Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Achmad Syauqi
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian untuk membandingkan keefektifan penambahan morfin 0.05 mg intratekal dan morfin 0.1 mg intratekal dalam hal kekerapan pruritus yang ditimbulkan oleh efek samping morfin intratekal dengan efek analgesia pasca bedah-nya tetap sama pada kasus bedah sesar dengan tehnik analgesia spinal.
Disain : uji klinis acak tersamar ganda.
Metode : 84 pasien yang menjalani bedah sesar dibagi 2 kelompok. Kelompok A sebanyak 42 orang mendapat 0.05 mg morfin dan kelompok B sebanyak 42 orang mendapat 0.1 mg morfin pada suntikan bupivakain 0.5% 10 mg intratekal. Selanjutnya dilakukan pemantauan nyeri menggunakan skor VAS, tekanan darah, laju nadi dan laju nafas pada jam ke 2, 4, 6, 8, 16 dan 24 pasca operasi. Selama pemantauan juga diamati kekerapan dan derajat pruritus. Penilaian pruritus dengan menggunakan skor VAS.
Hasil : Pada kelompok A memberikan efek analgesia paska bedah yang tidak berbeda bermakna dengan kelompok B dalam 24 jam (p X0.05 ). Sedangkan kekerapan pruritus pada kelompok A dan kelompok B masing-masing 16.7% dan 40.5% (p<0.05). Derajat pnuitus ringan dan sedang pada kelompok A didapat 7% dan 0%. Sedangkan pada kelompok B pruritus ringan 35,7 % dan pruritus sedang 4.8 %. Dan kedua kelompok tidak ada yang mengalami pruritus berat.
Kesimpulan : morfin 0.05 mg intratekal lebih efektif menurunkan kekerapan pruritus dibanding morfin 0.1 mg intratekal tetapi menghasilkan efek analgesia pasca bedah yang sama pada bedah sesar dengan analgesia spinal.
This study compared the quality of analgesia and the incidence and degree of pruritus of 0.1 mg morphine intrathecally to 0.05 mg intrathecal morphine in patients undergoing Caesarean section.
Design: randomized and double-blinded study
Method: 84 patients who underwent Caesarean section were divided randomly into two groups. 42 patients in group A received intrathecal morphine 0.05 mg and group 13, 42 patients, received 0.1 mg morphine intrathecally in addition to a standard intrathecal dose of 10 mg bupivacaine 0.5% heavy. The quality of analgesia was assessed using Visual Analogue Score ( VAS) and the incidence and degree of pruritus were recorded during the first-24 hour postoperatively.
Result: there was no statistically significant difference in the quality of analgesia between the two groups (p > 0.05 ). The incidence of pruritus in group A and group B was 16.7% and 40.5% respectively (p<0.05 ). The degree of pruritus in group A were mild : 7% and moderate : 0% while in group B mild : 35.7% and moderate 4.8%. There was no severe pruritus in the two groups.
Conclusion : 0.05 mg intrathecal morphine significantly reduced the incidence of pruritus compared to 0A mg intrathecal morphine while there was no significant difference statistically in the quality of analgesia in the two groups.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Sunirah
Abstrak :
ABSTRAK
Seksio sesarea SC adalah pilihan persalinan yang dianjurkan kepada ibu hamildengan HIV, namun Sectio caesaria dapat menyebabkan banyak komplikasi yaituadanya pendarahan, infeksi, ruptur otot rahim, masalah dalam sistim urologi. Ibupasca bedah sesar dengan HIV mengalami permasalahan fisik dan psikologis. Halini perlu dilakukan asuhan keperawatan secara komprehensif denganmenggunakan pendekatan teori konsep dan model keperawatan. Teorikeperawatan Adaptasi Roy, menekankan pada optimalisasi kemampuan klienuntuk beradaptasi dengan perubahan status kesehatannya melalui pemberianasuhan keperawatan yang terstruktur yang digabungkan dengan Health BeliefModel untuk saling melengkapi, dimana model ini mengedepankan promosikesehatan yang sangat penting bagi klien pasca bedah sesar dengan HIV.Penerapan Adaptasi Roy dan Health belief Model dilakukan terhadap lima kasusini ditemukan diagnosa keperawatan diantaranya gangguan rasa nyaman, nyeriberhubungan dengan inkontinuitas jaringan, kecemasan berhubungan dengankhawatir adanya penularan HIV terhadap bayinya serta kesiapan peningkatanperan dan merawat bayinya. Hasil intervensi keperawatan yang dilakukanberdasarkan Adaptasi Roy dan Health Belief Model pada kelima kasusmenunjukkan bahwa gangguan rasa nyaman nyeri dapat teratasi, kecemasan klienberkurang dan adanya peningkatan peran.
ABSTRACT
Caesarean section SC is the preferred choice of labor for pregnant women withHIV, but Sectio Caesaria can cause many complications of bleeding, infection,uterine muscle rupture, problems in the urological system. Post caesarean motherswith HIV have physical and psychological problems. This requires comprehensivenursing care using theoretical approach and nursing model. Roy 39 s adaptationnursing theory emphasizes optimizing the client 39 s ability to adapt of changinghealth status through a structured nursing care awards combined with the HealthBelief Model to complement each other, where this model prioritizes healthpromotion which is important for post caesarean section clients with HIV. TheRoy 39 s adaptation and health beliefs The model was conducted on five cases inwhich result in nursing diagnoses of feeling discomfort, pain associated with incontinuitytissue, anxiety related to the presence of HIV transmission to the babyas well as the readiness to improve the role and care of the baby. The results of thenursing intervention based on the Roy rsquo s Adaptation and Health Belief Model onthese five cases result in that painful discomfort can be overcome, client anxietydiminishes and there is model increasing.
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library