Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fajri Yunaldi
"Penelitian tentang remaining life RL pada industri bermanfaat bagi penentuan strategi pemeliharaan untuk menghindari kegagalan peralatan secara tiba-tiba dan mempunyai resiko operasional besar. Metode RL dikembangkan untuk memberikan prediksi RL yang akurat. Penelitian ini memberikan prediksi RL pada high pressure super heater tube yang dihitung dengan metode konvensional, metode creep rupture test dan metode scale growth. Data sampel 1Cr-0.5Mo Super heater tube diambil dari dua heat recovery steam generator HRSG yang sejenis. Metode konvensional menggunakan trending analysis data ketebalan aktual tube. Data ketebalan aktual diambil dari pengukuran inspeksi terkahir dan data riwayat inspeksi saat periode pemeliharaan sebelumnya. RL dihasilkan dengan ekstrapolasi trending line ke minimum wall thickness MWT yang dihitung dari standard ASME I PG 27. Creep rupture test dilakukan pada sampel high pressure super heater tube. RL dihasilkan dengan mengevaluasi time to rupture dari persamaan Larson Miller Parameter yang dikenal sebagai metode RL pada komponen temperatur tinggi. Metode scale growth menggunakan cumulative creep damage untuk memprediksi waktu kegagalan tube. Perbedaan antara prediksi waktu kegagalan dan waktu inspeksi terakhir menjadi prediksi RL. Berdasarkan metode konvensional, laju penipisan ketebalan tube berbeda-beda pada setiap posisi. RL yang dihasilkan berbeda-beda untuk ketiga metode. Perbedaan RL sebagai verifikasi dan analisis bersama dengan data dimensi dan sifat mekanik material uji.

The purpose of remaining life RL research is beneficial for maintenance strategy in industries to avoid unexpected failure which brings to high operational risk. Appropriate method is built to find out close RL prediction for equipment. This paper is present RL prediction of high pressure super heater tube between conventional, creep rupture test and scale growth method. 1Cr 0.5Mo Super heater tube specification was taken from two typical heat recovery steam generator HRSG as a sample. Conventional method use reasonable trending analysis of actual wall thickness tube data. Actual thickness data was taken on last inspection and historical inspection data. RL is yield by extrapolating data to minimum wall thickness MWT which calculated form ASME I PG 27 as standard. Creep rupture test conducted towards sampling tube which was taken from high pressure super heater bundle tubes. RL is yield as evaluation time to rupture of Larson Miller Parameter equation which already known as RL evaluation on high temperature component. Scale growth method use cumulative creep damage to predict time to failure of operated tube. The difference between time to failure and last inspection hour become RL prediction. Based on conventional method, tubes wall thinning rate are variable for each position. The remaining life gives very different between three those methods. The differences bring to discussion as verification and analysis with dimensional and mechanical properties as additional data."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T51219
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purbadi Putranto
"Pada penelitian kali ini, dilakukan penilaian kelayakan, FFS Assessments, dari sepuluh jalur pipa, delapan di bagian compression section dan dua di flow section. Penilaian kelayakan dilakukan dengan melihat kemampuan pipa yang telah terkorosi dalam menahan tekanan. Data ketebalan yang didapat lewat metode ultrasonic testing akan dibandingkan dengan ketebalan nominal pipa pada desain untuk mendapatkan laju korosi. Dengan laju korosi maka akan dapat diperkirakan sisa usia pakai (remaining useful life, RUL) dari setiap jalur. Serangan korosi akan menyebabkan terjadinya penipisan dinding pipa yang menurunkan kekuatan pipa dalam menahan tekanan. Pipa yang nilai RUL-nya tidak mencapai interval inspeksi berikutnya harus diperiksa kekuatannya. Proses pemeriksaan kekuatan dilakukan dengan perangkat lunak RSTRENG.
Laju korosi rata-rata tertinggi terdapat pada jalur PG-0110-XD-20? di flow section (0.760 mmpy). Sementara dari hasil pengukuran nilai RLA masing-masing jalur didapatkan bahwa dua jalur di compression section yaitu PG-0105-D-10? dan PG-0123-D-2? memiliki nilai dibawah expected life (10 tahun). Sementara jalur pada flow section yaitu PG-0021-D-16? juga berada dibawah nilai espected life (1 tahun). Dari ketiga jalur yang memiliki nilai RUL dibawah nilai expected life yang dihitung nilai kekuatannya, didapatkan nilai MAOP dari dua buah jalur yaitu PG-0105-D-10? (922 psig) dan PG-0021-D-16? (924 psig) dibawah tekanan desain 1200 psig. Sementara satu jalur lagi PG-0123-D-2? mendapatkan nilai MAOP 1253 psig.
Dari hasil perhitungan MAOP dan analisa ketebalan, maka dua jalur yaitu PG-0105-D-10? dan PG-0021-D-16? disarankan untuk mengalami derating tekanan proses menjadi 922 psig dan 924 psig. Sementara jalur PG-0123-D-2? disarankan untuk mengalami perbaikan total (pergantian komponen).
Perhitungan RSTRENG harus dilakukan dengan memperhatikan kondisi profil dari korosi yang terjadi. Persamaan B31G konvensional adalah persamaan yang paling sederhana dan cenderung mengecilkan nilai kekuatan pipa, sementara persamaan 0.85 dL cenderung sejalan dengan effective area, namun terkadang berbeda saat terdapat satu cacat pitting yang jauh lebih dalam disbanding sekitarnya.

On this research, FFS Assessments were done in ten piping systems, eight in compression section and a pair in flow section. These assessments were carried on by observing corroded pipes abilities in providing enough strength to prevents leakage. The results from thicknesses measurements by UT compared to nominal thickness to get the corrosion rate of every piping system. From those calculated corrosion rate, we could predict the remaining useful life, RUL of each piping systems. For piping system which its calculated RUL is below the interval of next inspection should be checked for it strength by using RTSRENG software.
The results of this research told us that the corrosion rate in M2 offshore oil platform were ranged from medium to severe with highest average corrosion rate were occur in flow section PG-0110-XD-20? (0.760 mmpy).From remaining life assessment, it is known that there were three piping system which it calculated remaining life is below the expected life. Two of them are in compression section, PG-0105-D-10? and PG-0123-D-2? and the other one is PG-0021-D-16? which located in flow section. The calculation of those three remaining wall thickness strength which is carried on by RTSRENG software resulted in conclusion that two piping system PG-0105-D-10? (922 psig) and PG-0021-D-16? (924 psig) were inadequate to hold off design pressure of 1200 psig. The other piping system PG-0123-D-2? is predicted having MAOP of 1253 psig.
By combining the RSTRENG results and thickness analyses, it is concluded that two lines, PG-0105-D-10? and PG-0021-D-16? should be derated to new pressures which is equal to their RSTRENG MAOP calculation (922 and 924 psig), while the other line PG-0123-D-2? must be replaced.
This research also notice that before verifying the results of RSTRENG calculation, one should also take consideration of corrosion profile which occur. The conventional B31G were the simplest and tends to create result which underestimate the strength of pipe, while 0.85 dL result were usually close to the effective area, except when there?s an unique shape where there?s a deep pit with penetration much higher than it surrounding area."
2008
S41638
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rasyad Abdul Azis
"PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) memiliki peran penting dalam upaya memastikan ketahanan energi nasional melalui upaya memperkuat pasokan dan memperluas Pembangunan infrastruktur gas bumi. Upaya yang dilakukan ada dengan terus melakukan terobosan bisnis dan mengembangkan insfrastruktur serta peningkatan pemanfaatan gas bumi. Dengan meningkatnya pertumbuhan kebutuhan gas bumi di Indonesia akan disertai dengan bertambahnya jumlah asset penyalur gas. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan untuk menjaga kehandalan asset penyalur gas demi memastikan keamanan dan keselamatan pengguna gas ataupun masyarakat dari kecelakaan ataupun bencana akibat penyaluran gas bumi. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk menjaga kehandalan instalasi penyalur gas salah satunya adalah dengan melakukan inspeksi teknis dengan mengacu pada Permen ESDM Nomor  32  Tahun  2021  tentang  Inspeksi  Teknis  dan  Pemeriksaan Keselamatan Instalasi dan Peralatan pada Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi. Kegiatan inspeksi yang dilakukan yaitu pengaplikasian metode RBI pada MRS Bitung 3 merupakan bentuk pelaksanaan dari peraturan tersebut. Hasil analisis menggunakan metode RBI menunjukkan bahwa pada MRS Bitung 3 masuk kedalam kategori high risk dengan remaining life 9 tahun. Dengan kategori tersebut, MRS Bitung 3 perlu dilakukan rencana inspeksi dalam 1 tahun kedepan dan perlu pemeliharaan dan pengecekkan rutin pada sistem metering dan regulating agar tidak terjadi kegagalan. Dalam aspek kode etik dan etika insiyur, penerapan dilakukan dengan tetap mematuhi peraturan K3L dan berkoordinasi dengan pihak terkait perihal hasil inspeksi. Penyajian data dilakukan secara transsparan dan objektif agar hasil inspeksi dapat dipertanggung jawabkan untuk melakukan langkah preventif pada MRS Bitung 3. Dalam aspek K3L, penerapan dilakukan pada saat inspeksi dengan mematuhi peraturan K3L yang diberlakukan di Perusahaan seperti penggunaan APD lengkap, pengecekkan kesesuaian alat, dan melakukan toolbox meeting. Aspek K3L juga diterapkan pada instalasi dan peralatan MRS Bitung 3 seperti adanya perlengkapan deteksi dini dan peralatan penanggulangan bahaya.
Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) plays a crucial role in ensuring national energy resilience by strengthening supply and expanding the development of natural gas infrastructure. Efforts undertaken include continuous business innovation and infrastructure development as well as increasing the utilization of natural gas. With the growing demand for natural gas in Indonesia, there will be an increase in the number of gas distribution assets. Therefore, activities are needed to maintain the reliability of gas distribution assets to ensure the safety and security of gas users and the community from accidents or disasters resulting from gas distribution. One of the activities that can be done to maintain the reliability of gas distribution installations is by conducting technical inspections referring to Ministerial Regulation No. 32 of 2021 concerning Technical Inspection and Safety Inspection of Installations and Equipment in the Oil and Gas Business Activities. The inspection activity carried out involves the application of RBI methods at MRS Bitung 3, which is a form of implementation of the regulation. The analysis results using the RBI method indicate that MRS Bitung 3 falls into the high-risk category with a remaining life of 9 years. With this category, MRS Bitung 3 needs to undergo inspection planning in the next 1 year and requires routine maintenance and checking of metering and regulating systems to prevent failures. In terms of ethical codes and engineering ethics, implementation is carried out by adhering to HSE regulations and coordinating with relevant parties regarding inspection results. Data presentation is done transparently and objectively so that inspection results can be accounted for to take preventive measures at MRS Bitung 3. In terms of HSE aspects, implementation is carried out during inspections by adhering to OHS regulations enforced in the Company such as the use of complete PPE, checking equipment compliance, and conducting toolbox meetings. HSE aspects are also applied to the installations and equipment of MRS Bitung 3, such as the availability of early detection equipment and hazard mitigation tools."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Iskar Nursandy
"ABSTRAK
Penelitian ini difokuskan pada analisa korosi pipa trunk line yang
menyebabkan pipa diganti dalam waktu 8 tahun dari 15 tahun rencana desain.
Material baja API 5L Grade B dalam kondisi belum terpakai dan yang terkorosi
dianalisis secara fisik dan mekanik menggunakan uji metalografi, uji tarik, uji
komposisi kimia, Scanning electron microscopy-Energy Dispersive Spectroscopy
(SEM-EDS), Difraksi Sinar-X (XRD), kemudian uji korosi dengan metode
polarisasi. Pada sampel belum terpakai diperoleh nilai laju korosi 0,0531 mmpy
dan sampel terkorosi diperoleh nilai 0,1377 mmpy. Juga terbentuk fasa Fe3O4
(magnetite), FeS (besi sulfida) dan SiO2 (silika). Hasil data di lapangan berupa
kondisi sekitar jalur pipa trunk line dan laju korosi yang dihasilkan akibat
penurunan ketebalan menghasilkan data sisa umur pakai aktual yang dibandingkan
dengan sisa umur pakai sampel hasil pengujian.

ABSTRACT
This research focused on the trunk line corrosion analysis that has caused
pipe replacement within 8 years instead of 15 years design lifetime. Samples of
API 5L Grade B material were analyzed with physical and mechanical tests using
metallographic, tensile testing, chemical composition test, scanning electron
microscopy-energy dispersive spectroscopy (SEM-EDS), X-Ray difraction (XRD),
then polarization corrosion test. On the new unused sample obtained corrosion Ade
of 0.0531 mmpy and corroded sample obtained 0.1377 mmpy. Also formed phase
Fe3O4 ( magnetite ) , FeS ( iron sulfide ) and SiO2 ( silica ). The results of field
data in the form of conditions around the trunk line area and the pipeline corrosion
rate generated due to decreased thickness obtained the actual remaining life data
compared with the remaining lifetime of the sample test"
2016
T46733
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fachri Laudzaputra Athalla
"Inspeksi ketebalan dinding aktual menggunakan ultrasonic testing (UT) gauge dan inspeksi potensial katodik menggunakan cathodic protection (CP) gun merupakan contoh metode inspeksi yang umum digunakan dalam menilai kelayakan operasi pipa bawah laut. Namun hasil keluaran metode ini sering kali memiliki keterbatasan (Okyere, 2019; Langenberg, Marklein, & Mayer, 2012) sehingga diperlukan metode lain untuk mensimulasikan kelayakan operasi pipa bawah laut. Penelitian ini akan mengusulkan metode yang lebih sistematis dalam mensimulasikan kelayakan operasi pipa bawah laut milik KKKS. Variabel yang menentukan kelayakan pipa berdasarkan ketebalan dinding dalam penelitian ini adalah persentase kehilangan dinding, ketebalan dinding kebutuhan, dan umur sisa pipa, sedangkan variabel yang menentukan kelayakan sistem CP adalah potensial katodik pada pipa. Hasil penelitian menunjukan bahwa kedua pipa terseut masih dinilai aman untuk digunakan karena tebal dinding aktual masih berada diatas ketebalan dinding kebutuhan. Sistem proteksi katodik kedua pipa tersebut juga masih layak dikarenakan rentang potensial katodik yang dimiliki pipa utara dan selatan berada dalam rentang batas aman yakni 0,80 V hingga 1,10 V. Diharapkan hasil penelitian ini dapat mengantisipasi kegagalan pada jalur pipa bawah laut yang dapat mengakibatkan kerugian.

Inspection of actual wall thickness using ultrasonic testing gauges (UT) and potential cathodic inspection using cathodic protection (CP) gun are examples of common inspection methods used in assessing the feasibility of underwater pipeline operation. However, the outputs of this method often have limitations (Okyere, 2019; Langenberg, Marklein, & Mayer, 2012), so other methods are needed to simulate the feasibility of underwater pipeline operations. This research will discuss more comprehensive methods in simulating the underwater pipeline operation which owned by KKKS. The variables that being used in determining the feasibility of the actual wall thickness of subsea pipe in this study are wall loss, wall thickness requirements, and the remaining life of the pipe, while the variable that determines the feasibility of the CP system is the cathodic potential of the pipe. The results showed that the two pipes were still safe to use because wall thickness was still needed. The cathodic protection system of the two pipes is also still worth considering based on the cathodic potential of the north and south pipelines within the safe limit range of -0.80 V to -1.10 V. It is expected that the results of this study can anticipate the failure of subsea pipeline."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winarto
"

Dalam sepuluh tahun terakhir, penelitian di Indonesia telah mengalami peningkatan signifikan dalam bidang metodologi penilaian umur pakai untuk memprediksi waktu kerusakan komponen penting. Tujuan utama asesmen ini adalah untuk meningkatkan keselamatan, mengurangi risiko cedera, mengatasi kesulitan sosial, dan mengurangi kerugian ekonomi yang terkait dengan kegagalan komponen dalam industri pembangkit listrik. Selain teknik kalkulasi, evaluasi tak rusak juga merupakan fokus utama penelitian. Metode ini melibatkan penggunaan teknologi non-destruktif (NDT), seperti ultrasonik, radiografi, termografi, dan inspeksi visual, serta teknik metalografi untuk memeriksa kondisi internal dan eksternal komponen tanpa merusaknya. Dengan menggunakan teknik ini, para peneliti dapat mendeteksi cacat, keretakan, atau penurunan kualitas yang dapat menyebabkan kegagalan komponen. Data yang diperoleh dari evaluasi tak rusak ini kemudian digunakan dalam analisis untuk memperkirakan umur sisa pakai komponen teknik dengan lebih akurat. Pengujian merusak (DT) juga menjadi bagian penting dalam asessmen ini. Sampel komponen yang diambil dari instalasi yang ada dapat diuji secara langsung dalam kondisi ekstrim untuk menilai batas kinerja dan waktu kerusakan. Hasil asesmen umur sisa pakai (Remaining Life Assessment) pada casing turbin unit pembangkit listrik, disimpulkan bahwa prediksi umur sisa pakai berdasarkan metalografi insitu terlihat bahwa tingkat kerusakan creep komponen casing turbin berada pada kelas B (20 % kerusakan & 80% sisa umur pakai nya) yang mengindikasikan bahwa umur sisa pakai setelah 29 tahun pemakaian diperoleh kira-kira 23,2 tahun. Sedangkan berdasarkan metoda simulasi berdasarkan uji kekerasan dan parameter operasi pembangkit listrik maka hasil perhitungan umur sisa pakainya sekitar 23,4 tahun.


In the last ten years, research in Indonesia has experienced significant improvement in the field of service life assessment methodologies for predicting the failure time of critical components. The main objective of this research is to improve safety, reduce the risk of injury, overcome social difficulties, and reduce economic losses associated with component failure in the power generation industries. Apart from calculation techniques, nondestructive evaluation is also a major focus of assessment. This method involves using non-destructive technology (NDT), such as ultrasound, radiography, thermography, and visual inspection, metallography technique to check the internal and external condition of components without damaging them. Using this techniques, investigator can detect defects, cracks, or deterioration that can lead to component failure. The data obtained from this nondestructive evaluation is then used in the analysis to more accurately estimate the remaining life of the engineering components. Destructive testing (DT) is also an important part of this research. Component samples taken from existing installations can be tested under extreme conditions to assess performance limits and downtime.The results of the Remaining Life Assessment on the turbine casing of the power plant unit, it is concluded that the prediction of the remaining life based on in-situ metallography shows that the level of creep damage to the turbine casing components is in class B (20% damage & 80% remaining life). ) which indicates that the remaining service life after 29 years of use is obtained to be approximately 23.2 years. While based on the simulation method based on hardness test and power plant operation parameters, the results of the calculation of the remaining useful life are around 23.4 years.

 

"
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ulil Amri Nizhamul
"Fluid Catalytic Cracking (FCC) merupakan tempat dilakukannya proses pemutusan rantai karbon dengan menggunakan katalis pembagi (id cracker). Adapun, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sisa umur pakai dan kelayakan operasi kekomponen tersebut, yang merupakan salah satu bagian dari program pemeliharaan PT. X. Dengan demikian, hasil ini dapat digunakan dalam merencanakan sistem evaluasi, inspeksi, proses perbaikan bahkan penggantian komponen tersebut kedepannya.
Hasil inspeksi pada Fluid Catalytic Cracking tersebut ditemukan adanya retak sebesar 12 mm pada bagian shell plenum Riser Fluid Catalytic Cracking Unit (RFCCU). Material dari shell plenum ini baja tahan karat austentitik 304H dengan spsesifikasi ASTM A-240 dan beroperasi pada temperatur 690°C. Dengan adanya retak tersebut maka akan dapat mempengaruhi kinerja dari komponen tersebut. Tercatat sebelum terjadi retak telah terjadi temperatur up-set sebesar 930°C selama 200 jam. Oleh karena itu selanjutnya akan dilakukan pengujian kelayakan operasi pada komponen tersebut, apakah dengan kondisi yang mengandung retak komponen masih dapat tetap dioperasikan. Pengujian kelayakan operasi ini dilakukan berdasarkan API 579 section 9. Selain itu dilakukan pula pengkajian umur sisa dari komponen tersebut berdasarkan kondisi yang telah terjadi, apakah kondisi yang telah dialami oleh komponen tersebut mempengaruhi umur sisa pakai komponen yang menyebabkan timbulnya retak pada komponen tersebut.
Setelah dilakukan analisa didapatkan bahwa dengan terjadinya up-set temperature menyebabkan habisnya umur pakai komponen RFCCU yang juga menyebabkan terjadinya retak. Selanjutnya pada pengkajian kelayakan operasi, ditemukan bahwa dengan kondisi adanya retak sebesar 12 mm, komponen RFCCU sudah tidak layak lagi untuk digunakan dalam operasi pada kondisi operasi normal.

Fluid Catalytic Cracking (FCC) is component that cracking the carbon chain with fluid cracker. Objective of this research is for assessing remaining life and fitness for service of the component, as a part of FCC maintenance program at PT. X. Thereby the results can be used in planning evaluation system, inspection, reconditioning even replacement program to that component in the future.
The inspection result of Fluid Catalytic Cracking Unit (FCCU) found that there is a crack about 12 mm at the shell of plenum Riser Fluid Catalytic Cracking Unit (RFCCU). The material of this shell plenum is Austenitic Stainless Steel 304H with specification ASTM A-240 and operated at 690°C temperature. With existence of the crack, it can be influence performance of the component. It?s recorded, that before found of the crack there are up-set temperature about 930°C in 200 hours. Therefore, fitness for service assessment will be apply for the component, whether the component is acceptable or no to continue the operation. Fitness for Service assessment will be appropriate with API 579 section 9. Else, remaining life assessment also will apply for the component, to know if the condition that has been happened on the component influencing the remaining life of the component that causing the crack of the component.
After analyzing, it found that up-set temperature influence the remaining life the component, and causing the crack. Furthermore on the fitness for service assessment, existence of the 12 mm crack, make the RFCCU component are not acceptable to used on the operation on the normal operation condition.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S41675
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyawan Haditomo
"ABSTRACT
Rig mast structures in Indonesia are faced with a problem of aging. The current solution of detailed maintenance, inspection and load capacity rating assessment has been employed to ensure the safety of use and structural feasibility, however, taking into consideration of the service life of the equipment, a new method of assessment is needed to answer lingering time-driven questions such as how long the structure will last. The new solution to this problem is Remaining Life Assessment (RLA) based on fatigue and corrosion using SN-approach and API 510. The result of the remaining life assessment both by fatigue and corrosion analysis has proved that the structure is more than capable to be used for future operations under the current operational load condition. Two fatigue life prediction was given in this research denoted as normal and extreme prediction. The remaining life was estimated to be approximately 1265 years and 74 years respectively according to the current operational loading condition. Remaining life based on corrosion provides a shorter prediction with 23 years of remaining life and corrosion rate of 0,0119 mm/year. However, it was found during this research that due to various reasons, API 510 approach is not very suitable to be used to conduct remaining life assessment for onshore rig mast. Using trailing analysis for corrosion, it was found that the remaining life of the structure is 88 years. Furthermore, this research also proved that it is possible to conduct remaining life assessment using data obtained through inspection and other supporting documents owned by rig owner.

ABSTRACT
Dewasa ini, banyak struktur menara rig di Indonesia yang sedang mengalami penuaan. Metode-metode yang ada untuk saat ini seperti maintenance inspection, dan hanya dapat menjamin kelayakan struktur tanpa memberikan kepastian secara waktu. Oleh karena itu skripsi ini fokus terhadap menjawab pertanyaan tersebut dengan cara mengkaji sisa umur dari struktur menara rig (Remaining Life Assessment). Menurut hasil dari kajian sisa umur pakai berdasarkan kelelahan dan korosi, dapat disimpulkan bahwa struktur masih aman untuk dioperasikan di masa depan dengan kondisi pembebanan seperti saat ini. Dua prediksi kelelahan diberikan dalam skripsi ini yang dilambangkan sebagai prediksi normal dan ekstrem. Sisa umur dari struktur diperkirakan sekitar 1265 tahun dan 74 tahun berdasarkan prediksi normal dan ekstrem. Umur sisa berdasarkan korosi menghasilkan prediksi lebih singkat dengan hasil 23 tahun dan laju korosi 0,0119 mm/tahun. Namun, pendekatan menggunakan API 510 diputuskan tidak terlalu sesuai untuk digunakan sebagai metode memprediksi sisa umur terhadap menara rig dikarenakan berbagai alasan yang telah diutarakan. Metode trailing analysis juga turut digunakan untuk memprediksi umur struktur dimana hasil sisa umur adalah 88 tahun. Lebih dari itu, skripsi ini berhasil membuktikan bahwa pengkajian sisa umur menara rig dapat dilakukan menggunakan data hasil inspeksi dan dokumen menara rig lainnya."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library