Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Winny Gunarti Widya Wardani
"ABSTRAK
Pertunjukan drama ternyata tidak hanya menarik disimak melalui media audio visual ataupun panggung terbuka, - melainkan juga melalui media audio yang hanya .mengandalkan kata-kata, musik, efek bunyi, kondisi desd air atau tanpa. suara. Di tengah membanjirnya aneka hiburan yang disiarkan mengundang banyak perhatian masyarakat. tersebut tentunya tidak terlepas siaran dan productian hause yang bersangkutan dalam mas paket siaran drama radio hingga tampil sedemikian di berbagai media massa, drama melalui radio tetap Penyajian drama radio dari upaya badan mengerupa. Melalui studi inilah dikaji bagaimana praduction house tersebut produknya, sehingga pokok kajian produksi siaran drama radio kasus dari studi ini dipilih badan siaran hause Sanggar Prathivi. Dengan membandingkan pemerintah dan lembaga non pemerintah atau swasta, kan dapat memperkaya pengetahuan akan suatu siaran drama radio ini. suatu badan siaran dan menciptakan produk-- yang akan dilihat menyangkut sistem tersebut. Sebagai RRI dan production sebuah lembaga diharapsistem produksi Selanjutnya, drama, dan faktor manajemen menjadi alat utama sistem produksi siaran drama-tersebut. kajian ilmu komunikasi,- aspek-aspek untuk membedah kedua ' Di sini digunakan metode penelitian kualitatif sebagai metode, utama. Penggunaan metode ini penelitian didasari pertimbangan agar memperoleh keleluasaan dalam pengumpulan datanya, untuk melengkapi analisisnya, dimanfaatkan pula. Melalui studi Namun metode kuantitatif turut ini tampaklah bahwa kedua sistem produksi siaran drama .masing-masing memiliki komponenkomponen yang sama. Namun dalam pelaksanaan kegiatan produksinya, beberapa komponen pendukungnya daya selebihnya menunjukkan perbedaan. yang disebut sumber Perbedaan manajemennya, karena adanya perbedaan kepentingan dari yang jelas terlihat pada sistem di mana perbedaan tersebut dapat disebabkan masing-masing sistem produksi, sehingga mempengaruhi proses perencanaan, pengaturan maupun pelaksanaan produksinya. Dengan sendirinya hal ini mempengaruhi pula bentuk produk dari kedua sistem produksi itu, sekaligus mempengaruhi sistem pengawasan perilaku gate keeper yang dijalankan. Kalaupun ada persamaan, maka kesamaan atau tersebut tercermin pada tahapan pengawasan yang dilakukan, yaitu tahap pertama dilakukan produser khususnya terhadap awal materi produksi dan pada hasil proses keseluruhan produksi. Sedangkan pada tahap kedua dilakukan oleh sutradara pada saat kegiatan produksi berlangsung. mengukur kualitas produk siaran drama, ini mengacu pada empat unsur siaran drama radio yaitu musik, kata-kata, efek bunyi, dan konddisi dead air. Melalui musik dan efek bunyi, maka perbedaan drama serial Sanggar Prathivi lebih kedua Untuk studi unsur yang tampak adalah variatif menggunakan unsur tersebut dibandingkan dengan drama serial Kemudian melalui unsur kata, produk drama serial RRI RRI. cenderung menitikberatkan pada segi percakapan, sementara produk drama serial Sanggar Prathivi lebih memberi perhatian pada kombinasi antara percakapan dan action. Sedangkan untuk unsur dead air, produk kedua sistem produksi sama-sama kurang memberi perhatian lebih, bahkan cenderung mengesampingkannya."
1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Nurina Ayuningtyas
"Media Industry in Indonesia nowadays has grown so fast, one of these Industries is TV Station. TV Station usually does not make its own program, that's why they need production house to make the program. The program that was made by the production house was sold to the TV station to get broadcasted. On it's principle, the object of this transaction is same product, the TV program. But to decided whether the program is an object of VAT and when the VAT owed depends on the contract that was made by the production house and the TV Station.
The method of the research is qualitative approach with descriptive method. The purpose of the research is to find a detailed comprehension about the determination of the obligation of the VAT from the deliverance of the program, especially about the object classification and when the VAT owed. Information was collected using library, field research, and interview with General Tax Directory (DJP), PPFI, 'XX Creative' Production House and 'QQ Cinema' Production House.
From the research on the production house, the deliverance mechanism that has been done by the production house and TV Station can be divided into 5 (five); they are fixed purchase system-object of this transaction is the taxable goods; an owed order of service system-object of this transaction is the taxable services; profit sharing system-object of this transaction on tangible and intangible object; rent system-object of this transaction is intangible object; and blocking time-object of this transaction on tangible and intangible object. The selling transaction of this TV program can be defined as VAT owed.
To determined the VAT object of the program, can be done by reviewing the article on the contract that regulate the right to have the copyright of the program and when the program was made. If the copyright of the program belong to TV Station, the VAT owed for the tangible object, but if the copyright belong to the production house, the VAT owed for the intangible object. If the program was made by an order from the TV station, the VAT owed for services object. Next, to determine when the program was VAT owed is adjusted with the article on the contract that regulate the deliverance and the payment mechanism."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurbaya
"Persaingan antar media televisi telah mendorong pelaku media untuk berlomba-lomba menciptakan suatu suguhan yang menarik pemirsa untuk tetap berada di posisi yang menguntungkan. Berawal dari kesuksesan sinetron Si Doel Anak Sekolahan inilah yang mengundang hadimya sejumlah pilihan sinetron Betawi dengan tema yang hampir seragam. Salah satunya cerita dan gambaran dari sinetron berlatar belakang kehidupan masyarakat Betawi yang berjudul Kecil kecil Jadi Manten, gambaran Betawi yang identik dengan kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan, pinggiran, muncul melalui karakter tokoh yang memang bodoh, "bloon", suka kawin, sangat primitif dan tidak berbudaya serta berdialog dengan bahasa komunikasi yang dangkal. Hubungan sosial yang diungkapkan Iewat sinetron itu sudah menyimpang, kadang tidak lagi mengindahkan norma agama dan etika sosial.
Penelitian ini menggunakan paradigma kritis dan dengan metode kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui proses produksi budaya yang terjadi dalam sinetron tersebut dan mengungkap alasan yang melatarbelakanginya. Untuk mengetahui proses produksi yang berlangsung dan alasan dibalik proses pembuatannya, maka tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam dengan pihak produksi yang terdiri dari producer, sutradara sinetron kecil kecil jadi manten serta kru-kru yang terlibat secara langsung dalam proses produksi sinetron tersebut termasuk juga di dalamnya kepala unit manager dan beberapa pemain utamanya. Selain itu, wawancara juga dilakukan terhadap budayawan Betawi dan praktisi Betawi untuk mengetahui gambaran dari realitas sosial yang sebenarnya.
Penelitian ini menyimpulkan hasil atas wacana sinetron berlatar belakang budaya Betawi di televisi, memperlihatkan adanya penggambaran budaya Betawi yang termarjinalisasi dalam sinetron tersebut. Terdapat perbedaan persepsi tentang budaya Betawi yang ditampilkan oleh media dalam sebuah sinetron yaitu sinetron kecii kecil jadi manten dengan gambaran masyarakat Betawi yang sebenarnya. Karena tidak hanya terdapat pada masyarakat Betawi saja melainkan stereotype seperti itu juga ada pada masyarakat manapun. Tidak terkecuali masyarakat Jawa, Sumatera atau Madura. Temuan penelitian ini juga menunjukkan bahwa produksi sinetron kecil-kecil jadi manten hanyalah melanggengkan dan mengukuhkan ideologi dominan yang sudah ada yaitu ideologi yang menampilkan realitas imajiner bukan berdasarkan realitas faktual seperti pada kenyataan berdasarkan pada kebenaran. Dapat dikatakan bahwa produksi sinetron ini tidak memiliki keunikan secara substansial tentang nilai-nilai budaya Betawi namun hanya sekedar mencoba menampilkan keunikan setting atau nuansa cerita yang secara kebetulan mengambil nuansa ke-Betawi-an. Hal ini tampak jelas pada dialek para tokohnya dan gaya arsitektur bangunan rumahnya dan kesenian-kesenian yang mewamai jalan ceritanya.
Meski sutradara berupaya keras menjaga rasionalitas alur cerita dengan menampilkan konflik-konflik yang dibuat menjadi seakan-akan wajar dan tidak berlebihan, namun secara keseluruhan tidak ada penggambaran makna dari subtansi nilai-nilai budaya Betawi yang sebenamya. Kondisi ini terjawab dengan melihat pada temuan di lapangan antara lain tidak ada konsep cerita yang diambil berdasarkan riset atau pengamatan mendalam terhadap nilai-nilai budaya Betawi yang sebenamya, pemilihan para pemain yang tidak memiliki standar jelas untuk menampilkan nilai-nilai budaya Betawi. Dan penulis cerita itu sendiri sekaligus merangkap sebagai sutradara bukan orang dengan latar belakang Betawi. Hal ini yang menyebabkan penggambaran tentang budaya dan kehidupan Betawi tidak sesuai dengan realitas seperti yang kebanyakan ada dalam kehidupan masyarakat Betawi yang sebenarnya.
Pada akhirnya, semua ini memperlihatkan bahwa realitas media tidaklah muncul begitu saja, melainkan telah dibentuk melalui interaksi di antara para pelaku produksi yang kemudian dipengaruhi oleh struktur. Relasi-relasi yang terlibat dalam suatu proses produksi yang secara struktural pemilik modal adalah yang paling dominan, tetapi dalam penelitian ini pemilik modal tidak lagi menentukan proses pengambilan keputusan dengan kata lain tidak ada intervensi. Aktorlah yang secara leluasa menetukan performance suatu hasil karya produksi. Di sini yang menjadi dominan adalah persepsi di mana hasil persepsi tersebut akan menampakkan hasil produksi yang termarjinalisasi. Dengan demikian produksi wacana dalam sinetron Betawi kecil-kecil jadi manten yang berlatar belakang historis, sosial, dan ideologi tertentu akan rnmunculkan wacana tertentu pula dan bukan tidak mungkin akan berdampak secara kultural dan ideologis pada pengetahuan pemirsanya."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22036
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Salahuddin
"Umumnya UMKM yang merupakan entrepreneurial dimasa awal masih banyak kekurangan dalam sisi manajemen dan kecenderungan belum melihat lini usaha sebagai usaha yang perlu dikembangkan berkelanjutan. PT. Absis Plus Ordinat Desain (APOD), salah satu perusahaan kecil yang berada dalam jasa desain, percetakan, large printing, event organizer, dan production house. Perusahaan ini telah berjalan selama 3 tahun dan memiliki permasalahan seperti perusahaan UMKM lainnya. Dengan kondisi yang berkembang APOD mengambil semua kesempatan bisnis di pasar, ini disebabkan oleh tersebut dimana satu perusahaan UMKM memiliki lebih dari satu lini usaha yang digarap secara oportunistik. Tujuannya adalah memperoleh keuntungan sebesar-besarnya, tanpa melihat kondisi jangka panjang dan kemampuan untuk berkompetisi di industri. APOD menjalankan bisnisnya selama 3 tahun ini dengan menggarap semua kesempatan dalam pasar tetapi disesuaikan dengan kemampuan personil di dalam perusahaan. Dan akhimya terbentuk lima lini usaha diatas akibat langkah oportunistik tersebut, oleh sebab itu perusahaan harus dapat menentukan rencana untuk going concern.
Pada saat ini secara keseluruhan APOD masih dalam kondisi yang cukup menguntungkan akan tetapi tujuan dari perusahaan adalah going concern. Untuk itu kita hares melihat secara parsial bagaimanakah produktivitas dari kelima lini usaha tersebut. Dan jugs APOD hams mendapatkan potensi tumbuh dan kesiapan dari setiap lini untuk kemudian menjadi acuan mengalokasikan sumber daya kunci pada lini usaha yang memiliki kompetensi.
Metodologi yang dilakukan dengan riset primer dan sekunder. Pada riset primer kami mengumpulkan data internal perusahaan berupa alur kerja perusahaan tiap lini usaha dan kondisi - finansial APOD. Sedangkan untuk memperoleh pemahaman tentang persaingan yang terjadi di Industri dan Kunci Faktor Sukses (Key Success Factors) Industri yang kami dapatkan dengan melakukan wawa eara dengan manajemen atas yang berpengaruh dalam perusahaan besar, pada setiap industri yang APOD jalani. Untuk riset sekunder kami melakukan studi literatur terhadap berbagai tulisan, artikel dan teori bask dari buku-buku referensi, majalah, surat kabar, jurnal dan intemet yang relevan untuk pembahasan karya akhir ini. Analisa yang dilakukan adalah analisa sumber daya, karena pada literatur tahapan perkembangan perusahaan kecil dinyatakan bahwa hal yang menjadi fokus pada tahap 1 Existance adalah sumber daya. Dan di tahap I inilah APOD berada. Setelah kita analisa temyata semua lini bisnis APOD masih belum produktif, ini berdasarkan estimasi jumlah project yang selama ini dilakukan dan estimasi optimal project yang masih dapat dikerjakan. Selanjutnya kita hares melihat utilisasi resources dengan data actual. Hal ini di kalkulasi dengan mengalikan waktu setiap resource pada satu project dengan jumlah project selama ini kemudian dibandingkan dengan waktu total kerja resources. Dengan artian bahwa rendahnya produktivitas lini berimplikasi pada rendahnya utilisasi sumber daya kunci.
Dengan mengetahui produktivitas kita harus menganalisa sumber daya kunci pada setiap lini, dan temyata ada shared resources yaitu sumber daya kunci yang digunakan pada dua atau lebih lini usaha. Apabila tidak ada shared resources kami mengestimasi akan diperoleh penjualan sampai dengan Rp 3.276.808.995,- yang didapatkan dengan mengalikan jumlah sales aktual dengan room to grow, berarti peningkatannya sampai dengan 4 kali lipat dari yang telah didapatkan tahun 2005 ini yaitu Rp. 880.233.000,- kita harus mengetahui alokasi sumber daya ke lini usaha mana yang paling siap. Oleh sebab itu dilakukan analisa setiap lini usaha berdasarkan Kunci Faktor Sukses dan kesempatan untuk tumbuh. Dengan tujuan mengetahui keuntungan yang dapat diraih dan berkelanjutan. Kunci Faktor Sukses diperoleh dengan mewawancarai ekspert yang berasal dan perusahaan besar pada masing-masing industri. Setelah itu kami membandingkan dengan kondisi internal APOD untuk melihat gap.
Ternyata lini usaha desain dan lini usaha Large Printing adalah yang paling slap dalam berkompetisi di industri sehingga alokasi sumber daya dilakukan di lini tersebut. Berdasarkan perhitungan potensi tumbuh (room to grow) paling tinggi terletak pada lini usaha desain yaitu sebesar 92,5% dan lini usaha large printing yaitu sebesar 89,6% sehingga bila dimanfaatkan dengan baik akan menghasilkan kontribusi bagi APOD. Dari perbandingan Faktor Kunci Sukses industri dapat dilihat bahwa lini usaha desain dan lini usaha large printing adalah yang paling siap untuk di kembangkan untuk masuk ke persaingan industri. Alokasi sumber daya kunci terjadi XI Mohamad Salahudin didedikasikan pada lini usaha desain, X8 Mohamad Riski pada lini usaha large printing dan Zl mobil dialokasikan ke lini usaha desain.
Implikasi dari alokasi ini ada beberapa macam yaitu dari sisi pemilik dan setiap lini usaha. Oleh sebab itu dibuat beberapa rencana jangka pendek yang bisa mengatasinya sebagai contoh Untuk mendapatkan new client APOD harus memetakan profit konsumen di pasar yang potensial dan kebutuhannya mampu di penuhi dengan baik oleh APOD dan beberapa rencana lainnya.

In general, Small Medium Enterprise (SME) has lack of management and in its early years SME still in entrepreneurial phase which not consider; is business as going concern business. PT. Absis Plus Ordinat Desain (APOD) is Small Medium Enterprise which have five kind of business graphic design, printing, large printing, event organizer, and production house and already in business for 3 years. Now APOD is in the growing state, and become opportunistic. They take all kind of opportunities which do not align with APOD business core. The objective is to maximize profit, but in the same time company does not consider long term condition and their strength in competition. Five business lines in APOD formed because of the opportunistic in business, there for management has to create plans for going concern.
Until now as a company APOD still make profit but what about each line of business? We have to see them partially. Because by doing it productivity of lines can be calculated and we can see growth and also its competitiveness. The success factor is to allocate key resources in profitable line of business.
We have done research by primary and secondary research; in primary research we collected internal data from APOD such as work flow and financial report. And we analyze the competition pattern and fey Success Factors by interviewed top management from big company in each business. For secondary research we studied journals, articles, books, magazines, newspapers and other references.
At first, we analyzed business resources because this factor is the most important thing in early stages of Small Medium Enterprise growth. These early stages were Existence stages and was explained in Harvard Business Review "Five Stages in SME growth". After we analyzed using that method we found out all lines of business in APOD are under utilize.
Knowing every line is under utilizing, we certain that productivity is also low. Resources are factors which have close relation with productivity, than we have to analyze resources also. We found there are shared resources which is the resource that has been used by two or more line of business. This shared resources made constraint in room to grow. If there were not shared resources APOD, as calculated, would generate Rp 3.276.808.995,- in sales. There for to allocate key resources to line of business is very important.
Besides allocating key resources we got to have Key Success Factors (KSF) in every line. And KSF are defined by doing in depth interview with experts. Hoping we can see gap in internal conditions. We calculated room to grow each line and analyze KSF Gap, we found Large Printing and Design are most ready to be allocated. Design line of business has highest room to grow 92,5% and large printing has 89,6%.
Than allocation of Key Resources placed in those two line of business, the key resources are Xl Mohamad Salahudin to design, X8 Mohamad Riski to large printing and ZI car to design. The allocation makes changes in company, there for management has to make short term plan in order to stabilize work flow such as, profiling customer.
"
2006
T18591
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library