Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ida N. Danakusuma
Abstrak :
Timbulnya kesulitan-kesulitan dalam mempelajari suatu bahasa asing seringkali disebabkan karena adanya perbedaan bahasa ibu dari bahasa asing tersebut, seperti halnya antara bahasa Rusia (BR) dan bahasa Indonesia (B1) yang secara tipologis maupun secara genealogis sangat berbeda. Salah satu perbedaan tersebut dapat dipelajari pada pronomina persona dari kedua bahasa tersebut. Meskipun pronomina persona sepintas nampaknya merupakan masalah yang sederhana, tetapi ternyata keberadaannya sangat penting. Untuk itu, dalam skripsi ini penulis tertarik untuk meneliti pronomina persona BR dan BI dengan menggunakan metode analisis komparatif yang ditinjau secara morfologis dun sintaksis. Secara morfologis, baik pronomina persona BR dan BI mempunyai tiga bentuk persona, yaitu persona pertama, persona kedua dan persona ketiga dimana masing-masing bentuk persona tersebut juga mempunyai bentuk tunggal dan jamak. Pronomina persona BR juga mengalami perubahan berdasarkan jenis, jumlah dan kasus sedangkan dalam pronomina persona BI dikenal adanya reduplikasi yang tidak terdapat dalam BR. Secara sintaksis, baik pronomina persona BR dan BI dapat berperan sebagai bagian atau anggota kalimat, baik sebagai subjek dan objek. Permutasi dalam BR dapat memberikan topikalisasi atau penekanan pronomina persona dalam suatu wacana tanpa mengubah fungsi dan artinya, sedangkan permutasi dalam BI akan menyebabkan perubahan fungsi dan pronomina persona. Preposisi dalam BR, jika dirangkaikan dengan pronomina persona, maka pronomina persona tersebut akan mengalami perubahan berdasarkan kasus sesuai dengan kasus yang dikuasai oleh preposisi tersebut. Sebaliknya preposisi dalam BI mempunyai bentuk klitik yang tidak terdapat dalam BR.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S14945
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fashihatul Lisaniyah
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji deiksis persona dengan berfokus pada analisis frekuensi kemunculan dan penggunaan maknanya. Data yang berupa novel yang berjudul Gadis Kretek memiliki penceritaan dari dua sudut pandang sehingga kajian deiksis sangat diperlukan. Penulis menggunakan metode penelitian campuran dengan model penelitian paralel konvergen (convergent parallel mixed method) (Creswell, 2019) dengan menghitung kemunculan deiksis menggunakan AntCont dan mendeskripsikan deiksis persona yang ada di dalam novel. Analisis dilakukan dengan empat tahap, yakni pemilihan data, analisis data, interpretasi data, dan validasi data. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 23 bentuk deiksis dari 6 jenis deiksis yang terdiri atas persona pertama tunggal seperti pronomina aku, saya; dan persona pertama jamak seperti pronomina kami, kita; persona kedua tunggal seperti pronomina kamu, engkau; dan persona kedua jamak seperti pronomina kalian; persona ketiga tunggal seperti pronomina dia, ia; dan persona ketiga jamak seperti pronomina mereka. Frekuensi kemunculan deiksis persona terbanyak terdapat pada persona ketiga tunggal dan persona pertama tunggal dengan konteks kemunculan referen yang beragam yang merujuk pada tokoh-tokoh di dalam teks novel maupun di luar novel. ......This study aims to examine person deixis by focusing on the analysis of the frequency its occurrence and meaning. The data was form of a novel entitled "Kretek Girl" which tells stories from two perspectives. Therefore, deixis studies are needed. The author uses a mixed research method with a convergent parallel mixed method (Creswell, 2019)by examining the occurrence of deixis using AntCont and describing the person deixis in the novel. The analysis was carried out in four stages, namely data selection, data analysis, data interpretation, and data validation. The results show that there are 23 forms of deixis out of 6 types of deixis consisting of the first person singular such as pronouns aku, saya; and the first person plural such as pronouns kami, kita; second person singular such as pronouns kamu, engkau; and the second person plural such as pronoun kalian; third person singular such as pronouns dia, ia; and third person plural such as pronoun mereka. The highest frequency found in the third persona singular and first persona singular in the context of the appearance of various referents that refer to the characters in the text of the novel and outside the novel.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
11-24-15265345
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Junaiyah H.M.
Abstrak :
ABSTRAK
Bahasa Lampung dipakai di Propinsi Lampung, Propinsi Sumatra Selatan, dan di desa Cikoneng, Anyer, Jawa Barat. Data jumlah penduduk berdasarkan bahasa ibu (Biro Pusat Statistik, 1990) tidak dapat menjelaskan dengan pasti berapa jumlah penutur bahasa Lampung karena bahasa itu tidak termasuk kelompok bahasa yang ditanyakan untuk mengetahui jumlah penduduk berdasarkan bahasa ibu. Namun, dari data itu, dapat diperkirakan bahwa jumlah penutur bahasa Lampung tidak mencapai 1.500.000 orang, seperti catatan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang didasarkan pada Language Atlas of the Pacific Area terbitan The Australian National University (1983). Untuk itu, mungkin terjadi penurunan jumlah penutur bahasa karena penutur bahasa Lampung beralih ke bahasa Indonesia (Walker, 1976:2) atau terjadi pencampuradukan pengertian antara jumlah penduduk dan jumlah penutur bahasa.

Bahasa Lampung terdiri atas dua dialek, yang oleh para peneliti terdahulu disebut dialek Nyo 'apa' atau dialek Api 'apa' (Van Roijen 1930), dialek O dan A (Hadikesuma 1988:15), atau dialek Abung dan dialek Pesisir (Walker 1976:1). Nama dialek Pesisir dan dialek Abung yang diberikan Walker sesuai dengan nama yang diberikan oleh penutur asli itu sendiri. Tidak ada penjelasan mengapa Van Roijen menyebut dialek Nyo dan Api, tetapi mungkin ia ingin menunjukkan jauhnya perbedaan kosakata di antara kedua dialek itu (karena untuk menyebutkan satu konsep, digunakan kata yang berbeda). Alasan Hadikesirma menyebut dialek O dan dialek A ialah karena kata yang berakhir dengan vokal /ol di dalam dialek 0 berkorelasi dengan kata yang berakhir dengan vokal /al di dalam dialek A.

Dialek Abung digunakan di (1) Kabupaten Lampung Utara, yaitu meliputi Kecamatan Kotabumi, Kecamatan Abung Besar, Kecamatan Abung Barat, Kecamatan Abung Timur, dan Kecamatan Abung Selatan; (2) Kabupaten Lampung Tengah, yang meliputi Kecamatan Sukadana, Kecamatan Gunung Balak, Kecamatan Gunung Sugih, Kecamatan Wai Jepara, Kecamatan Seputih Surabaya, Kecamatan Seputih Mataram, Kecamatan Terbanggi Besar, dan Kecamatan Padang Ram; (3) Kabupaten Lampung Selatan terdapat di dua buah desa, yaitu di desa Muara Putih, Negara Ratu, Kecamatan Natar; (4) Kotamadia Bandar Lampung, yaitu di desa Jagabaya, Gunung Agung, Gedung Meneng, Rajabasa, dan Labuhan Ratu.

Dialek Pesisir digunakan di (I) Kabupaten Lampung Tengah, yaitu di Kecamatan Labuhan Meringgai dan Kecamatan Jabung serta beberapa desa di Kecamatan Padang Ratu; (2) Kabupaten Lampung Utara, yaitu di Kecamatan Bahuga, Kecamatan Blambangan Umpu, Kecamatan Baradatu; (3) Kabupaten Lampung Barat; (4) Kabupaten Lampung Selatan; (5) Kotamadia Bandar Lampung; (6) Kabupaten Cogan Komering Ulu dan Kabupaten Cogan Komering Ilir, Kayu Agung, dan Danau Ranau di Sumatra Selatan; Berta (7) desa Cikoneng, Anyer, Jawa Barat (Hadikesuma, 1988:8--9).

Menurut Wetty (1992:2), penduduk Kecamatan Seputih Banyak, Kecamatan Seputih Raman, dan Kecamatan Raman Utara merupakan penutur dialek Abung. Saya tidak sependapat dengan Wetty sebab ketiga kecamatan itu justeru merupakan daerah permukiman transmigran asal Bali dan Jawa Timur, yang didatangkan pada tahun 1955--1963, dan ketiganya tidak berbatasan dengan desa penutur bahasa Lampung. Wetty juga tidak memasukkan Kecamatan Seputih Mataram dan Kecamatan Seputih Surabaya sebagai penutur dialek Abung, padahal kedua kecamatan itu memiliki sejumlah desa yang penduduknya merupakan penutur dialek Abung, misalnya desa Mataram Libo dan Terbanggi Libo (di Kecamatan Seputih Mataram) dan desa Surabaya Libo dan Buminabung Libo (di Kecamatan Seputih Surabaya).
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Masitha Iribaram
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu bahasa daerah di Provinsi Papua Barat dengan jumlah penutur yang sedikit, yaitu bahasa Onin. Bahasa Onin dituturkan oleh masyarakat yang tinggal di Semenanjung Bomberai sebelah utara dan barat laut, Kabupaten Fakfak. Seperti halnya bahasa-bahasa lain di dunia, bahasa Onin terdiri atas beberapa kelas kata. Salah satu di antaranya adalah pronomina. Tulisan ini menggunakan metode deskriptif dengan tiga tahapan, yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data. Penyediaan data tulisan ini menggunakan metode cakap dengan teknik pancing sebagai teknik dasar dan teknik cakap semuka serta teknik catat sebagai teknik lanjutan. Analisis data menggunakan metode distribusional. Ada tiga macam pronomina dalam bahasa Onin, yaitu (1) pronomina persona, (2) pronomina penunjuk, dan (3) pronomina penanya.
Ambon: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016
400 JIKKT 4:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Atin Fitriana
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan merumuskan perkembangan pronomina persona pertama bahasa Jawa yang terjadi dari abad ke-10 sampai abad ke-21 dengan mengidentifikasi tahap perkembangan, mekanisme perubahan, dan faktor yang mempengaruhi perkembangan pronomina persona pertama. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah gramatikalisasi yang mencakup parameter gramatikalisasi (Heine dan Song, 2011), mekanisme gramatikalisasi (Hopper dan Traugott, 2003), faktor pemicu perubahan (Hopper dan Traugott, 2003). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan tambahan data frekuensi pemakaian pronomina persona pertama. Sumber data pada penelitian ini adalah teks tulis berbentuk karya sastra yang mewakili pemakaian bahasa Jawa dari abad ke-10 sampai abad ke-21. Penelitian ini juga menggunakan peranti Antconc dan memanfaatkan fitur konkordansi dalam pengolahan dan analisisnya. Penelitian ini menghasilkan tahap perkembangan pronomina persona pertama yang berasal dari nomina dengan melibatkan mekanisme reanalisis dan analogi. Penelitian ini menunjukkan bahwa pronomina persona pertama bahasa Jawa memiliki tahap perkembangan yang berbeda antara satu bentuk dengan bentuk lainnya. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa parameter gramatikalisasi yang paling dominan dalam perkembangan pronomina persona bahasa Jawa adalah aspek sintaksis. Pada faktor pemicu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat faktor linguistik dan faktor non-linguistik yang memicu perkembangan. Akan tetapi, dari faktor-faktor tersebut terdapat faktor pemicu yang membedakannya dengan penelitian sebelumnya, yaitu faktor faktor filologis dan faktor bentuk teks. ......The aim of this study is to formulate the development of the Javanese first personal pronouns from the 10th century to the 21st century by identifying the stages of development, the mechanisms of change, and the factors which motivated the development of the first personal pronouns. This study uses grammaticalization parameters (Heine and Song, 2011), mechanisms of change (Hopper and Traugott, 2003), triggering factors for change (Hopper and Traugott, 2003). This study uses a qualitative method with additional data on the frequency of using the first personal pronoun. Data in this study are written literature from the 10th century to the 21st century. This study also uses the Antconc tool like the concordance feature in its processing and analysis. The result of this study is the developmental stage of the first personal pronouns derived from nouns involving reanalysis and analogy mechanisms. This study shows that the first personal pronouns of Javanese language have different stages of development from one form to another. This study also showed that the most dominant grammaticalization parameter in the development of personal pronouns in Javanese is the syntactic aspect. On trigger factors, the results of this study indicate that there are linguistic factors and non-linguistic factors that trigger development. However, from these factors, there are trigger factors that distinguish it from previous research, namely philological factors and text form factors.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henriette, Glory
Abstrak :
Tiap bahasa mempunyai sistem yang khas, yang tidak harus ada pada bahasa lain. BP dan BI, keduanya berasal dari rumpun bahasa yang berbeda, sehingga jelas sistem keduanya berbeda. Namun, apakah sama sekali tidak ada persamaan di antara keduanya Hal ini akan dilihat melalui studi kontrastif pronomina BP dan BI. Analisis dalam penulisan ini ditekankan pada realisasi dan posisi pronomina persona, dan metode yang digunakan adalah analisis kontrastif teoritis dan linguistik fungsional. Hasil analisis menunjukkan bahwa pronomina persona BP dan BI memiliki perbedaan sekaligus persamaan: Dari segi realisasi , kriteria kongruen dipenuhi oleh persona IV dan V yang tidak mengalami perubahan realisasi walaupun fungsi yang diduduki berubah. Dari segi posisinya dalam kalimat, kriteria kongruen dipenuhi oleh pronomina persona yang mendudukx fungsi: Subjek dan objek tak langsung pada kalimat deklaratif afirmatif dan negatif; Objek langsung, objek tak langsung dan datif, pada kalimat imperatif afirmatif; Objek tak langsung pada kalimat imperatif negatif. Penelitian ini membuktikan bahwa hampir semua pronomina persona BP mengalami modifikasi bentuk menurut fungsi yang diduduki. Berbeda dengan pronomina persona BI yang realisasinya tetap sama, walaupun fungsi yang diduduki berubah. Akhirnya, skripsi ini diharapkan dapat memberi masukan pada linguistik umum, terutama sintaksis dan pada linguistik terapan, khususnya pengajaran bahasa dan penerjemahan.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S14558
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lolong, Adee Diana
Abstrak :
Tujuan penulisan skripsi ini adalah menjabarkan padanan pronomina persona I jamak kami dan kita dalam bahasa Perancis. Data dikumpulkan dari beberapa buah roman dan cerita pendek berbahasa Indonesia beserta terjemahannya dalam bahasa Perancis.

Penelitian dilakukan dengan cara mencatat semua pronomina persona I jamak kami dan kita yang terdapat dalam teks berbahasa Indonesia, mencatat semua padanan kedua pronomina persona tersebut dalam teks berbahasa Perancis, la lu mengelompokkan padanan-padanan tersebut.

Dari analisis data diketahui bahua semua pronomina persona I jamak kami dan sebagian besar pronomina persona kita mendapat padanan pronomina persona nous dalam bahasa Perancis. Pronomina persona I jamak kita juga mendapat padanan lain, yaitu pronomina persona on, morfem gramatikal penanda persona I jamak ons, padanan zero, serta frase nominal. Padanan yang bermacam-macam itu muncul karena kita bermakna inklusif, sebagian terdapat dalam kalimat imperatif, serta penerjemah beberapa kali melakukan penerjemahan secara bebas,

Penerjemahan pronomina persona 1 jamak kami dan kita ke dalam bahasa Perancis ternyata mengakibatkan terjadinya beberapa macam pergeseran, yaitu pergeseran tataran, pergeseran struktur, pergeseran satuan serta pergeseran intrasistem.

Dari besarnya probabilitas padanan nous dalam teks berbahasa Perancis, dapat disimpulkan bahea pronomina persona tersebut merupakan padanan yang paling lazim dalam bahasa Perancis dari pronomina persona I jamak kami dan kita. Selain itu, nous juga bersifat polisemis, karena pronomina persona tersebut dapat mengalihkan makna eksklusif kami serta makna inklusif kita secara penuh.

Padanan pronomina persona I jamak kami dan kita yang bermacam-macam dalam bahasa Perancis menunjukkan bahua penerjemah berusaha menyampaikan pesan dengan sebaik-baiknya, yaitu dengan cara mempergunakan padanan-padanan yang lazim dalam Bsa.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S14496
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharatrie Teges Ken
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan analisis sosiolinguistik pada tataran sintaksis. Penelitian ini menganalisis penggunaan hen pronomina persona nonbiner di samping penggunaan pronomina persona ketiga tunggal lainnya secara sintaktis dan keberterimaan penggunaannya di masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat faktor sosial, dalam hal ini gender, terhadap perubahan bahasa sebagai akibat pembentukan identitas sosial sebuah kelompok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literasi, literasi yang diuji adalah artikel digital dengan bahasa pengantar bahasa Belanda yang menggunakan kata hen sebagai pronomina persona ketiga tunggal dalam rentang waktu 2016-2018. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa keberterimaan penggunaan hen sebagai pronomina persona nonbiner di ranah publik masih terbatas kepada kelompok LGBTQ+ itu sendiri. Upaya normalisasi penggunaan hen sebagai pronomina persona nonbiner terlihat dari penggunaan di laman pribadi dan penggunaan hen dalam artikel yang bertopik umum seperti sastra.
ABSTRACT
This research is a syntax and sociolinguistic analysis over the use of hen as non-binary personal pronoun in the Dutch language. This research analyses the use of hen side to side with the use of other third singular pronoun syntactic and semantically and the acceptance of the usage of hen in the society. The aims of this research are to see the effect of social factors, in this case gender, to language change and the shaping of a groups social identity. The method used is literature study. The literature examined are digital articles in Dutch that uses the word hen as third singular personal pronoun within 2016-2018. The result of this research shows that the acceptance of hen as nonbinary personal pronoun is limited to the LGBTQ+ community. The effort to normalize the use of hen in public can be seen by the usage of it in personal websites and articles with a more common topic such as literature.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK- pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Siti Maulidiya
Abstrak :
Kata aing adalah salah satu pronomina persona pertama tunggal dalam bahasa Sunda yang saat ini mulai digunakan dalam bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri perkembangan kata aing dalam bahasa Sunda dan menjelaskan penggunaannya dalam bahasa Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menjelaskan data secara deskriptif. Selain itu, penelitian ini juga berlandaskan kajian sosiolinguistik berupa variasi tingkat tutur. Data yang digunakan diambil dari naskah abad ke-16 berjudul Carita Parahyangan, naskah abad ke-18 berjudul Carita Waruga Guru, dan novel abad ke-20 berjudul Babalik Pikir sebagai data bahasa Sunda dan korpus deipzig Corpora Corporation (LCC) sebagai data bahasa Indonesia.  Hasil analisis menunjukkan bahwa kata aing pada naskah abad ke-16 digunakan pada empat variasi tingkat tutur, yaitu penutur kelas lebih tinggi kepada mitra tutur kelas lebih rendah, penutur kelas lebih rendah kepada mitra tutur kelas lebih tinggi, penutur dan mitra tutur dari kelas sosial yang sama, dan penutur kepada dirinya sendiri, pada naskah abad ke-18 kata aing digunakan pada dua variasi tingkat tutur, yaitu penutur kelas lebih tinggi kepada mitra tutur kelas lebih rendah dan penutur kepada dirinya sendiri, dan pada naskah abad ke-20 digunakan pada tiga variasi tingkat tutur, yaitu penutur kelas lebih tinggi kepada mitra tutur kelas lebih rendah, penutur dan mitra tutur dari kelas sosial yang sama, dan penutur kepada dirinya sendiri. Sementara itu, kata aing dalam bahasa Indonesia digunakan pada empat variasi tingkat tutur, yaitu penutur kelas lebih tinggi kepada mitra tutur kelas lebih rendah, penutur kelas lebih rendah kepada mitra tutur kelas lebih tinggi, penutur dan mitra tutur dari kelas sosial yang sama, dan penutur kepada dirinya sendiri. ......Aing is one of the first-person singular pronouns in the Sundanese language that is currently starting to be used in Indonesian. This research aims to trace the development of the word of aing in the Sundanese language and its usage in Indonesian. The study employs a qualitative method by describing the data descriptively. Additionally, it is grounded in sociolinguistic studies, focusing on variations in speech levels. The data used is extracted from 16th-century manuscripts titled Carita Parahyangan, 18th-century manuscripts titled Carita Waruga Guru, and a 20th-century novel titled Babalik Pikir as Sundanese language data. The Leipzig Corpora Corporation (LCC) corpus is used as Indonesian language data. The analysis results indicate that the word of aing in 16th-century manuscripts is used in four variations of speech levels: speakers of higher classes to lower-class interlocutors, speakers of lower classes to higher-class interlocutors, speakers and interlocutors from the same social class, and speakers referring to themselves, in 18th-century manuscripts, the word of aing is used in two variations: speakers of higher classes to lower-class interlocutors and speakers referring to themselves, and in 20th-century manuscripts, aing is used in three variations: speakers of higher classes to lower-class interlocutors, speakers and interlocutors from the same social class, and speakers referring to themselves. Meanwhile, the word of aing in Indonesian is used in four variations of speech levels: speakers of higher classes to lower-class interlocutors, speakers of lower classes to higher-class interlocutors, speakers and interlocutors from the same social class, and speakers referring to themselves.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Atin Fitriana
Abstrak :
Skripsi ini membahas variasi pronomina persona Bahasa Jawa Kuna, bentuk pronomina persona, serta perilaku dalam tataran frase dan klausa. Pertama-tama penulis mengumpulkan data berupa pronomina persona yang ada pada teks  diparwa. Penulis juga mengumpulkan buku referensi yang membahas pronomina persona Bahasa Jawa Kuna. Temuan pronomina persona yang ada pada teks  diparwa kemudian dibahas menggunakan teori sintaksis dan ditunjang oleh buku-buku yang membahas pronomina persona Bahasa Jawa Kuna. Hasilnya menunjukkan bahwa variasi pronomina persona terjadi karena banyaknya nomina yang digunakan sebagai pronomina persona. Berdasarkan bentuknya pronomina persona Bahasa Jawa Kuna terbagi atas bentuk bebas dan bentuk terikat. Dalam tataran frase pronomina persona Bahasa Jawa Kuna dapat membentuk frase endosentris dan eksosentris. Dalam tataran klausa pronomina persona Bahasa Jawa Kuna dapat menduduki fungsi subjek, objek, dan pelengkap. ......This thesis discusses the variation of personal pronouns in Old Javanese language, forms of personal pronouns, and behavior in the phrase level and clause. First of all, the authors collected data of any personal pronouns in the  diparwa text. The author also collected literature which discusses of personal pronouns in Old Javanese language. The findings of personal pronouns in the  diparwa text then discussed using the theories of syntax and supported by the books that discuss personal pronouns in Old Javanese language. The results show that many of variation because the personal pronouns using nouns as personal pronouns. Based on the form, personal pronouns of Old Javanese language are divided over free forms and bound forms. In the phrase level, personal pronouns of Old Javanese language can established exocentric phrase and endocentric phrase. In the clause level, personal pronouns in Old Javanese language can occupy the functions of subject, object, and complement.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42299
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library