Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Said Muhammad Falaah
"Film Кочегар (Kočegar) ‘Juru Api’ dirilis pada tahun 2010 oleh sutradara Aleksey Balabanov. Kočegar menampilkan kisah seorang veteran Perang Soviet-Afganistan yang mengalami PTSD akibat terkena ranjau dan kehidupannya setelah kembali ke Rusia. Film ini menggambarkan kehidupan mafia Rusia di Kota St. Petersburg melalui karakter- karakter film tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana mafia di Rusia direpresentasikan melalui film tersebut. Teori dari Stuart Hall tentang representasi digunakan bersama dengan metode deskriptif kualitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa potongan-potongan adegan serta dialog yang terdapat dalam film dapat merepresentasikan bagaimana mafia Rusia di pandangan masyarakat Rusia.

The film Кочегар (Kočegar) ‘Juru Api’ was released in 2010 by director Aleksey Balabanov. Kočegar tells the story of a veteran of the Soviet-Afghan War who experiences PTSD as a result of being hit by a mine and his life after returning to Russia. This film depicts the life of the Russian mafia in the City of St. Petersburg through the film's characters. This study aims to find out how the mafia in Russia is represented through the film. Stuart Hall's theory of representation is used together with a qualitative descriptive method. The results of the analysis show that the cut scenes and dialogues contained in the film can represent how Russian mafia is viewed by Russian society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Pijar Ari Shaka
"Skripsi ini menjelaskan tentang representasi fungsi perpustakaan umum dalam film The Library. Penelitian ini menggunakan metode semiotik Roland Barthes yaitu analisis hubungan sintagmatik dan paradigmatik yang bertujuan untuk mendeskripsikan representasi fungsi perpustakaan umum dengan memahami gambaran perpustakaan umum yang ditampilkan dalam film. Hasil analisis sintagmatik menunjukkan representasi fungsi perpustakaan umum tercermin dari kegiatan pustakawan dan pemustaka di perpustakaan umum tersebut. Analisis paradigmatik menunjukkan representasi fungsi perpustakaan umum dilihat dari deskripsi para tokoh dan latar tempat.
Sebagai kesimpulan, film The Libraryini merepresentasikan fungsi perpustakaan umum dalam menjalankan fungsi rekreasi, fungsi pendidikan, dan fungsi kultural. Selain itu perpustakaan umum juga berfungsi sebagai ruang dan tempat, yaitu sebagi tempat bertemu orang baru, tempat menghabiskan waktu dengan orang terdekat, tempat bertemu, dan menyediakan ruang dan tempat gratis untuk pelaksanaan kegiatan kelompok."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S69824
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Hanif Priyo Sambodo
"Rasisme merupakan sebuah bentuk penindasan di mana satu kelompok ras mendominasi yang lain. Di Indonesia rasisme bukanlah sebuah permasalahan baru. Rasisme sudah muncul semenjak kolonialisme Belanda di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan masih membekasnya peraturan-peraturan kewarganegaraan oleh pemerintah kolonialisme Belanda yang mengklasifikasi penduduk Hindia Belanda pada tahun 1854 berdasarkan ras. Rasisme ini terjadi dikarenakan Belanda menganggap ras kulit putih lebih tinggi dibandingkan ras pribumi. Berkaitan dengan isu rasisme yang sudah disebutkan di atas, pada tahun 2020 muncul film yang berjudul De Oost atau dalam rilis internasional berjudul The East yang ditulis dan disutradarai oleh Jim Taihuttu. Film ini termasuk sebuah film fiksi karena ceritanya tidak seperti yang terjadi sebenarnya. Namun ada beberapa kejadian dalam film De Oost yang terinspirasi dari kisah nyata. Perilisan De Oost menarik cukup banyak perhatian dan juga kecaman dari berbagai pihak salah satunya Organisasi Veteran Belanda yang menyatakan bahwa penggambaran prajurit Belanda yang buruk karena sering memberikan hinaan rasis. Akan tetapi hingga saat ini, belum ditemukan penelitian yang membahas mengenai rasisme dalam film De Oost (2020). Kata kunci: De Oost, representasi, film, rasisme, pribumi.

Racism is a form of oppression in which one racial group dominates another. In Indonesia, racism is not a new problem. Racism has emerged since Dutch colonialism in Indonesia. The evidenced by the imprint of citizenship regulations by the Dutch colonial government, which classified the population of the Dutch East Indies in 1854 based on race. This racism occurred because the Dutch considered the white race higher than the indigenous race. Concerning the racism mentioned above, in 2020, a film called De Oost or in an international release titled “The East,” was written and directed by Jim Taihuttu. This film is fictional because the story is not like what happened. However, several events in the film are inspired by the actual event. The release of De Oost attracted quite a lot of attention and criticism from various parties, one of which was the Dutch Veterans Organization which stated that the portrayal of Dutch soldiers was terrible because they often gave racist insults. However, until now, no research has been found that discusses racism in the film De Oost (2020)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hasudungan, Gerry Nelson
"Prancis merupakan salah satu negara yang sangat memperhatikan hak-hak penyandang disabilitas.  Kehadiran kaum penyandang disabilitas juga terlihat dalam hasil budaya populernya, salah satunya adalah film. Penelitian ini ingin mengungkap bagaimana representasi penyandang disabilitas di masyarakat Perancis dalam film Les Intouchables yang menceritakan persahabatan dua orang berbeda ras. Dua tokoh utama itu ialah Philippe dan Driss. Philippe merupakan seorang konglomerat di Paris yang mengalami kecelakaan, sehingga menyebabkan kelumpuhan hampir seluruh tubuhnya. Driss, adalah seseorang berkulit hitam yang menjadi perawat Philippe melalui pertemuan yang tidak terduga. Hubungan Driss sebagai perawat, dengan Philippe sebagai penyandang disabilitas kemudian berkembang menjadi hubungan persahabatan yang unik dan hangat. Representasi penyandang disabilitas pada film Les Intouchables diteliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik analisis semiotika Roland Barthes. Hasil analisis memperlihatkan bahwa film ini menghadirkan penyandang disabilitas secara berbeda dan meruntuhkan stigma atau stereotip yang biasanya dilekatkan pada mereka.

France is a country that pays close attention to the rights of persons with disabilities. The presence of people with disabilities can also be seen in the results of popular culture, one of which is film. This research wants to reveal how the representation of persons with disabilities in French society is in the film Les Intouchables which tells about the friendship of two people of different races. The two main characters are Philippe and Driss. Philippe is a conglomerate in Paris who has faced an accident, causing paralysis to almost his entire body. Driss, is an African descent young man who becomes Philippe's nurse through an unexpected encounter. The relationship between Driss as a nurse and Philippe as a person with a disability developed into a unique and warm friendship. The representation of persons with disabilities in the film Les Intouchables was examined using qualitative research methods using Roland Barthes' semiotic analysis technique. The results of the analysis show that this film presents people with disabilities differently and breaks down the stigma or stereotypes that are usually attached to them."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
Mk-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Ainiyyah
"Penelitian ini membahas mengenai representasi hubungan Jepang-Indonesia serta hegemoni Jepang dalam film kolaborasi kedua negara, Laut. Penulis menggunakan metode deskriptif analitis dan teori representasi Hall, mise-en-scéne, dan hegemoni Gramsci. Citra positif ditunjukkan kedua negara. Beberapa adegan lebih menunjukkan nilai-nilai positif Jepang sehingga terlihat bahwa pihak dominan dalam film ini adalah Jepang. Beberapa pemikiran seperti penyesalan Jepang akan kependudukan di Indonesia, penekanan bahwa Jepang membantu Indonesia melawan Belanda, kepedulian Jepang, dan dominasi Jepang terhadap Indonesia dalam hubungan Sachiko-Kris memenuhi deskripsi hegemoni yang disampaikan Gramsci berupa hasil pemikiran kelas dominan yang tidak bersifat memaksa. Karakteristik lainnya yaitu pemikiran tersebut disebarkan melalui lembaga swadaya masyarakat dimana dalam film LSM ini didirikan oleh Takako. Sehingga dapat dikatakan bahwa budaya populer yaitu film kolaborasi seperti Laut merupakan media penyebaran hegemoni Jepang yang bersifat tidak memaksa dan lebih diterima masyarakat Indonesia dibandingkan propaganda politik yang memaksa dan mengikat pada saat Perang Dunia II.

The focus of this study is the representation of Japan-Indonesia relation and Japanese hegemony in the collaboration film between the two countries, Laut. This study uses descriptive analytical methods and Hall`s representation theory, mise-en-scéne, and Gramsci`s hegemony theory. Positive image is shown by both countries. Some scenes show more positive values of Japan so that it appears that the dominant party in this film is Japan. Such thoughts as Japan`s regret for occupied Indonesia, the emphasis that Japan helped Indonesia against the Dutch, Japan`s concern, and Japan`s dominance of Indonesia in Sachiko-Kris relations fulfilled the Gramsci`s description of hegemony in the form of dominant class ideas that are not coercive. Another charactheristic is their thoughts spread through non-governmental organizations (NGO) where in the film was founded by Takako. So that it can be said that popular culture such as collaborative films, for example Laut, is a medium for spreading Japanese hegemony that is non-coercive and more accepted by Indonesian people than coercive and binding political propaganda during World War II.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Savina Mudzalifah Rasyid
"Film Yowis Ben 3 mengisahkan mengenai tantangan besar dalam perjalanan grup musik Yowis Ben menuju kesuksesan. Masalah utama pada penelitian ini adalah bagaimana solidaritas dalam budaya Jawa direpresentasikan dalam film Yowis Ben 3. Penelitian ini menganalisis representasi solidaritas dalam tradisi budaya Jawa, khususnya filosofi mangan ora mangan, sing penting kumpul yang tercermin dalam film Yowis Ben 3. Menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan teori semiotika Roland Barthes, analisis ini mendeskripsikan makna denotasi, konotasi, dan mitos yang muncul dalam film. Melalui dokumen visual, penelitian ini meneliti bagaimana solidaritas diwujudkan oleh tokoh utama dalam film, yaitu Bayu, Doni, Nando, dan Yayan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi antara tokoh-tokoh utama dalam film Yowis Ben 3 mencerminkan solidaritas yang sejalan dengan filosofi Jawa mangan ora mangan, sing penting kumpul, melalui integrasi kesamaan dan ketergantungan yang kuat di antara mereka. Penlitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mudah dan mendalam mengenai nilai-nilai budaya Jawa yang menekankan kebersamaan, kesetiaan, dan saling mendukung.

The film Yowis Ben 3 portrays the significant challenges faced by the Yowis Ben music group on their journey to success. The main focus of this research is on how solidarity in Javanese culture is represented in film Yowis Ben 3. This study analyzes the representation of solidarity in Javanese cultural traditions, particularly the philosophy of "mangan ora mangan, sing penting kumpul" as reflected in the film Yowis Ben 3. Using a qualitative descriptive approach and Roland Barthes' semiotics theory, this analysis describes the denotative, connotative, and mythical meanings that emerge in the film. Through visual documents, this study examines how solidarity is manifested by the main characters in the film, namely Bayu, Doni, Nando, and Yayan. The results of this research show that the interactions between the main characters in the film Yowis Ben 3 reflect solidarity consistent with the Javanese philosophy of "mangan ora mangan, sing penting kumpul," through the integration of strong similarities and interdependencies among them. This research is expected to provide an easier and deeper understanding of Javanese cultural values that emphasize togetherness, loyalty, and mutual support.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library