Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan , 2005
614.59 IND k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat promosi kesehatan departemen kesehatan RI, 2007
362.1 IND j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Wigati Ratna Sari
Abstrak :
Masuknya Penyakit Tidak Menular sebagai salah satu target dalam SustainableDevelopment Goals SDGs 2030,mengisyaratkan bahwa PTM secara global telahmendapatkan perhatian khusus yang menjadi prioritas nasional. Salah satu cara dalamprogram pengendalian PTM adalah melalui kegiatan Pos Pembinaan Terpadu Posbindu PTM. Puskesmas Kecamatan Setiabudi dalam menjalankan skrining melaluiPosbindu PTM menerapkan Permenkes No.43 tanu 2016 tentang standar pelayananminimal bidang kesehatan yaitu setiap warga usia 15-59 tahun mendapatkan skriningsesuai standar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yangberhubungan dengan pemanfaatan Posbindu PTM di wilayah kerja PuskesmasKecamatan Setiabudi Tahun 2018. Desain penelitian ini adalah cross sectional denganpendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini yaitu warga usia 15-59 tahun dengansampel 145 orang. Analisis data penelitian ini menggunakan uji Chi Square dan ujiRegresi Logistik Sederhana. Hasil penelitian adalah warga yang memanfaatkanPosbindu PTM sebanyak 57,9 . Variabel yang berhubungan dengan pemanfaatanPosbindu PTM adalah jenis kelamin p=0,026 OR=2,856, pekerjaan p=0,024 OR=2,382, pengetahuan p=0,010 OR=2,553, akses ke Posbindu PTM p=0,013 OR=2,748, ketersediaan sarana Posbindu PTM p=0,012 OR=2,567, dukungankeluarga p=0,037 OR=2,153, dukungan petugas kesehatan p=0,004 OR=2,825,dukungan kader p=0,000 OR=6,970, kebutuhan akan Posbindu PTM p=0,035 OR=2,397. Variabel yang paling dominan adalah dukungan kader OR= 4,680 95 CI2,2-10,8 . Kesimpulan penelitian ini adalah dukungan kader menjadi faktor yang palingdominan dalam pemanfaatan Posbindu PTM. ......The introduction of Non Communicable Diseases as one of the targets inSustainable Development Goals SDGs 2030, suggests that PTM globally has gainedspecial attention which is a national priority. One of the ways in PTM control programis through Posbindu PTM. Public Health Center Setiabudi in running screening throughPosbindu PTM apply Permenkes No.43 in 2016 about minimum service standard ofhealth field that every citizen age 15 59 year get standard screening. This study is aimedat determining the factors associated with the utilization of Posbindu PTM in theworking area of Setiabudi Pubic Health Center in 2018. The design of study is crosssectional with quantitative approach. The population of this study is citizens age 15 59years with the samples are 145 people. The data analysis are Chi Square test and SimpleLogistic Regression test. Result of the study is the people who utilize active PosbinduPTM is 57,9 . Variables related to the utilization of Posbindu PTM that gender P 0.010 OR 2,382, knowledge p 0,010 OR 2,553, access to Posbindu PTM p 0,013 OR 2,784, family support P 0,037 OR 2,153, the support of healthworkers p 0,004 OR 2,825, cadre support p 0,000 OR 6,970, needs willPosbindu PTM p 0.035 OR 2,397. The most dominant variable is cadre supportOR 4,680 95 CI 2,2 10,8 . The conclusion is cadre support become the mostdominant factor in the utilization of Posbindu PTM.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50219
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elsi Novnariza
Abstrak :
Disabilitas merupakan indikator penting dalam perencanaan kesehatan. Lansiamerupakan kelompok yang memberikan kontribusi terbesar terhadap beban disabilitasyang ditimbulkan dimana penyakit tidak menular merupakan salah satu faktor risikoutama terjadinya disabilitas pada lansia. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui risikopenyakit tidak menular terhadap disabilitas pada lansia berdasarkan data Riskesdas tahun2013 Desain pada penelitian ini adalah cross-sectional. Sampel pada penelitian ini adalahseluruh lansia yang berhasil diwawancarai pada Riskesdas 2013 yaitu sebanyak 90.079orang lansia. Data dianalisis dengan regresi logistik multinomial. Persentase lansia yangtidak mengalami disabilitas 55.21. Lansia yang mengalami disabilitas lebih banyakpada kategori disabilitas sedang sampai sangat berat 27.04 dibandingkan padakategori disabilitas ringan 17.75. Risiko RRR untuk mengalami disabilitas ringanpada masing ndash; masing penyakit yaitu : PJK 2.0, Diabetes Perempuan :1.2 Laki ndash; laki:1.8, Hipertensi 1.2, Stroke 3.2, Gagal ginjal kronis 1.6, Penyakit sendi 1.8. Risiko RRR untuk mengalami disabilitas sedang sampai sangat berat pada masing ndash; masingpenyakit yaitu : PJK 2.4, Diabetes Perempuan: 1.5 ; Laki ndash; laki : 1.8, Hipertensi 1.2 ,Stroke 10.6, Gagal ginjal kronis 2.5, Penyakit sendi 2.0. Penyakit tidak menularberhubungan dengan peningkatan risiko disabilitas dimana stroke merupakan PTMdengan risiko untuk mengalami disabilitas tertinggi. ......Disability is an important indicator of health planning. The elderly are the groups thatcontribute the most to the burden of disability which non communicable diseases is oneof the main risk factors for disability in the elderly. The aim of sthis study was to knowthe risk of non communicable diseases to disability in the elderly based on Riskesdas datain 2013.This study design was cross sectional. The sample in this study was all of elderlythat interviewed in Riskesdas 2013 90,079 elderly. Data were analyzed by multinomiallogistic regression. Percentage of elderly with none disability 55.21. Elderly withmoderate very severe disability category 27.04 and higher than elderly with milddisability category 17.75. The risk RRR for mild disability for each disease are CHD 2.0, Diabetes Female 1.2 Male 1.8, Hypertension 1.2, Stroke 3.2, ChronicRenal Failure 1.6, Disease joints 1.8. The risk RRR for moderate to very severedisability in each disease is CHD 2.4, Diabetes female 1.5 Male 1.8, Hypertension 1.2, Stroke 10.6, Chronic Renal Failure 2.5, joint disease 2.0. Non communicablediseases were associated with an increased risk of disability in which stroke was a Noncommunicabledisease with the highest risk for disability.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50093
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Khodijah Parinduri
Abstrak :
Pada tahun 2015 kematian akibat PTM sebanyak 68% dan diproyeksikan di tahun 2030 meningkat menjadi 74%. Indonesia tahun 2013 berdasarkan data Riskesdas menunjukkan bahwa 69,6% dari diabetes melitus dan 63,2% dari hipertensi masih belum terdiagnosis. Upaya proaktif pemerintah ialah melalui pelaksanaan Posbindu PTM dimana menunjukkan jumlah kunjungan yang sangat berbeda di wilayah binaan Puskesmas Pasir Mulya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui lebih dalam gambaran manajemen, komunikasi, kemitraan dan inovasi dalam pelaksanaan Posbindu PTM dan faktor yang menentukan hasil evaluasi pelaksanaan Posbindu PTM. Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan metode wawancara mendalam, focus group discussion (FGD), telaah dokumen dan observasi di dua Posbindu PTM dengan kunjungan tertinggi dan terendah pada masyarakat dengan karakteristik yang hampir sama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen SDM menjadi faktor yang memberikan banyak kontribusi dalam pelaksanaan Posbindu PTM, kemudian komunikasi dan inovasi perlu didukung oleh kemitraan. Pelaksanaan Posbindu PTM didukung oleh optimalisasi faktor-faktor manajemen, komunikasi, kemitraan dan inovasi yang saling berkaitan dalam meningkatkan keberhasilan pelaksanaan. ......By 2015 the deaths due to PTM are 68% and projected in 2030 to increase to 74%. Indonesia in 2013 based on Riskesdas data shows that 69.6% of diabetes mellitus and 63.2% of hypertension are still undiagnosed. The government's proactive efforts are through the implementation of Posbindu PTM which shows a very different number of visits in the target area of the Pasir Mulya Public Health Center. The purpose of this study is to know more in the description of management, communication, partnership and innovation in the implementation of Posbindu PTM and the factors that determine the results of the evaluation of the implementation of Posbindu PTM. This study is a qualitative study with in-depth interviews, focus group discussions (FGD), document review and observation at two Posbindu PTM with the highest and lowest visits to people with similar characteristics. The results of this study indicate that human resource management is a contributing factor in the implementation of Posbindu PTM, communication and innovation need to be supported by partnership. The implementation of Posbindu PTM is supported by the optimization of management, communication, partnership and innovation factors that are interrelated in improving the successful implementation.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Djuwita Hatma
Jakarta: UI-Press, 2014
PGB 0257
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Puspa Riana
Abstrak :
ABSTRAK
Laju urbanisasi, modernisasi dan pertumbuhan penduduk di negara berkembang menjadi penyebab munculnya penyakit tidak menular (PTM). Indonesia dengan populasi 247 juta jiwa memiliki prosentase kematian akibat PTM sebesar 71% (1.106.000 jiwa) dan 23% meninggal usia muda. Sindrom metabolik (SM) adalah kumpulan faktor risiko meliputi obesitas, resistensi insulin, dislipidemia, dan hipertensi yang akan bermuara pada peningkatkan risiko terjadinya diabetes mellitus (DM) dan penyakit kardiovaskular (PKV). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan sindrom metabolik pada pegawai instansi pemerintah yang bekerja di lingkungan pelabuhan Tanjung Priok dengan menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini menemukan bahwa prevalensi sindrom metabolik pada pegawai instansi pemerintah di lingkungan pelabuhan Tanjung Priok adalah sebesar 38,7 %. Variabel independen yang signifikan dengan kejadian sindrom metaboli yaitu umur (nilai p=0,0005), lama kerja (nilai p=0,0005), asupan karbohidrat (nilai p=0,032), dan aktifitas fisik (nilai p=0,003). Variabel yang paling dominan mempengaruhi sindrom metabolik adalah aktifitas fisik (OR=2,066; CI 95%=1,118-3,819). Individu dengan sindrom metabolik memiliki risiko 5 (lima) kali lebih besar untuk menderita diabetes mellitus tipe 2 dan berisiko 3 (tiga) kali lebih tinggi untuk menderita penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu, diperlukan strategi pencegahan seperti skrining, penyediaan pos PTM, peningkatan aktifitas fisik, dan konsumsi makanan sehat dan bergizi.
ABSTRACT
Urbanization rate, modernization and population growth in developing countries becomes the causes of non-communicable diseases (NCDs). Indonesia with a population of 247 million people has a percentage of deaths from NCDs by 71% (1.106 million people) and 23% died young. Metabolic syndrome (SM) is a collection of risk factors include obesity, insulin resistance, dyslipidemia, and hypertension will lead to increasing the risk of diabetes mellitus (DM) and cardiovascular disease (CVD). The purpose of this study was to determine what factors are associated with the metabolik syndrome on government employees who work in the port of Tanjung Priok using cross sectional design study. This study found that the prevalence of metabolik syndrome in employees of government agencies in the port of Tanjung Priok is 38.7%. The independent variables were significant with metabolik syndrome were age (p = 0.0005), duration of working (p = 0.0005), carbohydrate intake (p = 0.032) and physical activity (p = 0.003). The most dominant variable affecting the metabolik syndrome is a physical activity (OR = 2.066; 95% CI = 1.118 to 3.819). Individuals with metabolik syndrome have a risk five (5) times more likely to suffer from diabetes mellitus type 2 and risk of 3 (three) times more likely to suffer from cardiovascular disease. Therefore, it is necessary to conduct prevention strategies such as screening, provision of NCDs post, increasing physical activity, and consumption of healthy and nutritious food;
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wagiran
Abstrak :
Diabetes melitus adalah penyakit yang dapat menimbulkan komplikasi pada organ tubuh lainnya seperti paru-paru yang mulai muncul setelah 3 tahun menderita DM. Gejala yang ringan sering menurunkan kewaspadaan dimasyarakat. Informasi dan penelilitian masih jarang ditemukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan DM tipe 2 dengan gangguan fungsi paru pada usia 40 ndash; 65 tahun di Kota Bogor. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, dengan desain cross sectional study. Jumlah sampel 2.414 responden dipilih secara acak. Analisis yang digunakan cox regression. Proporsi gangguan fungsi paru pada penderita DM tipe 2 sebesar 48,8. Hubungan bermakna signifikan dengan Prevalens ratio sebesar 1,99 1,67-2,37; p=0,000 setelah dikontrol variabel usia, jenis kelamin dan derajat merokok. Peningkatan kesadaran untuk memeriksakan fungsi paru pada penderita DM tipe merupakan pertimbangan penting sebagai upaya pencegahan komplikasi lebih lanjut. ......Diabetes mellitus is a disease that can cause complications in other organs such as lungs that begin to appear after 3 years of suffering from DM. Mild symptoms often reduce public awareness. Information and research about it are still rare. This study aims to determine the relationship of type 2 diabetes mellitus with lung function at the age of 40 65 years in the Bogor city. This type of research is quantitative with cross sectional study design. The sample size of 2,414 respondents was chosen randomly. Cox regression analysis was used in this study. Proportion of lung function disorder in patients with type 2 diabetes is 48.8. The relationship was significantly obtained with the Prevalence ratio of 1.99 1.67 2.37 p 0.000 after controlling the age, sex and smoking activity. Awareness raising for pulmonary function testing for the type 2 diabetes mellitus patient is an important consideration as an effort to prevent further complications.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parinduri, Siti Khodijah
Abstrak :
Pada tahun 2015 kematian akibat PTM sebanyak 68 dan diproyeksikan di tahun 2030 meningkat menjadi 74 . Indonesia tahun 2013 berdasarkan data Riskesdas menunjukkan bahwa 69,6 dari diabetes melitus dan 63,2 dari hipertensi masih belum terdiagnosis. Upaya proaktif pemerintah ialah melalui pelaksanaan Posbindu PTM dimana menunjukkan jumlah kunjungan yang sangat berbeda di wilayah binaan Puskesmas Pasir Mulya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui lebih dalam gambaran manajemen, komunikasi, kemitraan dan inovasi dalam pelaksanaan Posbindu PTM dan faktor yang menentukan hasil evaluasi pelaksanaan Posbindu PTM. Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan metode wawancara mendalam, focus group discussion FGD, telaah dokumen dan observasi di dua Posbindu PTM dengan kunjungan tertinggi dan terendah pada masyarakat dengan karakteristik yang hampir sama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen SDM menjadi faktor yang memberikan banyak kontribusi dalam pelaksanaan Posbindu PTM, kemudian komunikasi dan inovasi perlu didukung oleh kemitraan. Pelaksanaan Posbindu PTM didukung oleh optimalisasi faktor-faktor manajemen, komunikasi, kemitraan dan inovasi yang saling berkaitan dalam meningkatkan keberhasilan pelaksanaan. ......By 2015 the deaths due to PTM are 68% and projected in 2030 to increase to 74%. Indonesia in 2013 based on Riskesdas data shows that 69.6% of diabetes mellitus and 63.2% of hypertension are still undiagnosed. The government's proactive efforts are through the implementation of Posbindu PTM which shows a very different number of visits in the target area of the Pasir Mulya Public Health Center. The purpose of this study is to know more in the description of management, communication, partnership and innovation in the implementation of Posbindu PTM and the factors that determine the results of the evaluation of the implementation of Posbindu PTM. This study is a qualitative study with in depth interviews, focus group discussions FGD, document review and observation at two Posbindu PTM with the highest and lowest visits to people with similar characteristics. The results of this study indicate that human resource management is a contributing factor in the implementation of Posbindu PTM, communication and innovation need to be supported by partnership. The implementation of Posbindu PTM is supported by the optimization of management, communication, partnership and innovation factors that are interrelated in improving the successful implementation.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Handayani
Abstrak :
Pada tahun 2015 Litbang Kemenkes melaksanakan riset implementasi model Pemicuan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Berbasis Masyarakat P2TMBM di delapan kabupaten/kota. Model ini bertujuan untuk mengendalikan penyakit tidak menular seperti hipertensi, stroke, kencing manis dan jantung koroner melalui pengendalian perilaku berisiko yaitu merokok, pola makan tidak sehat dan kurang aktivitas fisik. Implementasi model dilakukan dengan cara melakukan pemicuan terhadap 20 orang agen perubahan di setiap desa yang terdiri dari tokoh masyarakat dan kader kesehatan. Tujuan tesis ini adalah untuk mengetahui pentingnya modal social dalam implementasi model P2TMBM di Desa Benda. Penelitian dengan desain kualitatif telah dilakukan di Desa Benda, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Metode pengumpulan data adalah wawancara mendalam dan observasi. Hasil dari penelitian ini adalah model P2TMBM terlalu berfokus kepada perubahan perilaku kesehatan individu dan belum memperhitungkan faktor di luar individu seperti konteks sosial. Peran modal sosial di dalam implementasi model P2TMBM di Desa Benda tidak terlalu signifikan. Model P2TMBM diimplementasikan tanpa terlebih dahulu mengetahui struktur dan jaringan sosial di Desa Benda. Implementasi model P2TMBM di Desa Benda kurang relevan untuk dilaksanakan karena masyarakat belum menganggap PTM adalah suatu masalah penting. Implementasi model P2TMBM di Desa Benda kurang efektif karena hasil dari implementasi model ini hanya berlangsung dalam jangka pendek. Sustainabilitas dalam model ini juga belum dapat tercapai karena terbatasnya kemampuan dan sumber daya agen perubahan untuk membuat implementasi model terus berkelanjutan. Potensi modal sosial komunitas juga belum dimanfaatkan untuk menunjang sustainabilitas. Untuk penyempurnaan model P2TMBM diperlukan skema model yang memperhitungkan pengaruh konteks sosial terhadap perubahan perilaku pola hidup sehat individu dan skema model yang bertumpu pada modal sosial komunitas yaitu jaringan sosial, kepercayaan serta pengetahuan dan nilai-nilai lokal masyarakat. ...... In 2015, National Health Research and Development Ministry of Health of Indonesia has implemented NCD rsquo s community based prevention model in 8 Indonesia regency. The objective of this model is to control NCD rsquo s such as hypertension, stroke, diabetes, coronary heart through community empowerment. 20 people were trained as agents of change in every village. Agents of change were expected to encourage people to do healthy lifestyles such as not smoking, eating healthy food and increasing physical activity. This study aims to understand the importance of social capital in the implementation of NCDs prevention model in Benda village. A qualitative research design has been conducted in Benda village, Sukabumi Regency. The methods for data collection were in depth interview and observation. The result of this study is NCDs prevention model too much focus on individual health behavior change. The influence of social context hasn rsquo t been noticing in this model. The role of social capital in Benda village wasn rsquo t significant in the implementation of NCD rsquo s prevention model. This model has implemented without knowing the structure and social network of Benda village community. People in Benda village also haven rsquo t put NCD rsquo s as their main problem. As a result, this model wasn rsquo t relevance implemented in this village. The implementation of this model was less effective because the health behavior change only occurs temporarily. The sustainability of this model hasn rsquo t reached yet due to less capacity and resources of agents of change. The potential of social capital has not been utilized to support the sustainability of non communicable disease prevention model in Benda village. To improve NCDs prevention model needs a model scheme which considers the influence of social context on healthy lifestyles behavior change. The NCDs prevention model also developed based on social capital such as social networks, trust and local knowledge and values.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
T49050
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>