Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
Galavia Permata
Abstrak :
Seiring dengan perkembangan zaman, manusia memanfaatkan teknologi dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Begitu pula pada bidang konstruksi dan perancangan arsitektur. Kehadiran teknologi lambat laun menggantikan peranan alam dalam keseharian manusia. Rusaknya kondisi alam dan menipisnya sumber daya alam menarik perhatian publik serta melahirkan konsep konstruksi yang berkelanjutan berupa arsitektur hijau. Namun banyak produk arsitektur hijau hanya cenderung menekankan pada performa bangunan yang ramah akan kondisi alam dan lingkungan namun belum memenuhi kebutuhan dasar manusia wellbeing secara tepat.
Kehadiran alam dalam ruang yang terbangun built environment khususnya ruang dalam interior dapat membantu manusia dalam mencapai kondisi wellbeing yang optimum, salah satunya adalah dengan mengaplikasikan perancangan biofilik. Representasi alam dalam ruang dapat dihadirkan dengan banyak cara dalam perancangan biofilik Biophilic Design . Melalui studi kasus pada Google Asia Pacific diketahui bahwa untuk menghadirkan peningkatan yang signifikan pada wellbeing manusia, terdapat faktor internal fisik dan faktor eksternal non-fisik yang harus dipenuhi secara konsisten dan komperhensif.
......As the time goes by, technology took big part in fulfilling human everyday needs. Likewise, in the design and construction field architecture, technology gradually replaces the role of nature in human rsquo s everyday life. The destruction of nature and the depletion of natural resources finally get the publics attention, ad then it develope a new concept of sustainable construction in the form of green architecture. However, the output of green architecture itself, tend to emphasize the technical performance of the buildings which environmentally friendly, but has not fulfilled the human needs and wellbeing.
The presence of nature in built environment, specifically interior space, has the potential to help human reaching the optimum condition of wellbeing. Nature representation within space could be applied in many form by applying Biophilic Design. Through a study on Google Asia Pacific, it is found that to achieve a significant improvement in human wellbeing, there are internal physical and external non physical factors that must be presented consistently and comperhensively.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Rachmat Basuki
Abstrak :
ABSTRAK
Seklor informal sebagai salah satu cara mencari nafkah di sebuah kota menjadi sebuah atau bahkan satu-satunya pilihan bagi kaum migran ataupun para pengangguran di Jakarta yang semakin bertambah.Kemudahan untuk memasuki, kecilnya modal yang diperiukan, serta rendahnya tingkat ketrampilan yang dibutuhkan 1,» it di sektor ini ngapjadikan sgktQr¢ini5sebpah¢ pIIihan yang menarik.
Keberadaan pedagang kaki lima, sebagai bagian dari sektor ekonomi informal semakin menjamurdi Jakarta. Hampir di setiap ruang publik yang diisi oleh pedagang kaki lima. Pertambahan ruang publik yang hampir tidak ada, serta semakin banyaknya pedagang kaki lima telah membuat Jakarta menjadi sebuah kota yang semrawut.
Kinilah saatnya kita merenungkan kembali mengapa pedagang kaki lima timbul di sebuah kawasan ? Bagaimana keadaan sebuah ruang publik setelah kedatangan pedagang kaki lima ?
2000
S48221
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Luhur Prayogo
Abstrak :
Ada dua tempat yang dimaknai wajib dalam hal pemenuhan kebutuhan akan kelangsungan hidup manusia. Tempat pertama dimaknai sebagai ruang dengan kegiatan bertinggal (living) serta dilihat secara keruangan sebagai ruang yang privat. Tempat kedua dimaknai sebagai ruang dengan kegiatan bekerja (working) serta dilihat secara keruangan sebagai ruang yang semi-publik. Kegiatan yang dilakukan di dua tempat wajib tersebut merupakan kegiatan yang sudah pasti dilakukan sesuai dengan fungsi ruangnya. Third place (tempat ketiga) muncul sebagai ruang yang menawarkan wadah untuk kegiatan "lain" diluar dari kegiatan yang pasti dan wajib tersebut. Kegiatan "lain" ini merupakan kesempatan untuk manusia menikmati hubungan sosial sebagai bentuk "release" - melepaskan diri sejenak dari keterikatan (keluarga) dan keharusan (pekerjaan) sebagaimana penyeimbang akan fisik dan psikologis. Kebutuhan akan third place ini memenuhi kebutuhan ruang yang bersifat publik namun privat. Skripsi ini membahas bagaimana masyarakat perkotaan Jakarta sebagaimana gaya hidup masyarakat perkotaan memaknai sebuah tempat sebagai sesuatu yang lain yang menawarkan kemungkinan-kemungkinan lebih terhadap ruang (affordance) dalam bentuk berkegiatan "lain" diluar dari kegiatan wajib yang telah dilakukan rutin. Fenomena munculnya sebuah bar yang diindikasikan sebagai tempat third place ini yang menjadi bahasan pada skripsi kali ini. Kegiatan "lain" yang muncul nantinya berwujud kegiatan tak terduga dan tanpa terencana dengan maksud sebagai sebuah kegiatan "release". Kemungkinan-kemungkinan ini diperlihatkan dengan beragam kegiatan "lain" yang dilakukan sehingga akan muncul keterlibatan interaksi serta tingkatan spasial pengguna ruang dalam sebuah ruang publik-sosial. Dengan munculnya hal tersebut akhirnya akan memberikan makna sebuah ruang menjadi tempat yang "diakui" (established) sebagai sebuah third place oleh masyarakat. ......There are two places shall be interpreted in terms of satisfying the need for human survival. The first place is defined as a space for living activities as well as spatial seen as a private space. The second place is defined as a space for working activity as well as spatial seen as a semi-public space. Activities undertaken in these two places required is an activity that was certainly made in accordance with the spatial functions. Third place (third place) appears as a space that offers 'the other' activities. 'The other' activities is an opportunity for people to enjoy social relations as a form of 'release' - a short break away from the attachment (family) and necessity (work) as a counterweight to be physically and psychologically. Third place is public but also private space. This thesis discusses how urban communities Jakarta as an urban community lifestyle interpret a place as "the other" place that offers more possibilities of the space (affordance) in the form of activism 'other' outside of compulsory activities that have been carried out regularly. The phenomenon of the presence of a bar in Jakarta which is indicated as a third place on this thesis. the other Activities 'other' that present are an unexpected and unplanned for the purpose as an 'release' activity. These possibilities are shown in a variety of 'other' activities will appear involvement levels of spatial interaction and user space in a public-social space. With the advent of these things will give a meaning of the space into the place to be established as a third place by society.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63455
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Aldilla Annisa
Abstrak :
Sentuhan merupakan salah satu indera manusia yang kaya karena memiliki perangkat taktil yang berfungsi untuk mendeteksi rangsangan yang timbul dari interaksi fisik dengan lingkungannya. Dalam kajian ini saya ingin mencari tahu apakah aspek sentuhan dapat berperan dalam usaha manusia menentukan tindakan ketika menempati suatu ruang. Oleh karena itu, saya mencoba untuk melihat apakah perilaku dan pergerakan manusia yang terjadi di ruang transit terjadi karena pengaruh aspek taktil yang ada di dalamnya. Untuk kedepannya, kajian ini saya harapkan dapat berkembang ke arah perencanaan ruang untuk menciptakan keefektivitasan program ruang.
......
Touch is one of the rich human senses which has a tactile device that serves to detect the arousal arising from the physical interaction with the environment. In this study I want to find out whether touch aspects can play a role in human effort to determine action when occupying a space. Therefore, I try to see whether the behavior and movement of humans that occur in the transit space occurs due to the influence of tactile aspects that are in it. For the future, I hope this study can evolve toward spatial planning to create space program effectiveness.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67048
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Anthya Dwita Mahatidana
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini berfokus pada pembentukan programming melalui proses
pengalaman ruang pengguna dengan alat pancaindera dan gerak terkait dengan
keberadaan media digital interaktif di ruang publik. Kehadiran media digital
interaktif memiliki potensi dalam mengembangkan programming pada ruang
publik baik berupa reprogramming maupun deprogramming. Hal ini dapat terjadi
dengan masing-masing pengguna mengalami ruang secara aktif dengan
menggunakan media digital interaktif hingga membentuk kombinasi event yang
repetitif dan memberikan kebiasaan baru. Persepsi dalam mengalami ruang juga
dapat dipengaruhi oleh keberadaan media digital interaktif terhadap elemen ruang
itu sendiri. Pemahaman akan peran kehadiran media digital interaktif di ruang
publik ini dapat memberikan perspektif baru dalam perancangan arsitektur.
ABSTRACT
This study focuses on the establishment of programming experience
through users senses and movement associated with the presence of interactive
digital media in public spaces. The presence of interactive digital media has the
potential to develop programming in public spaces either through deprogramming
or reprogramming. This can occur with each of the user actively experience space
using interactive digital media to form the combination of repetitive events and
provide new habits. Perception in the space experience can also be influenced by
the presence of interactive digital media in relation to spatial elements. An
understanding of the role of interactive digital media presence in a public space
can provide a new perspective in the design of architectural.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56367
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library