Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Oxford: Oxford University Press, 2005
362.1 MET
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Enizarti
"Mulai luhun 2006 Departemen Kesehatan mengalokasikan dana dekonsentrasi: Kabupatcn/Kota untuk menunjang program upaya kesehatan masyarakat, yang salah saw diantaranya adalah pelayanan kesehatan ibu. Sebenamya tahun 2004 dan 20055 jugu suduh ada dana APBN namun namanya bukan dckonsemrasi. Sejauh ini belum ada penelitian khusus tentang dampak pengalokasian dana dckonsentrasi tersebut terhadap peningkatan kinerja program kesehatan ibu. Atazr dasar ini pcnulis tertarik untuk mclakukan penelitian sejauhmana kontribusi dana dckonsenlrasi ini membcrikan dampak terhadap peningkatan kincrja program keschatan ibu. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan crosecsional untuk melihat gambaran pembiayaan kesehatan ibu di Kabupaten/Kota sc Jawa Barat tahun 2006~2006, sclain itu dalam pcnclitian ini juga akan dilihat hubungan antara peningkatan besarau anggaran dengan kincrja program kesehatan ibu. Setelah dilakukan penelilian didapalkan hasil sebagai berikul ada Liga macam sumber anggaran keschatan ibu di Kabupaten/Kota yailu APBN, APBD Propinsi dan APBD Kabupatcn/Kota. Kinerja program kcsehatan ibu (cakupan Kl,K4 dan Linakes) antara tahun 2005 dan tahun 2006 bervariasi, Cakupan K1 meningkat di 13 Kabupatcn/Kota dan mcnurun I2 Kabupaten/Kota Untuk cakupan kunjungan lengkap ibu hamil (K4) ada li! Kabupatcn/Kota yang meningkat dan I3 Kabupaten/Kota yang mcnurun. Bcgitupun untuk cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan ada 17 Kabupaten/Kota yang meningkat dan 8 Kabupaten/Kota yang menurun. Pengalokasian dana dekonsentrasi temyata mempengaruhi kebijakan pcngalokasian anggamn untuk kesehatan oleh pemcrintah Kabupaten/Kota, ada upaya untuk...

Since 2006. Ministry of Health (MOH) is allocating deconcentration linance into Regency/City to subsidy public health elTort program. Which one of it is mother health program. So far, there is no specific research concerning those deconcentration finance allocation impact toward performance improvement of mother health program../\ctually since 2004 and 2005 was budgeting APBN, but however deconcentration yet.bjkb. After conducted research obtained result such as; three kind of mother health budgeting source in Regency/City, which are APBN, Province APBD and Regency/City APBD. Perfomiance of mother health program (coverage of Kl, K4 and Linakes) in 2005-2006 was varying, for 2005 K1 coverage or Pregnancies Mother Complete visitation (K4) there are 12 Regency/City increased and I3 Regency/Town decreased, even also give birth coverage by health employees have I7 Regency/T own increased and 8 Rcgcncyf I` own decreased. This research make kuantitative mctode and croscectional design to see budgeting vigure mother health program and that relation with coverage of of Ki, K4 and Linakes. Deconcentration linance allocation actually affecting budgeting allocation for health by government of Regency/T own, there are effort to decrease budgeting allocation for health APBD Regency/Town sourced, proved 17 Regency/T own decreasing budget allocation for health alter deconcentration finance arrived in 2006. Impact of deeoncentration finance allocation toward entire performance improvement of mother health program (coverage of Ki, K4 and Linakes) before giving maximal impact proved fiom program coverage that not increased entirely and from statistic test result proved there is no relation between improvement of mother health budgeting allocation sourced from APBN/Deconcentration with program coverage improvement. In order to make health budgeting more effectively as increasing level of public health and especially mother, it is better direct deconcentration budgeting to Regency/T own that actually has limited APBD."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34506
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uswatun Hasanah Sriyadi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi program kesehatan dan olahraga pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkup kerja Pemerintah Kota Depok tahun 2015 dengan melakukan analisis pada penggunaan input dan proses sehinggadapat mempengaruhi pencapaian target program kesehatan dan olahraga. Desain penelitian ini menggunakan metode kualitatif Penelitian dilakukan dengan melihat komponen input (peraturan, sumber daya manusia, sumber daya keuangan, danfasilitas) dan proses manajerial (perencanaan, pengorganisasian pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi) dalam pelaksaan program. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam kepada stakeholder, pelaksana, dan peserta. Selain itu, data juga dikumpulkan melalui telaah dokumen terhadap dokumen-dokumen program Temuan dari penelitian ini adalah dari sisi input belum ada peraturan daerah yang menjadi dasar pelaksanaan program dan belum tersedia anggaran untuk media promosi program.

This study aims to evaluate health and sports programs for Civil Servants (PNS) in the Depok City Government's work area in 2015 by conducting an analysis of the use of inputs and processes so that they can affect the achievement of health and sports program targets. The design of this study uses qualitative methods The research was conducted by looking at the input components (regulations, human resources, financial resources, and facilities) and managerial processes (planning, organizing implementation, control, and evaluation) in implementing the program. Data is collected through in-depth interviews with stakeholders, implementers, and participants. In addition, data is also collected through document review of program documents. The findings of this study are that from the input side there are no regional regulations that are the basis for implementing the program and there is no available budget for media promotion programs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S66899
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Novidas Jayanti
"Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah memiliki berbagai masalah dart keterbatasan antara. lain menyangkut SDM perencana, S1K, dan dana. Belum adanya dana yang khusus dialokasikan untuk membiayai proses perencanaan dan penganggaran merupakan salah satu masalah yang penting diperhatikan. oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan melakukan analisis biaya menggunakan konsep Activity Based Costing (ABC) terhadap proses perencanaan dan penganggaran program kesehatan tahunan Dimas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah serta menganalisis berbagai faktor yang mempengaruhinya dan hambatan masalah yang dihadapinya.
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus, dengan pendekatan deskriptif menggunakan metode kualitatif. Melalui vvawancara. mendalam, Focus Group Discussion (FGD), telaah dokurnen danobservasi langsung. Seluruh tahapan aktivitas pereneanaan, mulai dari analisis situasi, identifikasi masalah, penetapan prioritas masalah, penetapan tujuan„ penentuan altematif pemeeahan masalah, penyusunan Reneana Operasional Proyek/Program (ROP), pengerjaan RICA—KL dan RKA—SKPD, asistensi, Koreksi dan revisi serta finalisa.si dokumen perencanaan dan penganggaran sarnpai penyu.sunan draft DIPA dan DPA Dinas Kesehatan Tahun 2007. walaupun implementasinya, tidak selalu dilakukan seeara berumtan atau terpisah tahap demi tahapnya. Beberapa aspek yang mempengaruhi perencanaan dan penganggaran adalah ketersediaan, kecukupan dan kesesu.aian serta kelengkapan berbagai sumber daya, seperti SDM perencana, saran; waktu, dana, jadwal, juklak, Kebijakan OTDA yang mendukung, Sistem Informasi Kesehatan (SIK) dan standar harga satuan barangijasa.
Kegiatan perencanaan dan penganggaran selanria ini, merupakan bagian dari Prograrn Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan (PICMPK). Alokasi dana tahun anggaran 2007 sebesar Rp. 6.706.789.494,- terdiri dari Rp. 5.166.347.000,- APBN dan Rp. 1.540.442.494,-. APBD. Hasil perhitungan dan analisis biaya yang dilakukan temyata diperoleh biaya total proses perencanaan dan penganggaran Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah sebesar Rp. 259.794.844,- yang keseluruhannya merupakan biaya operasional kegiatan per tahapan aktivitas tersebut.
Permasalahan dan hambatan yang dihadapi dalam proses perencanaan dan penganggaran adalah 1)sektor kesehatan belurn menjadi prioritas 2)Belum optimalnya S1K, 3)belum adanya SK Kadis tentang SDM perencanaitim penyusun dokumen perencanaan dan penganggaran dinas. 4)Da.ftar harga satuan barangijasa belum sepenuhnya dimanfaatkan sebagai acuan.5) Belum adanya Juklak perencanaan clan penganggaran, 6)belum semua personil yang terlibat proses perencanaan dan penganggaran belum teriatih secara tehnis maupun. manajerial. 7)Koordinasi Lintas Program (LP) belum optimal. 8) Perencanaan & penganggaran yang dilakukan selama ini belum terpadu, terpisah antara perencanaan APBN dengan APBD. Begitu pula dengan tenaga perencananya. APBN oleh Seksi Penyusunan Program sedangkan APBD oleg Subag Keuangan. 9)Belum adanya dana yan khusus dialokasikan untuk aktivitas perencanaan clan penganggaran. 10)Belum adanya risetistudi sejenisnya mengenai analisis biaya programikegiatan untuk acuaniperbandingan kearah perbaikan. 11)Masalah yang sifatnya spesifik lokal yakni seringkali terjadi pemadarnan lampu oleh PLN.
Penelitian ini menyimpulkan perlu dilakukan berbagai upaya dan penataan sena pembenahan baik secara temis maupun manajerial dala.m proses perencanaan dan penganggaran. Upaya sosialisasi dan advokasi yang lebih intensif kepada stakeholder/decision maker setempat juga masih perlu ditingkatkan.

Central Sulawesi Provincial Health Office, have many problems and scarcity of many aspect like planning officer, SIK and budget. Have not budget allocaction for the planning and budgeting process. This study aim to conduct a special cost analysis for the process of health planning and budget by using Activity Based Costing (ABC) concept. This study is a qualitative design, researcher used a framework system which covered input, process and output to analyze various aspect which related to planning and budget process.
Public Health Service in the Central Sulawesi Province has conducted all planning activities steps, starting from situation analysis, identify problem, decision of problem priority, decision of aim, determination of trouble-shooting alternative, arrangement of Project Operational Planning. (ROP), Making of RICA - ICL and RICA - SKPD, assistance, correction and revision, final document of planning and budget until draft arrangement of DIPA and DPA at Public Health Service in 2007. Although their implementation are not always conducted alternately or separated step by step. Some aspects which affected to planning and budget at Public Health Service in the province of Sulawesi Tengah is availability, sufficiency, compatible and also the equipment of various resources, such as Human Resources Development planner, medium, timing, fund, schedule, implementation guide (Juklak), supported decentralisation policy, Health Information System (5I1C) and standard price of service unit.
Available planning and budget activity is part of Policy Program and Health Development Management at Public Health Service. Available fund allocation in this program is destined for some Subdin, department, section and sub section at Public Health Service in the province of Sulawesi Tengah. Fund allocation of this prograrne in 2007 are 6.706.789.494,- rupiahs which consist of 5.166.347.000,- rupiahs from APBN and 1.540.442.494,- rupiahs from province APB1). From calculation result and cost analysis which has conducted was obtained total cost of planning and budget process at Public Health Service in the province of Sulawesi Tengah are 259.794.844,- rupiahs which all of them are operational cost in every activities steps.
Problems and resistances which are faced on planning and budget process such as: 1) Health sector does not become a priority yet concerning a local OTDA policy, because Kamtibrnas is more important aspect. 2) SIK is not optimal yet, 3) There is no SK ICadis concerning Human Resources Development of planner or compiler team of planning and budget document at Health Service. 4) Price list of material or service unit is not fully exploited as reference yet 5) There is no Juklak of planning and budget, 6) All personals who concerned on planning and budget process are not trained yet both technically and managerial. 7) Program pass coordination (LP) is not optimal yet. 8) Planning and budget which conducted are not solid yet, separated between APBN and APBD planning and also their planner. APBN is arranged by section of program arrangement while APBD is arranged by sub department of financial. 9) There are no funds which are allocated especially for planning and budget activity. 10) There is no study which concerns on cost analysis program or activity for reference on repair. 11) Local problems specifically are often happen extinction of electric by PLN.
This study concluded that it was important to be conducted various effort and administration and also correction both technique and managerial on planning and budget process at Public Health Service in the province of Sulawesi Tengah. Socialization effort and more intensive advocation to stakeholder or decision maker is also improved.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34330
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zoelkarnaen Noerdin
"Diberlakukannya otonomi daerah sebagai implementasi Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 berdampak pada makin bertambahnya kewenangan Kabupaten/Kota termasuk Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Kabupaten Musi Rawas yang sebelum ini titik berat kegiatannya hanya sebagai pelaksana program yang diarahkan dari Dinas Kesehatan Propinsi/Kanwil Departemen Kesehatan Propinsi/Departemen Kesehatan RI.
Dalam era desentralisasi ini peranan Dinas Kesehatan Kabupaten dalam pelaksanaan wasdal juga akan semakin besar, termasuk kegiatan wasdal di tingkat Kecamatan (Puskesmas). Selama ini fungsi wasdal ke Puskesmas bersifat individual program dan berorientasi pada proyek.
Untuk maksud tersebut melalui studi kasus bagi pengembangan sistem yang pengambilan datanya dilakukan secara cross sectional telah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang rancangan pengawasan dan pengendalian yang baik dan sesuai standar.
Sebagai sampel penelitian ini adalah Pimpinan Puskesmas Pengelola Program di Puskesmas dan staf Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan sebagai petugas yang telah melakukan kegiatan bimbingan teknis program. Data dikumpulkan dengan cara wawancara mendalam dan focus group discussion yang selanjutnya dianalisis atas dasar tematiknya.
Dengan dihasilkannya rancangan sistem wasdal yang mempunyai tiga tipe yaitu wasdal pendahuluan, pelaksanaan dan evaluasi dapat menjawab tuntutan akan perlunya suatu sistem yang tepat agar tertib administrasi dan akuntabilitas pelaksanaan program oleh Puskesmas dapat berlangsung baik. Rancangan sistem wasdal ini harus ditindaklanjuti dengan membentuk organisasi fungsional, rencana kegiatan operasional dan perlunya disosialisasikan kepada seluruh staf Dinkesra dan Puskesmas se-Kabupaten Musi Rawas sehingga diharapkan kegiatan wasdal efektif dimulai tahun 2002.

Design of Controlling and Supervision System of Health Office and Welfare in Implementation of Health Program Decentralization at the Sub-District Level/Comunity Health Center with Case Study in Musi Rawas RegencyThe enactment of regional autonomy as implementation of Law No. 22, Year 1999 and Law No. 25, Year 1999 has the impact on the increasing authority of Regency/ City including the Health and Welfare Office of Musi Rawas Regency, in which the focus of its activities was only as implementer of the program directed by the Province Health Office/Regional Office of Province Health Department/ the Health Department of the Republic of Indonesia.
During this decentralization era the role of Regency Health Office in the implementation of control and supervision also will be more significant, including controlling and supervision activities in Sub-District level (Community Health Center). Until now the control and supervision function towards the Community Health Center is only for individual program and project oriented. For that purpose, through a case study for development of the system in which the data collection is done with cross-sectional method to obtain description regarding a proper design of controlling and supervision according to standard.
Sample of this research is Head of Community Health Centers and staff of Health Office as personnel that have performed the program technical guidance activities. The data is collected with in-depth interview and focus group discussion that is further analyzed thematically.
Having realized the controlling and supervision design that have three types namely introduction, implementation and evaluation, it may response the demand for a good administration system and accountability of the program implementation by the Community Health Center will take place a proper manner. The design of controlling and supervision system must be followed-up by establishing functional organization, operational activities plan, and socialization to all staff of Office of People Welfare and Community Health Centers all over Musi Rawas Regency, that it is expected that controlling and supervision activities will be effective from the year 2002 on.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T5043
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
S. Mariana Suyaka
"Sistem pencatatan pelaporan puskesmas dengan komputerisasi yang akan dikembangkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia, pada saat ini sedang dalam taraf uji coba pada 8 daerah panduan yang tersebar pada 8 propinsi di seluruh Indonesia. Di Kantor Departemen Kesehatan Jakarta Pusat yang sejak 1 Januari 1986 merupakan salah satu dari 8 daerah panduan tersebut, selama periode tahun 1987 masih banyak terdapat kesalahan dalam pengisian kode formulir dan pengisian formulir yang tidak lengkap. Selain itu menurut data absensi pada periode tahun tersebut tercatat tiap triwulan masih terdapat 14,7-21,4 % dari jumlah formulir yang tidak dikirim, sedangkan formulir laporan yang terlambat dikirim sampai mencapai 42,9 % setiap bulan .
Dengan asumsi bahwa dana, sarana dan metode sama di tiap Puskesmas, di wi1ayah Jakarta Pusat dilakukan penelitian untuk mengungkap apakah ada hubungan antara Kepemimpinan (koordinasi , komunikasi, motivasi, dan supervisi) Kepala Puskesmas serta pengetahuan dan sikap petugas dengan cakupan dan mutu data.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji coba sebelumnya. Dengan bantuan analisis statistik yaitu uji Chi-kuadrat dan uji korelasi dapat ditarik kesimpulan bahwa dari keempat variabel yang di pakai untuk kepemimpinan Kepala Puskesmas, hanya variabel supervisi dan pemberian sangsi (reward negatif) yang berhubungan bermakna dengan cakupan dan mutu data.
Untuk petugas pencatat pelaporan (PP) dan petugas pelayanan kesehatan (YK), hanya di dapat variabel sikap dari petugas. PP yang berhubungan bermakna, sedangkan variabel sikap dari petugas YK dan variabel pengetahuan dari kedua kelompok petugas tidak bisa dibuktikan berhubungan bermakna dengan cakupan dan mutu data, Hasil lain yang di dapat dari penelitian ini yaitu kenyataan bahwa cakupan dan mutu data pencatatan pelaporan di wilayah Jakarta Pusat masih belum sempurna.
Dari hasil penelitian ini dapat di sarankan agar diadakan penataran Kepemimpinan Puskesmas, pembuatan jadwal dan pelaksanaan supervisi yang teratur karena cara ini terbukti dapat meningkatkan cakupan dan mutu data. Selain itu diadakan umpan balik secara teratur dan terarah agar para petugas PP maupun YK mempunyai sikap yang mendukung lancarnya pencatatan dan pelaporan, hingga pada akhirnya tidak diperlukan lagi motivasia yang berbentuk reward negatif. Di lakukan penelitian lanjutan yang mencakup sampel yang lebih besar untuk menghindari bias pada hipotesa yang tidak terbukti."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Daveny Soufyan
"The International Agency for Research on Cancer (IARC) estimates that in year 2020 the rate of new cancer cases will increase up to 300% to an estimated 27 million people with 17 million estimated to die. At that time, there will be approximately 75 million people in the world who suffer from cancer where 70% of the cancer patients will be from developing countries. With the increasing amount of cancer patients throughout the world, the usage of radiotherapy will also increase. In reality, although the process has been very tightly controlled and supervised, accidents caused by an overdose of radiation exposure still occurs. From a number of radiation accidents, it has been found that the cause is not only due to technical factors, but that planning and administration also plays a role. This factor will be magnified with the increasing work load the radiotherapy operators have to handle with the total patients exceeding the capacity of the available equipment.
The purpose of this research is to develop a work health and safety program at XYZ hospital, not only for the safety of the radiation technicians (occupational exposure) and public safety (public exposure) but also and especially for the patients safety (medical exposure). The development of the program is done by identifying all the dangers as well as conducting a risk analysis on each step of the process of providing radiotherapy services. To get an overall picture of the implementation of the health management and safety system, the evaluation is made against the OHSAS 1800:2007 and the IAEA Safety Requirement GS-R-3.
Based on the risk analysis and the "gap" analysis with OHSAS 18002:2007 and the IAEA GS-R-3, to reduce the risks identified, the risk management recommendations made are more for the procedural management as well as the continuous development of the manpower competency.

Berdasarkan estimasi dari International Agancy for Research on Cancer (IARC) diperkirakan pada tahun 2020, kasus baru penyakit kanker akan meningkat hingga mencapai 300% yaitu sekitar 27 juta penderita dengan jumlah kematian sekitar 17 juta jiwa. Pada saat itu didunia akan terdapat sekitar 75 juta orang yang menderita penyakit kanker dimana 70 % dari penderita kanker tersebut akan terjadi dinegara yang sedang berkembang. Dengan meningkatnya jumlah penderita kanker diseluruh dunia maka jumlah pemanfaatan terapi radiasi juga semakin meningkat. Tapi kenyataannya, walaupun pengendalian dan pengawasan telah dilakukan dengan sangat ketat, kecelakaan yang disebabkan oleh paparan radiasi disebabkan dosis yang berlebih terhadap pasien masih tetap saja terjadi. Dari beberapa kasus kecelakaan radiasi, faktor penyebabnya tidak saja desebabkan oleh faktor teknis, faktor perencanaan maupun administrasi juga mempunyai peran. Faktor ini akan bertambah lagi dengan beban kerja operator radioterapi dalam menangani pasien yang jumlahnya melebihi kapasitas peralatan yang ada.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan suatu program kesehatan dan keselamatan kerja di RS XYZ tidak saja untuk keselamatan pekerja radiasi (occupational exposure), keselamatan publik (public exposure) tetapi juga yang terutama untuk keselamatan pasien (medical exposure). Pengembangan program tadi dilakukan dengan mengidentifikasi seluruh bahaya yang ada dalam proses pelayanan radioterapi beserta kajian risiko untuk mengetahui level bahaya dari setiap tahap kegiatan. Evaluasi sistem yang ada juga dilakukan terhadap standar OHSAS 18001:2007 maupun IAEA Safety Requirement GS-R-3 untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh dari penerapan sistem manajemen kehatan dan keselamatan kerja.
Dari hasil analisa Risiko dan hasil evaluasi OHSAS 18001:2007 dan Standard IAEA GS-3-R, dalam hal mengurangi risiko radiasi yang telah diidentifikasi, maka usulan pengendalian risiko lebih banyak diusulkan pada pengendalian secara prosedural disertai pengembangan kompetensi sumber daya manusia secara terus menerus."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T41323
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Solha Elrifda
"Kematian ibu yang tinggi di Indonesia dapat dicegah antara lain dengan pelayanan antenatal adekuat dan proses persalinan yang aman. Fakta menunjukkan belum semua ibu hamil dan bersalin mendapatkan pelayanan optimal, walaupun pencatatan dan pelaporan pemerintah menunjukkan capaian yang hampir memenuhi target. Hal ini merupakan cerminan kinerja institusi penyelenggara pelayanan kesehatan ibu (dalam hal ini puskesmas). Penelitian ini bertujuan mengetahui pemodelan multilevel determinan kinerja program kesehatan ibu (capaian indikator K4 dan PN) pada tingkat puskesmas di Indonesia, dan opsi kebijakan yang dapat diterapkan sebagai upaya meningkatkan capaian program tersebut. Penelitian ini menggunakan metoda kombinasi, cross-sectional pada tahap pengembangan model konfirmatif, dan kualitatif-explanatory pada tahap eksplorasi masalah. Sampel berjumlah 2002 ibu batita, diperoleh dari data sekunder hasil Studi Analisis Capaian Indikator Renstra Program Gizi dan KIA 2012 di 8 provinsi, 16 kabupaten/kota, 64 puskesmas, 128 desa terpilih di Indonesia. Selain itu juga digunakan data set puskesmas dan desa. Informan pada tahap dua adalah pemangku kepentingan terkait program kesehatan ibu baik di tingkat puskesmas, kabupaten/kota, maupun tingkat pusat. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa kepuasan ibu terhadap pelayanan antenatal sebelumnya mempunyai kontribusi paling besar terhadap kinerja K4, sementara perencanaan mempunyai kontribusi paling besar pada kinerja PN, dan kemampuan sistem informasi berkontribusi paling besar terhadap kinerja PNfaskes, setelah dikontrol variabel lainnya. Oleh karena itu perlu menjadi perhatian serius oleh jajaran Kementerian Kesehatan RI dan pemangku kepentingan lainnya. Disarankan kepada Kementerian Kesehatan RI, dinas kesehatan kabupaten/kota, dan puskesmas untuk melakukan intensifikasi promosi kesehatan, menjadikan upaya fokus pada pelanggan sebagai upaya kesehatan masyarakat pengembangan di puskesmas, pemenuhan kebutuhan tenaga dan sarana pelayanan antenatal dan persalinan di daerah terpencil, meningkatkan kapasitas perencanaan dan penguatan kemampuan sistem informasi program kesehatan ibu.

Maternal deaths can be prevented with adequate antenatal and delivery care. Evidence suggests that not all women received optimal services during her pregnancy and delivery, although based on recording and reporting system, its shows that government achieved the performance’s targets. This is a reflection of the health care provider performance (in this case is Puskesmas/ health center). The study aimed to seek a multilevel model of maternal health program performance determinants (performance indicators K4 and PN) at the primary care level in Indonesia, and the policy options that can be implemented as an effort to improve the performance of the program. The study used Mix Methods with cross sectional design; a quantitative approach was used to develop confirmatory model, and qualitative exploratory (to explore the problems). The sample was obtained from secondary data from “Indicators Achievement of Program Nutrition and MCH Strategic Plan 2012 in 8 provinces” survey, which has 2002 toddler's mother as a sample from 16 districts/cities, 64 health centers, and 128 selected villages in Indonesia. The analysis also includes dataset from Puskesmas and villages. Informant for qualitative study was from relevant stakeholders of maternal health programs both at the health centers, district/city, as well as the central level. The results showed that satisfaction on previous antenatal care have contributed most to the performance of K4, while planning has contributed most to the performance of PN, and the ability of information systems contribute most to the performance of PN-faskes, after controlling other variables. Recommendation for Ministry of Health, District Health Office, and Puskesmas is to intensify health promotion, focus on customer as a public health efforts in the health centers, making sure availability of health workers and services for prenatal and delivery care in remote areas, improve planning capacity and strengthent capability of maternal health information systems."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Irawan
"Construction work is a work that has a potential of a bigger working accident to take place. Construction sector job is an activity involving workers, tools and materials in large number, either alone or together so can become a source of accident to happen An injured worker will of course physically and financially suffer. Contractor who ignores health and job safety will also suffer in direct cost, which at the end will influence his business existence.
Accident involving human and equipment will far result a loss in time and cost. Success in construction project implementation is mainly influenced by the productivity and quality of human resources who work for construction project. The construction workers from manager to labors are assets that should be protected in order to be able to work well and productive so that the job safety and health program implementation in the construction activity site is badly needed. An effective job safety and health program is a result of a plan, coordination and commitment of all employees of a company from the lowest level of workers to the top leader.
The research is aimed to analyze of the job safety and health program implementation to workers productivity workmanship in planning and implementation stage of building construction. How big the job safely and health program variables implementation is to the workers productivity workmanship in building construction implementation stage can be seen from double regression point the regression model resulted.
The result of this research shows that there are some variables of job safety and health program which influence a lot to the workers productivity workmanship. Three decisive variables are obtained for relationship model between job safety and health program implementation to workers productivity workmanship in building construction implementation stage. Decisive variables are to choose the system and equipment which are going to be used, checking the work place, tools and Occupational Health and Safety equiptment routinely before starting a job and carrying out improvement actions to prevent accident.
The results of this research are obtained from 21 samples that fulfill the conditions for statistic analyze. Those samples are obtained from 34 questonners which are filled by the respondents from the contractor's Health and Job safety Manager in building construction project in Jabotabek. The analysis done in this research is uses correlation analysis, factor analysis, decisive variables analysis and double regression analysis. All of those statistic analysis are processed using the help of Statistical Program for Science Release versi 10.00 for Windows software program."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T3066
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azrul Azwar
Jakarta: Bina Rupa Aksara, 1996
613.068 AZR p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>