjuang adalah dengan mengangkat senjata, di sisi lain dimaknai sebagai usaha untuk kehidupan yang lebih baik tanpa kekerasan. Film ini menghadirkan ambiguitas dan ketidakajegan dalam posisi ideologi yang direpresentasikan melalui karakter-karakter dalam film. Melalui film Aku Ingin Menciummu Sekali Saja, penulis mengelompokkan setidaknya terdapat tiga identitas yang direpresentasikan, yaitu: (a.) identitas negara atau pemerintah pusat Republik Indonesia yang ditunjukkan melalui tokoh Perempuan, serta kehadiran dan fungsi aparat militer, (b) identitas Organisasi Papua Merdeka yang diperlihatkan aktifitas mereka dalam Kongres Papua II, bendera Bintang Kejora, pengidolaan tokoh Theys Eluay, dan sebagian rakyat Papua yang mendukung atau bersimpati terhadapnya, serta (c) sebagian penduduk Papua yang berada di antara, direpresentasikan melalui tokoh Arnold dan Ibu. Untuk melihat apakah ada indikasi keberpihakan atas persoalan identitas nasional Papua dan Indonesia, maka penulis menggunakan cultural studies dengan pendekatan analisis tekstual dan teori representasi. Penulis menitikberatkan pada kode-kode visual sinematik berupa mise-en-scene, karakter, gestur, dialog, dan jalinan antar shot dalam film Aku Ingin Menciummu Sekali Saja untuk mengetahui politik identitas yang direpresentasikan dalam film tersebut. ......The socio-cultural dynamics occurring in Papua have left many parties immersed in ongoing dilemmas and struggles without clear resolution since the period of integration with Indonesia until now. The film Aku Ingin Menciummu Sekali Saja (I Want to Kiss You Only Once, 2002) displays the paradox of the meaning of struggle. On the one hand, fighting is by taking up arms, on the other hand interpreted as an effort to a better life without violence. This film presents ambiguity in the ideological position represented through the characters in the film. Through the film Aku Ingin Menciummu Sekali Saja, the writer groups at least three identities that are represented: (a) the identity of the state or central government of the Republic of Indonesia shown through women character, as well as the presence and function of the military apparatus, (b) the identity of the Free Papua Organization which were shown their activities in the Second Papuan Congress, the Morning Star flag, the idolizing of Theys Eluay, and some Papuans who supported or sympathized with him, and (c) some Papuans who were in between, represented through the figures of Arnold and Mother. To see if there are indications of alignments on the issue of Papuan and Indonesian national identity, the authors use cultural studies with textual analysis and representation theory approaches. The author focuses on cinematic visual codes in the form of mise-en-scenes, characters, gestures, dialogues, and interwoven shots in the film Aku Ingin Menciummu Sekali Saja to find out the identity politics represented in the film.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulil Abshar
Abstrak :
¦izib adalah doa istimewa yang digunakan para sufi bermunajat kepada Allah swt. Sebagai sufi agung peletak dasar tarekat Syâ©iliyah, Abu Hasan Asy- Syâ©il³ (1195-1258 M) memiliki beberapa ¥izib yang kemudian diwariskan kepada murid-muridnya. Secara tekstual, ¥izib Asy-Syâ©il³ merupakan karya sastra yang memiliki karakteristik kebahasaannya yang sangat khas yang membedakannya dari sesama teks doa lainnya. Banyaknya pola saja', jinâs dan iqtibas dalam ¥izib menunjukkan kuatnya unsur bunyi yang berfungsi sebagai perekat unsur-unsur kesusatraan dalam membangun makna ¥izib itu sendiri. Dalam kurun waktu tertentu ¥izib-¥izib ini kemudian berkembang di pesantren dan mengalami perubahan makna. ¦izib di pesantren tidak hanya berfungsi sebagai media berkomunikasi antara para sufi dan Allah swt ketika bermunajat. Tetapi juga memiliki makna sebagai kalimat bertuah yang mengandung banyak fadilah dan faedah. Namun demikian banyak juga pesantren yang menganggap ¥izib sebagai do'a yang tidak memiliki dasar hukum yang kuat, sebagaimana layaknya doa-doa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw dan para nabi sebelumnya, sehingga mereka memilih untuk meninggalkannya. Demikianlah pemaknaan masyarakat pesantren terhadap ¥izib yang berbeda-beda karena perbedaan konteks sosial masing-masing pesantren sebagai ruang keberadaan ¥izib. Ruang sosial ini pula yang kemudian mempengaruhi fungsi ¥izib yang tidak hanya dimanfaatkan oleh masyarakat pesantren, tetapi juga masyarakat di luar pesantren. ......¦izib is a special prayer used by Sufis to pray unto Allah Almighty. As a founder of the Sufi orders of Asy-Sya©iliyah, Abu Hasan Asy-syâ©il³ (1195-1258 AD) has some ¥izibs which were then bequeathed to his students. Textually, ¥izib Asysyâ ©il³ is a literary work that has a very distinctive linguistic characteristic that distinguishes it from other prayer texts. In number of patterns saja', jinâs and iqtibâs in ¥izib show the strength of the sound elements which serve as an adhesive element of other literatures in building the meaning of ¥izib itself. Within a certain time, these ¥izibs developed in pesantren and gotten change the meaning. In pesantren, the function of ¥izib is not only as a medium of communication between the sufis and Allah during supplication but also as a sentence that contains a lot of lucky fadilah and faedah. However, many pesantren consider ¥izib as a prayer does not have a strong legal basis. As befits the prayers taught by the Prophet Muhammad and the prophets before, so they decided to leave it. Thus the meaning of pesantren’s people toward ¥izib which is different because of differences in the social context of each pesantren as a space where ¥izib belongs. This social space also affects the function of ¥izib that is utilized not only by pesantren, but also by people outside of pesantren.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jaap Timer
Abstrak :
Dengan mengumpulkan bahan-bahan dari beberapa masyarakat Kepala Burung dalam rangka proyek penelitian di Irian Jaya, tulisan ini mempelajari bagaimana institusi-institusi 'tradisional' bentukan cerita-cerita millenarian dan kemungkinan kehidupan yang mendapat pengaruh 'Barat' dan 'Indonesia' itu diredusir. Perbandingan dari beberapa masyarakat Kepala Burung memperlihatkan pentingnya memperhatikan perubahan makna dari institusi lokal dalam penelitian dan kebijakan-kebijakan di masa mendatang...[...] Tulisan ini menggarisbawahi bagaimana masyarakat di Kepala Burung mempertahankan wilayahnya, meredifinisikan kembali intitusi lama dan kepercayaan-kepercayaan di dunia, yang bukan saja menyebabkan mereka mengalami sesuatu yang membingungkan dan menakutkan, melainkan juga membentuk sesuatu yang membedakan mereka dengan masyarakat lainnya.
2001
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library