Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isfandiary Djafaar
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18348
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
RR. Evie Maulina Astuti
Abstrak :
ABSTRAK
Peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia yang merata sebagai Program Nasional Pemerintah tidak dapat terwujud tanpa adanya penyerapan tenaga kerja yang berkesinambungan. Penyerapan tenaga kerja dapat terlaksana dengan baik apabila di suatu kawasan memiliki pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi terjadi jika nfrastruktur penunjang cukup mendukung dan kondusif serta kebijakan yang konsisten alam jangka waktu tertentu. Untuk itu, sesuai dengan kewenangan Pemerintah Daerah, seperti diatur dalam UU no.34 tahun 2004 yang merupakan perbaikan dari UU no. 22 ahun 1999, wajib memberikan akses seluas-Iuasnya kepada kegiatan usaha yang ampu menyerap tenaga kerja, mendorong Pertumbuhan Ekonomi, khususnya bagi penduduk setempat dan kawasan sekitarnya serta dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Program Nasional Pemerintah saat ini yaitu rnendorong kegiatan sektor nil yang mampu menyerap ribuan tenaga kerja setengah terdidik, juga karena sebagian besar produk jadi yang diekspor sehingga menjadi penghasil devisa dalam jumlah yang tidak sedikit disamping adanya trickle down effects bagi perekonomian kawasan di sekitar lokasi pabrik. Industri Garmen adalah salah satu bagian dari sektor riil padat tenaga kerja yang mampu menyerap ribuan tenaga kerja setengah terdidik (semi-skilled labor) pada waktu yang relatif singkat (kurang dari satu tahun) pabrik sudah mulai beroperasi atau berproduksi. Karena sifat umum perrrtintaan akan produk garmen yang merupakan kebutuhan primer dari setiap manusia maka permintaan akan barang tersebut relative konstan di pasar internasional. Akhir-akhir ini tingkat permintaan cenderung meningkat dengan bertanibahnya penduduk dunia dari waktu ke waktu.

Untuk mengetahui apakah rencana investasi pembangunan pabrik garmen PT Muara Krakatau layak atau tidak untuk dilaksanakan, dapat diketahui dengan melakukan analisis kelayakan investasi yang ditinjau dari berbagai aspek yaitu aspek pasar dan aspek finansial menggunakan metode Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR) dilengkapi dengan metode Profitability Index (PE) dan Discounted Payback Period (DPP).

Dari basil perhitungan diperoleh basil berikut : NPV positif (>O), nilai IRR yang lebih besar dari nilai diskonto, nilai PI yang diperoleh lebih besar dari satu (>1) dan PP lebih kecil dari payback maksimum, Serdasarkan basil analisis dengan mengevaluasi aspek-aspek tersebut diatas, menunjukkan bahwa rencana investasi pembangunan pabrik garmen PT Muara Krakatau Iayak untuk dilaksanakan
ABSTRAK
The Indonesia effort to increase equal distribution of welfare Program could not be realized without keeping a sustainable employment absorption. Economic Development and Growth happened when supporting Infrastructure prevailed acrd conducive enough in frame of policies that consistently applied on a certain period. To attain that condition, Local Government authorities, as already regulated in the Laic no 34 (Undang-Undang nomor 34)/2001, a revised version of Law 22/1999, should provide greater accesses as possible to all business activities that could he able to absorb the abundant work force for Employment, which could drive economic Growth, especially for surrounding local work force as well as to enhance the Genuine Local Government Income (Penerimaan Asli Daerah -PAD). The Government National Program nowadays encourage real-sector activities which could absorb thousands semi-skilled labor force, on the other side, the finished products of the industry mostly exported to overseas countries which could be a huge foreign-exchange earners and yet at the same time it will have a trickle-down effect for the surrounding local and regional economic endeavors. Garment manufacturing industry has been being one of the labor-intensive real sectors which could encourage thousands of semi-skilled labor force in relatively short periods from planning to implementation time frame, less than one year, could fully attain operating or manufacturing status. Due to that general necessities that need by people everywhere and all different status, the demand for its output is relatively constant. In recent ears demand for the prrxhct as the market widen and ever increasing 11 orld pnpulaliott. Ho know weather the investment plait for garment ftactoty of PT Muara Krakatau feasible or not as to be implemented, generally it could be accessed using the Investment Feasibility Analyses as seen from various aspects, i.e. Market and Financial, using the Net Present Value (NP)) and Internal Rate of Return (IRR) supported with Profitability. Index (PI) and the Discounted Payback Period (DPP). Frain the calculation obtained using the formulas, NP L positive (> 0), IRR value greater than discounted value, PI value greater than one (> I) and the DPI value smaller than maximum payback. Based on analyst results by evaluate that related aspects, show that Investment Plan of the Garment Factory of PT Muara Krakatau are fairly feasible to be executed.
2008
T 23044
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Sigit Santoso
Abstrak :
ABSTRAK
Tingkat pengangguran yang tinggi merupakan masalah yang cukup krusial bagi Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia. Namun pengangguran tetap merupakan permasalahan yang sulit untuk dipecahkan. Pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu 30 tahun terakhir mencatat angka rata-rata 6.7 persen. Pada periode yang sama, sektor manufaktur Indonesia memberikan kontribusi yang tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi. Pada saat yang sama, minyak dan gas bumi Indonesia mengalami kecenderungan untuk turun dalam perolehan keuntungan ekspornya. Ekspor Indonesia lebih didominasi oleh ekspor non-migas. Studi ini secara umum bertujuan untuk menganalisa hubungan antara penyerapan tenaga kerja dan ekspor non-migas Indonesia. Studi ini menggunakan metode regresi sederhana. Hasil dari estimasi data menunjukan bahwa ekspor non migas Indonesia secara positif dan signifikan mempengaruhi tingkat penyerapan tenanga kerja di Indonesia. Sementara itu, PDB dan upah di Indonesia juga secara positif mempengaruhi tingkat penyerapan tenaga kerja. Namun, krisis ekonomi pada tahun 1997-1998 secara signifikan tidak mempengaruhi tingkat penyerapan tenanga kerja di Indonesia.
ABSTRACT
High unemployment is a crucial problem for Indonesia. Various efforts have been made by the government in order to reduce the unemployment rate in Indonesia. But unemployment remains a difficult problem to solve. Average economic growth within the last 30 years records 6.7 percent. During the period, Indonesia?s manufacturing sector has contributed highly to economic growth. In the same time, the contribution of oil and gas as export earning tends to decline. The export has been dominated by non-oil and gas commodities. This study mainly aims to analyze the relationship between employment and non-oil and gas export. The simple regression method is employed. The result shows that non-oil and gas export positively and significantly affect the level of employment. While, the GDP and wage positively also affect the level of employment. However, economic crisis in 1997-1998 does not significantly affect the level of employment.
2010
T 8799
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Hening
Abstrak :
ABSTRAK
Penduduk merupakan modal dasar pembangunan. Tingginya jumlah penduduk yang tidak disertai dengan kemampuan penyediaan kesempatan kerja yang memadai menyebabkan munculnya masalah pengangguran. Kota Bandung, sebagai satu-satunya Kota Kreatif di Indonesia, berupaya peningkatan penyerapan tenaga kerja tidak hanya pada sektor formal tetapi juga informal guna menekan angka penangguran. Skripsi ini membahas strategi Disnaker Kota Bandung dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada sektor formal dan informal. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat dua strategi yaituStrategi Penyerapan Tenaga Kerjadi DalamHubungan Kerja dan Strategi Penyerapan Tenaga Kerja di Luar Hubungan Kerja.Tiap-tiap strategi memiliki kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman yang berbeda-beda. Terlepas dari pelaksanaan strategi tersebutyang sudah baik atau tidak, pada akhirnya implementasi dari strategi tersebut telahmemberikan kontribusi pada pencapaian sasaran strategis.
ABSTRACT
Population is a pivotal element of development. The high number of people in coexistence with the lack of job opportunities has lead to the rise of unemployment. Bandung, as the only Creative City in Indonesia, is seeking ways to improve employment absorption not only at the formal but also informal sector in order to reduce the number of unemployment. This study discusses the strategies used by Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung in increasing employment absorption in the formal and informal sectors. This study is a qualitative research with descriptive design. The results indicate that there are two strategies, namely the Employment Absorption in Work Relationgship Strategy and Employment Absorption Outside of Work Relationship. Each strategies have their own strengths, weaknesses, opportunities and threats. Regardless of whether the implementation of the strategies is successful or not, in the end the implementation of the strategies have contributed in achieving strategic objectives.
2016
S63925
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sitanggang, Ignatia Rohana
Abstrak :
Penelitian ini akan melihat bagaimana pola struktur ekonomi dan pola penyerapan tenaga kerja sektoral di 30 propinsi pada kurun waktu I980-2000 di Indonesia. Fokus penelitian ini diarahkan pada analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di wilayah tersebut dan pada analisis kebijakan perencanaan tenaga kerja di Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan pendekatan demometrik guna membangun model makro demoekonomi regional yang dimodifikasi dari model penyerapan tenaga kerja yang digunakan oleh J.Ledent. Secara prinsip, model demometrik ini menggabungkan model ekonometri dan model demografi. Dalam hal ini, variabel seperti jumlah penyerapan tenaga kerja regional dihubungkan dengan variabel populasi (dengan memperhatikan unsur tingkat kelahiran dan kematian), netmigration, output, dan upah melalui suatu model ekonometri di 30 propinsi pada 9 sektor. Ditemukan hasil bahwa struktur ekonomi Indonesia secara nasional mengalami perubahan dari sektor pertanian ke sektor-sektor lainnya. Akan tetapi, berdasarkan propinsi, propinsi-propinsi Bengkulu, Gorontalo, Jambi, Kalbar, Kalsel, Kalteng, Lampung, Maluku, Malut, NTB, NTT, Sulsel, Sulteng, Sultra, Sulut, Sumbar, dan Sumut masih bertumpu pada sektor pertanian; dan propinsi-propinsi Babel, Bali, Banten, DIY, DKI Jaya, Jabar, Jateng, Jatim, Kaltim, NAD, Papua, Riau, dan Sumsel sudah bertumpu pada sektor manufaktur, sektor perdagangan-hotel-restoran, sektor jasa, dan sektor bangunan. Sektor pertanian paling banyak menyerap tenaga kerja walaupun dengan upah yang lebih rendah dan upah di sektor-sektor lainnya. Namun di propinsi-propinsi Bali, Banten, DIY, DKI Jaya, Jabar, Jateng, Jatim, dan Kaltim, ke-9 sektor sudah saling mendekat. Adanya peningkaran dan penurunan dalam jumlah penyerapan tenaga kerja ini disebabkan oleh perubahan populasi, net migration, output, dan juga upah. Bahkan terjadi pergeseran penyerapan tenaga kerja antar sektor dan antar propinsi.
2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muh Nurhadi
Abstrak :
ABSTRAK
Terdapat kemungkinan bias pada studi sebelumnya tentang dampak upah minimum pada penyerapan tenaga kerja di sektor formal dan informal karena belum mengakomodir efek spasial dari dependensi pasar tenaga kerja antar wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak kenaikan upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja sektor formal dan informal tanpa efek spasial kemudian dibandingkan dengan jika ada efek spasial. Tanpa efek spasial model yang digunakan adalah model panel dan dengan efek spasial model yang digunakan adalah model panel Spatial Auto Regressive SAR . Variabel dependen yang digunakan adalah penyerapan tenaga kerja sektor formal relatif terhadap sektor informal, sedangkan variabel independen adalah upah minimum riil dalam bentuk logaritma natural. Selain itu juga digunakan variabel kontrol yaitu: PDRB riil, pendidikan, angkatan kerja, urban rate, share pertanian, gender dan spasial lag. Hasil penelitian menunjukkan pada kedua model kenaikan upah minimum signifikan berdampak menurunkan penyerapan tenaga kerja sektor formal relatif terhadap sektor informal. Nilai koofisien dampak kenaikan upah minimum yang dihasilkan oleh model spasial lebih besar daripada model non spasial padahal dari hasil kriteria model menunjukkan model spasial lebih baik, sehingga dapat disimpulkan terdapat under estimate pada studi sebelumnya yang tidak memperhitungkan dependensi spasial pasar tenaga kerja.
ABSTRACT
There is a possibility of bias in the previous study on the impact of minimum wages on the absorption of labor in the formal and informal sectors because it has not yet accommodated the spatial effects of inter regional labor market dependencies. This study aims to examine the impact of minimum wage increases on the absorption of formal and informal sector labor without spatial effects when compared with if there are spatial effects. Without spatial effect, the model used is the panel model and with spatial effect model used is Spatial Auto Regressive SAR model panel. The dependent variable used is the formal sector employment absorption relative to the informal sector, whereas the independent variable is the real minimum wage in the form of the natural logarithm. In addition, control variables are used real GDP, education, labor force, urban rate, agricultural share, gender and spatial lag. The results showed that both models of minimum wage increase significantly reduced the absorption of formal sector workforce relative to the informal sector. The coefficient value of the impact of the minimum wage increase produced by the spatial model is greater than the non spatial model whereas from the model criteria results show better spatial model, so it can be concluded there is underestimated in the previous study which does not take into account the spatial dependencies of the labor market.
2018
T49908
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gianie
Abstrak :
Tesis ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah di sektor industri dan perdagangan. Banyak literatur yang menyatakan upah minimum mempunyai pengaruh negatif terhadap tenaga kerja, namun ada juga literatur yang menyatakan sebaliknya. Estimasi persamaan dalam bentuk reduced form yang menghubungkan penyerapan tenaga kerja dengan upah minimum dilakukan dengan menggunakan data panel di 27 provinsi dalam rentang waktu 2003-2007. Variabel dependen dalam persamaan tersebut adalah jumlah tenaga kerja berpendidikan rendah yang bekerja di sektor industri dan perdagangan. Variabel independen adalah upah minimum, pertumbuhan ekonomi, penanaman modal, penyerapan tenaga kerja berpendidikan tinggi, dan populasi angkatan kerja. Sampel dibatasi pada kelompok pekerja yang menerima upah di perkotaan yang berpendidikan rendah di sektor industri dan perdagangan. Kelompok tenaga kerja ini dipilih karena merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap kenaikan upah minimum. Hasil studi ini menunjukkan adanya perbedaan pengaruh upah minimum di kedua sektor. Pada sektor industri, upah minimum berpengaruh secara negatif dan secara statistik signifikan. Dari perhitungan elastisitas, setiap kenaikan satu persen upah minimum menyebabkan penyerapan tenaga kerja di sektor industri berkurang sebesar 0,3955 persen. Bisa diartikan, setiap kenaikan upah minimum sebesar Rp 100.000 akan menyebabkan penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah di sektor industri berkurang sekitar 12.000 orang. Sedangkan di sektor perdagangan, upah minimum berpengaruh secara positif dan secara statistik juga signifikan. Dari perhitungan elastisitas, setiap kenaikan satu persen upah minimum menyebabkan penyerapan tenaga kerja di sektor perdagangan bertambah sebesar 0,5283 persen. Bisa diartikan, setiap kenaikan upah minimum sebesar Rp 100.000 akan menyebabkan penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah di sektor perdagangan bertambah sekitar 8.600 orang.
The focus of this study is to explain the different effects of minimum wages on employment with low skill in industry and trade sector. Many literatures say that minimum wages have negative effects on employment, and many others say have nonnegative effects. Estimation in reduced form that correlate employment with minimum wages is used with data panel on 27 region between 2003-2007. Dependent variable in this study is employment with low skill who?s work in industry and trade sector. Independent variables are minimum wage, economic wage, investment, employment with high skill, and population of labor force. Sample specified on group of urban wage worker with low skill in industry and trade sector. This group is chosen because it is one of groups which vulnerable on increasing of minimum wage. The results show that there are differencies effects of minimum wage in two sector. In industry sector, the increasing of minimum wage has negative effect and significant statistically. The elasticity shows that when minimum wage increase 1 percent, it will decrease employment with low skill 0,3955 percent. Or, when minimum wage increase Rp 100.000, it will decrease employment with low skill about 12,000 person. In trade sector, the increasing of minimum wage has positive effect and significant statistically also. The elasticity shows that when minimum wage increase 1 percent, it will increase employment with low skill 0,5283 percent. Or, when minimum wage increase Rp 100.000, it will increase employment with low skill about 8,600 person.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T 26283
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Halim, auhtor
Abstrak :
Salah satu komoditi ekspor di Propinsi Sulawesi Selatan yang memberikan nilai tambah bruto cukup besar, ialah Kopi. Permasalahan yang ada dalam penelitian untuk tesis ini ialah tingkat upah pekerja di sektor perkebunan relatif rendah apabila dibandingkan dengan tingkat upah perkebunan di tingkat nasional. Disamping itu lulusan SD sampai dengan SMA yang ada di pedesaan cukup banyak yang menganggur. Peranan ekspor kopi cukup banyak memberikan lapangan pekerjaan di pedesaan, namun demikian berapa besar dampak ekspor kopi itu terhadap nilai tambah regional bruto dan penyerapan tenaga kerja kurun waktu lima tahun terakhir belum diketahui. Tujuan penelitian ini ialah (1) Menghitung dampak ekspor kopi terhadap penciptaan nilai tambah regional bruto di Propinsi Sulawesi Selatan dari tahun 2007 sampai tahun 2011. (2) Menghitung dampak ekspor kopi tersebut terhadap upah pekerja di sektor perkebunan kopi tersebut. (3) Menghitung dampak ekspor kopi terhadap penyerapan tenaga kerja disektor perkebunan kopi di Propinsi Sulawesi Selatan. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut (1) Dampak ekspor kopi terhadap nilai tambah regional bruto di Propinsi Sulawesi Selatan cukup signifikan, tiap penambahan ekspor satu persen, mampu meningkatkan nilai tambah bruto 2.32 persen (elastisitasnya è = 2,32 > 1). (2) Dampak ekspor kopi terhadap upah pekerja di perkebunan kopi sepertiga dari pendapatan surplus usaha di perkebunan kopi. (3) Terdapat korelasi positif antara ekspor kopi Propinsi Sulawesi Selatan dengan penyerapan tenaga kerja di sektor perkebunan kopi.
One of the export commodities from South Sulawesi Province giving large additional bruto value is coffee. The existing problem in this research is that the labour wage in the coffee plantation is relatively low compared to national labour wage. Besides, many elementary school and high school graduates are unemployed. Coffee export's role in increasing the regional additional bruto value and providing job opportunities is not yet known. The objective of this research are (1) To measure the impact of coffee export on additional bruto value in South Sulawesi Province. (2) To measure impact of coffee export on the labour wage in the coffee plantation (3) To measure the impact of coffee export on the job availability in the coffee plantation in South Sulawesi Province. The research indicates as follows : (1) The impact of coffee export on the regional additional bruto value is quite significant. Each additional in export of 1 % can increase additional bruto value to 2.32 percent (it means the elasticity = è = 2,32 > 1). (2) The impact of coffee export on labour wage in the coffee plantation is one third of the surplus income in the coffee plantation. (3) There is a positive correlation between coffee export in Sulawesi Selatan Province and the job availability in the coffee plantation.
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library