Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tetet Kartilah
Abstrak :
ABSTRAK
Masih rendahnva kualitas pelayanan keperawatan dan tingkat pendidikan perawat direspon dengan berkembangnya program peningkatan pendidikan lanjut bagi perawat, baik pelaksana maupun pengelola, dengan tujuan meningkatkan kompetensi dan kinerja pelayanan keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah Tasikmalaya sejak tahun 1999 telah melaksanakan program tersebut dengan rnenyelenggarakan pendidikan DIII Keperawatan Khusus bagi perawat lulusan SPK bekerja sama dengan Akper Depkes Tasikmalaya, tetapi belum diketahui dampaknva terhadap pencapaian kompetensi dan kinerja pelaksanaan tugas masing-masing.

Penelitian ini bermaksud mengidentifikasi kompetensi dan kinerja kepemimpinan Kepala Ruangan di Rumah Sakit Umum Daerah Tasikmalaya setelah mengikuti pendidikan DIII Keperawatan dan sejauhmana program pendidikan tersebut memberikan dampak pada kompetensi dan kinerja kepemimpinan tersebut.

Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metoda wawancara, observasi dan studi dokumentasi terhadap kegiatan kepemimpinan Karu. Kompetensi kepemimpinan terdiri dari 6 komponen (Tappen, 1998), sedangkan kinerja kepemimpinan terdiri dan 10 komponen (Soeprihanto,2000). Responden utama terdiri dari 4 orang Karu yang sudah menjadi karu sejak sebelum mengikuti pendidikan dan 6 orang responden lain, yang dianggap mengetahui kompetensi dan kinerja Karu selama 2 tahun terakhir.

Hasil penelitian menunjukan. bahwa secara umurn setelah mengikuti pendidikan DIII Keperawatan, Karu memiliki pengetahuan yang cukup tentang konsep kepemimpinan tetapi belum cukup kompeten dalam penguasaan menyusun tujuan dan menentukan perencanaan kegiatan pengelolaan ruang rawat. Sehingga. Karu belum mampu mencapai kinerja yang memadai dalam melaksanakan tugasnya sebagai manajer, terutama dalam penguasaan tugas, mengambil keputusan. menentukan prioritas tugas, melakukan koordinasi ang efektif dan efisien serta ketegasan dan obvektiftas dalam pengelolaan pelayanan keperawatan di ruangan.

Dampak pendidikan DIII Keperawatan yang lain adalah meningkatnya rasa percaya diri Karu dalam melakukan aktifitas, tetapi belum optimal dalam meningkatkan sikap, keterampilan dan penampilan kerja kepemimpinan Karu. Hal ini disebabkan karena pengetahuan yang diperoleh belum memberikan gambaran yang lengkap dari tugas dan jenis akilvitas kepemimpinan yang harus dikerjakan oleh Karu, sehingga pada saat. pelaksanaan tugasnya Karu cenderung kembali ke pola yang lama. Kebijakan peningkatan pelayanan di setiap aspek, upaya aktualisasi dan motivasi diri, kepercayaan dan penghargaan sejawat dianggap sebagai faktor pendukung pencapaian kompetensi dan kinerja kepemimpinan Karu. Sedangkan belum adanya standar kompetensi dan kinerja yang diharapkan organisasi, masìh rendahnya penghargaan terhadap profesi keperawatan, perubahan struktur, kurangnya sarana prasarana yang berkaitan dengan pelayanan langsung kepada kiien, dianggap faktor penghambat.

Program pendidikan DIII Keperawatan, belum memadai untuk membentuk calon Karu yang memiliki kompetensi kepemimpinan efektif dan efisien. Implikasinya, untuk memberdayakan Karu dengan pendidikan DIII Keperawatan di RSUD Tasikmalaya, sangat diperlukan supervisi dan program pengembangan kompetensi dan kinerja kepemimpinan dalam pengelolaan ruang rawat melalui program-program pelatihan dalam pelaksanaan tugas (on job training), penetapan standar kompetensi dan kinerja yang jelas dan tersosialisasi, evaluasi kinerja secara berkala, peningkatan ketersediaan sarana pendukung pelaksanaan tugas dan sistem peghargaan pelaksanaan tugas yang memadai. Selain itu, program pendidikan DIII Keperawatan diharapkan mampu mengembangkan program pendidikan yang mempertimbangkan tingkat kebutuhan masyarakat terhadap lulusan.


ABSTRACT
Nursing service at the hospital has not been recognized as a professional care services. The reason of that problem has been predicted that it is due to lack of knowledge of the nurses in ward departement as well as in nursing care because of low education of them. One of the effort to improve the nurses ability to provide nursing care and ward management. Tasikrnalaya Hospital had been chalange for the head nurses and nurse practitioners, continuing education program into Diploma Ill Nursing program since 1999.

The purpose of this research to identify a change in nursing competency and performance particularly in the leadership ability of the head nurses after graduated from Diploma III Nursing Program, in Tasikmalaya district general Hospital.

This reasearch is a qualitative reasearch, that using interview and observation methode to assessing the activities of head nurses related to leadership and management. The number of respondents is four head nurses. Additional data collected from six other informans who knowledgeable abou the role and function of the respondents.

This reasearch descrift an averrage of the head nurses competency in leadership and low of averrage in head nurses performance in leadership. Commonly, that is appropriate with the educational program in Diploma UI nursing program. They had a high level knowledge of nursing sience and managmeflt science, but not aplicated that sience in their daily activities. Made a decision, task priority, coordination, oblectivity and fairly arc activity that not yet be done. That condition cause of difficult for changing, a habbit and percept in ward management and nursing service after graduated DIII nursing program. The other faktor that contribute in this condition is organizations, individuals, and the environmental supports factor.

?[o improve the head nurse competency and performance in nursing leadersip, this study recommended a supervision program in the nursing management and leadership (on ob training), fasilitate the head nurse activity in the ward management and need assessment of the program to improve quality and relevancy DIll nursing program.

Learning assesment is necessaryy to improve quality of the graduate to identify the relevencies of the subject matter providing in DIII nursing program.

2002
T3811
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febindra Eka Widisana
Abstrak :
Untuk menindaklanjuti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Peraturan Pemerintah Nomer 8 Tahun 2003, Keputusan Presiden Nomer 40 Tahun 2001 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomer 1 Tahun 2002 yang menetapkan bahwa Rumah Sakit Daerah adalah Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah yang berlokasi di daerah/kota, berkedudukan sebagai Lembaga Teknis Daerah (LTD) maka Pemerintah Daerah Kota Pagar Alam rnembuat kebijakan di bidang kesehatan dengan mendorong kemandirian RSUD Besemah Kota Pagar Alam sebagai LTD dari setingkat Kantor menjadi setingkat Badan dengan mengeluarkan Peraturan Daerah Nomer 6 Tahun 2003, namun perlu dilakukan upaya-upaya untuk memenuhi persyaratan tersebut mengingat kemampuan dari segi sarana dan prasarana, kemampuan pelayanan maupun ketenagaan yang dimiliki RSUD Besemah belum mencukupi untuk menjadi setingkat Badan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang seharusnya menjadi dasar peningkatan status RSUD Besemah dari kantor menjadi Badan, baik komponen faktor eksternal dan faktor internal. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa proses perubahan RSUD Besemah Kota Pagar Alam menjadi Badan belum mempertimbangkan faktor internal RSUD Besemah. Kemudian dari hasil penelitian ini diharapkan pada masa yang akan datang Pemerintah Kota Pagar Alam dan RSUD Besemah dapat membuat master plan ketenagaan Rumah Sakit, sarana dan prasarana Rumah Sakit sesuai dengan perubahan status RSUD Besemah yang dijadikan setingkat badan, antara lain dengan membuat perencanaan pengembangan SDM. Meningkatkan pengetahuan pejabat Pemerintah Daerah Kota Pagar Alam dalam membuat kebijakan serta melibatkan berbagai pihak dalam membuat kebijakan dan memperhatikan faktor- faktor yang berhubungan dengan kebijakan tersebut. ......To follow up Act Number 32nd in the year 2004, Government Regulation Number 8th in the year 2003, Presidential Decreel Number 40th in 2001, and Minister for Domestic Affairs decree number lth in the year 2002 which stated that situated in the region or in the city as regional technical institution (RTI). Based on those reasons, Pagar Alam government makes a policy of health to encourage autonomy of Besemah Regional Public Hospital of Pagar Alam City as regional Technical Institution (RTI). Besemah Regional Public Hospital of Pagar Alam City still has poor capacity of means and infrastructure, low service quality, low human resources performance to be an Agency or Institution. Threfore, it is necessary to undertake efforts to meet requirements to be in the same level with Agency or Institution. The objective of this research is to know any factors that should be the basic to change Besemah Regional Public Hospital to be an Agency or institution, both external and internal factors. These research uses Qualitative approach. Indepth interview and explore references are the techniques used in this research to collect data In this research found that the process to change Besemah Regional public Hospital to be an Agency or institution is not consider yet. Internal factors of Besemah Regional Public Hospital such as human resources, meas, and infrastructures. Hopefully, the results of this research in future that the government of Pagar Alam City and Besemah Regional Public Hospital could make master plan of hospital human resources, means, and infrastructure of hospital accordance with status changes of Besemah Regional Public Hospital to be an Agency or institution. The master plan would cover among others human resources development planning, knowledge improvement of Pagar Alam city Officers to make policy, involved concerned parties in making policy, and other related factors.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febindra Eka Widisana
Abstrak :
Untuk menindaklanjuti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Peraturan Pemerintah Nomer 8 Tahun 2003, Keputusan Presiden Nomer 40 Tahun 2001 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomer 1 Tahun 2002 yang menetapkan bahwa Rumah Sakit Daerah adalah Rumah' Sakit milik Pemerintah Daerah yang berlokasi di daerah/kota, berkedudukan sebagai Lembaga Teknis Daerah (LTD) maka Pemerintah Daerah Kota Pagar Alam membuat kebijakan di bidang kesehatan dengan mendorong kemandirian RSUD Besemah Kota Pagar Alam sebagai LTD dari setingkat Kantor menjadi setingkat Badan dengan mengeluarkan Peraturan Daerah Nomer 6 Tahun 2003, namun perlu dilakukan upaya-upaya untuk memenuhi persyaratan tersebut mengingat kemarnpuan dari segi sarana dan prasarana, kemampuan pelayanan maupun ketenagaan yang dimiliki RSUD Besemah belum mencukupi untuk menjadi setingkat Badan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang seharusnya menjadi dasar peningkatan status RSUD Besemah dari kantor menjadi Badan, baik komponen faktor ekstemal dan faktor internal. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa proses perubahan RSUD Besemah Kota Pagar Alam menjadi Badan belum mempertirnbangkan faktor internal RSUD Besemah. Kemudian dari hasil penelitian ini diharapkan pada masa yang akan datang Pemerintah Kota Pagar Alam dan RSUD Besemah dapat membuat master plan ketenagaan Rumah Sakit, sarana dan prasarana Rumah Sakit sesuai dengan perubahan status RSUD Besernah yang dijadikan setingkat badan, antara lain dengan membuat perencanaan pengembangan SDM, Meningkatkan pengetahuan pejabat Pemerintah Daerah Kota Pagar Alam dalam membuat kebijakan serta melibatkan berbagai pihak dalam membuat kebijakan clan memperhatikan faktor-faktor yang berhubungan dengan kebijakan tersebut. ......To follow up Act Number 32nd in the year 2004, Government Regulation Number 8th in the year 2003, Presidential Decree- Number 40th in 2001, and Minister for Domestic Affairs decree number lth in the year 2002 which stated that situated in the region or in the city as regional technical institution (RTD. Based on those reasons, Pagar Ala_m government makes a policy of health to encourage autonomy of Besemah Regional Public Hospital of Pagar Alarn City as regional Technical Institution (RTI). Besemah Regional Public Hospital of Pagar Alam City still has poor capacity of means and infrastructure, low service quality, low human resources performance to be an Agency or Institution. Threfore, it is necessary to undertake efforts to meet requirements to be in the same level with Agency or Institution. The objective of this research is to know any factors that should be the basic to change Besemah Regional Public Hospital to be an Agency or institution, both external and internal factors. These research uses Qualitative approach. Indepth interview and explore references are the techniques used in this research to collect data. In this research found that the process to change Besemah Regional Public Hospital to be an Agency or institution is not consider yet. Internal factors of Besemah Regional Public Hospital such as human resources, meas, and infrastructures. Hopefully, the results of this research in future that the government of Pagar Al= City and Besemah Regional Public Hospital could make master plan of hospital human resources, means, and infrastructure of hospital accordance with status changes of Besemah Regional Public Hospital to be an Agency or institution. The master plan would cover among others human resources development planning, knowledge improvement of Pagar Alam city Officers to make policy, involved concerned parties in making policy, and other related factors.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34308
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Yadi Permana
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T57262
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djazuly Chalidyanto
Abstrak :
Perhatian terhadap pentingnya efisiensi disebabkan karena sumber daya yang terbatas dan langka dalam menyediakan pelayanan kesehatan untuk dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang tidak terbatas terhadap pelayanan kesehatan (Hollingsworth, B dan Staurt J. Peacock, 2008). Rumah sakit merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan dalam sebuah sistem kesehatan. Efisiensi rumah sakit memberikan dampak terhadap efisiensi sistem kesehatan secara keseluruhan. Beberapa laporan menunjukkan bahwa pembiayaan rumah sakit memiliki proporsi yang besar dibandingkan dengan pembiayaan program kesehatan lain. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efisiensi dan faktor yang berhubungan dengan efisiensi rumah sakit umum pemerintah di Indonesia. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) rumah sakit yang dilakukan pada tahun 2011 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan. Rumah sakit yang dianalisis pada penelitian ini adalah rumah sakit umum pemerintah kelas B sebanyak jumlah 112 rumah sakit dan kelas C sebanyak 203 rumah sakit. Variabel input dalam penelitian ini terdiri dari 3 kelompok yaitu tenaga (medis, penunjang medis, perawat, tenaga lain), peralatan medis dan tempat tidur, sedangkan variabel output (produksi) nadalah jumlah pasien rawat jalan dan jumlah hari rawat inap. Analisis efisiensi dilakukan pada setiap kelas rumah sakit dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA) berorientasi output dengan pendekatan variable return to scale (VRS). Software DEA yang digunakan adalah DEAP Version 2.1.yang dikembangkan oleh Coelli (1996). Sebelum analisis efisiensi dengan DEA, dilakukan analisis faktor mempengaruhi produksi rumah sakit berdasarkan hasil analisis faktor dan analisis regresi ganda. Hasil analisis faktor menunjukkan bahwa pada rumah sakit kelas B dan kelas C, tenaga dikelompokkan dalam 4 kelompok dan peralatan pada rumah sakit kelas B dikelompokkan dalam 4 kelompok dan rumah sakit kelas C dalam 3 kelompok. Faktor yang mempengaruhi produksi rumah sakit kelas B adalah keempat kelompok faktor tenaga, faktor alat sterilisasi dan jumlah tempat tidur. Faktor yang mempengaruhi produksi rumah sakit kelas C adalah keempat kelompok faktor tenaga, ketiga kelompok faktor alat dan jumlah tempat tidur. Hasil DEA menunjukkan bahwa rata-rata efisiensi teknik rumah sakit kelas B = 0,826 dan rumah sakit kelas C = 0,775. Rumah sakit kelas B yang efisien secara teknik sebesar 23,2%, sedangkan rumah sakit kelas C sebesar 33,5%. Secara skala, rata-rata efisiensi rumah sakit kelas B = 0,920 lebih besar dibandingkan dengan rumah sakit kelas C = 0,886. Sebesar 13,4% rumah sakit kelas B sudah efisiensi secara skala, sedangkan rumah sakit kelas C sebesar 17,7%. Sebagian xiv besar rumah sakit kelas B berada dalam kondisi decreasing return to scale sebesar 62,5%, 53,7% rumah sakit kelas C berada dalam kondisi increasing return to scale. Secara umum, masih terdapat over capacity pada tenaga, peralatan dan tempat tidur pada kedua kelompok rumah sakit. ......Interests in the importance to achieve efficiency are driven by the lack of resources in delivering healthcare to serve the limitless healthcare needs of the population (Hollingsworth, B and Peacock, SJ, 2008). Hospital service is a form healthcare service in a health system. Achieving efficiency in hospital service will bring significant benefit to the efficiency for the whole health system. Reports have shown that hospital financing is proportionally larger compared to the financing of other health programmes. This research aims to determine the efficiency level and the factors relevant it within Indonesian public hospitals. The data used for this research are from the Hospital Health Facility Research (RIFASKES) which was conducted in 2011 by the Ministry of Health Research and Development Unit. The hospitals covered in this research are 112 type B and 203 type C hospitals. There are three categories of input variables, which are human resources (medics, supporting medics, nurses, and other), medical equipment, and number of beds, and the two categories of output (production) which are number of outpatient episodes and number of inpatient bed days. Efficiency analysis was conducted in every hospital service level by using output oriented Data Envelopment Analysis (DEA) method with variable Return to Scale (VRS) approach. DEA Software used is the DEAP Version 2.1. developed by Coelli (1996). Prior to the efficiency analysis, a factor analysis of the hospital output was performed based on factor analysis and multiple regression analysis. The factor analysis shows that human resources can be categorised into 4 categories in type B and C hospitals, while equipment can be categorised into 4 category in type B hospitals, and 3 categories in type C hospitals. The factors that affect type B hospital productions are the four categories of human resources factor, sterilisation equipment factor, and number of beds. The factors that affect type C hospital productions are the four categories human resources factor, the three categories of equipment factor, and number of beds. The DEA analysis suggests that the average technical efficiency level of type B hospital is 0.826, and type C hospital is 0.775. There are 23.2% of type B hospitals which are technically efficient, and 33.5% of type C hospitals. Type B hospitals average scale efficiency is 0.920, which is greater than type C hospitals 0.886. 13.4% type B hospitals are efficient in scale, while for type C hospitals it is 17.7%. Most type B hospitals are in a decreasing returns to scale of 62.5%, while 53.7% of type C hospitals are in an increasing returns to scale. In general, there are over capacity in human resources, equipment, and beds available in the two hospital categories.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alicia Ti
Abstrak :
ABSTRAK
gan meningkatnya jumlah peserta BPJS setiap tahunnya dan jumlah kunjungan rawat jalan dan kasus rawat inap di rumah sakit umum juga meningkat, terjadi penurunan dalam kepuasan pasien peserta BPJS. Kepuasan peserta dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah pelayanan. Objek penelitian ini dilakukan di sebuah rumah sakit umum daerah di Jakarta. Pada penelitian ini digunakan metode ServQual dan AHP Analytical Hierarchy Process dengan dimensi yang ditentukan berdasarkan literatur dan pendapat ahli dan melibatkan 400 responden yang merupakan pasien BPJS pada unit rawat jalan. Berdasarkan gap analysis, pelayanan keseluruhan mendapatkan nilai kesenjangan negatif terbesar dengan sub-dimensi kebersihan dan kenyamanan ruang periksa dan kamar mandi dengan nilai kesenjangan negatif terbesar. Namun, dengan nilai kesenjangan yang diberikan bobot kepentingan oleh ahli, dimensi kepercayaan merupakan dimensi yang menjadi prioritas utama untuk ditingkatkan dengan subdimensi dokter mengecek kondisi pasien dengan tepat menjadi hal yang harus diprioritaskan.
ABSTRACT
With the increasing amount of BPJS user every year and the increase of number of outpatient and inpatients in hospitals, there is a decrease in satisfaction of BPJS patients. Satisfaction of BPJS patient is affected by various factors, one of the is service. The research is done in a public hospital in Jakarta. In this research ServQual and AHP Analytical Hierarchy Process method is used with dimensions taken from literatur and expert opinions. This research involved 400 respondents of which are BPJS patients in the outpatient unit. Based on the gap analysis, overall service received the biggest negative gap score with the subdimension cleanliness of check up room and toilets as the biggest negative gap score within it. However, based on the weighted gap score by experts, trust is the dimension with the utmost priority to improve with the sub dimension doctor checking the patients condition correctly being the most prioritize sub dimension.
2017
S67557
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Iswary
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah diperolehnya gambaran pelaksanaan pengendalian penerimaan fungsional pasien rawat inap di RSUD Garut. Metodologi yang digunakan adalah Deskriptif Analitik dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam,observasi ,kuestioner dan telaah dokumen. Dari hasil penelitian diperoleh data bahawa pengendalian intern penerimaan fungsional pasien rawat inap di RSUD Garut sudah dilaksanakan namun masih ditemukan beberapa kelemahan dari unsur pengendalian pencatatan dan pelaporan, organisasi ,prosedur kerja, pembinaan personail dan pengawasan /pemeriksaan intern. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah pencatatan dan pelaporan, organisasi ,prosedur kerja serta pengawasan/pemeriksaan intern yang dipergunakan di RSUD Garut masih kurang memadai dalam melindungi rumah sakit dari kerugian keuangan. Saran yang diajukan dalam mengefektifkan pengendalian intern penerimaan fungsional pasien rawat inap adalah dengan menggunakan titik kendali strategis yaitu membenahi organisasi, prosedur kerja,pencatatan dan pelaporan, memfungsikan verifikasi dan menindak Ianjuti hasil laporan SPI (Satuan Pengawas lntern ) serta memberikan umpan balik setiap bulan ke instalasi rawat inap dan instalasi penunjang. ......Internal control on the in-patient functional income at Garut hospital is one of the strategic target to enhance the hospital functional income, due to its biggest contribution to Garut Hospital total income (73.13%), and also due to the most of functional income resource is cash payment (77.74%). The implementation of internal control on in-patient functional income at Garut hospital is less effective in preventing errors on recording transaction receipts of in-patient servces,recording transactions results, and no function of verification inflict losses on hospital income. The aim of this study is to obtain an overview on the implementation of internal control on in-patient functional income at Garut hospital. The study is using descriptive analytic method with qualitative approach.Data collected using in-depth interview,observation,questionnaire and document inspection. Result of the study showed that internal control on inpatient functional income has been implemented at Garut hospital,but there were weaknesses in some aspects such as oontrolling,recording and reporting, organizational, operating prosedur , personal guidance and controlling intern internal auditing. Conclusion of the study is that reporting and recording, organizational and controlling intern used by Garut hospital is in-effective to prevent the hospital from inflict losses on hospital income. To enhance the efficiency of internal control on the inpatient functional incomne,the suggestions are:to use the strategic controlling point in terms of re-building the organizational, functioning the verification, foolow up recording and reporting controlling intern and sending feed back to in-patient unit as well as in-patient supporting units.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T3124
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Mansur Yafi
Abstrak :
ABSTRAK
Beban pelayanan rumah sakit umum di kota-kota besar saat ini menjadi semakin tinggi. Begitu banyak pasien yang harus dilayani, tetapi pelayanan dibatasi oleh jumlah dokter yang tersedia. Pelayanan rumah sakit umum sangat penting untuk terus ditingkatkan karena adanya keterbatasan sumber daya perusahaan. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan rawat jalan, rumah sakit umum harus mengurangi antrian pasien. Penelitian ini menerapkan metodologi Business Process Reengineering BPR untuk meningkatkan efisiensi pelayanan rumah sakit umum. Perangkat lunak Igrafx digunakan untuk memvisualisasikan desain perbaikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usulan perbaikan dapat digunakan untuk mempercepat pelayanan rawat jalan pada rumah sakit umum di Jakarta.
ABSTRACT
Public hospital services burden in large cities have become larger in recent years. Many patients need to be served, but it is restricted by the number of doctors. As the resource is limited, it is important to improve the efficiency of public hospital services. In order to enhance the outpatient service quality, public hospital should reduce patient rsquo s queue. This study applied Business Process Reengineering BPR method to improve the efficiency of public hospital services. Igrafx software is used to visualize the improvement design. The result show that the suggested solution can be used to accelerate the outpatient health service of a public hospital in Jakarta.
2017
T48403
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Aneda Trisna
Abstrak :
Tesis ini membahas pembuatan formularium Rumah Sakit Dharma Yadnya, oleh karena walaupun Panitia Farmasi dan Terapi ada dan dibentuk Maret 2011, namun tampaknya formularium belum berjalan, karena baru 60 % dokter yang menuliskan resep sesuai dengan formularium dan ada 7,5 % resep yang tidak terlayani terutama dari unit rawat jalan, kemudian kebijakan dan prosedur mengenai formularium belum ada, usulan dokter adalah tanpa persetujuan Ketua Staf Medik Fungsional, yang menunjukkan peran Panitia Farmasi Terapi masih lemah. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, mempergunakan tehnik wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen.Hasil penelitian menyarankan yaitu: diperlukan keterlibatan Direksi agarsistem pengendalian manajemen terhadap formularium bisa berjalan dengan menyempurnakan struktur organisasi Panitia Farmasi Terapi melalui koordinasi multidisiplin dan unit yang terlibat penggunaan obat, memperjelas fungsi dan tugasnya,membuatkan standar kompetensinya, terutama peran sekretaris,memberikan pelatihan jangka pendek untuk memperpendek gap kompetensinya, dan menetapkan kebijakan tertulis mengenai pengorganisasian Panitia Farmasi dan Terapi; diperlukan keterlibatan Direksi dalam membuat kebijakan prosedur tertulis formularium; diperlukan keterlibatan Direksi dan Panitia Farmasi Terapi sebagai ujung tombak dalam berhubungan dengan pihak luar; dan diperlukan keterlibatan dokter yang berperan sebagai perwakilan staf medis dalam Panitia Farmasi dan Terapi dalam perumusan daftar obat formularium.
Abstract
This thesis discusses the making of Dharma Yadnya Hospital formularies, because although the Pharmacy and Therapeutics Committee was established there in March 2011, but it seems the formulary has not run, because only 60 % doctors who write prescriptions in accordance with the formulary, and there is 7,5 % of prescriptions that are not served primarily from the outpatient unit, the policies and procedures regarding the formulary does not exist, doctor?s proposal without the consent of the Chief of Medical Staff, which shows the role of Pharmacy and Therapeutic Committee is still weak. The study is a qualitative study,using the technique of in-depth interview, observation and document review. The result suggest that:management control systemsshould run on the formulary,by improving the organizational structure trough a multidisciplinary and units coordination, clarifyits functions and duties, have to set standards of competence, particularly the role of secretary, a short term training necessary to shorten the gap competence, and also by establishing a written policy regarding the organization of the Pharmacy and Therapeutics Committee; required the involvement of Board of Directors in making formulary policies and procedures written; required the involvement of Board of Directors and Pharmacy and Therapeutics Committee as a vanguard in dealing with outsiders; and required the involvement of doctors who act as representatives of the medical staff in the Pharmacy and Therapeutics Committee, in the formulation of drug formulary list.
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T31311
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Doni Saputra
Abstrak :
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (sistem informasi, keselarasan, motivasi kerja, pemberdayaan karyawan tingkat pelatihan ulang karyawan, kepuasan karyawan, retensi karyawan dan produktivitas karyawan) terhadap kinerja RSUD Sawahlunto tahun 2008. Secara teoritis penelitian ini diambil dari konsep yang dikemukan oleh Kaplan dan Norton tahun 2000 tentang Balanced Score Card. Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif, dimana data yang digunukan adalah data primer dengan memakai alat bantu kuesioner. Metode penelitian menggunakan metode analisis jalur atau disebut juga dengan Path Analysis (PA) dengan menggunukan program LISREL. Sampel penelitian diambil dari karyawan RSUD Sawahlunto tahun 2008 dengan menggunakan stratified random sampling berdasarkan kelompok strata pendidikannya. Hasil penelitian ditemukan bahwa system informasi, keselarasan, pemberdayaan karyawan, kepuasan karyawan, retensikaryawan dan produktivitas karyawan mempengaruhi kinerja RSUD Sawahlunto tahun 2008 sebesar 73,79% dan 26,21% dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel yang paling besar mempengaruhi kinerja RSUD Sawahlunto adalah kepuasan karyawan karena variabel ini berpengaruh secra langsung dan secara tidak langsung terhadap kinerja RSUD Sawahlunto yaitu sebesar 27,04% sedangkan pemberdayaan karyawan sangat berpengaruh terhadap kepuasan karyawan sebesar 17.64% Motivasi kerja dan tingkat pelatihan ulang karyawan tidak menunjukkan adanya pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap tinggi rendahnya kinetja RSUD Sawahlunto. Ketidak sesuaian antara teori dan hasil penelitian ini mungkin disebabkan oleh keterbatasan dalam penelitian. Berdasarkan penelitian ini disarankan untuk lebih memperhatikan tingkat kepuasan karyawan hal ini dapat dilakukan dengan cara : (1) memberikan pujian atas prestasi kerja yang dicapai karyawan; (2) memberikan balas jasa sesuai dengan basil ketja: (3) Memberikan balas jasa sesuai dengan hasil kerja; (4) menempatkan karyawan sesuai dengan pendidikan, keahlian dan keterampilannya; (5) memberikan perlakuan yang adil dan layak kepada karyawan; (6) memberikan kesempatan promosi jabatan yang adil dan terbuka; (7) memberikan kesempatan yang sama bagi tiap karyawan untuk mendapatkan pelatihan; (8) menyediakan sarana dan prasarana kerja yang memadai dan (9) menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang baik, antara lain hubungan yang harmonis antara pimpinan dengan bawahan dan antar rekan kerja.
This study has an objective to know the influence of growth-and-learning­ perspective (i.e information system, harmony, working motivation,. empowerment of the employee, refreshment training for the employee, employee's satisfaction, employee's retention and employee's productivity) to RSUD Sawahlunto's performance in 2008. Theoretically, this concept is taken from Kaplan-and-Norton's concept in 2000 about Balanced Score Card. The design in this study is a survey design with quantitative approaches. The method being used in this study is a path-analysis-method with LISREL program. The data are primer taken by the questionnaires. Samples are taken among employees at RSUD Sawahlunto in 2008 by stratified-random-sampling-method based on educational background level. The result shows that infonnation system, harmony, empowerment of the Employee, employe?s satisfaction, employeeretention and employee?s productivity has influenced RSUD Sawahlunto?s performance in 2008 as much as 73,79%, and the rest is influenced by other factor which is not included in this study. The biggest influence to RSUD Sawahlunto?s performance was caused by employee?s satisfaction variable, directly and indirectly, as much as 27,04%. Meanwhile, the employee?s satisfaction was influenced mostly by the empowerment of the employee variable. Working motivation and refreshment training for the employee do not show any influence directly, -neither directly- to the RSUD Sawahlunto's performance. This result do not appropriate with the theory, which is may caused by the limitation of this study. According to the result of this study, it is recommended to give more attention to employee's satisfaction variable. The director of RSUD Sawahlunto can do these actions : (I) to give appraisal to good performance produced by the employee, (2) to give reward to the employee as much value as the result of the job, (3) to place the employee based on his educational background, skill and competence, (4) to give equal and deserved treatment to employees, (5) to give promotion to the employee with an equal and opened chance, (6) to give equal chance to employees to follow a training, (7) to give good facility to work and (8) to create a good working- atmosphere, including good relationship between supervisor and subordinate, and among co-workers.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T20883
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>