Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
S2360
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aini Rahmi
Abstrak :
Munculnya parenting stress terjadi karena terdapat ketidakseimbangan antara tuntutan pengasuhan dengan sumber daya yang dimiliki oleh orang tua dalam memenuhi tanggung jawab. Terlebih pada ibu usia remaja karena akan tergantung dengan kompetensi pengasuhan yang dimiliki oleh ibu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara parenting stress dengan kompetensi pengasuhan pada ibu remaja. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan sampel 319 ibu remaja di Kota Depok. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner Parental Stress Scele (PSS) dan Parenting Sense of Competence Scale (PSOC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara domain parenting stress dengan domain kompetensi pengasuhan (p=0,00 dan0,005). Diharapkan bahwa pemberi asuhan keperawatan dapat meningkatkan perannya dalam memberikan intervensi berupa edukasi dan pendampingan psikologis terhadap ibu remaja mengenai kompetensi pengasuhan anak. ...... The emergence of parenting stress occurs because there is an imbalance between the parenting burden and the resources owned by parents in fulfilling their responsibilities. Especially for teenage mothers because it will depend on parenting competency owned by the mother. This study aims to analyze the relationship between parenting stress and parenting competency in teenage mothers. The design of this study was cross sectional with a sample of 319 teenage mothers in Depok City. The measuring instrument used is the Parental Stress Scale (PSS) and Parenting Sense of Competence Scale (PSOC) questionnaire. The results showed that there was a significant relationship between the stress parenting domain and the parenting competency domain (p = 0.00 and 0.005). Nurse expected have more increase their role in providing interventions in the form of education and psychological assistance to teenage mothers about parenting competence.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kinta Erstuputri Herawan
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini mengamati pengaruh gaya pengasuhan ibu otoriter, demokratis, dan permisif dan perilaku prososial remaja terhadap toleransi beragama remaja muslim. Gaya pengasuhan ibu merupakan variabel independen sedangkan perilaku prososial sebagai variabel mediator. Penelitian bersifat kuantitatif dengan melakukan survei kuesioner yang dianalisis menggunakan teknik analisis structural equation modelling SEM . Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner adaptasi Socio-Religious Tolerance Talib, 2009 , Parental Authority Questionnaire Buri, 1991 , dan Prosocial Tendencies Measure ndash; Revised Carlo, Hausmann, Christiansen, Randall, 2003 . Sampel penelitian adalah siswa muslim yang dipilih dengan teknik non probability and convenience sampling dari lima Sekolah Menengah Atas SMA negeri dan swasta di Kabupaten Bogor. Data primer diperoleh dari 213 responden n=213 berusia 15-18 tahun bulan Oktober dan November 2017. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa gaya pengasuhan ibu otoriter, demokratis dan permisif tidak berpengaruh terhadap toleransi beragama remaja muslim di kabupaten Bogor. Gaya pengasuhan ibu otoriter dan demokratis terbukti memengaruhi perilaku prososial remaja tersebut, sedangkan gaya pengasuhan ibu permisif tidak memberikan pengaruh. Perilaku prososial memengaruhi toleransi beragama remaja muslim. Dengan demikian, perilaku prososial yang ada pada diri remaja muslim tersebut tebukti menjadi mediator yang menjelaskan hubungan antara gaya pengasuhan ibu dengan toleransi beragama remaja muslim di Kabupaten Bogor.Kata kunci: toleransi beragama remaja muslim, gaya pengasuhan ibu, perilaku prososial remaja.
ABSTRACT
This study observed the influence of mothers rsquo parenting styles authoritarian, democratic and permissive the prosocial behaviors of adolescents on religious tolerance behavior of Muslim adolescents in Bogor Regency. Mother rsquo s parenting styles are independent variables whereas prosocial behavior served as a mediator variable. This research was a quantitative research by using a questionnaire survey that was analyzed using the structural equation modeling SEM . The questionnaires used were adaptation of Socio Religious Tolerance Talib 2009 , Parental Authority Questionnaire Buri, 1991 , and Prosocial Tendencies Measure Revised Carlo, Hausmann, Christiansen, Randall, 2003 . The sample of the study was Muslim students, with non probability and convenience sampling technique, dari five public and private high schools in Bogor Regency. The data was collected dari 213 respondents n 213 aged between 15 18 years old in October and November 2017. The research findings showed that mother rsquo s authoritarian, democratic and permissive parenting styles do not affect the religious tolerance behavior of Muslim adolescents in Bogor Regency. The authoritarian and democratic parenting styles were proved to influence the prosocial behavior of the adolescent, whereas the permissive parenting style does not affect. The result also stated that prosocial behavior that exist in Muslim adolescents influenced their religious tolerance. Hence, prosocial behavior was proved to be a mediator variable which explained the indirect relationship between mother rsquo s parenting styles and the Muslim adolescents rsquo religious tolerance in Bogor Regency.Keywords Muslim adolescents religious tolerance, mothers rsquo parenting styles, prosocial behavior.
2018
T51909
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Panjaitan, Gressy S. Cornelia
Abstrak :
ABSTRAK Masa kanak-kanak awal merupakan salah satu periode penting dalam perkembangan seorang anak, dimana pengalaman-pengalaman yang diperoleh anak pada masa ini akan mempengaruhi tumbuh kembangnya dikemudian hari. Salah satu perubahan besar yang terjadi pada masa ini adalah meluasnya lingkungan sosial anak, yang ditandai dengan mulainya anak melakukan hubungan sosial dengan teman sebayanya (Sroufe dkk, 1996). Pengalaman awal dalam berhubungan dengan teman sebaya ini merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan sosial anak usia prasekolah. Adanya kesulitan-kesulitan dalam hubungan dengan teman sebaya pada masa ini akan memperbesar kemungkinan munculnya masalahmasalah tingkah laku, emosional, dan akademik pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya. Pentingnya hubungan dengan teman sebaya pada masa kanak-kanak awal memberi implikasi akan pentingnya membina hubungan yang positif dengan teman sebaya pada masa ini. Namun tidak semua anak dapat membina hubungan yang positif. Adanya perbedaan kemampuan untuk membina hubungan yang positif dengan teman sebaya menunjukkan derajat kompetensi sosial yang dimiliki masingmasing anak. Dengan demikian kompetensi sosial memegang peranan penting bagi keberhasilan seorang anak dalam membina hubungan dengan teman sebaya pada masa prasekolah. Sroufe dkk (1996) mengatakan anak-anak yang memiliki kompetensi sosial yang baik (socia/ly competent) - yang seringkah disebut sebagai anak-anak yang disukai oleh teman sebayanya - adalah mereka yang mampu memulai interaksi dan memberikan respon kepada teman sebaya dengan perasaan yang positif, mereka yang tertarik pada hubungan dengan teman sebaya dan mereka yang sangat dihargai oleh teman sebaya, mereka yang dapat berperan sebagai pemimpin sekaligus pengikut, dan mereka yang mampu mempertahankan saling memberi dan menerima dalam interaksi dengan teman sebaya akan dinilai oleh guru dan observer lain sebagai anak yang memiliki kompetensi sosial (yang baik) (Vaughn dan Waters, 1980 dalam Sroufe, 1996). Dengan perkataan lain anak yang memiliki kompetensi sosial yang baik adalah mereka yang memiliki ketrampilan-ketrampilan sosial tertentu, yang memungkinkannya memperoleh penerimaan dari teman sebayanya. Namun tidak semua anak prasekolah memiliki kompetensi sosial yang baik. Hasil-hasil penelitian menunjukkan hubungan atau interaksi antara orangtua dengan anak yang terlihat jelas dalam gaya pengasuhan yang diterapkan orangtua kepada anak memberi pengaruh yang signifikan terhadap hubungan anak dengan teman sebayanya. Dalam penelitian ini ingin digali mengenai karakteristik anak yang memiliki kompetensi sosial yang buruk. Kompetensi sosial yang dimaksud dalam penelitian ini memfokuskan pada tiga tugas sosial, yakni saat anak memulai interaksi dengan teman sebayanya yang meliputi dua situasi; saat anak memulai interaksi pada awalawal masuk sekolah dan saat memulai interaksi dengan sekelompok temannya yang sedang melakukan aktivitas bersama, saat anak memelihara hubungan dengan teman sebayanya; dan saat anak mengalami konflik dengan temannya. Untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam akan hal ini, peneliti juga menggali informasi mengenai gaya pengasuhan orangtuanya. Mengingat dalam masyarakat kita ibu masih memegang peranan yang besar dalam pengasuhan anak, maka gaya pengasuhan orangtua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gaya pengasuhan yang diterapkan ibu saat berinteraksi dengan anaknya sehari-hari. Gaya pengasuhan ini terlihat dari perilaku conlrol/imcontrol dan responsive/uwesponsive yang ditampilkan ibu saat berinteraksi dengan anaknya sehari-hari. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode wawancara mendalam (/'// depth interview) dan observasi. Wawancara dilakukan terhadap dua orang ibu dari anak yang memiliki kompetensi sosial buruk dan gurunya. Sementara observasi dilakukan terhadap sikap dan perilaku anak di sekolah. Pemilihan subyek dilakukan dengan pendekatan purposif dimana sampel diambil berdasarkan kriteria tertentu yang sudah ditetapkan oleh peneliti. Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa anak yang memiliki kompetensi sosial buruk umumnya menampilkan perilaku agresif, baik agresif fisik maupun agresif verbal, saat berinteraksi dengan teman-temannya di sekolah. Hal ini membuat mereka cenderung mengalami penolakan dari teman-temannya. Perilaku lain yang membuat mereka mengalami penolakan dari teman-temannya adalah perilaku egois (seperti tidak/kurang mau berbagi dengan temannya, selalu ingin berkuasa/mendominasi temannya, kurang mampu mengontrol dirinya termasuk keinginannya); tidak/kurang mampu menampilkan perilaku prososial dalam hal ini empati (kurang menghargai keberadaan temannya, iri hati); kurang terampil dalam perilaku keijasama (cenderung ingin menjadi pemimpin dan tidak mau menjadi pengikut saat aktivitas kelompok, kurang menghargai pendapat/keinginan temannya). Sementara gaya pengasuhan yang diterapkan ibu dalam penelitian ini bervariasi, yakni satu subyek menerapkan gaya pengasuhan otoritarian, yang ditandai oleh adanya perpaduan antara perilaku respomive dan control yang rendah. Sementara subyek yang lain menerapkan gaya pengasuhan otoritarian, yang ditandai oleh adanya perilaku control yang ketat tanpa disertai perilaku responsive. Dari penelitian ini juga ditemukan bahwa gaya pengasuhan ibu bukanlah satusatunya faktor yang dominan memberi kontribusi bagi perkembangan kompetensi sosial anak. Beberapa faktor lain yang turut memberi kontribusi bagi perkembangan kompetensi sosial adalah karakter anak itu sendiri dan lingkungan dimana anak itu diasuh.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3068
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhani Dea Asy-Syifa
Abstrak :
Perempuan yang menjadi ibu sekaligus pekerja merupakan salah satu subjek yang paling terdampak dari perubahan aktivitas kerja selama pandemi COVID-19. Kemampuan resiliensi berperan penting untuk menghadapi situasi sulit, sehingga resiliensi menjadi salah satu faktor individu ibu bekerja untuk tidak mengalami dampak psikologis berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi lebih lanjut gambaran tingkat resiliensi dan stres pengasuhan serta hubungan antara resiliensi dengan stres pengasuhan pada ibu yang bekerja selama pandemi COVID- 19. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain penelitian studi korelasi. Sebanyak 296 ibu bekerja terlibat pada penelitian ini dan dikumpulkan melalui teknik convenience sampling. Hasil analisis univariat menemukan bahwa lebih dari sebagian ibu bekerja memiliki tingkat resiliensi tinggi (53.7%) dan sebagian besar memiliki tingkat stres pengasuhan rata-rata (66.5%) selama pandemi COVID-19. Analisis bivariat dengan uji chi-square dilakukan untuk menganalisis hubungan antara resiliensi dan stres pengasuhan dan hasil yang dapatkan nilai p value=0.001 sehingga terdapat hubungan antara resiliensi dengan stres pengasuhan pada ibu yang bekerja selama pandemi COVID-19. Resiliensi yang tinggi perlu dipertahankan, salah satu upayanya dengan promosi kesehatan mental agar dapat menurunkan kondisi stres yang dialami ibu bekerja. ......Women who become mothers and workers are one of the subjects most affected by changes in work activities during the COVID-19 pandemic. Resilience ability plays an important role in dealing with difficult situations, so resilience is one of the individual factors for working mothers to not experience ongoing psychological impacts. This study aims to further identify the level of resilience and parenting stress and the relationship between resilience and parenting stress in working mothers during the COVID-19 pandemic. This research uses quantitative research methods with a correlation study research design. A total of 296 working mothers were involved in this study and were collected through convenience sampling technique. The results of the univariate analysis found that most of the working mothers had a high level of resilience (53.7%) and an average level of parenting stress (66.5%) during the COVID-19 pandemic. Bivariate analysis with chi-square test was conducted to analyze the relationship between resilience and parenting stress and the results obtained p value = 0.001 so that there is a relationship between resilience and parenting stress in working mothers during the COVID-19 pandemic. High resilience needs to be maintained, one of the efforts is by promoting mental health in order to reduce the stress conditions experienced by working mothers.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Michelle Alessandra
Abstrak :
ABSTRAK
Karakteristik anak dengan Attention Deficit/Hyperactivity-Impulsivity Disorder (ADHD) yang menantang bagi orang tua seringkali membuat interaksi orang tua-anak menjadi negatif. Pengalaman menghadapi anak dengan ADHD dapat meningkatkan stres ibu dan mengarahkan pada bentuk pengasuhan yang maladaptif dan kurang efektif. Lebih lanjut, bentuk pengasuhan yang negatif dapat memicu perilaku bermasalah pada anak. Pengasuhan merupakan hal penting yang juga perlu menjadi fokus dalam rangkaian penanganan ADHD. Stepping Stones Positive Parenting Program (SSTP) merupakan intervensi bagi orang tua yang memiliki anak dengan disabilitas perkembangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas penerapan SSTP untuk mengubah gaya pengasuhan ibu yang memiliki anak dengan ADHD menjadi authoritative dan perubahan tersebut diharapkan mampu menurunkan perilaku disruptive yang ditunjukkan oleh anak. Single case study A-B with follow-up design digunakan untuk mengevaluasi efektivitas pelaksanaan 10 sesi intervensi SSTP. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi Parenting Styles and Dimensions Questionnaire (PSDQ), Parenting Sense of Competence (PSOC), Eyberg Child Behavior Inventory (ECBI), Child Behavior Checklist (CBCL), lembar pencatatan perilaku, wawancara, dan observasi pada ibu. Secara umum, hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan gaya pengasuhan ibu menjadi authoritative dan hal tersebut juga berpengaruh pada penurunan perilaku disruptive yang ditunjukkan anak.
ABSTRACT
The challenging traits shown by children with Attention Deficit/Hyperactivity Impulsivity Disorder (ADHD) often generate a negative parent-children interaction. Experience of dealing with ADHD child could elevate maternal stress and lead to maladaptive and less effective parenting. Furthermore, negative parenting could provoke the emergence of disruptive behavior on the child. Parenting plays a big role and should also be addressed in ADHD treatments. Stepping Stones Positive Parenting Program (SSTP) is intervention for parents who have children with developmental disabilities. This study aims to evaluate SSTP effectivity in altering parenting style of mothers with ADHD children into authoritative style, which lead to a decrease of disruptive behavior shown by children. A single case study A-B with follow-up design was used to evaluate the effectiveness of 10 sessions SSTP intervention. The research instruments used includes Parenting Styles and Dimensions Questionnaire (PSDQ), Parenting Sense of Competence (PSOC), Eyberg Child Behavior Inventory (ECBI), Child Behavior Checklist (CBCL), behavior recording sheet, interviews, and observation of mother. In general, the results of this study in dicate alteration in mothers parenting style into authoritative style, and this also affects the decrease in disruptive behavior shown by the child.
2019
T53801
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maghfirah Maulany Aqmarina
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara kepuasan pernikahan dan stres pengasuhan pada ibu bekerja dan ibu tidak bekerja dengan anak usia 0-5 tahun. Pengukuran kepuasan pernikahan menggunakan ENRICH Marital Satisfaction EMS Scale, sedangkan stres pengasuhan diukur dengan Parenting Stress Index-Short Form PSI-SF. Sebanyak 227 orang ibu bekerja dan ibu tidak bekerja dengan anak berusia 0-5 tahun direkrut menjadi partisipan melalui tautan kuesioner daring yang disebarkan kepada komunitas ibu dan melalui institusi pengembangan anak lainnya. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan independent sample t-test dan analysis of variance ANOVA. Didapatkan dua hasil utama dari penelitian ini. Pertama, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kepuasan pernikahan ibu bekerja dan ibu tidak bekerja t=-.251, p>.05 . Kedua, terdapat perbedaan yang signifikan antara stres pengasuhan ibu bekerja dan tidak bekerja t=-2.025. ...... This study was conducted to compare marital satisfaction and parenting stress among employed mother and unemployed mother with 0 5 years old children. Mother rsquo s marital satisfaction was measured with ENRICH Marital Satisfaction Scale, and parenting stress was measured with Parenting Stress Index Short Form PSI SF . 227 employed and unemployed mothers with 0 5 years old children were recruited through online links distributed to young mother communities, and other child development institutions. Independent sample t test and analysis of variance ANOVA were used to analyze data. There were two main results from the current study. First, there was no significant difference in marital satisfaction among employed and unemployed mothers t .251, p .05. Second, the study found significant difference in parenting stress among employed and unemployed mothers t 2.025.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library