Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sitorus, Frida Ervina
2007
T41325
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Rimawati
"Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya berbagai kesempatan dan seringkali menghadapi risiko kesehatan reproduksi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran perilaku seksual berisiko remaja dan faktorfaktor apa saja yang mempengaruhinya di Tiga Sekolah Menengah Atas Negeri Kelas X dan XI di Kota Bengkulu Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dengan besar sampel sebanyak 693 orang siswa dari Tiga Sekolah Menengah Atas Negeri yang terpilih sebagai sampel penelitian ini. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner terstruktur dan dilaksanakan pada bulan Mei 2013. Gambaran perilaku seksual remaja ditemukan sebanyak 5,3% remaja mengatakan sudah pernah melakukan hubungan seksual.
Hasil analisis menunjukkan bahwa niat remaja untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah, teman sebaya dan sikap remaja terhadap seksualitas memiliki hubungan dengan perilaku seksual berisiko yang dilakukan remaja (p value < α). Disarankan adanya kerjasama antara instansi pemerintah, sekolah, dan masyarakat untuk meningkatkan layanan kesehatan reproduksi, khususnya layanan informasi, edukasi dan konseling yang turut melibatkan remaja secara langsung dalam program yang ramah remaja.

Adolescence is characterized by growth, change, the emergence of a variety of opportunities and often run the risk of reproductive health. This study was conducted to see the picture of adolescent risky sexual behavior and the factors that associated with in Three Public High School Grade X and XI in Bengkulu City in 2013. This study uses cross-sectional design with a sample size of 693 students from Three Public Senior High Schools that were selected as the study sample. Collecting data in this study using a structured questionnaire and was conducted in May 2013.
The result show that adolescents that engage with risky sexual behavior found as many as 5.3%. The results showed that adolescents intention to have sexual intercourse before marriage, peers and adolescent attitudes toward sexuality have relationships with adolescent risk sexual behavior (p value <α). The suggestion that could be given by this study is the collaboration between government agencies, schools, and communities to improve reproductive health services, especially information services, education and counseling that also directly involve youth in youth-friendly programs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Wulan
"Nama : Widya Ratna WulanProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Determinan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Tunagrahitadi Sekolah Luar Biasa Kabupaten Semarang Tahun 2018Pembimbing : Dr. Dian Ayubi S.KM, M.QIHKehamilan tidak diinginkan dan pelecehan seksual pada remaja tunagrahita akibatperilaku seksual berisiko dilaporkan masih terjadi di Kabupaten Semarang sebesar55,6 . Sekitar 25 penduduk Kabupaten Semarang adalah remaja usia 10-24 tahundengan jenis ketunaan terbesar adalah tunagrahita sehingga mempengaruhi risikotingginya perilaku seksual berisiko pada remaja tunagrahita.Tujuan penelitian ini adalahmengetahui determinan perilaku seksual berisiko pada remaja tunagrahita di SekolahLuar Biasa Kabupaten Semarang Tahun 2018. Penelitian ini merupakan penelitiankuantitatif dengan desain cross sectiona lyang dilakukan di Kabupaten Semarang. Datadikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner pada 82 siswa-siswiremaja tunagrahita di 5 sekolah luar biasa tunagrahita. Data dianalisis menggunakan ujiregresi logistik sederhana dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menemukan43,9 siswa-siswi memiliki perilaku seksual berisiko tinggi dengan nilai median 80,0 skala 100 . Variabel pengetahuan p=0,001 , peran guru p=0,001 , dan self-efficacy p=0,017 dengan p-value

ABSTRACTName Widya Ratna WulanStudy Program Public Health ScienceTitle Determinant of Sexual Behavior Among Intellectual DisabilityAdolescents in Special School, Semarang Regency, 2018Counsellor Dr. Dian Ayubi S.KM, M.QIHThe sexual behavior that leads to unwanted pregnancy and sexual abuse amongintellectual disability adolescents occured in Semarang Regency of 55.6 due to lack ofsexual health knowledge and information. Approximately 25 of Semarang Regencypopulation is adolescents aged 10 24 years with the largest intellectual disability so thataffect the high risk sexual behavior among intellectual disability adolescents. This studyaimed to determine the determinant of sexual behavior among intellectual disabilityadolescents in Special School Semarang Regency 2018. This study was a quantitativestudy with cross sectional design conducted in Semarang regency. Data were collectedby interview using questionnaires on 82 intellectual disability adolescent students in 5special schools. Data were analyzed using simple logistic regression and multiplelogistic regression test. The results found 43.9 of students who had high risk sexualbehavior with a median value of 80.0 scale 100 . The analysis result proved thatknowledge p 0,001 , teacher role p 0,001 , and self efficacy p 0,017 yieldingp value.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49952
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emilia Chrystin
"Jumlah remaja yang terus bertambah mengharuskan kesehatan remaja untuk lebih diperhatikan. Hal ini termasuk kesehatan reproduksi remaja. Nyatanya, perkawinan di bawah umur, melahirkan di usia remaja, serta Infeksi Menular Seksual (IMS) masih banyak terjadi pada remaja yang disebabkan oleh perilaku seksual berisiko. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual berisiko dalam berpacaran pada siswa/i di SMK Putra Bangsa Depok tahun 2020. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross-sectional. Pengumpulan data dilakukan secara primer dengan menggunakan kuesioner online yang bersifat self-administrated. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 12,4% siswa/i pernah melakukan perilaku seksual berisiko dalam berpacaran baik berupa perilaku cium bibir (12,4%), meraba daerah sensitif (7,6%), seks oral (1,9%), petting (1,9%), dan/atau hubungan seks (1,9%). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual berisiko dalam berpacaran pada siswa/i di SMK Putra Bangsa Depok tahun 2020 adalah jenis kelamin, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, perilaku teman sebaya dalam berpacaran, dan kepemilikan pasangan. Berdasarkan penelitian, dibutuhkan penyuluhan dan kurikulum pendidikan seksual yang mencakup kesehatan reproduksi hingga perilaku seksual, serta mengaktifkan peran guru Bimbingan Konseling (BK) dan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-R) sebagai sarana konseling dan sumbeer informasi mengenai kesehatan reproduksi bagi siswa/i.

The growing number of teenagers makes the health of teenagers need to be given more attention. This includes adolescent reproductive health. The reality is, underage marriage, giving birth at a young age, and sexually transmitted infections (STIs) still occur in adolescents due to risky sexual behavior. This study aimed to get the overview of student’s risky sexual berhavior in dating and determine what factors associated with risky sexual behavior in dating among students at SMK Putra Bangsa Depok in 2020. This research method is quantitative with cross-sectional study design. Data was collected primarily by using a self-administered online questionnaire. The results showed that 12.4% of students had risky sexual behavior in dating either in the form of kissing lips (12.4%), touching sensitive areas (7.6%), oral sex (1.9%), petting (1.9%), and/or having sex (1.9%). Factors related to risky sexual behavior in dating among students at SMK Putra Bangsa Depok in 2020 are gender, knowledge of reproductive health, peer behavior in dating, and partner ownership. Based on the research, counseling and sexual education curriculum that cover reproductive health up to sexual behavior are needed, as well as activating the role of school guidance counselor and the Adolescent Reproductive Health Information and Counseling Center as counseling facilities and sources of information on reproductive health for students."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Dahlan Syam
"Masa remaja akan mengalami proses perkembangan fisik, psikologis dan sosial. Pada masa ini remaja mulai melakukan pencarian identitas diri dan cenderung selalu ingin mendapatkan kebebasan sehingga sangat rentang terhadap perilaku-perilaku menyimpang seperti perilaku seksual berisiko. Program inovasi RAISA yang merupakan intervensi keperawatan yang diberikan kepada remaja dengan mengintegrasikan pendidikan kesehatan, pemberdayaan, dan peningkatan kontrol diri melalui terapi spiritual emotional freedom technique (SEFT). Inovasi ini diimplementasikan kepada remaja sebanyak 107 orang selama 45-60 menit/sesi sebanyak masing-masing 10 kali pertemuan di komunitas dan keluarga. Hasil implementasi keluarga didapatkan peningkatan rerata pengetahuan, sikap, keterampilan dan kemampuan komunikasi keluarga. Hasil implementasi di komunitas didapatkan rerata skor pengetahuan meningkat 7.7, rerata skor sikap terhadap perilaku seksual meningkat 5.08, rerata skor keterampilan meningkat 6.89, dan rerata skor kontrol diri remaja terhadap perilaku seksual berisiko meningkat 8.54. Hasil dependent t test didapatkan bahwa program inovasi RAISA berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, keterampilan, dan kontrol diri remaja (p<0.05). Program Inovasi RAISA dapat digunakan sebagai pilihan intervensi keperawatan dan direkomendasikan pada individu, kelompok, dan keluarga untuk mencegah terjadi perilaku seksual berisiko pada remaja.

Adolescence involves physical, psychological, and social development. During this period, adolescents begin to search for their identity and tend to seek freedom, making them highly vulnerable to deviant behaviors such as risky sexual behavior. The RAISA program is an innovative nursing intervention designed for adolescents, integrating health education, empowerment, and enhanced self-control through Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) therapy. This program was implemented with 107 adolescents, with each session lasting 45-60 minutes over ten meetings in community settings. Community implementation results indicated an average knowledge score increase of 7.7, attitude towards sexual behavior increase of 5.08, skills increase of 6.89, and self-control against risky sexual behavior increase of 8.54. The dependent t-test results showed that the RAISA program significantly improved adolescents' knowledge, attitudes, skills, and self-control (p<0.05). The RAISA program can be used as a nursing intervention option and is recommended for individuals, groups, and families to prevent risky sexual behavior in adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Kamilia
"ABSTRAK
Perilaku seksual berisiko bukan saja ancaman terbesar bagi kesehatan reproduksi remaja, tapi juga telah menunjukkan ketimpangan dampaknya bagi remaja perdesaan dan perkotaan. Sebagai contoh, data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 menunjukkan kejadian kehamilan tidak diinginkan pada remaja wanita di perdesaan hampir 2 kali lebih besar (16%) dibanding remaja wanita di perkotaan (9%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan determinan perilaku seksual berisiko pada remaja perdesaan di Indonesia. Penelitian ini adalah analisis data sekunder dari SDKI 2017 yang menggunakan desain potong lintang. Data dibatasi pada responden yang berusia 15-24 tahun, tinggal di perdesaan dan belum menikah (n=9,992). Analisis data menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan 95%. Hasil analisis menunjukkan lebih dari seperempat (26,7%) responden pernah melakukan perilaku seksual berisiko. Ada hubungan bermakna antara faktor predisposisi, faktor penguat, dan faktor pemungkin dengan perilaku seksual berisiko. Prevalensi perilaku seksual berisiko lebih tinggi pada kelompok usia 20-24 tahun (45,6%), jenis kelamin laki-laki (35%), tingkat pendidikan tinggi (50,7%), tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi baik (34,9%), memiliki sikap positif terhadap perilaku seks pranikah (44,9%), lebih terpapar dengan media informasi (30,5), pernah berpacaran (31,7%), pernah mengonsumsi alkohol (53,9%), tidak berkomunikasi mengenai kesehatan reproduksi dengan orang tua (28,2%), dan memiliki teman sebaya yang pernah melakukan perilaku seksual berisiko (41,2%). Program intervensi yang berbasis budaya untuk meningkatkan peran komunikasi orang tua mengenai kesehatan reproduksi remaja dan mengoptimalkan konseling tentang kesehatan reproduksi di institusi pendidikan di perdesaan sangat direkomendasikan.

ABSTRACT
Risky sexual behavior is not only the biggest threat to adolescent reproductive health, but also revealed inequality outcomes between rural and urban adolescents. Data from the 2017 Indonesia Demographic Health Survey (IDHS) showed that the incidence of unwanted pregnancies among rural female adolescents were almost 2 times greater (16%) than their urban counterpart (9%). This study aimed to describe and determine the determinants of risky sexual behavior among adolescents in rural Indonesia. Data for this study came from the 2017 IDHS, a national wide cross-sectional survey, limiting to those who were 15-24 years old, lived in rural areas, and who were not married (n=9,992). Data were analyzed using the chi-square test with a significance level of 95%. The results showed that more than a quarter (26.7%) of respondents had ever engaged in risky sexual behaviors. The prevalence of risky sexual behavior was higher in the age group of 20-24 years (45.6%), among males (35%), or those with higher educational level (50.7%), have better reproductive health knowledge (34.9% ), have positive attitude towards premarital sex (44.9%), have higher exposure from information media (30.5%), have ever consumed alcohols (53.9%), have ever engaged in a romantic relationship (31.7%), have never talked about health reproductive issues with parents (28.2%), and had peers who engaged in risky sexual behaviors (41.2%). Intervention programs to improve culturally-based parental communication about reproductive health and to optimize health reproductive counselling in rural schools are recommended."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valen Fridolin Simak, examiner
"Perilaku seksual berisiko adalah merupakan masalah kesehatan remaja yang terus menerus meningkat bersamaan dengan perkembangan teknologi, sehingga perlu untuk diatasi. Intervensi keperawatan “PEKA BERAKSI” adalah merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Tujuan karya ilmiah akhir ini adalah untuk memberikan gambaran dan pengaruh pelaksanaan intervensi “PEKA BERAKSI” (PEndidikan kesehatan, Kontrol orang tuA, pemBERdayaAn, Keterampilan negosiaSI) terhadap perilaku seksual berisiko pada remaja di SMA/SMK kelurahan Cisalak pasar. Pelaksanaan intervensi ini melibatkan 275 siswa kelas 10 dan 11 dan 10 keluarga binaan selama 16-17 kali pertemuan selama 10 minggu. Data dianalisis menggunakan uji Paired t test dengan hasil membuktikan terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan remaja dan keluarga mencegah perilaku seksual berisiko sebelum dan sesudah dilakukan intervensi (p = 0,001). Berdasarkan hasil tersebut, perlu adanya pemantauan secara berkesinambungan terhadap tahap tumbuh kembang remaja khususnya dengan meningkatkan kompetensi kecakapan hidup remaja untuk mengatasi masalah kesehatan, sehingga remaja dapat menekan angka kejadian perilaku seksual berisiko.

Risky sexual behaviour is an adolescent health problem that continues to increase along with technological developments, so it needs to be addressed. "PEKA BERAKSI" nursing intervention is one solution to overcome this problem. The purpose of this final scientific work is to provide an overview and influence of the implementation of "PEKA BERAKSI" interventions (health education, parental monitoring, empowerment, negotiation skill) on risky sexual behaviour in adolescents in high school / vocational Cisalak pasar village. The implementation of this intervention involved 275 10th and 11th-grade students and 10 assisted families for 16-17 meetings for 10 weeks. Data were analysed using paired t-test with the results proving that there was a significant effect on the knowledge, attitudes and skills of adolescents and families to prevent risky sexual behaviour before and after the intervention (p = 0.001). Based on these results, there is a need for continuous monitoring of the stages of adolescent growth and development, primarily by increasing adolescent life skills competencies to overcome health problems, so that adolescents can reduce the incidence of risky sexual behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
John Toding Padang
"Gambaran tentang kehidupan dan perilaku seks bebas diantara kaum homoseksual merupakan masalah kesehatan utama dan faktor penting dalam transmisi infeksi HIV ke populasi yang lebih luas. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap persepsi kaum homoseksual terhadap aktivitas seksual yang berisiko terjadi HIVAIDS. Pendekatan yang digunakan pada penelitian kualitatif ini adalah fenomenologi deskriptif. Partisipan dalam penelitian ini adalah 5 orang pria homoseksual yang aktif secara seksual. Proses analisis menggunakan tahapan analisis menurut Colaizzi, dan teridentifikasi lima tema utama: (1) Penampilan fisik sebagai modal utama (2) Pencapaian kebahagiaan melalui hubungan homoseksual (3) Ketergantungan kebutuhan seks sebagai alasan mempertahankan hubungan homoseksual (4) Ketidaknyamanan sebagai alasan tidak memproteksi diri (5) Upaya pencarian figur seorang ayah. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk data dasar pendidikan kesehatan pencegahan perilaku seksual berisiko dimana diharapkan dapat membantu mencegah peningkatan prevalensi HIV-AIDS pada kaum homoseksual. Diperlukan penelitian lanjutan dengan menggunakan desain dan teknik sampling lainnya, untuk meningkatkan validitas dan reliabilitas hasil penelitian. Sehingga hasil yang diperoleh dapat ditransfer ke populasi yang memiliki tipologi yang sama.

The description of Homosexuals lifestyle and free sex behavior is the essential of the transmission of HIV in large population. This study aims to uncover the perceptions of homosexuals against risk sexual activity that occurs with HIVAIDS. The design of this qualitative research was descriptive phenomenology approach. Participants in this study include of five homosexual's. Analysis process is using the stage of Colaizzi's data analysis and five themes was identified in this study, consist of: (1) The physical appearance as the main capital (2) Attainment of happiness through homosexual relations (3) The dependence of sexual needs as the reason for maintaining a homosexual relationship (4) The discomfort as a reason not to protect yourself (5) The search for figure of a father. This study is usefull as the basic of health education in sexual behavior risk preventive, which can help to protect the increase of HIV-AIDS prevalency in the homosexuals. There's need continues study that using another design and sampling technique to increase the validity and reliability of the finding. So the result can be transfered to essential population that have similarity in tipology.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T30702
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Rico Januar
"Penyalahgunaan narkotika yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah, dan berganti-ganti mitra seksual merupakan perilaku berisiko. Masalah yang diakibatkan penyalahgunaan narkotika sangat kompleks, seperti masalah sosial dan kesehatan. Kecenderungan pengguna narkotika melakukan perilaku seksual dini dan tidak aman semakin memperparah kondisi kualitas hidup pecandu dan tentunya berdampak besar pada kelangsungan hidup di masa depan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui determinan perilaku seksual berisiko di kalangan pengguna narkotika. Metode penelitian adalah potong lintang menggunakan data sekunder kajian rekam medis di instalasi Medical Psychiatric Evaluation di rumah sakit ketergantungan obat (RSKO) Jakarta tahun 2013. Populasi penelitian adalah pasien ketergantungan narkotika yang dirawat inap di RSKO Cibubur selama tahun 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang dirawat inap berjumlah 74 responden. Analisis data yang digunakan adalah analisis secara univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil penelitian membuktikan bahwa mayoritas responden telah melakukan perilaku seksual berisiko, yaitu sebesar 82,4% dengan usia pertama kali berhubungan seksual ≤ 17 tahun sebesar 78,4%. Usia pertama kali berhubungan seksual ≤ 17 tahun merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap perilaku seksual berisiko di kalangan pecandu narkotika. Model akhir analisis multivariat menunjukkan bahwa pengguna narkotika yang telah melakukan hubungan seksual ≤ 17 tahun berpeluang 6,74 kali (CI = 1,84 ? 24,73) untuk melakukan perilaku seksual berisiko dibandingkan dengan pengguna narkotika > 17 tahun.

Narcotic abuse having premarital sexual intercourse and multiple sexual partners is risky behavior. Problems caused by narcotic abuse are very complex, such as social and health problems. Tendency of narcotic users committing early and unsafe sexual intercourse worsen condition of the addict?s quality of life and definitely has a big impact on life survival in the future. This study aimed to determine determinants of risky sexual behavior among narcotic users. The method was cross sectional study using secondary data of medical record assessment at Medical Psychiatric Evaluation installation in Jakarta hospital for drug addicts in 2013. The study population was narcotic-addicted patients hospitalized at Cibubur Hospital for Drug Addicts within 2013. Sample of this study was all hospitalized patients amounted to 74 respondents. Data analysis used was univariate, bivariate and multivariate analysis. Results proved that most respondents had committed risky sexual behaviors worth 82.4% in which the age of first intercourse ≤ 17 years old worth 78.4%. The age of first intercourse ≤ 17 years old was the most influential variable to risky sexual behavior among narcotic addicts. The final model of multivariate analysis showed that narcotic users who committed sexual intercourse ≤ 17 years had 6.74 times opportunity (CI = 1.84 ? 24.73) to commit risky sexual behavior than > 17 yearold narcotic users."
Universitas Sriwijaya, Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2015
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Dwifa Sari
"HIV/AIDS sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk di Indonesia. Laki-laki berhubungan seks dengan laki-laki merupakan salah satu kelompok yang berisiko tinggi mengalami HIV/AIDS. Kasus HIV pada LSL mengalami peningkatan dari tahun 2010 yaitu dari 506 kasus menjadi 9856 kasus pada tahun 2019 (Kemenkes, 2019). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan faktor sosiodemografi dan perilaku seksual berisiko dengan kejadian HIV pada LSL di Indonesia tahun 2018-2019 berdasarkan data Survey Terpadu Biologis dan Perilaku 2018-2019. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan menggunakan data sekunder STBP tahun 2018-2019. Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode total sampling dengan kriteria inklusi seseorang secara biologis laki-laki berumur 15 tahun atau lebih di kota survei setidaknya selama satu tahun terakhir dan mengakui dirinya sebagai biseksual/homoseksual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi LSL yang mengalami kejadian HIV positif yaitu 20.4%. Berdasarkan analisis regresi logistik, faktor yang memiliki hubungan signifikan adalah status perkawinan (OR=2.08 95%CI 1.210-3.566), penggunaan kondom dengan pasangan tetap pria (OR=1.9 95%CI 1.240 – 2.896), dan pesta seks (OR=2.032 95%CI 1.126 – 3.667).

HIV / AIDS is still a health problem in the world including in Indonesia. Men have sex with men is one of the high-risk groups experiencing HIV. HIV cases in MSM have increased from 2010, from 506 cases to 9856 cases in 2019 (Ministry of Health, 2019). The purpose of this study was to determine the relationship of sociodemographic factors and risky sexual behavior with HIV incidence in MSM in Indonesia in 2018-2019 based on Integrated Biological and Behavioral Survey data 2018-2019. The design of this study was cross sectional using secondary data of IBBS 2018-2019. The sample in this study used a total sampling method with inclusion criteria is men biologically aged 15 years or older in the survey city for at least the past one year and recognized themselves as bisexual / homosexual. The results showed that the proportion of MSM who experienced an HIV positive incidence was 20.4%. Based on logistic regression analysis, factors that have a significant relationship are marital status (OR = 2.08 95% CI 1,210-3,566), condom use with male permanent partners (OR = 1.9 95% CI 1,240 - 2,896), and sex parties (OR = 2,032 95% CI 1,126 - 3,667)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>