Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
Catleya Azzah Banafsaj
Abstrak :
Perspektif multtisetting pada anak adalah pengalaman yang terjadi ketika anak menempati satu tempat ke tempat lainnya memicu ruang geraknya. Ruang gerak anak menjadi kebutuhan pergerakan anak semasa perkembangan hidupnya mencakup peristiwa pergi dan kembali dengan elemen pembentuk ruang yaitu jarak dan jalur. Bagi anak, adanya kebutuhan untuk melakukan pergerakan pada lingkungan atau settings yang berbeda-beda sebagai bentuk eksplorasi dan penambahan pengalaman. Hubungan antara lingkungan dan alam kemudian menjadi salah satu strategi pengaturan multisetting yang dapat meningkatkan pengalaman anak terutama untuk aktivitas belajar dan bermain. Strategi tersebut dapat diterapkan dengan konsep biophilic yang mencakup aspek nature dan built environment. Skripsi ini membahas bagaimana ruang gerak anak pada multisetting dapat menghasilkan respons gerak bagi anak dengan penerapan elemen biophilic.
......The multisetting perspective on children is an experience that occurs when children occupy one place after another, triggering their space to move. The space for children’s movement becomes a need during their life development. It includes going and returning events involving space-forming elements, namely distance, and path. For children, there is a need to move around in different environments or settings as a form of exploration and experience enhancement. The relationship between the environment and nature then becomes one of the multisetting regulatory strategies that can enhance children's experiences, especially for learning and playing activities. This strategy can be applied using biophilic concepts which include natural aspects and the built environment. This thesis discusses how spaces for children’s movement in multisetting produce specific movement responses of children that apply biophilic elements.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Akmal Kurnia Ramadhan
Abstrak :
Transportasi publik, khususnya kereta api, merupakan kendaraan yang banyak digunakan masyarakat sebagai alat transportasi dan, pada umumnya, berjalan kaki menjadi pilihan pergerakan dalam penggunaan transportasi publik. Keberadaan ruang gerak pejalan kaki menjadi penting sebagai penghubung antar moda transportasi maupun tempat tujuan. Tulisan ini membahas pengaruh aksesibilitas dan permeabilitas ruang gerak tersebut dalam mobilitas kawasan stasiun. Aksesibilitas dan permeabilitas ruang gerak merupakan kemudahan dan kontinuitas ruang yang dilengkapi dengan fasilitasnya. Hal ini berkaitan dengan kemampuan lingkungan menghadirkan kondisi yang ramah pejalan kaki (walkability). Walkability mengakomodasi lingkungannya dengan beberapa aspek yang dipertimbangkan dalam faktor lingkungan.
......Public transportation, especially trains, is widely used by the community as a mean of transportation and, generally, people walk as a part of using public transportation modes. The existence of pedestrian space is important as a connector between modes of transportation or destinations. This writing discusses the effect of space accessibility and permeability in mobility of train stations. Space accessibilty and permeability is the convenience and continuity of space equipped with its facilities. This is related to the ability of the environment to present a pedestrian-friendly environment known as walkability. Walkability accommodates its environment with several aspects considered in environmental factors.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Mahatma Sindu Suryo
Abstrak :
ABSTRAK
Kebutuhan luas minimal rumah tinggal di Indonesia diatur dalam SNI 03 1733 2004. Berdasarkan SNI 03 1733, kebutuhan luas minimal dengan empat orang dewasa adalah 36 m atau 9 m/jiwa. Kebutuhan luas minimal tersebut dihitung berdasarkan kebutuhan udara segar manusia dalam beraktivitas di dalam ruangan. Pada tahun 2011, penelitian Puslitbang Permukiman tentang kebutuhan luas minimal berdasarkan antropometrik dan kenyamanan ruang gerak menghasilkan kebutuhan ruang dan luas minimal rumah sederhana adalah 47,56 m atau 11,89 m/jiwa. Terdapat perbedaan yang cukup besar antara hasil riset 2011 dengan standar yang sudah ada. Tulisan ini bertujuan merumuskan luasan rumah sederhana berdasarkan jenis ruang utama dan ruang penunjang. Analisa terhadap organisasi ruang melalui simulasi konfigurasi denah ruang dilakukan untuk
memperoleh organisasi ruang yang efisien. Hasil analisa konfigurasi ruang menunjukkan rentang luas minimal rumah sederhana antara 32,01 m hingga 36 m.
Bandung: Badan Litbang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2017
728 JUPKIM 12:2 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Tasya Anggia Putri
Abstrak :
Penurunan kinerja memori spasial pada lansia mempengaruhi ruang gerak lansia ketika beraktivitas di rumah. Permasalahan memori spasial lansia akan membuat lansia kesulitan mengingat lokasi objek. Hal tersebut dapat menghambat lansia ketika ingin melakukan pengaturan terhadap objek pada ruang. Hal ini dikarenakan terjadinya penambahan pola gerak yang akan membuat ruang gerak lansia semakin meluas. Kehadiran PIR Motion Sensor Technology yang dapat melakukan pengaturan otomatis dengan mengirim sinyal perintah kepada berbagai perangkat pintar maupun perangkat elektronik rumah tangga biasa akan memudahkan pekerjaan lansia dalam melakukan pengaturan objek. PIR Motion Sensor dapat mendeteksi kehadiran lansia melalui gelombang radiasi inframerah yang dipancarkan tubuh lansia saat bergerak. Pengaturan otomatis pada PIR Motion Sensor membuat lansia tidak perlu kesulitan dalam menggunakan memori spasialnya untuk mencapai objek yang ingin dilakukan pengaturan. Hal tersebut akan membuat ruang gerak lansia menjadi lebih kecil karena tidak adanya penambahan pola gerak untuk mencapai objek.
......The decrease of spatial memory performance among the elderly affects the movement space of the elderly when engaging in activities at home. Spatial memory issues in the elderly can make it difficult for them to remember object locations. This thing can hinder the elderly when they want to arrange objects within a space. This is due to the increase in movement patterns that would expand the movement space for the elderly. The presence of PIR (Passive Infrared) Motion Sensor Technology, which can provide automatic control by sending command signals to various smart devices and household electronics, can facilitate the elderly in object arrangement tasks. PIR M otion Sensor can detect the presence of the elderly through the infrared radiation emitted by their bodies when they move. The automatic control feature of the PIR Motion Sensor eliminates the need for the elderly to rely on their spatial memory to reach objects for adjustment. Consequently, the movement space for the elderly becomes smaller since there is no need for additional movement patterns to reach the objects.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library