Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Artasya Karnasih
"Pola kelekatan merupakan salah satu faktor yang diduga memengaruhi munculnya distres psikologis pada remaja usia transisi. Mahasiswa kedokteran merupakan kelompok remaja transisi yang perlu menjalani proses pendidikan kedokteran yang sulit dan penuh tuntutan sehingga rentan mengalami distres psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola kelekatan, distres psikologis, dan mengetahui hubungan pola kelekatan dengan distres psikologis pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Penelitian ini dilakukan secara potong lintang pada sampel yang ditentukan secara stratified random sampling dari seluruh mahasiswa FKUI. Subjek mengisi kuesioner yang terdiri dari kuesioner sosiodemografik, pengukuran pola kelekatan dengan Relationship Questionnaire (RQ), dan pengukuran distres psikologis dengan Kessler Psychological Distress Scale (K10). Pada mahasiswa FKUI, prevalensi pola kelekatan aman sebesar 41,4%, diikuti dengan pola kelekatan tidak aman, yaitu dismissing 21,9%, fearful 19,8%, dan anxious 16,9%. Prevalensi distres psikologis didapati sebesar 31,8%. Pola kelekatan tidak aman memiliki hubungan yang bermakna dengan distres psikologis, yaitu 3,57 kali lipat lebih berisiko untuk mengalami distres psikologis. Berdasarkan jenis pola kelekatannya, pola kelekatan anxious 4,74 kali lipat lebih berisiko untuk mengalami distres psikologis, sedangkan pola kelekatan fearful 5,43 kali lipat lebih berisiko untuk mengalami distres psikologis bila dibandingkan dengan pola kelekatan aman. Program kesehatan jiwa yang bersifat promotif dan preventif untuk memperbaiki pola kelekatan dan distres psikologis diharapkan dapat membekali mahasiswa FKUI untuk memiliki relasi interpersonal yang lebih baik dengan orang lain, termasuk juga dengan pasien.

The pattern of attachment is one of the factors thought to influence the emergence of psychological distress in adolescents of transition age. Medical students are a group of transitional adolescents who will undergo a difficult and demanding medical education process, hence are vulnerable to psychological distress. This study aims to describe the attachment patterns, psychological distress, and determine the association between attachment pattern and psychological distress in medical students of Faculty of Medicine, Universitas Indonesia (FMUI). This study was conducted cross-sectionally on a sample that was determined by stratified random sampling. Subject filled the research questionnaire which consisted of sociodemographic questionnaire, attachment measurement using Relationship Questionnaire (RQ), and measuring psychological distress using Kessler Psychological Distress Scale (K10). The prevalence of secure attachment pattern was 41.4%, followed by insecure attachment patterns, in the form of dismissing 21.9%, fearful 19.8%, and anxious 16.9%. The prevalence of psychological distress was found to be 31.8%. The insecure attachment pattern has a significant association with psychological distress, which is 3.57 times more at risk for experiencing psychological distress. Based on the type of attachment pattern, the anxious attachment pattern is 4.74 times more at risk, while fearful attachment pattern is 5.43 times prone to experiencing psychological distress when compared to secure attachment pattern. Promotional and preventive mental healthiness program can be provided to the students of FMUI to help them in improving attachment pattern and psychological distress. This program could help the students to have a better interpersonal relation with their colleagues and also patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mauluna Salsabila
"Konsep bahasa cinta menguraikan bagaimana kita mengekspresikan cinta dan memperoleh perasaan dicintai melalui lima bahasa cinta utama yaitu: word of affirmation, quality time, act of service, receiving gift, dan physical touch. Mengenali perbedaan dalam bahasa cinta dapat berdampak signifikan pada keberhasilan suatu hubungan romantis karena dapat memenuhi kebutuhan emosional pasangan dengan tepat. Sementara itu, tingkat kebutuhan emosional seseorang untuk dicintai berasal dari pola kelekatan di masa kecil. Eksplorasi dari kemungkinan hubungan keduanya berkontribusi pada pemahaman hubungan romantis dan dapat meningkatkan kemampuan untuk menavigasi hubungan intim. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi hubungan antara pola kelekatan dan bahasa cinta dewasa awal di Indonesia. 142 peserta yang pernah atau sedang berada dalam hubungan romantis dengan rentang usia 18-25 tahun dan tinggal di Indonesia (N=142) mengikuti penelitian ini. Pola kelekatan diukur menggunakan Experienced in Close Relationships-Revised (ECR-R) dan bahasa cinta diukur menggunakan Five Love Languages Scale (FLLS). Pada penelitian ini ditemukan hubungan yang signifikan antara pola kelekatan dan bahasa cinta sehingga hipotesis penelitian terbukti dan dapat diterima. Penelitian ini dapat digunakan sebagai preliminary study dalam menyelidiki dinamika hubungan antara pola kelekatan dan bahasa cinta.

One aspect of romantic relationships that is currently becoming a topic of conversation is the concept of love languages introduced by Chapman. His theory outlines how we express love and get the feeling of being loved through five main love languages: word of affirmation, quality time, act of service, receiving gifts, and physical touch. Recognizing the differences in love languages can significantly impact the success of a relationship because it can properly address the emotional needs of a partner. Meanwhile, the level of one's emotional need to be loved comes from attachment patterns in childhood. Further exploration of the two's possible relationships contributes to a more comprehensive understanding of romantic love and ultimately enhances our ability to navigate intimate relationships. This research aims to explore the relationship between love language and attachment style. 142 participants who had or were in a romantic relationship aged 18-25 years and lived in Indonesia (N=142) participated in this study. Attachment styles were measured using Experienced in Close Relationships-Revised (ECR-R) and love language was measured using the Five Love Languages Scale (FLLS). In this study, a significant relationship was found between attachment patterns and love language so that the research hypothesis was proven and accepted. This research can be used as a preliminary study in investigating the dynamics of the relationship between attachment patterns and love language."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Willy Steven
"Latar Belakang: Penilaian pola kelekatan adalah hal yang penting dalam proses psikoterapi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan instrumen untuk menilai pola kelekatan, yaitu ECR-R versi Bahasa Indonesia dan melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen tersebut. Penelitian ini dilakukan di Unit Rawat Jalan Psikiatri Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada Februari hingga April 2017 N= 360, usia 18 hingga 59 tahun. Uji validitas isi memperoleh koefisien 1,00 yang menunjukkan bahwa seluruh butir pertanyaan dalam instrumen sesuai dengan teori. Uji validitas konstruksi membuktkan bahwa butir-butir pertanyaan dalam instrumen mewakili konstruksi teoritis dan konseptual. Uji reliabilitas dengan penghitungan koefisien Cronbach's Alpha memperoleh hasil 0,887 yang menunjukkan konsistensi internal instrumen adalah baik. Penelitian ini menghasilkan instrumen ECR-R versi Bahasa Indonesia yang sahih dan andal dalam menilai pola kelekatan.

Background: Assessment of attachment pattern is important in the process of psychotherapy. This research aimed to obtain a valid and reliable Indonesian version of Experiences in Close Relationships Revised ECR R , an instrument to assess attachment pattern. The study was conducted at a psychiatric outpatient clinic, Cipto Mangunkusumo Hospital, Indonesia on February until April 2017. There were 360 subjects participated in the study, aged between 18 to 59 years. Validity score for ECR R was 1,00. All items in Indonesian version of ECR R were suited the theory of attachment. The construction validity test showed that all items in ECR R represent both theoretical and conceptual construction. Cronbach rsquo s Alpha for ECR R was 0,887 which showed good internal consistency. Therefore, Indonesian version of ECR R is a valid and reliable instrument to assess attachment pattern.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kaltsum Muttaqiya
"Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa anak-anak berusia 3-6 tahun dengan gaya keterikatan yang aman cenderung memiliki regulasi emosi yang lebih baik, yang selanjutnya akan mengarah pada perilaku adaptif. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara pola kelekatan ibu-anak dengan regulasi emosi pada anak usia dini menggunakan metode penelitian cross-sectional. Menggunakan metode purposive sampling pada ibu yang memiliki anak usia 3-6 tahun dan menggunakan jasa pengasuh pengganti di daycare. Pola Kelekatan ibu-anak diukur menggunakan instrumen kelekatan ibu-anak yang telah teruji validitasnya. Kemampuan regulasi emosi anak dinilai menggunakan "Emotion Regulation Checklist" dari perspektif ibu. Hasil penelitian menunjukkan tidak ditemukan korelasi yang signifikan antara gaya keterikatan dengan regulasi emosi dengan nilai P Value=2,77. Temuan ini menunjukkan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi faktor lain yang mungkin mempengaruhi regulasi emosi pada anak usia dini, seperti lamanya anak berada di daycare, atau variabel lingkungan.

Previous studies shows that children ages 3-6 years old who has secure attachment style shows better emotion regulation that’ll lead to adaptive behaviour. This study aimed to investigate the relationship between mother-child attachment styles and emotion regulation in early childhood using cross-sectional research. Purposive sampling was used to recruit a sample of mother-child who had a caregiver and put their children in Daycare. Mothers rated children's attachment styles using validated attachment style instruments. Children's emotion regulation abilities were assessed using Emotion Regulation Checlist. Contrary to expectations, no significant correlation was found between attachment styles and emotion regulation with P Value=2.77. The findings suggest that the relationship between these two constructs may be more complex. Future research is needed to explore other factors that may influence emotion regulation in early childhood, such as how long the child had been in Daycare, or other inducting factors such as environment."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library