Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fathul Masruri Syaaf
"Berkembangnya sektor Jasa Konstruksi yang semakin kompleks dan tingginya persaingan, seringkali menuntut pekerja bekerja maksimal sehingga kesehatan pekerja terabaikan. Hal ini berdampak pada kelelahan kerja, yang dapat memicu kecelakaan kerja. Penelitian ini ingin mengkaji hubungan antara faktor risiko kelelahan dengan kejadian kelelahan pada pekerja konstruksi di PT. X tahun 2022. Data terkait faktor diluar pekerjaan (usia, status gizi/IMT, dan masa kerja), dan faktor pekerjaan (durasi kerja, beban kerja, dan suhu lingkungan kerja) terhadap terjadinya kelelahan pekerja proyek PT. X diteliti menggunakan kuesioner, dengan desain penelitian analitik semi- kuantitatif dengan pendekatan cross sectional study. Data kuesioner dianalisis untuk melihat gambaran kelelahan kerja dan hubungan dua variabel menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan 33% responden mengalami kelelahan kerja sedang dan 67% kelelahan kerja rendah. Dari uji diferensial, terdapat hubungan antara status gizi (IMT), durasi kerja dan beban kerja (p 0,000) terhadap kelelahan kerja. Sedangkan faktor usia (p 0.426), masa kerja (p 0.412) dan suhu lingkungan kerja (p 1,000) tidak berhubungan dengan kelelahan. Kesimpulan penelitian ini bahwa beberapa variabel yang diteliti terbukti berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja konstruksi di PT. X. Rekomendasi terkait fatigue management perlu dijalankan oleh manajemen dan pekerja guna meminimalisir dan mengendalikan kelelahan serta meningkatkan produktifitas kerja di tempat kerja.

The development of Construction Services sector which is increasingly complex and high competition, often demands workers to work optimally so that their health is neglected. This has an impact on fatigue, which can lead to work accidents. This study aims to examine the relationship between fatigue risk factors and fatigue in construction workers at PT. X 2022. The data of non-work related factors (age, BMI, and years of service), and work-related factors (work duration, workload, and work temperature) on the occurrence of fatigue was examined using a questionnaire, with a semi-quantitative analytic research design with a cross sectional study approach. Data were analyzed using chi-square for the description of fatigue and relationship between two variables. The results showed 33% of respondents’ experienced moderate fatigue and 67% low fatigue. Inferential tests revealed a fatigue relationship between BMI, work duration, and workload (p 0.000). While the age (p 0.426), years of service (p 0.412) and working temperature (p 1.000) were not related to fatigue. The conclusion is several studied variables are proven related to fatigue in construction workers at PT. X. Recommendations related to fatigue management need to be carried out by management and workers to minimize and control fatigue and increase productivity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ario Perbowo Putra
"ABSTRAK
Nama : Ario Perbowo PutraProgram Studi : Ilmu Penyakit DalamJudul : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Surveilans untuk Deteksi Dini Karsinoma Hepatoselular pada Pasien Sirosis Hati Latar Belakang: Sedikitnya pasien KHS yang didiagnosis melalui surveilans diduga merupakan penyebab terus rendahnya angka kesintasan, sehingga penting untuk diketahui proporsi pelaksanaan surveilans untuk deteksi dini KHS pada pasien sirosis hati dan faktor-faktor yang berhubungan. Tujuan: Mengetahui proporsi pelaksanaan surveilans untuk deteksi dini KHS pada pasien sirosis hati dan faktor-faktor yang berhubungan. Metode: Studi kohort retrospektif pasien sirosis hati di RSCM periode Januari - Desember 2013. Data didapatkan dari rekam medis dan dikonfirmasi ulang dengan telepon. Surveilans disyaratkan USG abdomen dengan atau tanpa AFP minimal satu kali setahun dalam 3 tahun setelah periode tersebut. Faktor-faktor yang diteliti adalah jenis kelamin, suku bangsa, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, ketersediaan jaminan pengobatan, lokasi tempat tinggal, keberhasilan edukasi surveilans, etiologi sirosis, serta derajat beratnya sirosis. Uji regresi logistik digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan surveilans. Hasil: Dari 200 pasien sirosis hati, 50 pasien 25,0 menjalani surveilans, 150 pasien 75,0 tidak menjalani surveilans. Analisis bivariat menghasilkan 4 variabel dengan nilai p < 0,25 yaitu jenis kelamin p = 0,056 , suku bangsa p = 0,231 , keberhasilan edukasi surveilans p = 0,005 , dan derajat beratnya sirosis p = 0,005 . Analisis multivariat menghasilkan faktor risiko terlaksananya surveilans adalah keberhasilan edukasi surveilans OR 2,615, IK 95 1,332 - 5,134 , p = 0,005 dan derajat beratnya sirosis OR 2,766, IK 95 1,413 - 5,415 , p = 0,003 . Simpulan: Keberhasilan edukasi surveilans dan derajat beratnya sirosis merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan surveilans untuk deteksi dini KHS pada pasien sirosis hati. Kata Kunci: Sirosis hati, surveilans, faktor yang berhubungan.

ABSTRACT
Name Ario Perbowo PutraStudy Program Internal MedicineTitle Factors Related to The Implementation of Surveillance for Early Detection of Hepatocellular Carcinoma in Patients with Liver Cirrhosis Background Minimal number of KHS patients diagnosed through surveillance is thought to be the cause of continued low survival. It is important knowing the proportion of surveillance for early detection of KHS in patients with liver cirrhosis and related factors. Objective Determine the proportion of surveillance for early detection of KHS in patients with liver cirrhosis and related factors. Methods Retrospective Cohort study of patients with liver cirrhosis at RSCM from January to December 2013. Data obtained from medical records and reconfirmed by telephone. Surveillance is required for abdominal ultrasound with or without AFP at least once a year within 3 years after that period. Factors studied were gender, ethnicity, education level, income level, availability of medical assurance, location of residence, surveillance education successfulness, cirrhosis etiology, and severity of cirrhosis. Then logistic regression test is used in the multivariate analysis. Results From 200 patients, 50 patients 25,0 underwent surveillance, 150 patients 75,0 did not. Bivariate analysis resulted in 4 variables with p "
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizkyandri Navielia
"Penelitian ini membahas tentang faktor yang memengaruhi niat pembelian kembali pada Online Travel Agent OTA . Responden penelitian ini berjumlah 225 orang dan merupakan orang yang sudah pernah memesan hotel secara online melalui situs Traveloka dalam kurun waktu tiga bulan terakhir dengan wilayah cakupan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Pengolahan data menggunakan program LISREL 8,51.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa product related factors berpengaruh positif pada niat pembelian kembali, begitu juga dengan channel related factors yang terbukti berpengaruh positif pada niat pembelian kembali, serta channel related factors berpengaruh positif pada niat pencarian informasi, penelitian ini juga menemukan bahwa product related factors tidak berpengaruh pada niat pencarian informasi, dan niat pencarian informasi tidak berpengaruh pada niat pembelian kembali.

This research studies the factors that affect repurchase intention on OTAs Online Travel Agent. This research sampled 225 respondents, which are people who have booked hotel stays through the website app Traveloka in the past three months, living in areas of Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi. The data was processed using the software LISREL 8.51.
This research shows that Product Related Factors have positive effect on Repurchase Intention, and Channel Related Factors have positive effect on Repurchase Intention, also Channel Related Factors have positive effect on Information Search Intention. This research also shows that Product Related Factors has no positive effect on Information Search Intention and Information Search Intention has no positive effect on Repurchase Intention.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S68026
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Pebriani
"Pembimbing praktek lapangan sangat menentukan dalam meningkatkan ketrampi]an tindakan keperawatan mahasiswa Akper Depkes Palembang di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Fungsi dari pembimbing praktek adalah memberikan bimbingan langsung selama proses belajar mengajar di lapangan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja pembimbing praktek lapangan di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Rancangan penelitiannya adalah cross sectional, dengan sampel penelitian berjumlah 60 orang pembimbing praktek. Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara dan observasi langsung, serta mengkaji data sekunder. Data kemudian diolah secara statistik menggunakan teknik analisis chi square dan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 36,7 % pembimbing praktek yang menunjukkan kinerja kurang baik. Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui terdapat hubungan yang bermakna antara variabel: supervisi (p= 0,019), pengembangan karir (1)-0,014), dan motivasi (p= 0,022) terhadap kinerja pembimbing praktek. Begitu pula dari model regresi logistik diketahui bahwa variabel yang paling dominan menentukan kinerja pembimbing praktek adalah pengembangan karir (OR= 4,00; 95% CI: 1,17-13,67).
Sebagai saran untuk tindak lanjut, maka upaya yang dilakukan oleh pihak manajemen RSUP Dr. Mohammad Palembang adalah dengan memberikan kesempatan kepada pembimbing praktek untuk melanjutkan pendidikan dan mengikuti pelatihan yang berhubungan dengan keperawatan agar motivasi kerja mereka meningkat. Selain itu agar meningkatkan supervisi terhadap pelaksanaan bimbingan yang dilakukan oleh pembimbing praktek.

Clinical Instructor (CI) one determinant factor to increase skill of nursing practices for student in Akper Depkes Palembang. The function of Clinical Instructor is giving the direct guidance learning process in the place of practice.
The purpose of this research is to investigate factors related to work performance Clinical Instructor in RSUP Dr, Mohammad Hoesin Palembang. The research use cross sectional design, with 60 Clinical Instructors as samples. Data are collected by using interview and direct observation besides secondary data. Data analyzed statically by using chi square and logistic regression.
The result of the research showed that there were 36, 7 % Clinical Instructors that showed low work performance. Based on bivariate analysis is known that there is significant relation between variables of supervision (p= 0, 019), career development (p=0,014) and motivation (p= 0,022) with work performance Clinical Instructors. Through logistic regression, it is known that the most dominant variable in determining the work performance Clinical Instructor is career development (OR= 4, 00; 95% CI: 1, 17-13, 67).
Referring to the result of this research, I advice that management RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang open opportunities Clinical Instructors to increase education and training that related with nursing. Another to increase supervision of guidance that does it Clinical Instructors.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T5677
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafrizal
"Lingkungan dan perilaku mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap derajat kesehatan selain faktor pelayanan kesehatan dan keturunan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Keluarga merupakan perwujudan Paradigma Sehat dalam budaya hidup keluarga yang berorientasi sehat dalam meningkatkan, memelihara, dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental spiritual maupun sosial. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) keluarga yang dipilih dalam penelitian ini adalah jamban, air bersih dan sampah.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Keluarga di Kabupaten Bungo Tahun 2002 serta faktor yang paling dominan berhubungan. Penelitian ini merupakan rancangan potong lintang (Cross Sectional) untuk melihat hubungan pendidikan, jumlah anggota keluarga, pekerjaan, pengetahuan sikap, status ekonomi, keterjangkauan terhadap sumber air bersih, sarana stimulan, keluarga binaan dan penyuluhan. Sebagai responden adalah ibu rumah tangga yang berjumlah 150 orang yang dipilih secara acak sederhana setelah dilakukan stratifikasi proporsional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor jumlah anggota keluarga, pengetahuan dan penyuluhan berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada keluarga di Kabupaten Bungo Tahun 2002. Sementara faktor pendidikan, pekerjaan, sikap, status ekonomi, sarana stimulan keterjangkauan terhadap sumber air bersih dan keluarga binaan tidak berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada keluarga. Dari hasil analisis multivariat, ternyata pengetahuan yang paling erat hubungannya dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada keluarga, dimana ibu yang mempunyai pengetahuan tinggi tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) berpeluang bagi keluarganya untuk berperilaku hidup bersih dan sehat sebesar 6,4 kali dibandingkan dengan pengetahuan rendah
Guna meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada keluarga di Kabupaten Bungo, maka puskesmas perlu melakukan kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama ibu rumah tangga melalui penyuluhan, seperti pemutaran film dan konseling. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten perlu pula menjalin hubungan kemitraan lintas program dan lintas sektoral dengan lembaga swadaya masyarakat dan pihak swasta untuk membantu penyebaran informasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat, serta perlu secara terus-menerus dilakukan serta dikembangkan daerah pernbinaan keluarga seperti yang telah dilakukan melalui Proyek Kesehatan Keluarga dan Gizi (KKG).

Environment and Behaviour have the great effect to influence health grade, beside health services and genetic factors. The family's Clean and Healthy Behaviour (PHBS) is the implementation of Paradrgrna Sehat (Health Paradigm) in family's culture that has a health orientation in their live to increase, maintenance, and protect their physics, mental spiritual, and social's health. The indicator that use in this research of the family's Clean and Healthy Behaviour are toilet, clean water, and trash.
This research has an objective to gather the information of the big pictures and factors that related to the family's Clean and Healthy Behaviour in Kabupaten Bungo in 2002, and to figure the dominant factor. This research is a Cross Sectional research, to find out the connection between education backgrounds, numbers of family's members, occupation, attitude, economy status, the clean water's sources range, stimulant facilities, elucidation and well-train family. The writer had done some proportional stratification and using a simple randomly selected to choose 150 housewives to be respondents.
The result's shows that the numbers of family's members, knowledge, and health information is related to the family's Clean and Healthy Behaviour live (PHBS) in Kabupaten Bungo in 2002. Other factors, such as, education background, occupation, economy status, stimulant facilities, clean water's source range and elucidation family had no related to family's clean and health lives. From multi-variant analysis's results, we found out that the education and knowledge factors are the most influenced factors to family's clean and health lives, and high knowledge the housewives to clean and health behaviour lives 6,4 x from low knowledge.
To increasing the family's clean and health lives (PHBS) in Kabupaten Bungo, the public health center (Puskesmas) should conducts the activities that add and increase the society's knowledge, especially the housewives, by giving information through watching health's live movies and counselling. The Health Department of Kabupaten Bungo should conduct the partnership between cross-program and cross-sector with non-government organizations, and private to spread the family's clean and health lives program in continuing scale and also should conduct the family's elucidations program just like The Family Health and Nutrient Project (KKG) did.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T7923
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Een Sukaedah
"Kesehatan reproduksi remaja bukan hanya masalah biomedis semata-mata, melainkan juga merupakan masalah sosial budaya. Salah satu masalah sosial budaya adalah sikap terhadap kesehatan reproduksi remaja yang berkaitan dengan masalah budaya berbeda-beda, khususnya menganggap tabu jika membicarakan masalah seksual oleh orang yang belum menikah.
Menurut survei yang dilakukan Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LDFEUI) dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 1999, terdapat 46,2% remaja masih percaya mereka tidak akan hamil setelah melakukan hubungan seks untuk yang pertama kali.
Sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi di Kota Tangerang belum diketahui tetapi dapat digambarkan dari usia perkawinan remaja putri rata-rata 16 tahun. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap terhadap kesehatan reproduksi remaja pada siswa kelas dua Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri di Kota Tangerang tahun 2001. Tujuan khususnya untuk mendapatkan informasi mengenai faktor karakteristik dan juga sumber informasi terhadap sikap kesehatan reproduksi remaja.
Penelitian ini menggunakan rancangan cross- sectional. Populasinya adalah siswa kelas dua SMU Negeri di Kota Tangerang dengan sampel sebanyak 200 orang. Penelitian ini menggunakan analisis dengan uji univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 45,5% remaja bersikap positif terhadap kesehatan reproduksi remaja, sementara 54,5% bersikap negatif. Secara bivariat variabel-variabel yang mempunyai hubungan bermakna adalah jenis kelamin, pendidikan ayah, pengetahuan, peran media massa dan peran agama. Secara multivariat variabel yang paling dominan berhubungan bermakna dengan sikap terhadap kesehatan reproduksi adalah variabel atau faktor pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan nilai OR sebesar 3,24.
Dengan mempertimbangkan hasil penelitian ini, penulis menyarankan untuk memberikan informasi kesehatan reproduksi pada remaja sedini mungkin. Hal ini dapat melibatkan lembaga pendidikan, orang tua, masyarakat untuk mencegah sikap negatif terhadap kesehatan reproduksi.

Factors Related to the Teenager's Attitude on Reproductive Health in Second Class Students of Government Senior High School in Tangerang Municipality, Year 2001Teenager's reproductive health is not only biomedical but also sociocultural problem. The teenager's attitude concerning sociocultural are different, especially taboo for sexual discussion.
According to the survey conducted by Demographic Institution of Economic Faculty, University of Indonesia (LDFEUI) and National Board on Family Planning (BKKBN), 46,2% of teenagers still believe that they will not getting pregnant after having sexual intercourse for the first time.
The teenager's attitudes on reproductive health especially in Tangerang Municipality haven?t been known. The purpose of this research is to know the factors related to the teenager's attitude on reproductive health in students of Senior High School in Tangerang Municipality especially getting information on characteristic factors as well as information source to the attitude of reproductive health.
The research used cross sectional design, the population was second class students of Government Senior High School in Tangerang with 200 samples. This research used univariate, bivariate and also multivariate analysis.
The result showed that 45, 5% of teenager's attitudes were positive while 54, 5% were negative. Those variables which have significant values are sex, father's education, knowledge as well as mass media and religion. The most dominant variable is knowledge on reproductive health with OR. = 3, 24.
Considering the result of this research, I suggest to give information of reproductive health to the teenagers as early as possible. This could involve education institutions, parents and community in order to prevent negative attitude on reproductive health."
2001
T8184
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Setiadi
"ISPA merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan yang dapat menyerang secara akut pada bayi dan balita, Profil Provinsi Jawa Barat 2000 ISPA merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi (15.24%) pada Balita (23,27%). Di Kabupaten Tasikmalaya Insiden ISPA tahun 1997(31,94%), 1998 (59,65%) dan pada tahun 1999 ( 44,48%).
Upaya penanggulangan ISPA salah satunya adalah penemuan dan penatalaksanaan penderita ISPA oleh petugas, dalam hal ini adalah bidan di desa, karena bidan di desa sudah terdistribusi sampai dengan tingkat desa. Di Kabupaten Tasikmalaya sampai dengan tahun 2000 (88%) desa sudah ditempati oleh tenaga bidan.
Cakupan bidan dalam penemuan kasus ISPA pada tahun 1999 adalah 57,3%. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan di desa dalam penemuan kasus ISPA di Kabupaten Tasikmalaya tahun 2000.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional dengan populasi seluruh bidan di desa Kabupaten Tasikmalaya, pengambilan sampel dengan teknik Proportional Stratifikasi random diambil sebanyak 75 orang.
Analisis yang digunakan adalah analisis data univariat, Bivariat (Chi Square) multivariat (uji regresi logistik berganda), instrumen penelitian adalah pedoman wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dari 75 responden bidan di desa dalam penemuan kasus ISPA mencapai target sebanyak 57.3%, sedangkan yang tidak mencapai target 42,7%.
Hasil analisis data bivariat menunjukan bahwa faktor usia, lama kerja, pengetahuan, pelatihan, sarana (timer) dan jangkauan memiliki hubungan yang sangat bermakna secara statistik terhadap kinerja bidan di desa dalam penemuan kasus ISPA (p < 0.05 ), selanjutnya hasil analisis multivariat diperoleh hasil bahwa faktor jangkauan merupakan faktor yang paling besar hubungannya dengan kinerja bidan di desa dalam penemuan kasus ISPA dengan OR sebesar 9,601.
Dengan adanya penelitian ini maka perlu adanya upaya dari pihak puskesmas untuk selalu melakukan pembinaan serta meningkatkan sarana untuk kepentingan bidan, sedangkan untuk Dinas Kesehatan perlu adanya pemikiran untuk alat transportasi bagi bidan di desa sehingga dalam menjangkau kasus ISPA akan lebih cepat ditanggulangi.

Factors Related to Midwife Work Achievement at the Village in Finding ISPA Case at Regency of Tasikmalaya in 2000ISPA is one of respiratory tract diseases which can critically attack babies and children under five. At the profile of West Java province 2000, ISPA was number one causal factor on mortality of babies(15.24%) and children under five (23.27%). At Tasikmalaya the incident of ISPA in 1997 (31.94%) 1998 (59.65) and in 1999 (44.4%).
One of effect in handling ISPA is invention and taking care of ISPA patients by official, in this case is midwife of village because the midwife of village had been distributed until village level. At regency of Tasikmalaya until 2000 about 88% the village in Tasikmalaya has been occupied by midwife officials.
The midwife coverage in finding of ISPA case in 1999 was 57.3%. Therefore this research is aimed to get information about factors related to midwife work achievement at village in finding case of ISPA at regency of Tasikmalaya in 2000.
The research design used was cross sectional, the populations were all midwife at Tasikmalaya, the sampling with proportional stratification random and the number of samples was 75 respondents. The analysis used was data analysis univariate (multiple logistic regression tests) and the research instrument was interview.
The result of the research showed that from 75 respondents of midwife at the village in finding case of ISPA , who reached target were 57.3% while who did not reach target were 42.7%.The result of data analysis bivariate showed that factor of age, working duration, knowledge, training, facility and reach statistically gave significant correlation on work achievement of midwife at the village in finding ISPA case (p<0.05) and the result of multivariate analysis showed that reach factor was the biggest factor related to midwife work achievement at the village in finding care of ISPA by OR 9.601.
From this research it needs to be done the effort of public health centre to build the midwife at village and increase the facility continuingly for midwife interests, while the health department needs to consider about transportation for midwife at village, so in handling case of ISPA can be reached faster."
2001
T8426
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Susilowati
"Pelayanan kesehatan reproduksi yang memadai menyangkut aspek fisik, mental dan sosial, tidak terbatas pada kemampuan bereproduksi saja, tetapi juga termasuk keamanan dan keberhasilan reproduksi. Wanita sebagai pelaku reproduksi mempunyai tugas khusus yang berbeda dengan pasangannya, yaitu mengaudung dan melahirkan. Keadaan ini berisiko terhadap kesehatan fisik dan mental. Sampai saat ini aspek kesehatan mental pada ibu dan anak masih sangat sedikit diperhatikan. Salah satu gangguan mental yang mengancam wanita pascapersalinan adalah depresi pascapersalinan. Gangguan ini berdampak negatif pada kehidupan pribadi wanita tersebut maupun perkawinannya serta hubungan dengan anaknya sehingga terjadi gangguan perkembangan emosional dan tingkah laku anak di kemudian hari.
Beberapa penelitian melaporkan bahwa angka kejadian depresi pascapersalinan berkisar antara 10% - 15% atau 20% - 25% pada penelitian lain. Di Indonesia penelitian tentang hal ini lebih banyak dilakukan di rumah sakit dibandingkan di masyarakat. Pada masyarakat di Kecamatan Bojongloa Kaler kota Bandung yang penduduknya padat dengan jumlah persalinan pada tahun 1999 sebesar 3161 orang, belum diketahui data tentang depresi pascapersalinan. Sehubungan dengan hal tersebut, tujuan penelitian ini adalah mengetahui kasus depresi yang terjadi pada ibu pascapersalinan 4 minggu - 12 bulan serta beberapa variable yang berhubungan dari faktor psikologik-edukasional, faktor sosiocultural dan faktor obstetrik-ginekologik.
Penelitian ini merupakan studi observasional dengan metode potong lintang. Penarikan sampel dilakukan dengan metode klaster 2 tahap. Pengumpulan data terhadap 210 responden dibantu oleh 10 orang kader yang sudah dilatih terlebih dahulu. Analisis data terhadap variabel yang diteliti menggunakan perangkat lunak C-Sampel pada Epi Info 6.04.
Berdasarkan uji univariat dan bivariat diperoleh gambaran tentang karakteristik ibu yaitu sebagian besar responden berusia antara 20 - 30 tahun, berpendidikan rendah, sebagai ibu rumah tangga, menginginkan anaknya, memiliki dukungan sosial yang cukup, status sosial ekonomi rumah tangganya rendah, multipara, saat bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan, dan kondisi bayi saat dilahirkan baik. Angka kejadian depresi pascapersalinan (DPP) di Kecamatan Bojongloa Kaler adalah 15,7% dengan estimasi interval sebesar 9,37 % - 22, 06 % pada tingkat kepercayaan 95 % dan variabel yang berhubungan dengan DPP yaitu usia, status sosial ekonomi rumah tangga, dukungan sosial, keinginan punya anak, jenis persalinan dan persepsi ibu terhadap kondisi bayinya.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengurangi risiko depresi pascapersalinan melalui peningkatan pelayanan kesehatan berupa promosi kesehatan tentang usia kehamilan dan persalinan yang aman, pendidikan kesehatan bagi suami dan anggota keluarga lain, pelayanan ANC dan kunjungan rumah pada ibu nifas serta mempeluas informasi tentang DPP. Bagi ibu, perlu pembiasaan diri dalam pemeriksaan kesehatan selama kehamilan dan masa nifas secara teratur dengan memperhatikan juga faktor usia serta berusaha mencari aktivitas yang dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga selain kesibukan di rumah-taggga. Bagi suami dan anggota keluarga, perlu mengupayakan dukungan sosial-spiritual yang memadai bagi ibu hamil/nifas. Dan dibuatkannya program promosi, pendidikan dan pelayanan kesehatan yang memadai terhadap depresi pascapersalinan, oleh penentu kebijakan kesehatan di tingkat pusat maupun daerah.

Postpartum Depression and It?s The Related Factors at Bojongloa Kaler District in Bandung, 2001Reproductive health services included physical, mental and social aspects are not merely reproductive ability, but safety and success of reproduction as well. Woman as a reproductive subject has a special task which differs from her spouse, those are pregnant and child bearing. These conditions have a risk to physical and mental health. The problem of mental health is still ignored up to now. One of Psychiatric disturbances after delivery is postpartum depression (PPD). This disturbance may have a long-term negative impact on her family and her personal life besides she interacts with her infant who might cause her child's emotional development and behavior deviation in the future.
Many researches in overseas reported that incidence of postpartum depression ranges from 10% to 25%. In Indonesian, many postpartum depression studies have been done, but those studies are more based on hospital than community oriented. Bojongloa Kaler district with it?s densely population and the amount of childbirth is 3161 per people in 1999, has not been known with the case of postpartum depression. Therefore the objectives of the study are to know depression prevalence among mothers who were at 4 weeks to 12 months postpartum, and also its factors such as psychological educational, social cultural and obstetric gynecological factors.
This research design is observational study with a cross sectional method. Using a two-stage cluster sampling. Data were collected by ten cadres who were trained before. Data analysis used a software C-Sample on Epi Info 6.04.
The description of respondents are at the mean of age 20 to 30 years old, low educated, being a housewife, wanted to have child, have a good social support, low social economic status, multiparity, most were assisted by health staff when they delivered their babies, and they perceived then new babies were are bad condition. It was shown that among 210 subjects, proportion of postpartum depression in Bojongloa Kaler District was 15.7% (95 % CI was 9.37% to 22.06%. More as, variables related to postpartum depression were age, household sock) economic status, social support, wanted to have child, type of childbirth, and mother perception on her infant condition as well.
Accordingly, the risk to postpartum depression can be prevent and reduced by intervention such as increasing health care through health promotion especially on age of pregnancy and safe childbirth, health education for husband and family, ante natal care services and home visit to postpartum mother due to enhance the information about postpartum depression. Regarding the pregnancy, mother should concern on her age, despite doing regular ante natal and post natal care. They were expected to find a positive activity in addition to their domestic task, particularly which could also increase their welfare. The husband and family were required to give social and spiritual support for pregnant and postpartum mother. Nevertheless, health policy maker at central and regional level need to make interesting promotion, education and services of health programs to postpartum depression."
2001
T8440
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoza Misra Fatmi
"Malnutrisi sering ditemukan pada pasien stroke. Malnutrisi dapat menyebabkan komplikasi seperti pneumonia, perdarahan gastrointestinal, mengurangi perbaikan fungsional dan memperpanjang lama rawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan malnutrisi pada pasien stroke. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif analitik menggunakan pendekatan Cross Sectional yang melibatkan 106 responden. Analisis data menggunakan Mann Withney, Chi-Square dan regresi logistik prediktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien mengalami malnutrisi ringan (86,8%).
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara stroke berulang (p=0,012), DM (p=0,037), penggunaan NGT (p=0,037), depresi (p=0,016) dan dukungan keluarga (p=0,001), dimana dukungan keluarga merupakan faktor yang paling berhubungan dengan malnutrisi pada pasien stroke (OR=8,699). Namun tidak terdapat hubungan antara usia (p=0,733), jenis kelamin (p=1,000) dan penerimaan penyakit (p=0,136) dengan malnutrisi pada pasien stroke. Perawat dianjurkan melakukan pengkajian faktor yang berhubungan dengan malnutrisi pada pasien stroke untuk mencegah komplikasi malnutrisi.

Malnutrition is often found in stroke patients. Malnutrition may cause complications such as pneumonia, gastrointestinal bleeding, reduce functional improvement and prolong the length of stay. This study aimed to determine the factors associated with malnutrition in stroke patients. This research is a quantitative research with descriptive analytic design using a Cross Sectional approach involving 106 respondents. Data analysis used Mann Whitney, Chi-Square and predictive logistic regression.
The results showed that the majority of patients experienced mild malnutrition (86.8%). The results showed that there was a relationship among recurrent strokes (p = 0.012), DM (p = 0.037), NGT (p = 0.037), depression (p = 0.016) and family support (p = 0.001), where family support was the most factor associated with malnutrition in stroke patients (OR = 8,699). But there was no relationship between age (p = 0.733), sex (p = 1,000) and acceptance of illness (p = 0.136) with malnutrition in stroke patients. Nurses might be recommend to assess malnutrition factors in stroke patients to prevent complications of malnutrition. Nurses might be recommend to assess factors related to malnutrition and motivate families to provide support to stroke patients to prevent complications of malnutrition.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T54508
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sonya Farah Diba
"Latar Belakang. Hemodialisis (HD) menjadi pilihan utama terapi pengganti ginjal di Indonesia. Pada tahun 2016, Indonesia memiliki angka mortalitas satu tahun pasien dengan penyakit ginjal kronik (PGK) yang diterapi dengan HD (PGK-HD) lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain. Saat ini, Indonesia belum memiliki banyak data terkait insidens dan faktor-faktor yang memengaruhi mortalitas pasien HD kronik.
Tujuan. Mengetahui insidens dan faktor-faktor yang memengaruhi mortalitas satu tahun pasien HD kronik.
Metode. Penelitian dilakukan dengan desain studi kohort prospektif di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) sejak 2020 hingga Desember 2021 dengan mengikuti 193 pasien yang masih hidup setelah tiga bulan dilakukan HD inisiasi. Pasien kemudian diobservasi selama sembilan bulan untuk mengetahui insidens mortalitas satu tahun dan faktor-faktor yang berkaitan. Data dianalisis menggunakan analisis bivariat diikuti dengan analisis multivariat cox regresi untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi mortalitas.
Hasil. Rerata usia pasien penelitian adalah 52 tahun dan etiologi terbanyak pasien PGK-HD yaitu diabetes melitus (DM). Selama observasi, terdapat tiga pasien loss to follow up, dan terdapat 55 pasien meninggal. Insidens satu tahun mortalitas pada penelitian ini adalah 28,49% (IK 95% 22,25-35,42%). Setelah dilakukan analisis multivariat pada penelitian ini didapatkan tiga variabel yang secara signifikan memengaruhi mortalitas yaitu interdialytic weight gain (IDWG) ≥5% (OR 3,58, IK 95% 1,16-10,91), kadar hemoglobin <10 g/dL (OR 3,4, IK 95% 1,79-7,15), dan serum kalsium <8,5 mg/dL (OR 3,79, IK 95% 1,75-8,23).
Kesimpulan. Insidens mortalitas satu tahun pasien HD kronik sebesar 28,49%. IDWG ≥5%, kadar hemoglobin <10 g/dL, dan serum kalsium <8,5 mg/dL merupakan faktor-faktor yang memengaruhi mortalitas satu tahun.

Background. Hemodialysis (HD) is the main kidney replacement therapy in Indonesia. In 2016, Indonesia had a higher one-year mortality rate of chronic kidney disease (CKD) patients treated with hemodialysis (CKD-HD) compared to other countries. Currently, HD centers in Indonesia lack data related to the incidence and factors related to mortality in CKD-HD patients.
Aims. To determine the incidence and factors related to one-year mortality in Chronic HD patients.

Methods. This prospective cohort study was conducted at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM) from January 2020 to December 2021, following 193 patients who survived three months after initial dialysis. Patients were observed for nine months to know the one-year mortality incidence and related factors. The data were analyzed using bivariate analysis followed by multivariate cox regression analysis to review factors related to mortality.
Results. The mean age was 52 years-old and the most common etiology of CKD-HD was diabetes mellitus (DM). During follow-up, three patients dropped out due to loss to follow up and 55 patients died. One-year mortality incidence was 28.49% (95% CI 22,25-35,42%) in this study. After multivariate analyses, we found three significant variables for one-year mortality: interdialytic weight gain (IDWG) ≥5% (OR: 3.58, 95% CI: 1.16.88-10.91), hemoglobin level <10 g/dL variables, (OR: 3.4, 95%CI 1.79-7.15), and calcium serum <8.5 mg/dL (OR: 3,79, 95% CI 1.75-8.23).  
Conclusion. The incidence of one-year mortality in CKD-HD patients was 28.49%. IDWG ≥5%, hemoglobin <10 g/dL, and calcium serum <8.5 mg/dL are significant factors related to one-year mortality.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>