Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wuryanto
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
612.25 WUR m (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
M Toni S Derus
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T59025
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasneta Ismail
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Efusi pleura merupakan masalah yang sering dijumpai oleh dokter paru. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai diagnostik biopsi pleura tertutup dan pleuroskopi pada efusi pleura eksudat serta hubungan karakteristik subjek dan karakteristik penyakit dengan hasil diagnostik.Metode : Penelitian ini menggunakan desain potong lintang pada pasien efusi pleura eksudat yang dilakukan tindakan biopsi pleura tertutup atau pleuroskopi. Data diambil dari catatan medis pasien RSUP Persahabatan Jakarta 2013-2015.Hasil : Total 100 subjek yang dibagi menjadi 50 subjek dilakukan biopsi pleura tertutup dan 50 subjek yang dilakukan pleuroskopi. Karakteristik subjek kelompok biopsi pleura tertutup didapatkan 60 laki- laki, rerata usia 48,22 tahun, perokok 58 sedangkan pada kelompok pleuroskopi 52 perempuan, rerata usia 50,66 tahun dan 46 perokok. Nilai diagnostik biopsi pleura tertutup pada efusi pleura eksudat adalah 50 sedangkan nilai diagnostik pleuroskopi lebih tinggi yaitu 82 . Pada kelompok biopsi pleura tertutup secara statistik terdapat perbedaan bermakna antara usia p=0,020 , kadar protein cairan pleura p=0,026 dan karakteristik penyakit p=0,047 terhadap hasil diagnostik.Kesimpulan : Nilai diagnostik pleuroskopi lebih tinggi dibandingkan biopsi pleura tertutup pada pasien efusi pleura eksudat. Usia, kadar protein cairan pleura dan karakteistik penyakit berhubungan dengan hasil diagnostik biopsi pleura tertutup
ABSTRACT
Background Pleural effusion is a common diagnostic dilemma for the pulmonologist. The aim is to obtain the diagnostic value of closed pleural biopsy and pleuroscopy in exudative pleural effusion and the association of subjects characteristic and the characteristic of the disease with the diagnostic yield.Method This is a cross sectional study in patients with exudative pleural effusion which performed closed pleural biopsy and pleuroscopy. Data retrieved from the medical records of Persahabatan hospital from 2013 ndash 2015.Results A total of 100 subjects were divided into 50 subjects that performed closed pleural biopsy and 50 subjects performed pleuroscopy. Characteristics of closed pleural biopsy subjects were 60 male, mean age was 48,22 years and smokers were 58 while characteristics of pleuroscopy subjects, 52 female, mean age 50,66 years and 46 smokers. Closed pleural biopsy has a diagnostic value of 50 and pleuroscopy at 82 . There was a statistically significant relationship between age p 0,020 , pleural fluid protein level and disease characteristic with diagnostic yield of closed pleural biopsy.Conclusion Pleuroscopy has higher diagnostic value than closed pleural biopsy in patients with exudative pleural effusion. Age, pleural fluid protein levels and disease characteristic are associated with diagnostic yield of closed pleural biopsy.
2016
T55657
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Adilistya
Abstrak :
Pendahuluan. Penglepasan interferon-gamma oleh limfosit T yang antigenspecific akan meningkat setelah sel tersebut dipaparkan kembali dengan antigen tuberkulosis (TB) secara in vitro, khususnya apabila sel tersebut berasal dari lokasi infeksi TB aktif. Penelitian ini merupakan uji diagnostik pemeriksaan interferon-gamma release assay (IGRA) metode enzyme-linked immunospot (ELISPOT), yaitu T-SPOT.TB®, untuk deteksi TB pleura menggunakan spesimen sel mononuklear (MN) cairan pleura. Metode. Sebanyak 48 pasien efusi pleura terduga TB dengan karakteristik cairan pleura eksudatif berdasarkan kriteria Light dan dominasi sel MN lebih dari 50% dilakukan pemeriksaan T-SPOT.TB, biakan TB media cair Mycobacterial Growth Indicator Tube (MGIT), dan aktivitas adenosine deaminase (ADA) cairan pleura. Hasil. Dengan baku emas biakan TB MGIT didapatkan nilai sensitivitas 100%, spesifisitas 20%, nilai prediksi positif (NPP) 20%, dan nilai prediksi negatif (NPN) 100%. Dengan baku emas kombinasi biakan TB MGIT dan aktivitas ADA didapatkan nilai sensitivitas 100%, spesifisitas 88,89%, NPP 97,5%, dan NPN 100%. Kesimpulan. IGRA metode ELISPOT menggunakan spesimen cairan pleura merupakan pemeriksaan yang cepat dan bermanfaat sehingga dapat dipertimbangkan sebagai pemeriksaan tambahan pada pasien efusi pleura terduga TB. ......Introduction. The release of interferon-gamma by antigen-specific T lymphocytes increases after rechallenge with tuberculosis (TB) antigen in vitro, especially at a localized site of TB infection. This study aimed to evaluate the diagnostic value of a commercial enzyme-linked immunospot (ELISPOT) assay for interferon-gamma, T-SPOT.TB®, in the diagnosis of TB pleurisy using pleural fluid mononuclear cells. Methods. 48 subjects, presumed to have pleural TB with exudative pleural effusion by Light's criteria, dominated by mononuclear cells, had their pleural fluid specimen tested with T-SPOT.TB, TB Mycobacterial Growth Indicator Tube (MGIT) culture, and pleural fluid adenosine deaminase (ADA) activity. Results. The sensitivity, specificity, positive and negative predictive values of the assay were 100%, 20%, 20%, 100%, respectively, if TB MGIT culture was used as the gold standard, and 100%, 88,89%, 97,5%, 100%, respectively, if TB MGIT culture and ADA activity of pleural fluid were used as the gold standard. Conclusion. The ELISPOT assay for interferon-gamma is useful and rapid so it can be considered as a supplementary test to explore TB pleurisy.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Putri Amalia
Abstrak :
Latar Belakang: Tetralogy of Fallot (ToF) merupakan kombinasi khas dari VSD, overriding aorta, pulmonary stenosis, dan hipertrofi ventrikel kanan. Operasi total koreksi adalah cara untuk memperbaiki kelainan dengan membuka jantung, tujuan utama total koreksi untuk menutup VSD dan mengoreksi aliran keluar ventrikel kanan dari obstruksi. Kompleksnya permasalahan yang timbul postoperasi bedah jantung khususnya post total koreksi dengan kejadian komplikasi efusi pleura, dengan anak yang harus dipasang atau sudah terpasang chest tube maka peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan diharapkan memperhatikan status pernapasan. Jenis penelitian: yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan case control dengan tujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kejadian efusi pleura pada pasien anak dengan ToF post operasi total koreksi. Cara pengumpulan data dilakukan secara retrospektif yang diambil dari data sekunder berupa rekam medis, lembar observasi pasien selama perawatan, dan data penunjang (Echo dan Xray). Subyek penelitian ini adalah 134 pasien anak dengan ToF di Rumah Sakit Jantung Jakarta periode Januari 2019 sampai Juli 2022. Hasil: Tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor-faktor preoperasi (usia saat operasi, saturasi preoperasi, dan berat badan saat operasi), faktor-faktor intraopersi (durasi CPB dan varian) dan faktor postoperasi (Kejadian infeksi), terdapat hubungan yang signifikan antara faktor postoperasi (lama ventilasi mekanik) dengan kejadian efusi pleura pada pasien anak dengan ToF post operasi total koreksi. Simpulan: dari penelitian ini uji statistik menunjukkan kejadian infeksi tidak signifikan terhadap kejadian efusi pleura, sebaiknya dapat juga dilakukan pengkajian mengenai faktor infeksi preoperasi untuk melihat hubungannya dengan kejadian efusi pleura. ......Background: Tetralogy of Fallot (ToF) is a typical combination of VSD, overriding aorta, pulmonary stenosis, and right ventricular hypertrophy. Total correction surgery is a way to correct the abnormality by opening the heart, the main goal of total correction is to close the VSD and correct the right ventricular outflow obstruction. The complexity of the problems that arise after cardiac surgery, especially post total correction with the incidence of complications of pleural effusion, with children who must be installed or have chest tubes installed, the role of nurses in providing nursing care is expected to pay attention to respiratory status. Type of study: the analytic observational used with a case control design with the aim of identifying the factors that contribute to the occurrence of pleural effusion in pediatric patients with ToF post total surgery correction. The method of data collection was carried out retrospectively taken from secondary data in the form of medical records, patient observation sheets during treatment, and supporting data (Echo and Xray). The subjects of this study were 134 pediatric patients with ToF at the Jakarta Heart Hospital for the period January 2019 to July 2022. Results: There was no significant relationship between preoperative factors (age at surgery, preoperative saturation, and weight at surgery), factors Intraoperative factors (CPB duration and variants) and postoperative factors (incidence of infection), there is a significant relationship between postoperative factors (time of mechanical ventilation) and the incidence of pleural effusion in pediatric patients with total postoperative ToF correction. Conclusion: from this study statistical tests showed that the incidence of infection was not significant for the incidence of pleural effusion, it is advisable to assess preoperative infection factors to see the relationship with the incidence of pleural effusion.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Ananditasari
Abstrak :
Efusi pleura merupakan penyakit pada saluran pernapasan akibat pengumpulan cairan dalam ruang pleura. Efusi pleura terjadi karena komplikasi dari penyakit lain, juga disebabkan karena penyakit infeksi maupun non infeksi. Masalah yang ditimbulkan dari efusi pleura yaitu munculnya sesak napas karena menumpuknya cairan dalam rongga pleura. Masalah keperawatan yang muncul yaitu gangguan pola napas. Karya Ilmiah Akhir ini memberikan gambaran tentang keefektifan pemberian posisi semi fowler terhadap penurunan sesak napas pada Tn. R dengan efusi pleura. Hasil evaluasi yang dilakukan selama empat hari menunjukkan penurunan sesak napas dan penurunan penggunaan otot bantu pernapasan pada Tn. R setelah diberikan posisi semi fowler. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, posisi semi fowler mampu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya penggunaan alat bantu otot pernapasan. ...... Pleura effusion is a disease on respiratory tract which caused by an accumulation of liquids on pleural cavity. Pleura effusion happens because of a complication from another disease, either infection or non infection disease. Problem that caused by pleura effusion is an appearance of breathless. It is because of an accumulation of liquids on pleural cavity. Nursing problems that happens are ineffective breathing pattern. This final project scientific nurse analyzed about an affectiveness of semi fowler position to decreasing of breathless on Mr. R with pleura effusion. The results of an evaluation for four days showed decreasing of breathless and used of breath auxiliary muscles on Mr. R after semi fowler positioning. This study recommends, semi fowler positioning can optimize pulmonary expansion and reduce effort of used breath auxiliary muscles.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Inayah
Abstrak :
ABSTRAK
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan perkotaan yang sangat berkaitan dengan kepadatan penduduk yang menyebabkan angka kematian tertinggi di dunia. Salah satu komplikasi yang disebabkan oleh bakteri tuberkulosis adalah efusi pleura dimana efusi pleura dapat menimbulkan nyeri dada yang berkelanjutan. Penelitian menyatakan bahwa teknik relaksasi napas dalam berpengaruh pada penurunan level nyeri kronik yang dialami pasien dengan tuberkulosis paru dan efusi pleura. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memaparkan analisis asuhan keperawatan relaksasi napas dalam pada pasien tuberkulosis paru dengan efusi pleura. Karya ilmiah ini menggunakan pendekatan studi kasus klinik. Intervensi keperawatan relaksasi napas dalam yang diberikan pada pasien selama 6 hari menunjukkan penurunan level nyeri. Implikasi keperawatan teknik relaksasi napas dalam pada studi ini dapat dilakukan pada pasien tuberkulosis paru dengan efusi pleura saat dirumah sebelum mendapatkan terapi obat untuk mengatasi nyeri.
ABSTRACT
Tuberculosis is the common disease in urban communities due to over population that causes high risk mortality in the world. The bacteria of tuberculosis can lead pleura effusion that cause of prolong chest pain. Research prove that deep breath relaxation technique can relieve chronic pain level in tuberculosis and pleura effusion patient. This study used clinical cases method and aim to analyze the influence of deep breath relaxation technique to patient with chronic pain. The results show that deep breath relaxation technique can reduce patients pain level. Recommendation of this study is patient with chronic pain could improve their ability to control pain with deep breath relaxation technique before medical therapy.
2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Raditya
Abstrak :
Pendahuluan:Penentuan jenis cairan pleura menggunakan Kriteria Light merupakan langkah awal dalam diagnosis suatu efusi pleura. Kriteria Alternatif Heffner belum banyak diteliti dan digunakan di Indonesia. Kriteria ini memiliki kelebihan dibandingkan Kriteria Light, yaitu tidak memerlukan pengambilan serum darah. Ultrasonografi (USG) toraks juga memiliki nilai diagnostik dalam penentuan jenis cairan pleura dan penggunaannya semakin rutin. Apabila Ultrasonografi dapat digunakan untuk menentukan jenis cairan pleura tentunya akan meningkatkan efisiensi. Metode: Penelitian ini menggunakan desain uji diagnostik dengan sampel konsekutif sebanyak 60 orang untuk membandingkan penambahan USG Thorax pada Kriteria Alternatif Laboratorium dengan Kriteria Alternatif Laboratorium saja dalam mendiagnosis eksudat/transudat. Kriteria inklusi adalah pasien efusi pleura dengan usia lebih dari sama dengan 18 tahun dan kriteria eksklusi adalah pasien yang pernah dilakukan pungsi pada sisi yang sama sebelumnya. Penelitian dilakukan di RSCM pada Januari-Maret 2019. Pada subyek penelitian dilakukan pemeriksaan USG toraks dan pemeriksaan LDH,protein, dan kolesterol cairan pleura serta LDH dan protein cairan serum darah. Hasil: Pada pemeriksaan cairan efusi pleura menggunakan Kriteria Alternatif Heffner didapatkan hasil Sensitivitas dan Spesifisitas sebesar 97,67 % (IK 95% 87,71-99,94) dan 94,12 % (IK 95% 71.31-99.85) . Sementara pada penambahan USG toraks pada Kriteria Alternatif didapatkan hasil Sensitivitas dan Spesifisitas sebesar 97,67 % (IK 95% 87,71-99,94) dan 88,24 % (IK 95% 63,56-98,54). Diskusi: Kriteria Alternatif Heffner memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang baik dalam menentukan eksudat/transudate. Nilai sensitifitas dari penambahan USG tidak lebih baik dalam mendiagnosis eksudat/transudat. Hasil gambaran efusi pleura kompleks pada USG dapat bermanfaat untuk perencanaan awal kasus eksudat. Simpulan: Penambahan USG Thorax pada Kriteria Alternatif Laboratorium menurut Heffner memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tidak lebih baik dibandingkan dengan Kriteria Alternatif saja dalam mendiagnosis eksudat/transudat sesuai Kriteria Light sebagai baku emas pada populasi penderita efusi pleura di RSCM
Introduction: Determining the Nature of Pleural Effusion using Light Criteria is the first step to find the right etiology in pleural effusion patient. The Heffner Alternative Criteria was introduced to replace Light Criteria when there are difficulties to obtain blood serum. The use of this new criteria is very few in Indonesia and there are no research in Indonesian population yet. Thorax Ultrasonography is also a routine diagnostic imaging modalities in pleural effusion. It is used to guide safe thoracocentesis. The use of ultrasonography thereby can increase efficiency. Methods: This was a cross sectional diagnostic study, using 60 consecutive samples. The population of this study is patient in RSCM Hospital between January-March 2019. Inclusion criteria is pelural effusion patient age 18 years old or older. Patient were excluded if already puncture at the same side before. Thorax Ultrasonography was done and the LDH, Protein, Cholesterol of the pleural fluid was obtained. Discussion: Heffner alternative criteria had a good sensitivity and specificity in diagnosing exudate/transudate. But the sensitivity of adding USG was not better in diagnosing exudate/transudate. USG could have benefits in early planning intervention for exudate. Results:The Sensitivity and Specificity of Heffner Alternative Criteria alone were 97,67 % (CI 95% 87,71-99,94) and 94,12 % (CI 95% 71.31-99.85). The Sensitivity and Specificity of Heffner Alternative Criteria with added Thorax Ultrasonography were 97,67 % (CI 95% 87,71-99,94) dan 88,24 % (CI 95% 63,56-98,54). Conclusions:Adding Ultrasonography to Heffner Alternative Criteria was not improving the already very good Sensitivity and Specificity of Heffner Alternative Criteria alone in determining the nature of pleural effusion.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Gemiana
Abstrak :
Latar Belakang : Efusi pleura merupakan salah satu komplikasi dari kanker atau penyakit keganasan yang sering terjadi. Efusi pleura maligna termasuk dalam 15% sampai dengan 35% dari seluruh kejadian efusi pleura dan angka kejadiannya mencapai 660 orang per 1 juta populasi secara global. Beberapa model prediksi telah dievaluasi untuk memprediksi mortalitas pada pasien efusi pleura maligna. Skor PROMISE merupakan sebuah model prediksi mortalitas 3 bulan pada pasien dengan efusi pleura maligna. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi performa kalibrasi dan diskriminasi skor Clinical PROMISE dalam memprediksi mortalitas tiga bulan pada pasien efusi pleura maligna. Metode : Penelitian ini menggunakan metode kohort retrospektif yang melibatkan pasien efusi pleura maligna yang terdaftar tahun 2015-2022 di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dokter Cipto Mangunkusumo. Dilakukan penilaian mortalitas tiga bulan. Data terkumpul dianalisis dengan uji Hosmer-Lemeshow goodness-of-fit untuk mengetahui performa kalibrasi dan pembuatan kurva Receiver Operating Curve (ROC) untuk mengetahui performa diskriminasi skor Clinical PROMISE terhadap luaran mortalitas tiga bulan. Hasil : Diperoleh 120 subjek yang disertakan dalam penelitian dengan proporsi mortalitas 60,8%. Mayoritas subjek adalah perempuan (73,3%), rerata usia 55 tahun, kanker tipe lain (78,3%). Skor Clinical PROMISE memiliki performa kalibrasi yang baik (p = 0,230, koefisien korelasi r = 0,945). Performa diskriminasi skor Clinical PROMISE baik dengan AUC 0,849 (IK95% 0,776 –0,922). Kesimpulan : Performa kalibrasi dan diskriminasi skor Clinical PROMISE dalam memprediksi mortalitas tiga bulan pada pasien efusi pleura maligna adalah baik. ......Background: Pleural effusion is a frequent complication of malignancy. Malignant pleural effusion accounts for 15% to 35% of all pleural effusion cases and the incidence rate reaches 660 people per 1 million population globally. Several prediction models have been evaluated to predict mortality in malignant pleural effusion patients. The PROMISE score is a prediction model for 3-month mortality in patients with malignant pleural effusion. Methods: A retrospective cohort study was conducted on patients with malignant pleural effusion registered in 2015-2022 at Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital. A three-month mortality assessment was carried out. The collected data was analyzed using the Hosmer-Lemeshow goodness-of-fit test to determine the calibration performance and creation of a Receiver Operating Curve (ROC) curve to determine the discrimination performance of the Clinical PROMISE score on three-month mortality outcomes. Results: A total 120 subject were included in the study. The majority of subjects were women (73.3%), mean age 55 years and other types of cancer (78.3%). The Clinical PROMISE score had good calibration performance (p = 0.230, coefficient of correlation r = 0.945). The discrimination performance of the Clinical PROMISE score was good with an AUC of 0.849 (95% CI 0.776 –0.922). Conclusion: The calibration and discrimination performance of Clinical PROMISE score to predict 3-month mortality of malignant pleural effusion is good.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Gemiana
Abstrak :
Latar Belakang : Efusi pleura merupakan salah satu komplikasi dari kanker atau penyakit keganasan yang sering terjadi. Efusi pleura maligna termasuk dalam 15% sampai dengan 35% dari seluruh kejadian efusi pleura dan angka kejadiannya mencapai 660 orang per 1 juta populasi secara global. Beberapa model prediksi telah dievaluasi untuk memprediksi mortalitas pada pasien efusi pleura maligna. Skor PROMISE merupakan sebuah model prediksi mortalitas 3 bulan pada pasien dengan efusi pleura maligna. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi performa kalibrasi dan diskriminasi skor Clinical PROMISE dalam memprediksi mortalitas tiga bulan pada pasien efusi pleura maligna. Metode : Penelitian ini menggunakan metode kohort retrospektif yang melibatkan pasien efusi pleura maligna yang terdaftar tahun 2015-2022 di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dokter Cipto Mangunkusumo. Dilakukan penilaian mortalitas tiga bulan. Data terkumpul dianalisis dengan uji Hosmer-Lemeshow goodness-of-fit untuk mengetahui performa kalibrasi dan pembuatan kurva Receiver Operating Curve (ROC) untuk mengetahui performa diskriminasi skor Clinical PROMISE terhadap luaran mortalitas tiga bulan. Hasil : Diperoleh 120 subjek yang disertakan dalam penelitian dengan proporsi mortalitas 60,8%. Mayoritas subjek adalah perempuan (73,3%), rerata usia 55 tahun, kanker tipe lain (78,3%). Skor Clinical PROMISE memiliki performa kalibrasi yang baik (p = 0,230, koefisien korelasi r = 0,945). Performa diskriminasi skor Clinical PROMISE baik dengan AUC 0,849 (IK95% 0,776 –0,922). Kesimpulan : Performa kalibrasi dan diskriminasi skor Clinical PROMISE dalam memprediksi mortalitas tiga bulan pada pasien efusi pleura maligna adalah baik. ......Background : Pleural effusion is a frequent complication of cancer or malignant disease. Malignant pleural effusion accounts for 15% to 35% of all pleural effusion cases and the incidence rate reaches 660 people per 1 million population globally. Several prediction models have been evaluated to predict mortality in malignant pleural effusion patients. The PROMISE score is a prediction model for 3-month mortality in patients with malignant pleural effusion. Aim : This study aims to evaluate the calibration and discrimination performance of the Clinical PROMISE score to predict three-month mortality in malignant pleural effusion patients. Methods : This study used a retrospective cohort method involving malignant pleural effusion patients registered in 2015-2022 at Dokter Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital. A three-month mortality assessment was carried out. The collected data was analyzed using the Hosmer-Lemeshow goodness-of-fit test to determine the calibration performance and creation of a Receiver Operating Curve (ROC) curve to determine the discrimination performance of the Clinical PROMISE score on three-month mortality outcomes. Results : There were 120 included in the study with the proportion of mortality as high as 60.8%. The majority of subjects were women (73.3%), mean age 55 years, other types of cancer (78.3%). The Clinical PROMISE score had good calibration performance (p = 0.230, coefficient of correlation r = 0.945). The discrimination performance of the Clinical PROMISE score was good with an AUC of 0.849 (95% CI 0.776 –0.922). Conclusion : The calibration and discrimination performance of Clinical PROMISE score ini prediction 3-month mortality of malignant pleural effusion is good.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>