Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isbandi Rukminto Adi
Abstrak :
ABSTRAK
Peningkatan angka penyalahguna zat dari tahun ke tahun menunjukkan gambaran yang oukup 'memprihatinkan' bagi para pembuat kebijakan. Oleh karena itu, Presiden Soeharto dalam perterauannya dengan Menko Polkam menyatakan keprihatinannya terhadap peredaran obat-obatan dan minuman keras di kalangan anak muda. Apalagi Indonesia saat ini bukan lagi menjadi transit perdagangan narkotika Internasional, tetapi sudah menjadi kawasan yang dituju oleh pedagang narkotika itu. Oleh karena itu, Presiden juga menginstruksikan agar j ajar an Polkaio segera melakukan tindakan pencegahan(Republika 1994:1). Adanya kecenderungan peningkatan angka penyalahguna 2at di Indonesia, serta semakin meningkatnya tindak kriminal yang secara tida-k langsung terkait dengan penyalahgunaan zat dewasa ini, maka dalam tesis ini dicoba dikaji variabel-variabel yang terkait dengan terbentuknya perilaku individu dalam menggunak*n zat. Variabel-variabel yang menjadi independen Variabel dalam hubungan antara faktor yang memungkinkan munculnya suatu perilaku dengan munculnya suatu perilaku tertentu adalah: niat individu untuk menggunakan zat; konsep diri; dukungan teman sepermainan; kepaduan dalam keluarga; serta keterjangkauan cara dan inforraasi untuk menggunakan zat dalam kaitan dengan tingkat keterlibatan individu sebagai pengguna zat. Berdasarkan temuan di lapangan, ada hal yang cukup mengkhawatirkan bagi para guru ataupun mereka yang terlibat dalam upaya menanggulangi penggunaan zat di kalangan remaja yaitu mudahnya para remaja tersebut mendapatkan obat dan narkotika .(termasuk didalamnya minuman keras). Dari hasil lapangan juga tampak bahwa dukungan teman sepermainan untuk menggunakan zat menjadi variabel yang amat penting untuk dipertimbangkan dalam rangka membangun strategi untuk menanggulangi penyalahgunaan zat di kalangan remaja, terutama remaja-remaja di kota-kota besar. Hal ini perlu dipertimbangkan karena lebih dari 68% sumber para remaja mendapatkan obat dan narkotika
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andry Rivan Sumara
Abstrak :
ABSTRAK
Implikasi yang terjadi karena perkembangan media internet yang melaju pesat adalah jumlah website atau situs yang meningkat dan ledakan informasi. Namun ledakan situs dan informasi tersebut tidak selalu berefek positif. Terdapat pula informasi yang berisi negatif, berkontent illegal menurut Undang-Undang. seperti situs-situs yang berisi pornografi, kekerasan, terorisme, penipuan, perjudian dan lain sebagainya. Sementara itu upaya pemerintah untuk memblokir situs tidak sebanding dengan pertumbuhan website tersebut. Oleh sebab itu, pemerintah melakukan penyuluhan kampanye perubahan sosial dalam penggunaan internet. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan pretest posttest control group design. Tujuannya adalah untuk mengetahui mengukur perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku yang disebabkan oleh kampanye ini. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan pengetahuan pada pretest dan posttest pada kelompok eksperimen namun sebaliknya, tidak terjadi perbedaan dalam sikap dan perilaku pada kelompok eksperimen.
ABSTRACT
The implications that occur due to the development of internet media is moving rapidly is the number of websites or sites that are increased and the explosion of information. But the explosion site and the information does not always have a positive effect. There is also information that contains negative, which have illegal contents under the Act. such as sites containing pornography, violence, terrorism, fraud, gambling and so forth. While the government attempts to block sites that are not comparable with the growth of the website. Therefore, the government is doing outreach campaigns for social change in the uses of the internet. This study used an experimental method with pretest and posttest control group design. The goal is to determine measure changes in knowledge, attitudes and behavior caused by this campaign. The results showed there are differences in knowledge on the pretest and posttest results in the experimental group, but on the contrary, no differences in attitudes and behaviors in the experimental group
2015
T44681
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Nurul H, Author
Abstrak :
ABSTRAK
Industri kesehatan, salah satunya rumah sakit telah mengalami peningkatan, hal ini dibuktikan dengan bertambahnya jumlah dan jenis rumah sakit khususnya di kota Jakarta. Kondisi demikian menimbulkan persaingan diantara pengelola rumah sakit untuk mendapatkan pangsa pasar konsumen yang lebih besar. Salah satu bidang jasa layanan rumah sakit yang sangat memliki prospek yang bagus adalah jasa penanganan kelahiran. Angka kelahiran di Indonesia sendiri masih tergolong tinggi, sehingga kebutuhan akan tempat melahirkan merupakan hal yang memiliki peluang profit yang besar.

Orientasi rumah sakit tidak lagi hanya sebatas fungsi sosial, tetapi bahkan beberapa rumah sakit cenderung ke arah pencapaian profit. Pada umumnya kalangan konsumen yang mereka bidik adalah konsumen dengan kelas sosial ekonomi menengah keatas karena aliran keuntungan yang didapatkan bisa lebih cepat. Hal ini membuat masing-masing pihak manajemen mulai membenahi sistem pelayanannya menjadi yang terbaik sesuai dengan keinginan konsumen. Salah satunya dengan mengetahui karakteristik konsumen yang menjadi pasiennya dan juga konsumen yang menjadi pasien rumah sakit pesaingnya, sehingga dengan demikian pihak manajemen dapat lebih tepat menyusun strategi menajemennya terhadap para pesaingnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengiuentifikasi proses pengambilan keputusan, mengidentifikasi perilaku konsumen dalam memilih mmah sakit untuk melahirkan, mengidentifikasi alasan konsumen memilih rumah sakit untuk melahirkan, mengidentifikasi atribut-atribut apa saja yang mempengaruhi konsumen memilih rumah sakit untuk melahirkan, dan mengetahui segmentasi konsumen rumah sakit berdasarkan tingkat kepentingannya terhadap atribut yang perlu dimilki oleh rumah sakit untuk melahirkan.

Data untuk penelitian ini diperoleh melalui kuesioner terstruktur terhadap 100 orang respond en yang berstatus masih menj adi pasien raw at inap pasca melahirkan yang diambil secara acak dari dua jenis rumah sakit yang ada di daerah Jakarta Selatan. Analisis statistik yang dipakai dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif, analisis diskriminan, analisis faktor, analisis cluster, dan uji korelasi.

Hasil analisis berkaitan dengan proses pengambilan keputusan pemilihan jenis rumah sakit untuk melahirkan menunjukkan bahwa kesadaran perlunya rumah sakit untuk melahirkan telah timbul pada usia kehamilan trimester pertama sebesar 81%. Yang menjadi TOM RS Umum urutan 3 teratas adalah RS Pusat Pertamina, RS Pondok Indah, dan MMC. Sedangkan untuk TOM RS Bersalin urutan 3 teratas adalah RSB Asih, RSB Hermina, dan RSB Bunda. Sumber informasi utama didapatkan melalui keluarga (36%), ternan (33%), dokter kandungan (17%), suami (10%), dan brosut (4%). Orang yang paling mempengaruhi responden dalam pemillihan mmah sakit adalah ternan (38%), dokter kandungan (30%), diri sendiri (20%), orangtua (7%), dan suami (5%). Sedangkan orang yang mengambil keputusan dalam pemilihan rumah sakit adalah diri sendiri (48%), suami (45%), dan dokter kandungan (7%).

Tempat periksa kehamilan yang dipilih oleh responden adalah RSB (59%), RSU (34%), Klinik Bersalin (4%), Rumah Bersalin (2%), dan Bidan Anak (1 %). Alasan pemilihan tempat periksa kehamilan ada lima dengan 3 alasan terbanyak yang menempati urutan pertama adalah "Dokter sebelumnya" (35%), "Dokter rekomendasi" (32%), dan "Dekat rumah" (31 %). Sedangkan alasan pemilihan rumah sakit untuk melahirkan ada sepuluh alasan dengan 3 alasan terbanyak yang menempati urutan pertama adalah "Cocok dengan dokter" (56%), "Dekat rurnah" (22%), "Peralatan rnedis lengkap" (13%). Tipe rumah sakit yang disukai oleh responden adalah dengan: bentuk bangunan rumah sakit "Rumah" (54%), status rumah sakit "Swasta" (94%), jenis rumah sakit "Khusus" (64%), dan kelas kamar "I-III/non VIP" (66%).

Berdasarkan analisis diskriminan, ada 3 atribut yang paling membedakan antara konsumen rumah sakit umum dengan rumah sakit bersalin dengan urutan dari yang paling membedakan sampai yang kurang membedakan adalah "Kecanggihan peralatan medis", "Penampilan perawat", dan "Kemegahan rumah sakit".

Berdasarkan analisis faktor, telah terbentuk enam faktor baru dimana pada faktor pertama atribut yang paling berpengaruh adalah "Kesejukan kamar", pada faktor kedua adalah atribut "Keramahan dokter", pada faktor ketiga adalah atribut "Keahlian dokter", pada faktor keempat adalah atribut "Kelengkapan perabot", pada faktor kelima adalah atribut "Kemegahan rumah sakit", dan pada faktor keenam adalah atribut "Kecanggihan peralatan medis".

Berdasarkan analisis cluster, responden yang menjadi pasien RSB Asih dan RSU Pertamina dapat dikelompokkan menjadi dua cluster, cluster pertama ada 42% responden dan cluster kedua ada 58% responden. Pada RSB Asih, cluster 1 adalah kelompok yang lebih menganggap penting kemegahan gedung RS dan ImageRS, sedangkan cluster 2 yang menganggap penting pada dokter yang komunikatif, dokter senior, perawat yang cekatan bertindak, kesejukan kamar, ketenangan kamar, menu makanan enak bergizi, dan area parkir luas. Pada RSU pertamina cluster 1 adalah kelompok yang lebih menganggap penting kecanggihan peralatan medis, sedangkan cluster 2 kelompok yang lebih menganggap penting terhadap kebersihan kamar, ketenangan kamar, kelengkapan perabot kamar, privacy kamar, menu makanan enak bergizi, dan area parkir yang luas.
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellise Irine Yosefi, Author
Abstrak :
ABSTRAK
PT. Nadja Sukses Utama yang didirikan pada tahun 1995 merupakan perusahaan yang mengelola bisnisnya dengan sistem Multi Level Marketing (MLM) dengan brand Sophie Martin (selanjutnya disebut sebagai Sophie Mariin). Sophie Martin sendiri merupakan nama istri Mr. Bruno Hasson yang merupakan pendiri Sophie Martin. Sejak awal strategi pemasaran yang digunakan adalah dengan menjual secara langsung (direct selling), tidak pemah masuk ke toko-toko karena mereka beranggapan bahwa direct selling akan lebih baik dilakukan karena Indonesia merupakan negara yang luas, dan untuk membuka toko membutuhkan dana yang cukup besar.

Sistem Multi Level Marketing merupakan salah satu altematif bisnis dengan modal yang rendah. Menurut data yang didapat dari APLI, pada tahun 2001 terdapat 80 perusahaan Direct Selling yang tergabung didalamnya, dari jumlah tersebut ada± 4.000.000 orang Sales Person. Pada tahun 2003 terdapat ± 200 perusahaan yang bergerak di bidang Multi Level Marketing, dengan jumlah Sales Person 4,28 juta orang dengan omzet US$343 juta. Ini membuktikan bahwa pertumbuhan perusahaan yang bergerak di bidang MLM makin pesat dan potensi pasar MLM di Indonesia masih sangat besar.

Persaingan yang dihadapi Sophie Martin cukup berat semng dengan semakin banyaknya perusahaan yang bermain dengan sistem MLM, baik yang menjual produk yang sama maupun menjual produk yang berbeda. Persaingan yang teijadi bukan hanya sebanyak apa produk dapat teijual namun juga meliputi seberapa banyak anggota yang direkrut dan aktif untuk menj alankan bisnis tersebut. Untuk memenangkan persaingan maka Sophie Martin harus mulai melakukan perbaikan dari dalam tubuh Sophie Martin sendiri, dalam arti pihak manajemen harus mengetahui faktor penyebab tidak aktifnya sebagian anggota Sophie Martin.

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi seseorang bergabung MLM Sophie Martin. Dengan mengetahui motivasi utama para anggota maka Sophie Martin akan dapat merencanakan suatu strategi yang semakin mendorong motivasi para anggota, atau bahkan membangkitkan kembali motivasi yang sebelumnya telah meredup. Tujuan kedua adalah mengetahui apakah para anggota Sophie Martin menguasai product knowledge-nya dengan baik. Sophie Martin merupakan perusahaan MLM yang bergerak dibidang fashion yang selalu up to date dengan perkembangan trend, karena itu model produknya selalu berganti di setiap katalognya, para anggotanya harus selalu menyesuaikan diri dengan trend dan mengetahui ciri khas dari produk Sophie Martin. Tujuan ketiga adalah mengetahui apakah anggota Sophie Martin menguasai benar sistem Multi Level Marketing di Sophie Martin. Karena sistem merupakan kunci utama dalam menjalankan bisnis MLM, dengan pengetahuan sistem yang baik maka para anggota akan dapat mencari peluang untuk mendapatkan penghasilan lebih. Penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan rekomendasi kepada PT. Nadja Sukses Utama mengenai langkah yang dapat dilakukan untuk mengaktifkan kembali anggota yang tidak aktif sehingga MLM Sophie Martin akan dapat bertahan bahkan memenangkan persaingan dalam industri bisnis MLM ini.

Penelitian mengenai faktor penyebab tidak aktifnya sebagian anggota Sophie Martin ini dilakukan di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Responden yang diteliti adalah responden yang telah menjadi anggota Sophie Martin minimal 1 (satu) tahun baik itu anggota tersebut aktif atau tidak aktif di sophie Martin.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis maka didapatkan beberapa temuan yaitu: 1. Motivasi seseorang masuk menjadi anggota MLM Sophie Martin adalah untuk mendapatkan penghasilan lebih. Untuk menjadi aktif di Sophie Martin maka tidak dipengaruhi apakah ia menjadi anggota satu perusahaan saja atau menjadi anggota di lebih dari satu perusahaan MLM. 2. Pengetahuan tentang produk tidak mempengaruhi seorang anggota menjadi aktif atau tidak. 3. Pengetahuan tentang sisteih sangat mempengaruhi seorang anggota menjadi aktif atau tidak aktif. Temyata masih ada anggota yang aktif masih memiliki pengetahuan sistemnya jelek. Sedangkan anggota yang tidak aktif yang memiliki pengetahuan sistem yang bagus hanya sebagian kecil saja yaitu sebesar sebesar 24%. 4. Faktor edukasi kepada para anggota sangat penting baik itu edukasi kualitas maupun edukasi sistem. Dan perlu adanya perbaikan dari Sophie Martin untuk sistem antrian dan pengambilan barang.

Dengan adanya penelitian ini maka saran yang diberikan kepada PT. Nadja Sukses Utama adalah sebagai berikut: (1) Perlu dilakukan pengembangan dalam PR (Public Relation) Internal Sophie Martin agar dapat memberikan cara komunikasi yang j elas dan tepat sehingga tidak terjadi keragu-raguan dalam benak para anggota mengenai kepastian program promosinya, (2) Untuk menjaga Image yang positif dari Sophie Martin maka perlu adanya standart atau keseragaman antara dekorasi toko I showroom antara kantor pusat dengan para Bussiness Center-nya diseluruh daerah. Selain itu dilakukan standarisasi pelayanan customer service, kasir dan front office lainnya melalui pelatihan yang berkesinambungan dari kantor pusat, dan dilakukan pengecekan secara berkala.

Dengan penelitian ini maka diharapkan Sophie Martin akan dapat melakukan perbaikan untuk pengembangan kearah yang lebih baik; dimasa yang akan datang. Dan perlu diadakannya riset berskala nasional dengan sample yang jauh lebih besar, serta kajian yang lebih mendalam sehingga rr.endapatkan temuan-temuan yang lebih mendalam lagi.
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rumantir, Victoria Felisia
Abstrak :
ABSTRAK Perkembangan kompetisi menunjukkan beberapa produsen kopi mulai melakukan inovasi produk dan kampanye iklan yang cukup gencar. Program promosi kopi yang sangat intensif oleh produsen diharapkan dapat mempengaruhi minat dan motivasi konsumen. Namun yang harus diperhatikan oleh para produsen adalah bahwa keputusan pembelian suatu barang atau jasa berada di tangan konsumen. Pengambilan keputusan konsumen tidak hanya dipengaruhi oleh produsen atau pemasar, tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan konsumen, perbedaan individu konsumen itu sendiri, dan proses psikologis yang terjadi di dalam pikiran konsumen. Penelitian ini memiliki 3 tujuan utama yaitu untuk mengidentifikasi atribut-atribut yang mempengaruhi konsumen dalam pemilihan merek kopi, mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi konsumen dalam memilih merek kopi yang paling sering dikonsumsi, dan mengetahui perceptual map kopi yang ada di pasaran saat ini. Daia untuk penelitian ini diperoleh melalui kuesioner terstruktur terhadap 150 responden di Jabodetabek yang berusia 20- 55 tahun. Responden dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok pertama terdiri dari 75 orang yang minum kopi bubuk setiap hari dan kelompok kedua juga terdiri dari 75 orang yang minum kopi instan setiap hari. Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif, analisis korelasi, dan analisis correspondence. Beberapa atribut yang mempengaruhi konsumen dalam memilih merek kopi bubuk yang akan dikonsumsi berdasarkan tingkat kepentingannya dari yang paling penting adalah rasa yang enak/mantap/nikmat, aroma harum, mudah didapat, bubuk kopi halus, tersedia dalam kemasan sachet, terbuat dari biji kopi pilihan, harga terjangkau, efektif menghilangkan ngantuk, merek terkenal, dan iklan menarik. Sedangkan atribut yang mempengaruhi konsumen dalam memilih merek kopi instan berdasarkan tingkat kepentingannya dari yang paling penting adalah rasa yang enak/mantap/nikmat, aroma harum, praktis penggunaanya, mudah didapat, harga terjangkau, terbuat dari biji kopi pilihan, tersedia dalam kemasan sachet, merek terkenal, efektif menghilangkan ngantuk, dan iklan menarik. Pada kopi bubuk maupun instan, merek yang paling sering digunakan dipengaruhi secara signifikan oleh top of mind, merek yang paling sering digunakan sebelumnya, dan merek yang terakhir digunakan. Oleh karena itu produsen kopi harus dapat meningkatkan brand awareness konsumen terhadap merek mereka agar dapat mendorong konsumen untuk mencoba merek tersebut. Pada pasar kopi bubuk, setiap merek sudah memiliki persepsi masing-masing di benak konsumen kecuali Singa dan Ayam Merak tidak memperoleh penciri apapun yang menyebabkan konsumen ingat kepada kedua merek tersebut. Sedangkan pada pasar kopi instan, terdapat beberapa merek yang memiliki persepsi yang berdekatan di benak konsumen yaitu Nescafe dengan Torabika dan Indocafe dengan Good Day. Namun Singa dan Coffee Break tidak memperoleh penciri apapun yang menyebabkan konsumen ingat kepada kedua merek tersebut. Atribut yang harus dimiliki oleh kopi bubuk maupun instan adalah rasa yang enak dan aroma yang harum karena dua atribut ini yang dianggap paling penting oleh konsumen dan dijadikan dasar penilaian utama terhadap suatu merek. Meskipun demikian, atribut ini hanya merupakan syarat minimal bagi pemain yang ingin masuk ke pasar kopi. Untuk memenangkan persaingan, produsen kopi harus beriklan secara intensif di televisi untuk meningkatkan awareness konsumen agar termotivasi untuk membeli. Selain itu jaringan distribusi yang luas juga diperlukan untuk mendukung keberhasilan pemasaran. Meskipun atribut yang dianggap paling penting oleh konsumen bubuk maupun instan adalah rasa yang enak dan aroma yang harum namun dapat menekankan atribut lain yang dapat dijadikan penciri merek mereka di benak konsumen. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memberikan ciri khas pada merek adalah melalui iklan karena meskipun tidak terdapat perbedaan yang mendasar antara merek-merek kopi yang ada namun konsumen tetap dapat membedakan merek yang satu dengan yang lain berdasarkan metode komunikasi yang digunakan oleh produsen. Dari perceptual map dapat dilihat bahwa belum ada satupun merek kopi yang dipersepsikan sebagai kopi yang memiliki aroma harum sedangkan berdasarkan penelitian atribut aroma harum merupakan atribut kedua yang dianggap paling penting oleh konsumen kopi. Pemain baru yang ingin masuk ke pasar kopi bubuk maupun instan dapat memanfaatkan celah ini untuk merancang metode komunikasi yang dapat membuat merek yang ingin dipasarkan dipersepsikan sebagai kopi yang memiliki aroma yang harum. Namun sebelumnya, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aroma harum seperti apa yang paling sesuai dengan selera konsumen agar merek yang akan dipasarkan dapat diterima oleh konsumen. Keterbatasan penelitian ini adalah jumlah sample yang diambil relatif sedikit jika dibandingkan dengan jumlah konsumen kopi yang sebenarnya dan metode sampling yang digunakan adalah nonprobability sampling sehingga dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan pengambilan sample karena sample dapat mengarah pada segmen tertentu.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajie Arifuddin
Abstrak :
ABSTRAK
lndustri MSG di Indonesia merupakan industri yang sudah mencapai tingkat mature, pertumbuhan industri ini tiap tahunnya hanya mencapai 3% - 5% walaupun dalam 5 tahun terakhir industri ini masih mengalami pertumbuhan tetapi pertumbuhan tersebut hanyalah pada kisaran angka 5% tiap tahunnya bahkan pada tahun 2001 angka pertumbuhannya adalah menurun sebesar 1,3% jika di lihat dari tonage walaupun secara rupiah masih mendekati angka 0% dibandingk:an dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2000.

Dalam industri MSG di kenal 2 jenis produk yaitu Retail dan Bulk Size, Retail adalah Jenis MSG dalam beotuk kristal yang biasanya di jual langsung untuk para end-user sedangkan bulk adalah MSG dalam bentuk bubuk yang biasanya digunakan untuk pemakaian industri. Para pemain yang ada dalam industri ini adalah antara lain Sasa, Ajinomoto, Miwon, Indo rasa, Mipung, dlL Menurut data tahun 2002, industri MSG ini membukukan penjualan sebesar 116.204 ton atau senilai dengan 1,825 trilyun rupiah dimana pada tahun tersebut Sasa adalah market leader dengan share sebesar 38%, diikuti oleh Ajinomoto dengan share 22,6%, Kemudian Miwon dengan 20,5%, lndorasa dengan 6,9%, Palur 10,1%, serta merek lainnya terutama merek-merek lokal sampai dengan share sebesar 1,9%. Sedangkan pada tahun 2001 mencapai angka 109.291 ton dengan nilai rupiah 1,721 trilyun, pada tahun 2000 mencapai angka 110.730 ton dengan nilai uang 1, 720 trilyun rupiah.

Dari data tersebut di atas dapatlah di lihat bahwa tidak ada satupun pemain yang sangat dominan dalam industri MSG ini, hal ini disebabkan masih kuatnya beberapa merek lokal di daerah-daerah tertentu Apalagi karakteristik produk yang bisa dikatakan sama, menjadikan kekuatan merek adalah salah satu penentu keberhasilan pemain dalam industry MSG tersebut. Di tambah lagi pesaing dari industri lain yaitu industri kaldu dan bumbu masak seperti Royco, A1aggi, Knor, yang di masa akan datang akan menjadi pesaing potensial buat para pemain MSG.

Dengan kondisi seperti ini, artinya kekuatan merek atau brand image yang harus di bangun oleh para pemain untuk meningkatkan market share-nya haruslah dilakukan secara tepat dan efektif Karena dari segi pertumbuhan industri yang ada temyata bisa di bilang sudah mendekati tingkat mature atau bahkan di masa yang akan datang cenderung untuk menurun, sehingga tidak ada jalan lain untuk jenis industri seperti ini para pemain haruslah mampu merebut pangsa pasar ataupun market share pemain lain hila ingin tetap eksis dalam industri Monosodium Glutamate ini.

Sasa sebagai market leader harus mampu mempertahankan brand image yang ada saat ini di daerah-daerah yang menjadi basis kekuatannya jika tidak ingin di rebut oleh para pesaingnya. Untuk itu pihak manajemen Sasa haruslah menempatkan diri sebagai marketing company apabila masih ingin tetap menjadi market leader karena pada akhimya marketing strategi yang tepat akan menjadikan Sasamempunyai brand image yang perceived value-nya tinggi di mata konsumen. Hal ini memang tidak dapat di capai dengan mudah, namun perlu kerja keras dalam menganalisa pasar dan konsumen sehingga dapat di ambil suatu strategi marketing yang tepat. Selain itu juga diperlukan suatu strategi komunikasi yang tepat pula untuk membangun brand image yang kuat di mata konsumen.

Seperti penjelasan di atas bahwa untuk memenangkan persaingan dalam pasar MSG maka diperlukan membangun brand image yang kuat di mata konsumen, di mana strategi yang diperlukan adalah bagaimana mengkomunikasikan brand kepada konsumen secara tepat. Salah satu bentuk komunikasi terhadap konsumen adalah iklan dan di Indonesia tidak bisa dipungkiri bahwa ada 5 kota besar yang menjadi tolak ukur keberhasilan pemasaran suatu produk, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Medan. Karena itu untuk melihat kekuatan brand image suatu produk di Indonesia, kelima kota besar itu bisalah menjadi suatu patokan.

Berawal pada permasalahan di ataslah maka dilakukan penelitian untuk menganalisa brand image Sasa MSG di 5 kota besar di Indonesia dengan faktor pembanding berupa merek MSG lainnya yaitu Ajinomoto, Miwon dan Moto Mobil.
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ambarita, Alexander Said Mulia
Abstrak :
Analisa Sikap dan Perilaku Fenggunaan Kartu Kredit Citibank. Dijaman modern ini, dikenal kartu plastik (Kartu Kredit) yang dikeluarkan oleh BAN sebagai salah satu alternatif pengganti transaksi dengan uang tunai. Perkembangan pertama didahului dengan perkembangan kartu kredit yang meningkat. Dan sekian banyak kartu kredit yang beredar, ada dua nama yang mendominasi yaitu Visa dan Master. Ketika krisis ekonomi melanda Indonesia pada akhir tahun 1997, hampir menghancurkan seluruh sektor usaha yang ada di Indonesia tak terkecuali bisnis kartu kredit- Bisnis ini semakin terpuruk dengan semakin meningkatnya kredit yang bermasalah ditambah dengan semakin meningkatnya suku bunga kredit. Dan akhirnya, membawa dampak menurunnya nilai transaksi dengan menggunakan kartu kredit. Keadaan ekonomi membaik sehingga industri kartu kredit ini mulai menimbulkan optimisme baru. Tetapi dampak krisis ekonomi, sedikit banyak telah mengubah perilaku konsumen yaitu konsumen menjadi takut dengan suku bunga yang tinggi dan orang cenderung menghindari pembeiian dengan kredit karena akan menimbulkan beban dikemudian hari. Melihat perubahan perilaku konsumen tersebut timbui suatu ide untuk menerbitkan kartu kredit yang mempunyai persyaratan keanggotaan lebih mudah dan tidak tergantung pada suku bunga. Dengan adanya kartu kredit ini tentunya motivasi yang dicari konsumen pada tiap jenis kartu tersebut berbeda walaupun semuanya mempunyai fungsi yang hampir sama. Oleh karena itu penetitian ini bertujuan mengidentifikasi sikap dan perilaku pengguna kartu kredit Citibank, dengan demikian dari identifikasi sikap dan perilaku pengguna kartu kredit Citibank tersebut dapat dlketahui apa yang menjadi motivasi konsumen menggunakan kartu kredit Citibank sebagai kartu kredit utama, dan juga tentunya mengetabui sikap dan perilaku mereka juga tehadap kartu kredit Citibank. Desain penelitian (research design} yang digunakan datam riset ini adalah gabungan riset eksploratori (exploratory research] dan riset deskriptif (descriptive research) dengan melalui metode sample survey, dengan jumlah sampel yang diperoleh adalah 120 responden. Target populasi yang dituju adalah pengguna kartu kredit Citibank yang bertempat tinggal di Jakarta. Dari data yang telah dikumpulkan, dilakukan analisis deskriptif berupa frekwensi, Mean dan tabulasi data serta analisa inferential Anova. Pengumpulan data dilakukan dengan cara non probability sampling dengan metode judgemental samping dan disproportioned stratified sampling. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa sikap dari pengguna kartu kredit Citibank mempunyai banyak persamaan antara responden satu dengan yang lainnya yaitu bahwa kartu kredit Citibank merupakan kartu kredit dengan bunga yang tinggi dan sistem penagihan yang dilakukan oleh Citibank kurang menyenangkan bagi konsumen. Namun demikian juga ternyata faktor yang dianggap penting bagi konsumen dalam memilih dan menggunakan kartu kredit Citibank adalah acceptance dan kredibilitas dari bank penyelenggara kartu kredit tersebut. Jika dilihat dari perilaku konsumen terhadap penggunaan kartu kredit Citibank, sebagian besar responden menggunakannya sebagai kemudahan dalam hal pembayaran yang kebanyakan dilakukan untuk keperiuan belanja kebutuhan sehari-hari baik yang bersifat rutin maupun yang bersifat mendadak. Dengan adanya sikap dan perilaku dari konsumen pengguna kartu kredit Citibank, Bank penyelenggara dapat mengadakan promosi/direct sales yang lebih bersifat mengedukasi konsumennya seperti mengadakan acara-acara di televisi baik itu sifatnya entertainment maupun edukasi sehingga dapat menimbulkan motivasi pada calon konsumennya terutama mengenai keuntungan dalam menggunakan kartu kredit. Dan juga dari penelitian ini dapat disarankan kepada Citibank sebagai penerbit kartu kredit untuk lebih sering menggunakan media surat kabar sebagai media komunikasi terhadap konsumennya, melihat source of brand awareness responden dalam mencari informasi mengenai kartu kredit.
Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2002
T278
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Setiyono
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak perllaku pengguna E-Registration Pajak terhadap peningkatan jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dan Pajak Penghasllan Orang Pribadi di DKI Jakarta. Variabel-varlabel yang mempengaruhi perilaku Subyek Pajak dalam menggunakan E-Registration adalah persepsi manfaat, kemudahan, norma subyektif dan kemampuan mengontrol Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskrlptlf dengan menyajikan hasil penelitlan ke dalam tabel-tabel dlstrlbusl frekuensi dengan persentase untuk masing-masing kelompok. Kemudian dilakukan analisa lanjutan dengan menggunakan data statlstik yang ada untuk menghitung potensi jumlah Wajlb Pajak Orang Pribadi terdaftar dan Pajak Penghasilan Orang Prlbadi dl DKI Jakarta. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat dlsimpulkan bahwa persepsi manfaat, kemudahan, norma subyektif dan kemampuan mengontrol dapat mempengaruhl perilaku Subyek Pajak untuk mau menggunakan E-Registration. Kemudian perilaku Subyek Pajak yang mau menggunakan E-Registration dapat meningkatkan jumlah Wajib Pajak Orang Prlbadi terdaftar dan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di DKI Jakarta.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T20915
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arum Kusuma Wardhany
Abstrak :
ABSTRAK
Perilaku pengguna dan aktifitasnya berkontribusi terhadap konsumsi energi secara keseluruhan. Dalam studi ini, proyeksi konsumsi energi dilakukan menggunakan pendekatan model berbasis pengguna ABM dengan mengintegrasikan beban peralatan, jenis peralatan kerja dan aktifitas pengguna gedung. Teknik interview digunakan untuk mengumpulkan data mengenai seluruh peralatan elektronik dan karakteristik operasional masing ndash; masing peralatan. Sementara itu, jenis peralatan kerja serta aktifitas pengguna gedung diperoleh menggunakan teknik kuisioner survei terhadap sampel pengguna. Hasil simulasi dari tiga skenario kebijakan menunjukkan bahwa proyeksi konsumsi energi pada kebijakan perubahan jadwal operasional peralatan dasar digabungkan dengan penggantian peralatan kerja pengguna memberikan nilai konsumsi energi paling rendah yakni sebesar 146,73 MWh/tahun. Skenario ini menghemat konsumsi energi sebesar 17,04 MWh/tahun atau setara 10 . Pendekatan ABM ini aplikatif untuk memprediksi konsumsi energi pada gedung area terbuka.
ABSTRACT
Occupant behaviour and their activity contribute to entire building energy consumption. This study forecasting building energy consumption using Agent based model approach which integrates appliance load, occupant working appliance, and occupant activity. Interview method is used in collecting all appliance along with their operating characteristics. Occupant working appliance and occupant activity are obtained through questionnaire survey. Simulation results from three policy scenarios show that energy consumption forecast which combine modification of base appliance operational schedule and replacement occupant appliance give the lowest energy consumption value, 146,73 MWh year. This policy scenario saves energy consumption up to 17,04 MWh year equal to 10 from base scenario. Agent based model approach is applicable to forecast the energy consumption in open space office building.
2018
T50068
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tharra Ayuriany
Abstrak :
Semakin padatnya Jakarta menjadikan keberadaan ruang publik terbuka semakin dibutuhkan untuk masyarakat. Untuk menjawab kebutuhan tersebut, pemerintah DKI Jakarta membuat sebuah program yaitu Ruang Publik Terpadu Ramah Anak. Ruang publik ini ditujukan untuk masyarakat Jakarta terutama untuk anak-anak agar mereka mendapatkan ruang terbuka untuk bermain dan belajar. RPTRA yang sekarang telah dibangun mengikuti standar yang telah ditentukan oleh pemerintah DKI Jakarta. Padahal, setiap lokasi memiliki lingkungan yang berbeda sehingga persepsi masyarakat di sekitarnya juga bisa berbeda. Perbedaan ini membuat respon mereka terhadap lingkungan pun berbeda sehingga variasi perilaku serta pengguna yang paling dominan di RPTRA tidak sama persis di setiap lokasi. Untuk mengetahui unsur apa yang membentuk persepsi sehingga terbentuknya variasi perilaku yang berbeda, dilakukan observasi di tiga RPTRA yang berada di Jakarta. Pengamatan dilakukan di RPTRA Bahari, Taman Sawo, dan Belimbing pada hari libur dan hari kerja dengan bantuan video berselang waktu. Pengamatan di tiga RPTRA yang berada di Jakarta menggunakan actor-network theory sebagai cara mengobservasi variasi perilaku pengguna RPTRA, Dari pengamatan, ditemukan bahwa perilaku pengguna di ketiga RPTRA memiliki perbedaan. Perbedaan terlihat dari keterhubungan setiap pengguna berdasarkan rentang usia, keterhubungan dengan actant berupa fasilitas yang ada sesuai standar RPTRA, dan bagaimana keterhubungan ini menyesuaikan perilaku mereka dan cara memperlakukan actant. Keterhubungan actor anak balita dengan dewasa, anak SD dengan anak SD, dan remaja dengan remaja, sebaiknya membuat sebuah desain yang bersih dan nyaman serta berpermukaan datar karena cocok untuk variasi perilaku yang beragam.
More crowded Jakarta has made an opened public space increasingly needed for the people. To answer those needs, DKI Jakarta government created a program called Child Friendly Intergrated Public Space RPTRA . This public space addressed to the citizens of Jakarta especially kids so they can have open space for playing and learning. RPTRA that is now built have followed a standard determined by the government. Whereas each location have different environment which shaped a different perception of its people around. These difference created a different response to the environment so the variations of behavior might not be the same in each location. To know what make it different, observation was done to three RPTRA in Jakarta. The observation was done in RPTRA Bahari, Taman Sawo, and Belimbing on weekend and weekday with the help of time lapse video. Observation of these three RPTRA in Jakarta used actor network theory as a way to observe the variations of behavior of RPTRA rsquo s user. From the observation it was found that variations of behavior did have difference. The difference shown in age difference, the network between actant which the facilities based on RPTRA standard, and how these network adjusted their behavior and how they acted against the actant. The network between toddler actor and adult actor, school kid actor with school kid actor, and adolescent actor with adolescent actor, should have created a design that is clean and comfortable and also flat in surface because it fits the diverse of variations of behavior in each actor.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67930
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>