Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Putu Ramayasa
Abstrak :
Wilayah kecamatan Pupuan kabupaten Tabanan-Bali yang berada di dataran tinggi di kaki gunung Batukaru menjadikannya tempat yang ideal untuk mengembangkan perkebunan kopi. Mitra yang digandeng untuk PKM ini yaitu Industri Rumah Tangga (IRT) “Paras Putra Jaya” yang beralamat di desa Padangan. Produksi kopi Robusta bubuk yang diberi brand “Dua Cangkir” ini telah dijalankan sejak tahun 2002. Beberapa permasalahan utama yang dihadapi oleh mitra saat proses produksi diantaranya penjualan yang menurun karena terlalu banyak adanya pesaing, mesin-mesin yang digunakan masih manual serta kemasan yang masih sederhana. Kemudian pada manajemen pemasaran, diperlukan riset pasar untuk mengetahui segmen pasar dan minat konsumen, serta diperlukan promosi tambahan baik secara offline maupun online. Solusi yang disepakati bersama antara tim PKM dan mitra adalah, pada bagian produksi, menambahkan varian baru yakni kopi rasa coklat yang khas dengan mencampurkan biji kakao kering hasil perkebunan masyarakat sekitar, pengadaan mesin, serta pembuatan kemasan baru dengan tampilan yang menarik dan modern. Sedangkan untuk meningkatkan kualitas manajemen usaha, maka solusinya adalah dengan melakukan riset pasar, memberikan pelatihan dan mendampingi mitra dalam pembuatan iklan pada media online serta memberikan sebuah aplikasi penjualan dan website usaha kepada IRT “Paras Putra Jaya”.
Yogyakarta : Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto, 2020
600 JPM 3:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Mufti Noorafwansyah
Abstrak :
Kopi merupakan komoditas ekspor yang diandalkan menjadi sumber penghasilan bagi 1,5 juta petani kopi di Indonesia salah satunya spesies kopi robusta. Kopi robusta menjadi spesies kopi yang mendominasi untuk ditanam di Indonesia yaitu sebesar 73,06% dari total produksi kopi di Indonesia. Proses roasting merupakan tahapan penting dalam pemberian rasa pada kopi. Kafein merupakan salah satu senyawa yang memberikan rasa pada kopi. Namun, penelitian kopi di Indonesia masih sedikit terutama tentang analisis senyawa kafein pada proses roasting. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis senyawa kafein pada light dan dark roasting berdasarkan GC-MS ekstrak biji kopi robusta yang dilarutkan dengan pelarut akuades. Sampel merupakan hasil dari light roasting dan dark roasting yang berasal dari pulau Jawa dan Sulawesi dengan tidak adanya pengulangan. Uji beda mean populasi (Uji T) digunakan untuk membandingkan kandungan senyawa kafein pada tipe roasting yang berbeda. Rata-rata luas area di bawah peak pada tiap kelompok sampel kopi dibandingkan menggunakan Uji T untuk melihat perbedaannya dengan tingkat signifikansi α = 0.05. Hasil Uji T menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kandungan senyawa kafein pada light roasting dan dark roasting. ......Coffee is an export commodities that is reliable as the source of income to 1,5 billion of Indonesian farmers one of them is robusta coffee species. Robusta coffe is the dominant species to be planted in Indonesia, comprising of 73.06% of Indonesia total coffee production. roasting process is the critical process which will give flavors to coffee. caffeine is one of compounds that contributes to the taste of coffee. The objective of this study was to analyze caffeine compounds on light and dark roasting of robusta coffee extracts dilluted in aquades based on GC-MS method. the samples were light and dark roasted coffee beans from Java and Sulawesi.  Caffeine compounds contained on two different roasting methods were compared with The Unequal Variance T test. The mean of area under the peak on each sample groups were compared with T test to investigate the difference on significance α = 0.05. The T test showed that there were no difference on the caffeine compound contained in light and dark roasting methods.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanida Chairgulprasert
Abstrak :
The Robusta coffee flowers were analyzed for phytochemical composition and antioxidant activity. Flower powders at three different stages were extracted successively with hexane, dichloromethane and methanol, resulting in the extracts of varying yields (1.61-16.01%). All crude extracts were constituted of flavonoids, terpenoids and alkaloids. The methanol crude extracts exhibited the best antioxidant activity on both DPPH (EC50 0.03-0.13 mg/mL) and reducing power (EC50 0.19-0.46 mg/mL). It also contained the highest amount of total phenols (28.32-139.88 mg GAE/g extract).
Prince of Songkla University. Faculty of Science and Technology, 2017
500 TIJST 22:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tampubolon, Eva Sari
Abstrak :
ABSTRAK
Kabupaten Dairi merupakan kabupaten penghasil kopi terbesar di Sumatera Utara dimana produksi kopi robusta dan arabika sebagai komoditas utama perkebunan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persebaran tanaman kopi sehubungan dengan karakteristiknya. Luas wilayah kesesuaian lahan kopi robusta sebesar 15,09% dan arabika sebesar 36,36% dari luas total Kabupaten Dairi. Wilayah tanaman kopi diperoleh melalui pengolahan citra Landsat dan peta penggunaan tanah yang diverifikasi dengan survei lapang di sepuluh kecamatan penghasil kopi. Melalui analisis spasial deskriptif diperoleh kesimpulan bahwa persebaran kopi robusta lebih cenderung ke arah utara dan arabika lebih cenderung ke arah selatan dari Kabupaten Dairi.
ABSTRACT
Dairi is the largest coffee producer in North Sumatera where robusta and arabica coffee production as the main of the plantation. The purpose of this research is finding out coffee distribution which is related to characteristics of the coffee region. The total area of land suitability for coffee robusta is 15,09% and arabica is 36,36 % from the total area of Dairi. The area coffee plants obtained through image processing of Landsat and landuse map verified by surveys in ten coffee producer districts. Through descriptive analysis, concluded that the spatial distribution of Robusta coffee is more inclined towards the north and arabica is more inclined towards the south of Dairi.
2014
S53837
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brelian Abdiel Susanto
Abstrak :
Sertifikasi Indikasi Geografis merupakan sertifikasi yang mempunyai tujuan untuk memberikan perlindungan hukum terhadap nama daerah asal terhadap suatu produk. Pada penelitian ini, Indikasi Geografis yang dikaji adalah Indikasi Geografis Kopi Robusta Temanggung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh sertifikasi Indikasi Geografis terhadap rantai nilai kopi robusta dan bagaimana pola rantai nilai yang terbentuk dari penerapan sertifikasi tersebut di lokasi berbeda, yaitu Kecamatan Kandangan, Bejen, dan Gemawang. Metode yang dipakai adalah metode kualitatif dengan analasis komparasi spasial dan deskriptif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa peran dari setiap institusi sosial yang berkaitan dengan sertifikasi Indikasi Geografis berbeda-beda dan memiliki pola hubungan kerja sama dimulai dari pemerintah kemudian dilanjutkan kepada institusi sosial yang bekerja sama untuk mengajukan sertifikasi Indikasi Geografis Kopi Robusta Temanggung. Pengaruh sertifikasi Indikasi Geografis tidak berdampak pada simpul distribusi rantai nilai, tetapi menimbulkan peningkatan kualitas produk kopi dan pertambahan pasar yang dipengaruhi SOP dari MPIG. ......Geographical Indication Certification is certification that have purpose for give law protection to place origin’s name of product. In this research, Geographical Indication is Temanggung Robusta Coffee. The purpose of this research is analize the impact of Geographical Indication to Robusta Coffee value chain and how the pattern of value chain formed from application of that certification in diferrent places, there are Kandangan District, Bejen, and Gemawang. Method of this research is qualitative method with spatial comparative analize and descriptive. The result of this research show that function of each social institution that work together for initiate the Geographical Indication certification of Temanggung Robusta Coffee. The impact of Geographical Indication is not impact the adding of the value chain distribution, but increase the quality of the coffee product and impact market adding from basic standard of MPIG.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harnum Setiasih Bintang
Abstrak :
Kecamatan Sidikalang sangat terkenal dengan produk Kopi Robusta Sidikalang yang sudah dikenal luas di Indonesia bahkan sampai ke luar negeri. Dalam produksi Kopi Robusta Sidikalang, terdapat perbedaan keuntungan pada setiap aktor produksinya dan produktivitas kopi menjadi salah satu pusat perhatian pemerintah dalam meningkatkan pendapatan daerah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pola rantai nilai produksi Kopi Sidikalang di Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi serta aktor yang berperan di dalamnya. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi, dokumentasi, dan studi literatur dengan metode analisis kualitatif deskriptif dan spasial. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tiga simpul rantai nilai produksi Kopi Sidikalang yakni kegiatan pertanian yang diperankan oleh petani dan kelompok tani, simpul distribusi yang diperankan oleh pengumpul dan pedagang, dan simpul pengolahan biji dan ekspor yang diperankan oleh pabrik pengolah dan eksportir. Setiap simpul melakukan kegiatan nilai yakni aktivitas utama dan pendukung yang akan menghasilkan nilai dimana di setiap simpul terdapat perbedaan nilai. Lokasi mempengaruhi bagaimana aktor dalam setiap simpul melakukan peranannya yang akan berhubungan dengan alat transportasi dan sistem kekerabatan Suku Pakpak. Dalam produksi Kopi Sidikalang, terbentuk dua pola terdapat dua pola rantai nilai yakni Petani-Pengumpul-Pedagang-Pabrik pengolah dan eksportir; dan Petani-Pabrik pengolah dan eksportir. Perbedaan pola ini disebabkan oleh perbedaan jumlah produksi dan luas lahan kopi petani di Kecamatan Sidikalang. Perolehan tanah yang digunakan setiap aktor terdiri dari dua cara yakni warisan dan pembelian yang melibatkan Lembaga Sulang Silima Merga Pakpak sebagai lembaga yang memiliki kuasa dan wewenang dalam pengadaan dan penguasaan lahan di Kecamatan Sidikalang. ......Sidikalang District is very famous for its Robusta Sidikalang Coffee products which are widely known in Indonesia and even abroad. In the production of Sidikalang Robusta Coffee, there are differences in profits for each production actor and coffee productivity is one of the government's focuses in increasing regional income. The purpose of this study was to determine the pattern of the Sidikalang Coffee production value chain in Sidikalang District, Dairi Regency and the actors who play a role in it. Data collection methods used were in-depth interviews, observation, documentation, and literature study with descriptive and spatial qualitative analysis methods. The results of this study indicate that there are three nodes of the Sidikalang Coffee production value chain, namely agriculture played by farmers and farmer groups, distribution nodes played by collectors and traders, and processing and export nodes played by processing factories and exporters. Each node performs value activities, namely the main and supporting activities that will produce values where in each node there is a difference in value. Location affects how the actors in each node perform their roles which will be related to the means of transportation and the kinship system of the Pakpak Tribe. In the production of Sidikalang Coffee, two patterns are formed, there are two value chain patterns, namely Farmers-Gatherers-Traders-Processing factories and exporters; and Farmers-processors and exporters. This difference in pattern is caused by differences in the amount of production and the area of coffee farmers in Sidikalang District. Land acquisition used by each actor consists of two ways, namely inheritance and purchase involving the Sulang Silima Merga Pakpak Institution as an institution that has power and authority in land acquisition and control in Sidikalang District.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oka Widiantara Suputra
Abstrak :
Proses menyangrai kopi untuk memperoleh produk sangria biji kopi yang dituju membutuhkan uji coba dan pengalaman yang dapat memiliki potensial resiko terhadap kebutuhan biaya dan waku operasional. Penelitian ini bertujuan untuk menghadirkan pemodelan perhitungan kompleksitas sistem manufaktur proses sangrai kopi sebagai salah satu jenis alat ukur sebuah proses untuk menilai proses yang ada sebelum meningkat pada proses estimasi biaya dan otomatisasi proses sangrai. Peneliti mengadaptasi dan mengembangkan pemodelan perhitungan kompleksitas yang diusung oleh W. H. El-Maraghy ke dalam ruang lingkup sangrai kopi, khususnya biji kopi Arabika Solok Radjo dan Robusta Bengkulu. Proses sangrai pada penelitian ini dilakukan dengan temperatur pre-heating 160 derajat Celcius dan waktu penyangraian selama 16 menit. Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil, bahwa aspek penting yang paling mempengaruhi kompleksitas sangrai biji kopi berdasarkan tingkatan sangrai adalah warna sangrai, massa, dan dimensi yang dihasilkan dari profil sangrai biji kopi. Selain itu, variasi RPM akan memengaruhi temperatur turning point dan titik akhir temperatur biji. Indeks kompleksitas tertinggi didapatkan pada biji kopi Robusta Bengkulu dengan RPM 90 dan memiliki tingkatan sangrai dark, yaitu sebesar 9,9. ......The ability to roast coffee to obtain a specific product requires experience or repeated trials, so that they have potential risks, require operational time, and cost a lot. This study aims to present a model for calculating the complexity of the coffee roasting process manufacturing system as a type of measurement tool for a process to assess the existing process before increasing in the process of automation and cost estimation of the roasting process. The researcher adapted and developed the complexity calculation model proposed by W. H. El-Maraghy ​​ to the scope of coffee roasting, especially Solok Radjo Arabica and Bengkulu Robusta coffee beans. Based on this research, the results show that the most important aspects that influence the complexity of roasting coffee beans based on roast level are roast color, mass, and dimensions resulting from the roast profile of coffee beans. In addition, variations in RPM will affect the temperature of the turning point and end point temperature of the beans. The highest complexity index was found in Bengkulu Robusta coffee beans with an RPM of 90 and a dark roast level of 9.9.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sharon Nathania Tirtadinata
Abstrak :
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perubahan warna pada resin komposit nanohibrida sebelum dan setelah bleaching dalam perendaman kopi. Metode: Dua puluh spesimen resin komposit nanohibrida berbentuk silinder berdiameter 6 mm, tebal 2 mm dibagi menjadi 2 kelompok perendaman; Arabika dan Robusta n=10. Masing-masing kelompok perendaman direndam dalam waktu 7 hari, kemudian diaplikasikan bahan bleaching berupa hidrogen peroksida 40, dan setelah itu direndam kembali selama 7 hari. Pengukuran warna dilakukan sebanyak 4 kali menggunakan Colorimeter. Data dianalisis menggunakan uji statistik Paired T-Test dan Independent T-Test. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan signifikan. ...... Aim This study aims to compare color changes in nanohybrid composite resins before and after bleaching in coffee immersion. Method Twenty specimens of nanohybrid composite resins were made into cylindrical shape with a diameter of 6 mm and thick of 2 mm divided into 2 immersion groups Arabica and Robusta n 10. Each immersion group was immersed within 7 days, then applied bleaching material of hydrogen peroxide 40, and after that was re immersed for 7 days. The color measurement was done 4 times by Colorimeter. Data were analyzed statistically by Paired T Test and Independent T Test. Result The result showed significant differences.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulidina Putri Utami
Abstrak :
Spent coffee ground atau SCG adalah limbah yang dihasilkan dari proses brewing kopi dan merupakan jenis limbah yang paling banyak dihasilkan dari proses pembuatan minuman kopi. Bila tidak dikelola dengan baik, limbah ini dapat menjadi permasalahan lingkungan karena mengandung beberapa senyawa bersifat toksik seperti kafein dan tanin serta dapat memperbesar masalah timbulan sampah. Dengan estimasi produksi kopi sekitar 650.000 ton pada tahun 2018, limbah kopi yang dihasilkan di Indonesia sangat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai refuse derived fuel RDF dalam bentuk pelet karena ukurannya yang kecil namun kerapatannya sangat tinggi sehingga membuat penyimpanan dan penanganannya lebih mudah dan efisien. Namun belum ada penelitian yang membahas mengenai perbedaan karakteristik jenis kopi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk membuat pelet SCG dari dua jenis kopi robusta dan arabica dengan variasi penambahan binder masing-masing 0, 2 dan 5. SCG dikeringkan dan diayak untuk mendapatkan partikel berukuran maksimum 0,85 mm. Pelet dibuat dengan diameter 8 mm menggunakan alat cetak yang ditekan dengan extruder bertekanan maksimum 4 ton. Hasil analisis SEM menunjukkan bahwa SCG robusta memiliki kerapatan yang lebih tinggi karena kandungan lignin yang juga lebih tinggi dibandingkan dengan arabica. Penambahan binder meningkatkan kadar air dan daya tahan serta menurunkan kadar volatil dan kadar abu pelet. Berdasarkan pengujian terhadap beberapa variasi penambahan binder, kualitas pelet SCG arabica dan robusta terbaik adalah tanpa penambahan binder. Pelet arabica dan robusta masing-masing memiliki nilai kalor sebesar 4772 dan 4342 kkal/kg. Berdasarkan hasil perhitungan potensi energi, pemanfaatan SCG robusta dan arabica sebagai RDF di Indonesia menghasilkan energi sebesar 7,81 juta GJ/tahun. ......Spent coffee ground or SCG is waste generated from brewing process and is the most generated type of coffee waste from coffee drink production. If it is not treated well, waste generation in landfill will increase and environmental problems may occur because of its toxic content. With 650.000 tonnes estimation of total coffee production in 2018, coffee waste in Indonesia is very potential to be utilized as refuse derived fuel RDF . Among various forms of solid RDF, pellet has the smallest particle size and biggest bulk density so it can be easier and more efficient to be handled and stored. However, limited research work has been conducted on pellet according to its type of bean. Hence, this study will investigate the properties of SCG as a potential feedstock for refuse derived fuel RDF according to two types of coffee beans robusta and arabica with 0, 2 and 5 binder addition to each type of bean. The SCG have been dried and sieved to obtain particles of maximum size 0,85 mm. Each blending variations of binder and type of bean constructed as a cylindrical pellet with a diameter of 8 mm using a pelletizer pressed with an extruder. SEM analysis shows that robusta has more density than arabica because of its higher lignin content. Binder addition to the SCG increased moisture content and durability as well as decreased volatile and ash content of the pellet. The result shows both arabica and robusta pellet has better quality without binder addition. Calorific value of arabica and robusta pellets are 4772 and 4342 kcal kg, respectively. The energy that can be generated from utilization of robusta and arabica SCG as RDF in Indonesia is 7,81 million GJ year.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trimitra Mahesa Aditya
Abstrak :
Proses menyangrai kopi untuk memperoleh mutu produk biji kopi yang konsisten dan sesuai dengan preferensi pasar terbilang cukup kompleks dan membutuhkan keahlian operator yang memiliki pengalaman bertahun-tahun. Penelitian ini bertujuan untuk menghadirkan pemodelan perhitungan kompleksitas sistem manufaktur proses sangrai kopi sebagai salah satu jenis alat ukur sebuah proses untuk menilai proses yang ada serta mengestimasi biaya awal di tahapan desain sebelum meningkat pada proses otomatisasi proses sangrai. Peneliti mengadaptasi dan mengembangkan pemodelan perhitungan kompleksitas yang diusung oleh W. H. El-Maraghy ke dalam ruang lingkup sangrai kopi, khususnya biji kopi Arabika Gayo dan Robusta Bengkulu. Proses sangrai pada penelitian ini dilakukan dengan temperatur pre-heating 160 derajat Celcius dan waktu penyangraian selama 16 menit. Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil, bahwa aspek penting yang paling mempengaruhi kompleksitas sangrai biji kopi berdasarkan tingkatan sangrai adalah warna sangrai, massa, dan dimensi yang dihasilkan dari profil sangrai biji kopi. Selain itu, variasi RPM akan memengaruhi temperatur turning point dan titik akhir temperatur biji. Indeks kompleksitas tertinggi didapatkan pada biji kopi Robusta Bengkulu dengan RPM 90 dan memiliki tingkatan sangrai dark, yaitu sebesar 8,29. ......The process of roasting coffee to obtain consistent coffee bean product quality and in accordance with market preferences is quite complex and requires the expertise of operators who have years of experience. This study aims to present a model for calculating the complexity of the coffee roasting process manufacturing system as a type of measurement tool for a process to assess the existing process and estimate the initial costs at the design stage before increasing in the process of automation of the roasting process. The researcher adapted and developed the complexity calculation model proposed by W. H. El-Maraghy ​​ to the scope of coffee roasting, especially Gayo Arabica and Bengkulu Robusta coffee beans. Based on this research, the results show that the most important aspects that influence the complexity of roasting coffee beans based on roast level are roast color, mass, and dimensions resulting from the roast profile of coffee beans. In addition, variations in RPM will affect the temperature of the turning point and end point temperature of the beans. The highest complexity index was found in Bengkulu Robusta coffee beans with an RPM of 90 and a dark roast level of 8.29.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>