Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Silaban, Batara
Abstrak :
Di dalam dunia usaha penerbangan, penyiapan pesawat dengan kriteria laik terbang, bersih, nyaman dan tepat waktu sudah merupakan Core-Product yang tidak dapat ditawar lagi. Modal dasar terse but harus dimiliki oleh setiap perusahaan penerbangan hila ingin tetap berada dalam persaingan usaha penerbangan. Para pelanggan jasa angkutan udara sudah terbiasa dengan pelayanan dengan kriteria tersebut. Ketidak mampuan suatu perusahaan penerbangan dalam menyediakan Core-Product terse but mengakibatkan turunnya kepercayaan pelanggan dan pada akhirnya akan mengurangi minat mereka terhadap jasa layanan yang kita tawarkan. Divisi Teknik PT Garuda Indonesia, adalah unit dalam tubuh organisasi perusahaan yang berfungsi menyiapkan pesawat dengan kriteria di atas melalui kegiatan perawatan pesawat. Untuk mencapai fungsi tersebut Divisi Teknik haruslah memiliki suatu konsep dan sistim perawatan yang jelas dan mendukung ke arah pencapaian fungsinya. Konsep dan sistim perawatan tadi diwujudkan dalam bentuk sistim dan fungsi Perencanaan dan Pengendalian Produksi /PPP atau Production Planning & Control /PPC yang baik. Pada intinya makalah ini berisi suatu analisa terhadap sis tim, fungsi, dan organisasi Perencanaan & Pengendalian Produksi yang diterapkan di Dinas Perawatan Pesawat, salah satu dinas pada Divisi Teknik yang menyediakan produk akhir (pesawat siap pakai), dalam melaksanakan kegiatan perawatannya. Melalui suatu telaah kepustakaan yang bersumber dari berbagai buku manajemen produksi dan Handbook khusus PPP suatu organisasi perawatan pesawat, dihasilkan suatu sistim, fungsi dan organisasi PPP yang dianggap ideal. Sistim PPP yang dianggap ideal merupakan hasil interaksi komponen-komponen: perencanaan & strategi perusahaan, perencanaan bisnis, perencanaan produk dan pasar, perencanaan keuangan, perencanaan agregat, perencanaan sumber daya, jadwal produk utama, perencanaan kapasitas kasar, perencanaan material, perencanaan kapasitas terinci dan pengendalian produksi, dim ana fungsi PPP yang dianggap ideal meliputi : - Peramalan Produksi - Metoda & Standar Produksi - Perencanaan Material - Perencanaan Fasilitas & Peralatan - Pengendalian & Penjadwalan Produksi - Analisa Prestasi Produksi dan tipe organisasi fungsi PPP dibedakan atas : - Sentralisasi - Desentralisasi - Sentralisasi secara fungsional, desentralisasi secara fisik - Sebagian sentralisasi dan sebagian desentralisasi - Matriks Dengan keadaan sistim, fungsi dan organisasi PPP yang dianggap ideal seperti tersebut di atas, maka dilakukan analisa dengan hasil : - Sistim PPP yang ada saat ini di Divisi Teknik khususnya Dinas Perawatan Pesawat masih mengikuti sistim/model PPP yang dianggap ideal dan interaksi dari komponen sistim secara vertikal/hirarkis menunjukkan persamaan dengan model idealnya. Kekurangan yang cukup menyolok dalam sistim PPP yang sedang berjalan adalah tidak adanya perencanaan jangka menengah. - Dari ke tujuh fungsi PPP ideal, hanya Analisa Prestasi Produksi yang belum berjalan, enam yang lainnya telah berjalan meskipun belum optimal. - Tipe organisasi fungsi PPP mengikuti tipe desentralisasi untuk tingkat divisi, dan sentralisasi untuk tingkat dinas. Dari hasil analisa tersebut di atas, solusi yang penulis ajukan adalah : - Memperbaiki sistim PPP yang ada sekarang dengan menambahkan perencanaan jangka menengah dengan periode 0 -1 tahun, sebagai jembatan antara perencanaan jangka panjang dan pendek. - Menambahkan fungsi PPP yang berjalan sekarang dengan Analisa Prestasi Produksi, mengikuti konsep analisa yang dilakukan oleh International Air Transport Association, dan menyempurnakan pelaksanaan fungsi PPP lainnya antara lain melakukan perencanaan sumber daya manusia, material dan peralatan berdasarkan kerangka waktujangka panjang, menengah dan pendek. - Organisasi fungsi PPP dalam Din as Perawatan Pesawat memiliki karakteristik, fungsi perencanaan yang tersentralisasi dan fungsi pengendalian yang terdesentralisasi ke unit-unit produksi.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Prayitno
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam dunia penerbangan sipil, keselainatan penerbangan adalah hal yang tidak dapat ditawar lagi. Karena itu perawatan pesawat terbang pada suatu airline adalah kegiatan yang tidak dapat dihindarkan.

Kegiatan perawatan pesawat terbang adalah gabungan kegiatan yang padat modal, padat teknologi dan padat karya secara sekaligus. Dengan demikian kegiatan ini cukup unik dan memerlukan biaya yang tidak sedikit, karena itu kemampuan untuk meramalkan biaya yang dibutuhkan akan sangat menolong perencanaan baik dibidang produksi maupun dibidang keuangan.

Biaya perawatan dapat dibagi dalam dua golongan besar yaitu biaya langsurìg dan biaya tidak langsung (Direct dan Indirect Cost). Biaya langsung terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya material.

Untuk perusahaan penerbangan di-Indonesïa seperti Garuda Indonesia dimana sebagian besar dari suku cadang yang diperlukan masih harus didatangkan dari luar negeri maka untuk menjaga kesinambungan operasi harus mempunyai persediaan yang cukup, dengan kata lain pengelolaan inventory suku cadang harus baik. Besarnya inventory akan mempunyai dampak langsung texhadap net income perusahaan. Karena itu harus diambil kebijaksanaan yang tepat dalam menentukan tingkat persediaan.

Untuk meramalkan kebutuhan jumlah material secara global dapat dilakukan dengan membuat model yang dapat menerangkan hubungan antara spesifikasi pesawat terbang dan beberapa data operasional lainnya dengan jumlah kebutuhan material. Terdapat beberapa metoda yang dikembangkan oleh pabrik pesawat terbang, NASA dan badan penerbangan lainnya, model yang dibuat berdasarkan metoda ini adalah merupakan base line dan kemudian dibandingkan dengan data aktual dan airline bersangkutan untuk mencari. airline factor, sehingga model tersebut dapat digunakan sebagai model airline tertentu. Berdasarkan informasi yang diperoleh dan perhitungan tersebut diharapkan dapat diambil berbagai keputusan mengenai kebijaksanaan tingkat persediaan dalam sistem inventory untuk mendukung operasi. perawatan pesawat terbang pada suatu airline.
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Khanif Rahmawati
Abstrak :
Abstrak
Ilmu pengetahuan sejatinya adalah milik setiap orang untuk dapat memperolehnya. Batasan usia ataupun generasi tidak menjadi penghalang seseorang untuk berbagi ataupun memperoleh ilmu pengetahuan. Semakin dini seseorang mampu memperoleh sebuah pengetahuan maka akan semakin menambah wawasan dan tingkat kemampuan dari orang tersebut. Hal ini pun akan menjadi nilai lebih jika diterapkan pada siswa SMA yang mana mereka memerlukan sumbangan banyak ilmu pengetahuan yang dapat dijadikan bekal dalam setiap keputusan yang akan mereka ambil untuk menempuh tahapan pendidikan selanjutnya. Berbagi ilmu pengetahuan yang pada dasarnya diluar kurikulum yang dipelajari di bangku SMA akan sangat menambah wawasan baru bagi siswa. Pengetahuan tentang dunia penerbangan pada umumnya, dan peranan program perawatan pada khususnya merupakan pengetahuan yang tentunya belum diajarkan di bangku SMA. Tujuan dari pengabdian masyarakat yang dilakukan di SMA IT Baitussalam adalah untuk berbagi informasi dan pengetahuan mengenai dunia penerbangan pada umumya dan peranan perawatan pesawat terbang pada khususnya. Diharapakan melalui pelaksanaan kegiatan ini, dapat menambah pengetahuan dan wawasan siswa serta dapat dijadikan salah satu bekal atau referensi untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya
Yogyakarta: Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto, 2019
600 JPM 2:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Wijayanti
Abstrak :
Faktor manusia atau human factor memiliki kontribusi terbesar pada kecelakaan pesawat, sedangkan perilaku tidak aman atau unsafe acts dari personel perawatan pesawat menjadi salah satu contributor pada faktor manusia atau human error. Namun kesalahan manusia atau perilaku tindakan yang tidak aman juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti lingkungan eksternal, pengaruh organisasi, supervisor yang tidak aman, dan prasyarat tindakan tidak aman sebagai keadaan dalam Analisis Faktor Manusia dan Sistem Klasifikasi atau Human Factor Analysis and Classification System (HFACS). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari akar penyebab tindakan tidak aman dalam Personil Pemeliharaan Pesawat menggunakan Kerangka HFACS. Dengan menggunakan PLS-SEM untuk mengeksplorasi dampak positif dari masing-masing Lingkungan Eksternal, Pengaruh Organisasi, Pengawas yang Tidak Aman, dan Prasyarat tindakan tidak aman untuk tindakan yang tidak aman dari Personil Pemeliharaan Pesawat, survei kuesioner kuantitatif didistribusikan kepada 150 responden personel pemeliharaan pesawat. Hasil penelitian ini, prasyarat tindakan tidak aman memiliki dampak terbesar pada tindakan tidak aman atau unsafe acts. Kondisi lingkungan kerja tanpa suara, bau, dan pencahayaan yang lebih baik adalah penting untuk mencegah tindakan personil pemeliharaan pesawat yang tidak aman. Alat-alat yang memadai dan pengarahan kelompok rutin penting untuk memastikan bahwa personil perawatan pesawat siap untuk tugas yang ditugaskan. Hanggar khusus untuk pengecatan dan investasi untuk alat khusus yang diperlukan untuk melakukan perawatan tingkat lanjut dapat membantu mencegah kejadian yang tidak aman. ......Human factor is the most contributing factor for aircraft accident and incident, aircraft maintenance personnel unsafe acts is one of contribution factor for human factor error. However human error or unsafe acts behavior could also affect by other factors such as external environment, organization influence, unsafe supervisor, and precondition of unsafe acts as the state in Human Factor Analysis and Classification System (HFACS). This research aims to study the root cause of unsafe acts in Aircraft Maintenance Personnel using Human Factor Analysis and Classification System (HFACS) Framework. Using PLS-SEM to exploratory the positive impact from each External Environment, Organization Influence, Unsafe Supervisor, and Precondition of unsafe acts to unsafe acts of Aircraft Maintenance Personnel, a quantitative questionnaire survey distributes to 150 respondent of aircraft maintenance personnel. The result of this study, the precondition of unsafe acts has the greatest impact on unsafe acts. The condition of the working environment with no noises, smells, and better lighting is important to prevent unsafe acts of aircraft maintenance personnel. Adequate tools and routine group briefing are important to ensure that aircraft maintenance personnel ready for the assigned task. Dedicated hangar for painting and investment for special tools needed to perform enhance maintenance could help to prevent unsafe events.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53548
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library