Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dirgantara Putra
Abstrak :
ABSTRAK
Undang-undang telekomunikasi No.36 tahun 1999 yang diberlakukon sejak bulan September 2000 telah memberikan dampak yang cukup besar dalam tataran bisnis telekomunikosi di Indonesia. Hak eksklusif yang dimiliki PT. Telkom dan PT. Indosat akan dicabut dan kedua perusohaan ini akan bersaing secara bebas sebagai penyedia layanan telekomunikasi Iengkap. Pemerintah juga membuka kesempotan bagi sektor swasta untuk mendapatkan perijinan dalam mengoperasikon layanan telekomunikasi tanpa kerja sama dengan kedua perusahaan milik negara ini.

Undang-undang baru ini juga merupakon bagian dan implementasi cetak biru sektor telekomunikasi yang akan menghapus monopoli dan memberikan kebebasan didalam industri telekomunikasi dan diharapkan akan menarik perusahaan asing untuk melakukan investasi didalam industri telekomunikasi dengan kebebasan untuk mengatur operosinya secara bebas.

Didalam undang-undang yang baru, pengoperasian telekomunikosi dibagi menjadi tiga bagian yaitu pengoperosion jaringan telekomunikasi, pengoperasian jasa telekomunikasi dan pengoperasian telekomunikosi khusus. Penyedia jaringan telekomunikosi dibolehkon untuk menjadi penyedia jasa telekomunikasi dengan perusohaon yang berbeda. Individu, instansi pemerintah atau badan hukum lainnya dapat menyelenggarakan telekomunikasi khusus yang dipergunakan untuk kepentingan sendiri.

Lisensi untuk operator jaringan telekomunikasi sepenti jaringan telepon tetap atau telepon seluler, diberikan pemerintah melalui proses seleksi. Sedangkon ijin bagi operator jasa telekomunikasi, pemerintah akan membuat suatu prosedur untuk mendapatkan ijin dan akan memberikan pemberitahuan bagi operator yang mengajukan aplikasi dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
2002
T5563
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Purnawan
Abstrak :
Menghadapi persaingan dan perubahan lingkungan bisnis yang cepat diperlukan organisasi yang peka, tanggap dan cepat beradaptasi. Sifat-sifat organisasi ini terbentuk oleh budaya perusahaan yang berkembang dari perjalanan sejarahnya, yang tumbuh secara alamiah atau pun yang dikembangkan dari hasil rekayasa. Budaya perusahaan merupakan suatu _penjabaran nilai-nilai yang diberlakukan dalam suatu perusahaan (core value) yang diturunkan dari visi dan misi yang ditetapkan oleh manajemen. Budaya perusahaan pada perusahaan-perusahaan unggul sengaja dikembangkan dan diperlihara selama bertahun-tahun, bahkan tidak jarang banyak perusahaan mengadakan perombakan dan menggantinya menggantinya dengan budaya baru, sehingga selaras dengan tantangan dan perubahan lingkungan yang dihadapi. Berbagai cara diberlakukan oleh manajemen perusahaan untuk menumbuhkan budaya perusahaan, antara lain melalui pelatihan yang terprogram dan terstruktur, di mana dalam program tersebut disusun berbagai materi yang terkait dengan budaya perusahaan yang akan akan dintemalisasikan. Salah satu perusahaan di Indonesia yang telah menerapkan pelatihan untuk mengembangkan budaya perusahaannya adalah PT Telkomsel, melalui pelatihan Basic Telkomsel. Seluruh karyawan berkesempatan mengikuti pelatihan tersebut dan di dalamnya ditanamkan nilai-nilai perilaku Tiga Pilar Budaya Telkomsel, yang terdiri dari Customer Intimacy, Profesionalisme dan Teamwork. Masing-masing pilar budaya tersebut dijabarkan menjadi perilaku spesifik yang menjadi kompetensi dasar bagi karyawan Telkomsel dalam bekerja. Pasca pelatihan, karyawan Telkomsel diharapkan mampu menjiwai dan mengaplikasikan nilainilai budaya perusahannya. Melalui penelitian ini ingin diketahui, apakah pelatihan mampu menjadi sarana membangun budaya organisasi perusahaan secara efektif di PT Telkomsel dan alternatif-alternatif apa saja yang dapat mendukung terbentuknya budaya perusahaan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan tinjauan pustaka dan penarikan data melalui kuesioner, observasi dan wawancara. Data tersebut diolah dan dianalisis menggunakan perhitungan statistik inferensial berupa perhitungan frekuensi, prosentase, mean, t-test dan korelasi. Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh perilaku yang tercakup dalam kompetensi-kompetensi Tiga Pilar Budaya Telkomsel telah ditampilkan oleh sebagian besar karyawan dalam frekuensi yang cukup tinggi. Karyawan Telkomsel juga menganggap bahwa pelatihan berperan paling penting dalam pembentukan perilaku nilai budaya Telkomsel. Sedangkan hal-hal yang dipandang potensial menjadi kendala untuk mempertahankan perilaku nilai budaya Telkomsel secara urut dari yang paling dianggap menghambat adalah sikap dan perilaku atasan, sikap dan perilaku rekan kerja, kebijakan manajemen yang kurang mendukung, kurangnya sarana dan prasarana dan pelatihan yang dianggap masih kurang memadai bagi sebagian karyawan. Mengacu pada tingkatan evaluasi pelatihan dari Kirkpatrick (behavior level), kemunculan serta dipertahankannya perilaku hasil belajar merupakan indikasi keberhasilan sebuah pelati.han yang telah dijalankan. Dengan kata lain, terbentuknya serta ditampilkannya perilaku nilai budaya Telkomsel merupakan indikasi keberhasilan pelatihan Basic Telkomsel yang telah dijalankan selama ini. Manajemen Telkomsel dan khususnya Departemen Pengenibangan Sumber Daya Manusia menyadari bahwa masih ada kendala-kendala dan berupaya menekan sekecil hambatan yang mungkin timbul dalam pembentukan budaya perusahaan. Telkomsel perlu secara senus menangani hal-hal yang menghambat pengembangan perilaku nilai budaya Telkomsel terutama yang berpotensi menjadi besar dan mengganggu proses pertumbuhan budaya perusahaan yang sudah baik. Proses seleksi masuk karyawan sedapat mungkin menghasilkan kandidat yang memiliki sikap dan perilaku sesuai dengan perilaku nilai budaya Telkomsel. Proses promosi dan suksesi perlu diperketat, agar diperoleh calon manajer yang kapasitas dan kapabilitasnya teruji. Manjemen Telkomsel juga perlu untuk mempertimbangkan kelanjutan dan pengembangan program Basic Telkomsel. Materi program, metode pelatihan, metode evaluasi, tindak lanjut pelatihan dan monitoring, perlu dikaji secara berkesinambungan agar modifikasi program yang dilakukan tidak membuat pelatihan Basic Telkomsel mengarah pada hal-hal yang kontra produktif. Misalnya saja, membebani pelatihan Basic Telkomsel dengan muatan yang terlalu luas, ataupun ingin menjadikan pelatihan Basic Telkomsel sebagai "obat segala penyakit". Bagi mereka yang tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan, perlu dilakukan penelitian lebih mendalam tentang hubungan antara harapan karyawan terhadap nilai perilaku budaya Telkomsel yang ditampilkan para atasannya (Supervisor dan Manajer). Penelitian serupa juga dapat dilakukan pada kantor-kantor regional Telkomsel untuk mendapatkan gambaran dan perbandingan mengenai hal yang sama atau berbeda agar didapat gambaran yang lebih luas mengenai budaya perusahaan Telkomsel, dan dapat dilihat pula bagaimana pengaruh nilai-nilai budaya perusahaan tersebut terhadap jalannya organisasi selama ini. Perbaikan alat penelitian, baik dengan cara menambah item maupun membuat alat sendiri yang lebih menggambarkan perilaku nilai budaya Telkomsel, juga masih dimungkinkan.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T11619
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isio Libran Andy
Abstrak :
Pengeluaran untuk kesehatan bagi karyawan dan pensiunan berserta keluarganya di suatu perusahaan cenderung menunjukkan pergerakan kecenderungan biaya yang meningkat Utilisasi layanan kesehatan, kasus penyakit kronis dan kebijakan perusahaan tentang jaminan kesehatan diduga berhubungan dengan pengeluaran untuk kesehatan. Hal ini tergambarkan pada penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pengeluaran untuk kesehatan di Yayasan Kesehatan TELKOM area Jawa Barat periode 1999 s.d. 2003. Studi ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan pengeluaran untuk kesehatan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pengeluaran untuk kesehatan. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik. Populasi dan sampel adalah sejumlah atau semua kejadian perubahan pengeluaran untuk kesehatan per bulan selama lima tahun ( 1999-2003 ). Sampel diambil secara purposif berupa data deret berkala ( waktu ) dengan n=60. Unit analisisnya waktu (bulan) dengan data sekunder yang diambil dari dokumen pencatatan dan pelaporan YAKES TELKOM area Jawa Barat periode 1999-2003. Pengolahan data menggunakan analisis univariat, dan analisis bivariat yaitu uji korelasi ( Pearson & Spearman ), dan analisis multivariat yaitu regresi berganda; serta analisis trend yaitu metode ARIMA. Hasil penelitian menunjukkan dari 3 variabel utama terbagi lagi menjadi 21 sub variabel penelitian. Setelah melalui model multivariate hanya 8 variabel bebas yang menunjukkan berhubungan dengan pengeluaran untuk kesehatan ( R2=91,7% ); yaitu diurutkan sesuai dengan tingkat kekuatan pengaruhnya: (1) Jumlah rujukan ke dokter ahli;(2) Kunjungan kasus penyakit degeneratif ktonis; (3) Jumlah admisi peserta rawat inap per hak kelas perawatan ; (4) Jumlah kunjungan reimbursement; (5) Jumlah pemakaian ortho & prothese gigi; (6) Jumlah pemakaian kaca mata; ( 7) Jumlah pemakaian alat bantu dengar; ( 8) Jumlah pemakaian alat rehabilitasi anggota tubuh lainnya. Kecenderungan pengeluaran untuk kesehatan menunjukkan model trend linier meningkat. Hipotesis yang diajukan bahwa utilisasi layanan kesehatan & kunjungan kasus penyakit degeneratif kronis terbukti signifikan berhubungan dengan pengeluaran untuk kesehatan sesuai dengan teori. Disarankan bahwa sistem pendanaan kesehataan dan sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan harus menggunakan metode pengendalian biaya, pelayanan terpadu & manajemen kasus. Daftar Bacaan: 65 ( 1981 - 2004 )
Factors Related to Medical Expense in Health Foundation PT. TELKOM West Java Service Area, during 1999 until 2003Medical expense for employee, retired man and their families in company showed movement of cost trend increasingly. The utilization of medical services, chronic degenerative diseases cases and regulation about health facility were presumed related to medical expense. It's shown in the research of factors related to the medical expense in Health Foundation PT. TELKOM West Java Service Area, during 1999 until 2003. The research objective was to analyze trend and factors that presumed related to medical expense. The research was used a analytical descriptive study on sixty sample time series data. Population is all that happens changing of expense per a month during five years period 1999 - 2003. Sampling by purposive with analysis unit is time ( a month ). Data were used from register and reporting Health Foundation of PT. TELKOM West Java Service Area. Univariat analysis and Bivariat Analysis such as Correlation Test ( Pearson and Spearman ), Multivariat Analysis such as Multiple Regression, Trend Analysis such as ARIMA Method test were used. The result of research was shown from 3 independent variables which divided into 21 sub research predictors. After were processed with multivariate modeling only 8 predictors that showed related to medical expense (R2 = 91.7%); it's arranged by degree of determinant power are the following: (1) The referral rates; (2) The rates of chronic degenerative disease cases; (3) The rates of admission inpatient cases in first class; (4) The visit rates of reimbursement; (5) The rates of using orthodontia and teeth prothese.; (6) The rates of using sun glasses.; (7) The rates of using hearing aids.; (8) The rates of using prothese for the others bodies. The medical expense trend showed the increasing linier trend model. The hypothesis which had been made based on these concepts were not all supported in this study. The hypothesis which had been made in this research that the utilization of medical services and chronic degenerative diseases cases were evidence based significantly related to medical expense as with theoretical. It's suggested that health care financing and health care delivery of services have to use cost containment method; managed care and case management. Bibliography: 65 ( 1981 - 2004 )
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13152
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feber Netyantaka
Abstrak :
ABSTRAK
Dengan dukungan teknologi dan jaringan telekomunikasi yang memadai, lokasi bisnis yang sangat strategis, dan ditambah dengan proteksi regulasi berupa hak monopoli, Divisi Regional (Divre) II sebagai salah satu SBU Telkom mampu membukukan pendapatan operasi yang terus meningkat dan tahun 1995 hingga tahun 1999. Pada akhir tahun 1999 pendapatan operasi Divre II memberikan kontribusi sebesar 53% terhaclap total pendapatan operasi dan PT. Telkom secara keseluruhan.

Terbitnya UU No.5 Tahun 1999 mengenai larangan praktek monopoli dan UU No.36 Tahun 1999 yang mengatur kembali industri jasa telekomunikasi Indonesia, yang merupakan konsekuensi bagi Indonesia terhadap keterlibatan didalam berbagai kesepakatan multiateraI, akan menciptakan perubahan peta persaingan industri jasa telekomunikasi Indonesia. Mengantisipasi perubahan lingkungan usaha yang akan terjadi, maka pada tahun 1996 PT. Telkom telah mengimplementasikan Program T- 2001 yang merupakan grand strategi yang mencakup lima bidang penting, yaitu: bidang pengelolaan SDM, sistem inforrnasi, manajemen dan gaya bisnis, manajemen keuangan, dan jaringan pelayanan. Pada tingkat divisional, yaitu pada Divre II, program tersebut dijabarkan ke dalam 54 indikator WCO (world class operator) sebagai alat pengendali bagi kinerja Divre II. Namun sebagai alat pengendali kinerja, indikator WCO memiliki beberapa kelemahan, diantaranya tidak terlihat adanya hubungan dan keterkaitan Iangsung antara satu aspek dan aspek lainnya, serta pengukuran sasaran strategis dan tiap aspeknya tidak dibedakan antara hasil (outcomes) dan faktor-faktor sebagai pemicu kerja (performance driver) yang akan mempengaruhi hasil yang diharapkan.

Balanced scorecard merupakan salah satu aIternatif sebagal alat pengendali kinerja yang dapat mengatasi kekurangan yang ada pada indikator WCO. Dengan cara mengevaluasi kembali indikator WCO yang digabungkan dengan analisis industri, SWOT, key success factor, dan customer value proposition berdasarkan corporate strategy, maka dapat disusun balanced scorecard untuk Divre II yang mencakup empat aspek, yatu aspek finansial, pelanggan, proses bisnis internal dan aspek pertumbuhan dan pembelajaran. Keempat aspek tersebut membentuk tata hubungan sebab akibat dan bermuara pada aspek finansial berupa peningkatan return perusahaan.

Agar memiliki manfaat yang maksimal maka penyusunan balanced scorecard harus meliputi empat rencana strategik, yaitu penetapan sasaran strategik, ukuran strategik yang diperinci atas hasil dan pemicu kerja, penetapan strategic target, dan penetapan strategic initiatives. Karena keterbatasan data maka dalam penulisan ini hanya dibatasi pada penetapan sasaran strategik dan ukuran strategik.
2001
T5105
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafa Satustika
Abstrak :
ABSTRAK
Penyusunan laporan tahunan PT Telkom Indonesia Persero Tbk merupakan salah satu pekerjaan paling penting yang harus dilakukan perusahaan sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban perusahaan kepada shareholder dan stakeholder. Laporan tahunan perusahaan dapat menggambarkan tata kelola perusahaan, kualitas kinerja bisnis dan non bisnis perusahaan, yang dapat mempengaruhi penilaian para shareholder dan stakeholder yang kemudian dapat menentukan tingkat keberhasilan perusahaan dalam mencapai sasaran-sasaran organisasi. Sebagai sebuah konsekuensi, laporan tahunan yang disusun perusahaan harus memenuhi harapan-harapan shareholder dan stakeholder. Selain itu, laporan tahunan juga harus sesuai dengan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan SEOJK No. 30 tahun 2016 tentang Bentuk dan Isi Laporan Tahunan. Metode kualitatif digunakan dalam penyusunan laporan magang ini untuk menganalisis bagaimana proses penyusunan laporan tahunan PT Telkom Indonesia Persero Tbk dalam memenuhi ketentuan Surat Edaran tersebut. Hasil analisis telah menunjukkan bahwa komponen-komponen yang dimuat dalam laporan tahunan Telkom sudah sesuai dengan SEOJK No. 30 tahun 2016. Informasi dan materi yang disajikan dalam laporan tahunan Telkom sangat lengkap, valid dan akurat.
ABSTRACT
The annual report arrangement of PT Telkom Indonesia Persero Tbk is one of the most important task should be carried out by the company as accounting responsibility to shareholders and stakeholders. The annual report can explain corporate governance practices, business and non business performances that can influence valuations and decisions of shareholder and stakeholder and then it could has impact on success factors in achieving organization goals. As a consequence, annual report is arranged should fulfill shareholder and stakeholder expectations. In addition to that, the annual report should also be accorded with Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan SEOJK No. 30 tahun 2016 tentang Bentuk dan Isi Laporan Tahunan. The qualitative method is used to arrange this apprenticeship report in order to analyze how is the annual report process at PT Telkom Indonesia Persero Tbk in fulfilling that provision. The analysis results indicated that components contained in the annual report for period 2016 was accorded with SEOJK No. 30 tahun 2016. Information and material are composed in the annual report of Telkom for period 2016 are valid, complete, detail and accurate.
2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syaida Refianti Rahman
Abstrak :
Proyek DigiKnow yang berada di bawah naungan unit Telkom Corporate University, PT Telkom Indonesia Tbk bertujuan untuk menciptakan inovasi dalam pengembangan platform knowledge management tools baru bagi karyawan internal Telkom. Cukup berbeda dari pelaksanaan magang di tempat lainnya, proyek DigiKnow menyisihkan waktu satu bulan untuk kegiatan onboarding dengan setiap staf magang diberi kesempatan meningkatkan knowledge mereka melalui pembelajaran course dan kelas daring. Tidak hanya itu, selama masa onboarding pula para staf magang yang tergabung dalam tim DigiKnow didorong untuk melakukan knowledge sharing dalam berbagai kegiatan yang dirancang oleh para mentornya. Melalui metode observasi partisipan yang dilakukan oleh penulis dengan terlibat langsung dalam pelaksanaan proyek DigiKnow, selanjutnya makalah ilmiah ini akan berisi refleksi diri penulis mengenai penerapan knowledge sharing di antara anggota tim DigiKnow. Hasilnya ditemukan bahwa inovasi ide akan pengembangan platform dan berbagai solusi penyelesaian masalah dapat terbentuk melalui proses knowledge sharing yang dilakukan dalam tim DigiKnow, namun tidak semua anggota tim terlibat aktif dalam knowledge sharing tersebut. Kepercayaan diri akan knowledge yang dimiliki, relasi yang terjalin pada tiap individu, serta rasa kepemilikan atas proyek ini menjadi faktor dari beragamnya implementasi atas knowledge sharing yang diterapkan oleh para mentor proyek DigiKnow. Dengan demikian, mentor tidak dapat mengabaikan keberagaman tersebut dan semata-mata mengukur keberhasilan penerapan knowledge sharing hanya melalui hasil akhir dari inovasi yang dilakukan. ......The DigiKnow project under the auspices of the Telkom Corporate University unit, PT Telkom Indonesia Tbk aims to create innovation in the development of a new knowledge management tools platform for Telkom's internal employees. Quite different from the implementation of internships in other places, the DigiKnow project sets aside one month for onboarding activities where each intern is given the opportunity to improve their knowledge through learning courses and online classes. Not only that, during the onboarding period the interns who are members of the DigiKnow team are also encouraged to share knowledge in various activities that are designed by their mentors. Through the participant observation method by the author being directly involved in the implementation of the DigiKnow project, this scientific paper will contain the author's self-reflection regarding the application of knowledge sharing among DigiKnow team members. The results found that innovative ideas for platform development and various problem solving solutions can be formed through the knowledge sharing process carried out by the DigiKnow team, but not all team members are actively involved in the knowledge sharing. Self-confidence of their knowledge, the relationships that exist between each individual, and the sense of belonging of this project are factors in the various implementations of knowledge sharing implemented by the DigiKnow project mentors. Thus, mentors cannot ignore this diversity and measure the success of implementing knowledge sharing only through the end results of innovations that were carried out.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ketaren, Davina M.P.
Abstrak :
Sengketa konsumen dapat diselesaikan melalui dua cara, yaitu melalui pengadilan atau melalui penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Tesis ini mengangkat salah satu cara penyelesaian sengketa konsumen, yaitu dengan mediasi. Mediasi adalah penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang dibantu oleh mediator yaitu pihak ketiga yang netral untuk membantu memperoleh kesepakatan yang memuaskan para pihak. Hasil kesepakatan yang dicapai harus menguntungkan kedua belah pihak atau yang lebih dikenal dengan asas win win solution. Penelitian dilakukan di YLKI dengan menganalisis tiga kasus yang diselesaikan oleh YLKI melalui proses mediasi. Penelitian dilatar belakangi dengan timbulnya perselisihan antara PT Telkom dengan konsumen mengenai tagihan premium call yang tidak sesuai dengan pemakaian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peraturan hukum yang terkait dengan masing-masing kasus, hak dan kewajiban apa Baja yang dilanggar oleh para pihak, serta bagaimana perselisihan tersebut diselesaikan dengan cara mediasi. Penelitian menggunakan data sekunder guna meneliti fakta serta faktor yang berkaitan dengan obyek penelitian untuk menghasilkan kesimpulan evaluatif analitis. Setiap kasus yang diselesaikan mediator menghasilkan kesepakatan antara para pihak yang dilandasi peraturan yang terkait. Penyelesaian perselisihan premium call antara PT Telkom dan konsumen pada masing - masing kasus yang dilakukan melalui mediasi sudah tepat, dan menghasilkan kesepakatan yang saling menguntungkan bagi para pihak. ...... A dispute involving consumers can be settled through two means, that are the one involving the court and the one beyond the court. This thesis would like to expose one of the means mentioned, namely the mediation. Mediation is one among several means to settle a consumer's dispute, conducted beyond the court by using a mediator, defined as a neutral third party that will help to lead the confronting parties to reach a satisfying agreement. The agreement should benefit both confronting parties, the principle of which is renowned as the win-win solution principle. This research is conducted in YLKI by analyzing three cases that were settled through a mediation process. The background of this was a dispute happened between PT Telkom with the consumer concerning the premium call bill which was not in accordance with the real usage. This research is intended to identify the law regulations relevant to respective case, the rights and duties violated by respective party, as well as how mediation could be the mean to settle the dispute. The research is using a secondary data to scrutinize the facts and factors relevant to the research object in order to draw an evaluative-analytical conclusion. Each case settled by a mediator has managed to bring an agreement between the parties concerned and yet still based on the relevant law. The dispute settlement on the premium call between PT Telkom and its consumers in respective case processed through the mean of mediation can be considered as appropriate, and furthermore it has managed to make an agreement beneficial for the parties involved within.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2007
T19308
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Pratomo
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T24503
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirza Amadea
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai peranan Yayasan Pendidikan Telkom (YPT) dalam membangun telekomunikasi Indonesia. Sejarah perjalanan trasformasi sebuah perusahaan telekomunikasi pertama di Indonesia. Seiring dengan perkembangan dan kemajuannya, masalah pun hadir. Banyaknya keluhan masyarakat yang beredar di media pada masa itu, membuat direktur baru yakni Cacuk Sudarijanto cukup resah. Pada akhirnya beliau menemukan tiga masalah mendasar yang membuatnya ingin mengubah dan membuat perusahaan tersebut bangkit dari keterpurukkan untuk menjadi lebih modern. Salah satu fokusnya yakni tentang pengembangan sumber daya manusia dan juga perekrutan sumber daya manusia baru yang andal dan profesional dalam bidang teknologi informasi dan telekomunikasi. Pada akhirnya dengan dasar pemikiran beliau, dibangunlah Yayasan Pendidikan Telkom (YPT), yang dengan ini diharapkan dapat menjawab permasalahan yang terjadi. Skripsi ini diteliti menggunakan metode sejarah.
This thesis discusses the role of Telkom Education Foundation in building Indonesian telecommunication system. It begins with the history of the transformation journey of the first telecommunication company in Indoneisa. Along with its development and progress, problems occur. There where many public complaints circulating in the media at that time making the new president director, Cacuk Sudarijanto, could not stay still. In the end. He found three fundamental problems that made him wanted to change and made the company to rise and became more modern. One of the focuses that he highlights is the development of human resources in the ICT field. Lastly, Telkom Education Foundation was established. It is hoped that this development can answer the problems that happened.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridhwan Khalid Ibrahim
Abstrak :
Latar belakang dari penelitian ini adalah adanya kebijakan pemotongan Fair Usage Policy secara sepihak yang dilakukan oleh PT Telkom Indihome pada masa pandemi COVID - 19 khususnya di wilayah Depok, seperti yang kita ketahui PT Telkom Indihome merupakan salah satu BUMN besar yang ada di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk Menggambarkan adanya hubungan antara kualitas layanan PT.Telkom (Indihome) terhadap kepuasan pelanggan pada masa pandemi COVID-19 di wilayah Depok. Pedekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Pengumpulan data melalui kuisioner yang peneliti sebar menggunakan Google Form lewat media sosial seperti Whatsapp, Instagram, Twitter dan Line serta melakukan wawancara dengan beberapa pelanggan internet PT Telkom Indihome. Teori yang digunakan adalah Dimensi Kualitas pelayanan dan Dimensi Kepuasan Pelanggan. Hasil penelitian dari analisis dari Dimensi Kualitas Pelayanan dan Dimensi Kepuasan Pelanggan dapat dikatakan kurang baik, PT Telkom Indihome belum memberikan kualitas pelayanan yang baik sehingga kepuasan pelanggan dari provider tersebut mendapatkan hasil yang kurang baik. Hal tersebut didukung dengan hasil pengumpulan data responden, dalam teori Dimensi Kualitas pelayanan terdapat 5 dimensi akan tetapi 4 Dimensi mendapat hasil cukup buruk dan hanya 1 yang mendapat hasil cukup baik, sedangkan pada Teori Dimensi Kepuasan Pelanggan terbagi menjadi 3 dimensi, 2 diantaranya mendapat hasil cukup buruk dan 1 dimensi mendapat hasil buruk. ......The background of this research is the policy of cutting Fair Usage Policy unilaterally conducted by PT Telkom will Depend on the pandemic COVID - 19 particularly in the area of Depok, as we know PT Telkom Telkom is one of the large state-owned enterprises in Indonesia. This study aims to Describe the relationship between the quality of service PT.Telkom (Telkom) to the satisfaction of the customer at the time of a pandemic COVID-19 in the region of Depok. The approach of research is quantitative. The collection of data through questionnaires that researchers spread using a Google Form through social media such as Whatsapp, Instagram, Twitter and Line as well as do interviews with some of the internet customers of PT Telkom Telkom. The theory used is the Dimensions of service Quality Dimensions and Customer Satisfaction. The research results of the analysis of the Dimensions of Service Quality Dimensions and Customer Satisfaction can be said to be less good, PT Telkom Agrees not to provide good service quality so that customer satisfaction from the providers of such get results that are less good. This is supported by the results of the data collection the respondents, in the theory of Dimensions of service Quality there are 5 dimensional but 4-Dimensional got the results bad enough and the only 1 that gets quite good results, whereas in the Theory of Dimension of Customer Satisfaction is divided into 3 dimensions, 2 of them got the results bad enough and 1 dimension gets bad results.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>