Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitri
Abstrak :
It has long been recognized that intangible resources represent a significant portion of company value. Recently, interest has begun to focus on managing these value base. The value of corporate reputation, papers by Srivastava, et. al. (1997) found proof that there is a positive relationship between corporate reputation and corporate performance, especially a financial performance on the stock market. Jones, Jones and Little (2000) noticed that, in the event of a sudden and unexpected decline, firms with good reputation suffer a lower decrease in their shares? value. In contrat, Roberts and Dowling (1997) points out that at the time t, the firm enters (or leaves) a higher financial performance position (or lower) that it takes less time for companies with good reputation to gain competitive advantages (the lead indicator effect) to keep a higher financial performance for a longer time period (the carry over effect). The purpose of this paper is to identify how the corporate reputation that is constructed by four latent variables based on paper of Suta (2006), that is social responsibility, corporate governance, Chief Executive Officer reputation, and accounting measurements affects the corporate performance in Indonesia by examining of each latent variables to the stock return as a proxy of corporate performance. By using the most recent data, also with a purposive sampling of the LQ 45 Indices over period of 2007, this paper using a multiple regression analysis to differentiate the hypothesis. Result of this study found that significantly accounting measurements has been the only one of latent variables of corporate reputation effected stock return as a proxy of corporate performance in Indonesia. However, when Enter method is used for examine each proxy of those latent variables, only return on equity (ROE) that was positive and significant do effect stock return as a proxy of corporate performance. It indicates that some investors and companies in Indonesia still do not realize how important a corporate reputation in a public?s view. Besides, the whole of variables that is constructing a corporate reputation should be a guide for investors and companies to get a superior performance, not only accounting measurements.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Kuncoro
Depok: UI-Press, 2010
PGB 0035
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Lastya Vitriannissa Hendrian
Abstrak :

Penelitian ini membahas mengenai faktor-faktor yang memengaruhi penerapan manajemen risiko reputasi dan pengaruh dari penerapan manajemen risiko reputasi terhadap nilai perusahaan (Tobins Q) pada perusahaan perbankan dan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2017. Sampel yang digunakan mencakup 360 hasil observasi firm-year yang terdiri dari 36 perusahaan selama 10 tahun. Pengujian hipotesis dalam menentukan determinan penerapan manajemen risiko reputasi dilakukan melalui regresi panel logistik dan pengujian hipotesis pengaruh penerapan manajemen risiko reputasi terhadap nilai perusahaan dilakukan menggunakan metode regresi data panel fixed-effects. Analisis univariat juga dilakukan untuk melihat perbedaan antara hasil observasi perusahaan yang menerapkan RRM dan tidak menerapkan RRM. Hasil penelitian menunjukan semakin besar ukuran (firm size), tingkat hutang (leverage) dan kesadaran akan reputasi (reputation awareness) maka semakin besar probabilitas perusahaan untuk menerapkan RRM dan hasil ini signifikan secara statistik. Selain itu, terdapat pula tanda awal bahwa RRM memengaruhi nilai perusahaan dilihat dari analisis univariat dimana perusahaan yang menerapkan RRM memiliki rata-rata nilai Tobins Q yang lebih tinggi dari perusahaan yang tidak menerapkan RRM dan signifikan secara statistik meskipun dari hasil regresi hubungan antara RRM yang positif memengaruhi nilai perusahaan tidak signifikan secara statistik.


This study discussed the factors that affect the implementation of Reputation Risk Management (RRM) and the effect of the implementation of Reputation Risk Management (RRM) on the firm value (Tobins Q) in banking and insurance firms listed on the IDX in 2008-2017. The sample used includes 360 firm-year observations consisting of 36 companies over 10 years. The hypothesis testing regarding the determinants RRM is done through panel logistic regression and hypothesis testing on the effect of RRM implementation on firm value is carried out using the fixed-effects panel data regression method. Univariate analysis was also conducted to see the differences between the results of observations of companies implementing RRM and not. The results shows that the greater the firm size, leverage and reputation awareness of the firm, the greater the probability of the company to implement RRM and this result is statistically significant. In addition, there is an initial indication of the value-relevance of RRM seen from univariate analysis that shows firms applying RRM have a higher firm value on average than companies that do not implement RRM and are statistically significant eventhough the regression results between RRM relationships are positive influencing firm value has not been statistically significant.

 

Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sylvia Rozza R
Abstrak :
Saat ini, Indonesia diibanjiri oleh berbagai award bisnis yang dianugerahkan kepada berbagai perusahaan. Award bisnis kategori marketing ICSA (Indonesia Customer Satisfaction Award) dan award TOP Brand sebagai relational dan intellectual market-based asset (MBA) merupakan award bisnis paling awal yang dianugerahkan kepada merek-merek unggul perusahaan. Penelitian ini adalah untuk menelaah signifikansi award bisnis kategori marketing bagi reputasi perusahaan pemilik merek dan kinerja pemasaran dalam bentuk loyalitas pelanggan attitudinal dan behavioral. Karena award-award tersebut diberikan kepada merek, studi ini juga menginvestigasi moderasi ekuitas merek produk penerima award pada pengaruh award terhadap reputasi perusahaan pemilik merek, serta pengaruh langsung ekuitas merek tersebut terhadap reputasi perusahaan. Sampai sejauh ini peneliti tidak mengetahui adanya penelitian akademis di Indonesia tentang hal ini. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan survey sebagai metode pengumpulan data. Unit analisis adalah 2 x 200 pelanggan merek produk penerima award ICSA dan award TOP Brand. Structural Equation Modeling (SEM) digunakan sebagai alat ukur statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa award bisnis kategori marketing sebagai relational dan intellectual MBA ICSA dan TOP Brand mempengaruhi secara positif reputasi perusahaan pemilik masing-masing merek penerima award dan loyalitas attitudinal dan behavioral pelanggan merek. Namun pengaruh award TOP Brand terhadap reputasi perusahaan PT. Wings sebagai pemilik merek penerima award ini lebih besar daripada pengaruh award ICSA terhadap reputasi perusahaan PT. Unilever sebagai pemilik merek penerima award ini. Sementara reputasi perusahaan penerima award ICSA lebih kuat menciptakan loyalitas attitudinal, sedangkan reputasi perusahaan penerima award TOP Brand lebih kuat menciptakan loyalitas behavioral. Ekuitas merek penerima award ICSA memoderasi pengaruh award tersebut terhadap reputasi perusahaan PT. Unilever. Sedangkan moderasi ekuitas merek tidak terjadi pada produk penerima award TOP Brand. Namun ekuitas merek produk penerima award ICSA tidak berpengaruh pada reputasi perusahaan PT. Unilever, sebaliknya pengaruhnya signifikan pada reputasi perusahaan pemilik merek penerima award TOP Brand. Temuan penelitian ini berkontribusi pada tiga teori yang mendasari penelitian ini yaitu MBA dan hubungannya dengan Resource-Based Theory (RBT), dan Signaling Theory. Selanjutnya penelitian ini berimplikasi manajerial bagi peusahaan-perusahaan pemilik merek penerima award dan perusahaan-perusahaan penganugerah award. ...... The main purpose of this research is to study the significance of marketing business award as relational and intellectual market-based asset (MBA) on corporate reputation and marketing performance in terms of customer attitudinal and behavioral loyalty in Indonesia. Additionally, since the award is conferred upon a superior brand, it measures the moderating effect of brand equity on the effect of the award and its direct effect on corporate reputation. Unit of analysis of this research is 2 x 200 customers of brands awarded by two marketing business awards called ICSA (Indonesia Customer Satisfaction Award) and TOP Brand award. Applying Structural Equation Modeling (SEM) generated the following findings. Marketing business award ICSA and TOP Brand as relational and intellectual MBA influence corporate reputation of brand holder companies of award receiver, and the corporate reputation enhances customer attitudinal and behavioral loyalty. Brand equity of a brand as ICSA receiver moderates the effect of the award on corporate reputation while the brand equity does not influence corporate reputation. On the other hand, brand equity of a brand as TOP Brand award receiver does not moderate the effect of the award on corporate reputation while the brand equity does influences corporate reputation. These findings confirm the theory application on this research as underpinning of the research model. The managerial implication on brand holder's company and award conferrer companies is also elaborated.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
D2132
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Merlin
Abstrak :
Corporate social responsibility (CSR) merupakan tanggung jawab sosial perusahaan yang bergerak dalam pengolahan sumber daya alam. Penelitian ini membahas mengenai bagaimana pengaruh program CSR PT. Chevron Geothermal Salak yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pengolahan panas bumi (geothermal) berpengaruh terhadap reputasi perusahaan. Program-program CSR PT. CGS meliputi program pendidikan, kesehatan, pertanian, UMKM, dan sosial budaya dengan subjek masyarakat yang berada di Kecamatan Kabandungan, Pamijahan dan Kalapanunggal. Hasil penelitian menunjukkan CSR sektor pendidikan memiliki hubungan pengaruh positif dan berkorelasi sedang dengan reputasi perusahaan, CSR sektor sosial budaya memiliki hubungan pengaruh positif dan berkorelasi sangat kuat dengan reputasi perusahaan dan CSR sektor prasarana memiliki hubungan positif dan berkorelasi sangat kuat terhadap reputasi perusahaan secara menyeluruh. Dengan demikian, sebaiknya PT. Chevron Geothermal Salak terus melaksanakan dan meningkatkan program-program CSR di sektor pendidikan, sosial budaya, dan prasarana untuk membangun reputasi perusahaan lebih baik lagi di masa mendatang. Sosialisasi program CSR yang lebih efektif dan intensif diperlukan untuk membangun sinergi antara perusahaan dan masyarakat sekitar. Selain itu hal ini sebagai wujud tanggung jawab sosial PT. Chevron Geothermal Salak terhadap masyarakat sekitar daerah operasi.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S45827
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhyanayu Luthfia Almitra
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan menganalisis reputasi pasca krisis Samsung Mobile melalui pendapat konsumen berdasarkan pada konsep reputasi menurut Fombrun, bahwa reputasi adalah penghargaan dari konstituen utama. Analisis dilakukan dengan mengintegrasikan konsep manajemen krisis, pemulihan citra dan reputasi, untuk mengetahui bagaimana pendapat konsumen terhadap reputasi pasca krisis Samsung Mobile setelah mengetahui tindakan manajemen krisis Samsung Mobile untuk mengatasi dampak negatif pada ledakan Samsung Galaxy Note7 dan pemulihan citra pasca krisis. Penelitian kualitatif ini menggunakan metode studi kasus. Sumber data utama adalah dari wawancara mendalam dengan konsumen Samsung Mobile dan data sekunder adalah hasil pengumpulan data media online. Hasil penelitian ini menunjukkan konsumen melihat bahwa reputasi pasca krisis Samsung Mobile sebagai perusahaan yang selalu bagus, baik kualitas produk dan perusahaannya, serta menobatkan Samsung Mobile sebagai perusahaan ponsel pintar nomor satu di dunia. Hal ini terjadi karena adanya kepercayaan dari konsumen karena adanya hubungan baik antara konsumen dan perusahaan yang telah lama dibangun dan setelah melihat manajemen krisis yang dilakukan Samung Mobile saat Samsung Galaxy Note7 meledak. Samsung Mobile pun mampu membuktikan bahwa pemulihan krisis dapat dilakukan dengan cepat asalkan tindakannya tepat.
ABSTRACT
This research aims to examine and analyze Samsung Mobile 39 s post crisis reputation through consumer opinion based on Fombrun 39 s reputation concept, that reputation is a reward of the principal constituents. The analysis is to find out how consumers feel about the post crisis reputation of Samsung Mobile after knowing the actions of Samsung Mobile 39 s crisis management to overcome the negative impact on Samsung Galaxy Note7 39 s explosion and post crisis image recover by integrating the concept of crisis management, image recovery and reputation. This qualitative research used a case study method. The main data source was from in depth interviews with Samsung Mobile consumers and secondary data was the result of online media data collection. The results of this study show consumers see that Samsung Mobile 39 s reputation post crisis as a company that has always been good, both the quality of its products and company, and named Samsung Mobile as the number one smart phone company in the world. It is because there is a good relationship that has been built in a long time with Samsung Mobile. Moreover, the quick way of Samsung Mobile to overcome the crisis management when Samsung Galaxy Note7 exploded could maintain the costumers rsquo trust on the company. Samsung Mobile is able to prove that the crisis recovery can be done quickly as long as the action is right.
2018
T51596
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Ambar Hapsari Leksono
Abstrak :
Penelitian ini membahas manajemen risiko reputasi perusahaan perbankan yang terdaftar di bursa efek negara emerging markets di Asia Tenggara. Perusahaan perbankan di Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura, dan Thailand tahun 2010-2019 dipilih karena masing-masing negara memiliki perwakilan perusahaan perbankan yang masuk dalam daftar 15 besar bank terbesar di Asia Tenggara berdasarkan total assets di tahun 2019, sebelum penyebaran kasus virus COVID-19 dengan jumlah observasi sebanyak 57 Bank. Penelitian menggunakan data sekunder dari Thomson Reuters dan analisis konten laporan tahunan. Penelitian menganalisis faktor yang memengaruhi suatu perusahaan perbankan untuk menerapkan Manajemen Risiko Reputasi dengan variabel independen yaitu firm size, leverage, return-on-assets, big four auditor, risk awareness, dan reputation awareness terhadap variabel dummy yaitu reputation risk management (RRM). Lalu, dilihat apakah penerapan RRM menambah nilai perusahaan (Tobin’s Q). Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin besar firm size dan reputation awareness maka kecenderungan perusahaan menerapkan RRM semakin besar secara signifikan. Sementara, semakin besar leverage dan risk awareness maka kecenderungan perusahaan menerapkan RRM semakin kecil dan signifikan. Penerapan manajemen risiko reputasi memengaruhi nilai perusahaan walau tidak signifikan. Hasil univariat perbedaan mean perusahaan yang menerapkan RRM memiliki Tobin’s Q yang lebih tinggi daripada yang tidak menerapkan RRM, mendukung tanda awal hubungan positif antara RRM dengan nilai perusahaan ......This study discussed about reputation risk management of banking firms listed in South East Asian countries’ emerging markets. Publicly listed bank companies in Indonesia, Philippines, Malaysia, Singapore, and Thailand from Year 2010-2019 were selected, as each country has at least one bank that made it to top 15 biggest bank in South East Asia based on total assets in 2019, before COVID-19 virus spread with total of 57 banks. This study data was acquired from Thomson Reuters and content analysis for each annual report available. Study analyze the determinants that affect firm’s decision on implementing reputation risk management with independent variables are as firm size, leverage, return on asset, Big Four auditor, risk awareness, and reputation awareness to dependent dummy variable for reputation risk management (RRM). Then, we examine the value of RRM to firm’s value with Tobin’s Q as the proxy. This study showed that with increasing value of firm size and reputation awareness, they increase the probability of firms to implement RRM. Whereas each increase in leverage and risk awareness, they decrease the probability of firms to implement RRM. RRM implementation also showed a positive sign to firm’s value although not statistically significant. The univariate analysis showed a support to the regression output with firms that implement RRM have higher firm’s value than those who don’t.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Alishahdani Ibrahim
Abstrak :
Reputation is a key construct in organizational sciences since reputation signals its past behavior and its prospect in the future. The purpose of this paper is to explore the development and influence of both personal and organizational reputation and its impact to customer support. The organiza-tion life cycle theory is applied to the “SM” foundation, one of Indonesian largest Islamic social enterprise which experienced fast growth and decline due to the decline of its leader reputation. The case shows that personal reputation of leader is very important in the start-up and early development phase of the organization but it may threaten the organizational sustainability at a later stage when the leader’s personal reputation is conveyed into the organization reputation.
Management, Faculty of Economics, University of Indonesia and Philip Kotler Center, 2012
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaya, I. Astrid
Abstrak :
Penelitian ini mengulas fenomena tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) yang saat ini sedang marak dibicarakan di dunia bisnis termasuk di Indonesia. Secara khusus penelitian ini ingin melihat tanggung jawab sosial perusahaan peneikian dalam upayanya menghadirkan program acara televisi yang layak dan pantas untuk dikonsumsi. Secara garis besar tesis ini menggunakan teori tanggung jawab sosial perusahaan dari Archie B. Carol dan reputasi perusahaan dari Argenti. Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan kewajiban perusahaan untuk melindungi masyarakat dari dampak negatif operasionalnya dan sebaliknya berusaha memberikan keuntungan positif bagi masyarakat. Archie B. Carnal mengemukakan satu konsep Piramida Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Piramida ini terdiri dari empat jenjang tanggung jawab sosial perusahaan yang meliputi tanggung jawab ekonomi, tanggung jawab legal, tanggung jawab etika dan tanggung jawab kedermawanan. Walaupun berjenjang namun piramida tersebut merupakan satu kesatuan utuh, artinya keempatnya harus ditaati agar perusahaan dapat dikatakan memiliki tanggung jawab sosial. Unilever sejak tahun 2004 melalui brand Lifebuoy melakukan kampanye hidup bersih dan sehat yang dinamakan Program Lifebuoy Berbagi Sehat (LBS). Berdasarkan survey Departemen Kesehatan pada tahun 2003 ratio penderita diare di Indonesia mencapai 300 penderita per 1000 orang. LBS merupakan program tanggung jawab sosial yang ditujukan untuk membantu mengatasi masalah kesehatan tersebut. Program LBS dikategorikan dalam social marketing yaitu kampanye tanggung jawab sosial melalui perubahan perilaku yang dikaitkan dengan penjualan produk, artinya Unilever memiliki komitmen untuk memberi kontribusi atau donasi berupa prosentase dari hasil penjualan produk Lifebuoy. Iklan program LBS ditayangkan ditelevisi sejak tahun 2004. Iklan merupakan bentuk komunikasi persuasif dan dari penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa Unilever memang ingin membentuk image positif melalui program tanggung jawab sosial yang dijadikan spiritual capital dalam praktek bisnisnya. Iklan LBS telah membentuk image positif yang selanjutnya berimplikasi terhadap loyalitas konsumen dan akhirnya meningkatkan penjualan. Namun ironisnya iklan dengan misi sosial tersebut ditempatkan pada program sinetron yang justru menimbulkan masalah dalam masyarakat. Sinetron yang marak ditayangkan oleh stasiun-stasiun televisi di Indonesia telah menuai banyak protes karena memberi dampak negatif terutama bagi anak-anak. Penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA) menunjukkan bahwa sinetron merupakan program yang paling disukai oleh anak-anak setelah kartun. Sayangnya sinetron 90% tidak layak dikonsumsi oleh anak-anak karena dipenuhi dengan adegan yang mengeksploitasi kekerasan, pornografi dan mistik. Sebagai seorang pendidik dan psikolog, Kak Seto melihat sinetron telah menjungkirbalikkan nilai-nilai/norma-norma yang terdapat dalam masyarakat, misalnya nilai-nilai agama ataupun tradisi yang terdapat didalam keluarga. Bagi Kak Seto sinetron menjadi inspirasi bagi anak-¬anak untuk berperilaku buruk bahkan telah melanggar hak anak untuk mendapatkan informasi yang benar. Unilever sebagai perusahaan pengiklan ternyata tidak mempunyai kebijakan untuk menilai kualitas isi dari sinetron sebelum menempatkan iklan LBS, tolak ukur yang digunakan adalah rating. Dengan menempatkan ikian produknya pada tayangan yang tidak sehat berarti Unilever turut serta mendukung ditayangkannya sinetron yang justru menimbulkan masaiah di dalam masyarakat. Kebijakan tersebut membentuk reputasi yang buruk terhadap Unilever. Pemerhati media (YPMA) dan Lembaga Konsumen (LKJ) menilai Unilever hanyalah menggunakan iklan LBS untuk membentuk image positif yang bertujuan meningkatkan penjualan Lifebuoy. Menurut LKJ, ikian LBS hanyalah brainwashing, bentuk samaran dari konsep tanggung jawab sosial yang sebenarnya. Sedangkan menurut YPMA praktek penempatan ikian ini sebenarnya menunjukkan bahwa Unilever turut serta menimbulkan masalah yang mengganggu kejiwaan anak-anak melalui tayangan yang tidak sehat di televisi. LKJ menilai Unilever telah melanggar nilai-nilai etika yang terdapat di dalam masyarakat. Penempatan iklan LBS pada tayangan yang tidak sehat merupakan bentuk inkonsistensi dari konsep tanggung jawab sosial perusahaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan implikasi praktis bagi perusahaan untuk mengevaluasi isi tayangan sebelum menempatkan iklan produknya, tayangan yang balk adalah yang aman dikonsumsi oleh siapa saja termasuk anak-anak, memiliki unsur edukasi dan menghibur. Dad sisi akademis diharapkan nantinya ada peraturan yang ditujukan untuk mengatur penempatan iklan hanya pada tayangan yang mendidik di televisi agar menghindari praktek bisnis yang merugikan masyarakat.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22406
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>