Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 41 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dina Ardianti
Abstrak :
Penelitian ini mengkaji tiga puluh enam kotowaza yang dianalisis dengan menggunakan pendekatan hermeneutik. Hasil interpretasi data dikaitkan dengan teori Ortner dan teori peran nature, nurture, dan equilibrium. Penelitian ini bertujuan untuk mencari jawaban tentang bagaimana peran gender pria dan wanita yang tergambar dalam kotowaza (peribahasa Jepang) dan bagaimana persepsi orang Jepang masa kini terhadap peran gender pria dan wanita tersebut. Hasil analisis data menggambarkan bahwa terdapat pengaruh sejarah China klasik dan mitologi Jepang dalam data kotowaza. Hasil interpretasi kotowaza menggambarkan bahwa posisi pria dan wanita memiliki kedudukan yang sama-sama penting dalam ranah masing-masing. Dari segi fungsi, pria berfungsi sebagai pusat keluarga dan masyarakat, sedangkan wanita berfungsi secara umum pada ranah domestik. Sebagian besar kotowaza menggambarkan teori peran nurture yang menuntut adanya kesejajaran hak antara pria dan wanita. Hasil interpretasi kuesioner dari 20 informan menunjukkan adanya persepsi tentang perlunya pandangan androgini dalam menyikapi gambaran peran gender pria dan wanita yang tergambar dalam kotowaza.
This study examines thirty six kotowaza (Japanese proverbs) using hermeneutics approach. The interpretation is related to the theory of Ortner and nature, nurture, and equilibrium gender theory. This study is intended to answer the questions about how men and women‟s gender role‟s views reflected in kotowaza (Japanese Proverbs) and how the Japanese people perceive about them. The analysis results showed that there were Chinese history and Japanese mitology influences in data. The interpretations of data reflected that men and women had vital position in their own ranges. Men are functioned as family and social center and women are functioned in domestic area. Most of kotowaza showed its relation to the nurture?s theory which claims the equality rights between men and women. Twenty informant‟s questionnaire showed that there were an androgini‟s views on perceiving the gender role‟s reflected in kotowaza.
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T30524
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Manullang, Christine
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
S10705
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S6996
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puti Quratuain Islam Armyando
Abstrak :
Glamorisasi atas peran gender maskulin memberikan tekanan tersendiri bagi mahasiswa laki-laki. Sementara itu, pengaplikasian sikap caring perlu terus berlanjut. Menghadapi ini, laki-laki cenderung menghadapi dilema, yaitu di satu sisi perlu menyesuaikan diri dengan nilai-nilai keperawatan dan di sisi lain masih dituntut dengan nilai-nilai tradisional maskulinitas. Dampak negatif dari pengaplikasian norma maskulinitas secara kaku adalah konflik peran gender. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap gambaran peran gender pada mahasiswa laki-laki keperawatan yang diukur dengan adanya kejadian konflik peran gender di antara mahasiswa laki-laki program studi keperawatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang dilakukan kepada 125 mahasiswa laki-laki keperawatan melalui teknik sampling convenience sampling dan snowballing sampling. Instrumen GRCS-I digunakan untuk mengukur tingkatan konflik peran gender yang terjadi pada mahasiswa keperawatan laki-laki. Uji analisis univariat menghasilkan bahwa mahasiswa laki-laki program studi keperawatan memiliki tingkatan konflik peran gender yang tergolong sedang. Penelitian selanjutnya, mengingat kompleksitas variabel-variabel yang terkait dengan peran gender, penting untuk dilakukannya penelitian terkait variabel yang mempengaruhi peran gender. ......The glamorization of masculine gender roles puts male students under strain. On the other hand, the application of caring needs to continue. Facing this, men tend to face a dilemma, they must adapt to nursing norms while yet adhering to conventional masculine values. The negative impact of applying rigidly masculinity norms is gender role conflict. This study aims to uncover the gender roles in male nursing students as measured by the occurrence of gender role conflicts among male students in the nursing program. This research is a quantitative descriptive study conducted on 125 male nursing students through convenience and snowballing sampling techniques. The GRCS-I instrument is used to assess the degree of gender role conflict experienced by male nursing students. The univariate analysis concluded that male students exhibited a moderate level of gender role conflict. In future research, given the complexity of the variables associated with gender roles, it is important to conduct research on variables that influence gender roles.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Farhah Thaliah
Abstrak :
ABSTRAK
Relasi gender yang digambarkan oleh berbagai media daring bersifat stereotip. Media masih menitikberatkan peran perempuan di sektor domestik, sementara laki-laki di sektor publik. Stereotip tersebut dihasilkan oleh konstruksi realita dari serangkaian pekerja, kebijakan, dan ideologi media. Media daring Vice Indonesia memiliki ideologi anti-seksisme, namun pada kenyataannya tidak menerapkan penilaian sensitif gender dari UNESCO. Dalam kebijakannya, Vice Indonesia menggunakan teknik reportase immersion reporting dalam artikel profil pernikahan. Namun, immersion reporting dapat berpotensi untuk bias gender karena ada pengalaman dan opini pribadi yang dicantumkan di artikel. Penelitan ini bertujuan untuk menggambarkan peran gender di artikel profil pernikahan dan melihat bagaimana klaim Vice Indonesia sebagai media anti-seksisme diterapkan dalam proses produksinya. Analisis data dilakukan dengan analisis framing Pan Kosicki dan wawancara mendalam. Temuan menggambarkan adanya stereotip gender dalam artikel profil pernikahan, dengan masih menitikberatkan perempuan sebagai warga kelas dua, sementara laki-laki yang mendominasi pernikahan. Selain itu, ditemukan bahwa media Vice Indonesia belum menerapkan prinsip-prinsip sensitif gender dalam kebijakan medianya.
ABSTRACT
The gender relations depicted by various online media are stereotyped. The media still emphasizes the role of women in the domestic sector, while men in the public sector. The stereotype is generated by the construction of reality from a series of media workers, routines, and ideology. Online media Vice Indonesia has an anti sexism ideology, but in reality does not apply gender sensitive assessments from UNESCO. In its routine and policy, Vice Indonesia uses immersion reporting technique in marriage profile articles. However, immersion reporting can potentially be gender biased because of the personal experience and opinions expressed in the article. This research aims to illustrate the gender roles portrayed in marriage profile articles and describe how Vice Indonesia rsquo s claim as an anti sexism media is applied in its production process. Data analysis was performed with Pan Kosicki framing analysis and in depth interviews. The findings illustrate the existence of gender stereotypes in marriage profile articles, while still emphasizing women as second class citizens and men dominate marriage. In addition, it was found that the Vice Indonesia has not applied gender sensitive principles in its media policy and routines.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alivia Ardhanina
Abstrak :
Gender adalah konstruksi sosial dalam masyarakat yang secara tradisional membuat adanya pembeda antara ‘laki-laki’ dan ‘perempuan’ berdasarkan aspek-aspek non-biologis seperti norma, sifat, penampilan maupun peran sosial di masyarakat. Di Jepang, pembagian peran berdasarkan gender masih diterapkan oleh mayoritas masyarakatnya. Laki-laki dituntut untuk bekerja kantoran sebagai pencari nafkah, sedangkan perempuan mengurus rumah tangga dan keluarga. Beberapa karya sastra di Jepang nampak mengkritik mengenai permasalahan peran gender ini. Manga adalah karya sastra berupa komik bergambar yang muncul di Jepang sejak abad ke-12 dan saat ini memiliki cukup banyak peminat. Manga Gokushufudouadalah salah satu contoh karya sastra yang terlihat mengkritik mengenai pembagian peran gender dalam masyarakat Jepang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mengenai pergeseran peran gender yang terdapat dalam manga Gokushufudou menggunakan metode kualitatif dengan studi kepustakaan. Hasil yang diperoleh dari analisis adalah bahwa kedua tokoh utama dalam manga Gokushufudou yaitu Tatsu dan Miku menggambarkan pergeseran peran gender dan mementingkan kerjasama serta keharmonisan dalam keluarganya yang dapat merepresentasikan kesetaraan gender dalam keluarga. ......Gender is a social construction in society that traditionally makes a distinction between 'men' and 'women' based on non-biological aspects such as norms, characteristic, appearance and social roles in society. In Japan, the division of gender roles based on gender is still applied by the majority of society. Men work from the office as the breadwinner, meanwhile women take care of the household and family. Several literary works in Japan have criticized the issue of gender roles. Manga is a literary work in the form of illustrated comics that appeared in Japan since the 12th century and is really popular among people nowadays. Gokushufudou manga is an example of a literary work that criticizes the division of gender roles in Japanese society. This study aims to analyze the changes in gender roles contained in Gokushufudou manga using qualitative methods with literature study. The results obtained from the analysis are that the two main characters in the Gokushufudou manga, Tatsu and Miku, depict changes in gender roles and emphasize cooperation and harmony in their families which can represent gender equality in the family.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Rizki Adiningtyas
Abstrak :
ABSTRACT
Pemilihan mainan berdasarkan jenis kelamin anak memiliki dampak penting pada perkembangan pemahaman anak tentang jenis kelamin dan keterampilan anak-anak. Penelitian saat ini bertujuan untuk menyelidiki korelasi antara sikap peran gender, stereotip gender untuk mainan, dan keinginan mainan. Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat perbedaan sikap peran gender pada ibu yang bekerja dan yang tidak bekerja. Sampel dari sembilan puluh sembilan ibu yang bekerja dan 108 ibu yang tidak bekerja (N = 207) dengan anak-anak berusia 3-5 tahun yang tinggal di wilayah Jabodetabek berpartisipasi dalam penelitian ini. Pearson Correlation menunjukkan korelasi yang signifikan antara sikap peran gender dan stereotip gender (r = 0,364, p <0,05), keinginan mainan untuk mainan sesama jenis (r = 0,142, p <0,05), dan keinginan mainan untuk mainan netral (r = -.203 p <0,05). Stereotip gender juga menunjukkan korelasi yang signifikan dengan keinginan mainan untuk sesama jenis (r = 0,374, p <0,05) dan mainan netral (r = -.299, p <0,05). Tidak ada korelasi signifikan yang ditemukan untuk sikap peran gender dan keinginan mainan untuk mainan seks lintas jenis, serta stereotip gender dan keinginan mainan untuk mainan seks lintas jenis. Uji t sampel independen menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam sikap peran gender antara ibu yang bekerja dan tidak bekerja (t = 3,422, p <0,05, dua ekor) di mana ibu yang bekerja menunjukkan sikap peran gender yang lebih egaliter. Hasil penelitian ini melibatkan sosialisasi tentang gender yang dilakukan oleh orang tua melalui mainan anak-anak.
ABSTRACT
The choice of toys based on the sex of the child has an important impact on the development of children's understanding of gender and children's skills. Current research aims to investigate the correlation between gender role attitudes, gender stereotypes for toys, and toy desires. This study also aims to look at differences in attitudes of gender roles in working and non-working mothers. A sample of ninety-nine working mothers and 108 non-working mothers (N = 207) with children aged 3-5 years who live in the Greater Jakarta area participated in this study. Pearson Correlation showed a significant correlation between attitudes of gender roles and gender stereotypes (r = 0.364, p <0.05), the desire of toys for same-sex toys (r = 0.142, p <0.05), and the desire of toys for neutral toys ( r = -.203 p <0.05). Gender stereotypes also showed a significant correlation with same-sex toys (r = 0.374, p <0.05) and neutral toys (r = -.299, p <0.05). No significant correlations were found for gender role attitudes and toy desires for cross-sex sex toys, as well as gender stereotypes and toy desires for cross-sex sex toys. Independent sample t test showed significant differences in gender role attitudes between working and non-working mothers (t = 3,422, p <0.05, two tails) where working mothers showed more egalitarian gender role attitudes. The results of this study involve the socialization of gender conducted by parents through children's toys.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tisa Febrini
Abstrak :
Sejak memasuki abad 20, dunia keija sudah tidak lagi hanya menjadi milik laki-laki. Jumlah wanita dewasa yang memiliki pekeijaan di luar rumah yang diupah semakin lama semakin meningkat, baik bagi mereka yang telah berkeluarga dan memiliki anak, maupun yang tidak. Saat ini wanita memiliki karir dianggap sebagai hal yang lumrah, namun peran mereka sebagai istri, ibu, dan pengurus rumah tangga tetap tidak dapat diabaikan. Bagi perempuan dewasa, pilihan untuk berkarir atau tidak bukanlah pilihan yang mudah. Masing-masing membawa konsekuansi yang besar terhadap kehidupan mereka selanjutnya. Pilihan apapun yang akhirnya diambil, didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan matang yang diperoleh melalui proses pembelajaran tentang bagaimana sebaiknya seorang perempuan dewasa menjalankan hidupnya. Hal ini diperoleh melalui proses sosialisasi tentang peran gender, terutama sosialisasi oleh keluarga sebagai pihak yang pertama kali menanamkan nilai dan norma pada individu. Status perkawinan turut memegang peranan yang penting bagi seorang wanita dalam menentukan apakah ia akan berkarir atau tidak. Penelitian yang dilakukan secara kualitatif mencoba menggambarkan proses dan isi sosialisasi keluarga tentang peran gender dan bagaimana pengaruhnya terhadap pilihan dalam hal kari r. Wanita yang disosialisasikan nilai peran gender non-tradisional, dimana orangtua tidak membedakan perlakuan pada anak laki-laki dan perempuan, cenderung lebih memandang penting karir dan dibandingkan dengan wanita yang disosialisasikan nilai peran gender tradisional. Terdapat beberapa faktor dalam sosialisasi keluarga tentang peran gender yang berpengaruh terhadap keputusan yang diambil. Salah satunya adalah keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak dan pekerjaan rumah tangga, sebagai gambaran sikap peran gender yang non-tradisional. Selain itu, status pekerjaan ibu, keberhasilan ibu dalam menjalankan peran sebagai ibu dan pekerja, juga turut berpengaruh terhadap pilihan anak perempuan dalam hal karir.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S10587
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dana Carera
Abstrak :
ABSTRAK
Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara konflik peran gender dan agresivitas fisik, dilakukan penelitian pada sejumlah 281 orang mahasiswa Universitas Indonesia (136 orang laki-laki) pada usia dewasa muda (18 ? 25 tahun). Partisipan diminta untuk mengisi Gender role conflict scale ? short form (GRCS ? SF) untuk mengukur tingkat konflik peran gender, sementara variabel agresivitas fisik diukur menggunakan Buss ? Perry Aggression Questionnaire sub ? skala agresivitas fisik. Hasilnya ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara konflik peran gender dan agresivitas fisik pada usia dewasa muda. Hasil dari penelitian ini didiskusikan kemudian.
ABSTRACT
This research aimed to examine the relationship between gender role conflict and physical aggression among emerging adults. Gender role conflict was measured by using Gender role conflict scale ? short form (GRCS ? SF) and physical aggression was measured by using physical aggression sub-scale from Buss ? Perry Aggression Questionnaire. A total of 281 undergraduate students of Universitas Indonesia participated in this study. The result showed that there is a significant relationship between gender role conflict and physical aggression. The findings of this study are discussed.
2016
S62810
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salman Rafi Alifiansyah
Abstrak :
Segregasi jenis kelamin dalam pendidikan memberikan dampak positif seperti berkembangnya peran gender yang progresif serta meminimalisir pelecehan seksual yang dialami murid perempuan di sekolah campuran. Akan tetapi, diketahui pula bahwa segregasi jenis kelamin mengurangi kualitas dan frekuensi interaksi dengan lawan jenis. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman seksualitas pada laki-laki dan perempuan yang pernah bersekolah dengan sistem segregasi jenis kelamin. Penelitian ini mengambil 8 (delapan) orang responden dewasa muda, yang terdiri dari empat laki-laki dan empat perempuan. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara, kemudian hasilnya dianalis secara fenomenologis. Hasil penelitian menemukan bahwa minimnya interaksi dengan lawan jenis selama sekolah menyebabkan permasalahan, seperti kesulitan dalam berinteraksi dengan lawan jenis, serta hubungan romantis yang terlambat. Dalam hubungan pertemanan, seluruh partisipan membutuhkan paling lama 3 bulan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang menggabungkan jenis kelamin. Meskipun begitu, diketahui bahwa tiga partisipan tidak memiliki hubungan pertemanan yang personal dengan lawan jenis. Dalam hubungan romantis, hanya tiga partisipan yang pernah atau sedang menjalin hubungan romantis dengan lawan jenis. Dua partisipan kesulitan untuk mengidentifikasi aspek negatif dari pasangan. Sedangkan itu, satu partisipan lainnya merasa tidak nyaman untuk melakukan kontak fisik yang berlebihan dengan pasangannya, seperti berpelukan atau berciuman. ......Gender segregation in education has positive impacts, such as the development of progressive gender roles and the minimization of sexual harassment experienced by female students in coeducational schools. However, it is also known that gender segregation reduces the quality and frequency of interactions with the opposite sex. Therefore, this study aims to understand sexuality among men and women who have attended gender-segregated schools. The study involved 8 young adult respondents, comprising four men and four women. Data collection was done through interviews, and the results were analyzed phenomenologically. The study found that the lack of interaction with the opposite sex during school leads to issues such as difficulty in communicating with the opposite sex and delayed romantic relationships. In terms of friendships, all participants took a maximum of 3 months to adapt to a mixed-gender environment. However, it was revealed that three participants did not have personal friendships with the opposite sex. In romantic relationships, only three participants had been or were currently in romantic relationships with the opposite sex. Two participants had difficulty identifying negative aspects of their partners. Meanwhile, another participant felt uncomfortable engaging in excessive physical contact with their partner, such as hugging or kissing.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>