Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdul Halim
Abstrak :
Target of this research is to study: situation and growth of area finance, source of acceptance PAD, constraints faced in order to optimal optimal of acceptance PAD, and efforts which require to be done inorder to optimal of acceptance PAD. after researching in Malang, the result include: (1) realization APBD during five the last year of goals, but its growth is downhill, (2) ability PAD to sustain the area expenditure relative still lower, (3) realization PAD during five the last year of goals, but its growth is downhill, (4) PAD most sustained by tax and area retribution.
2006
MUIN-XXXV-6-Juni2006-42
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Indi Nugroho
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang cara meningkatkan kualitas proses tampo atau pad printing. Proses tampo adalah pencetakan pola mata pada kepala boneka. Penelitian ini menggunakan tahapan-tahapan pada metode six sigma yaitu Define, Measure, Analyze, Improve dan Control ( DMAIC ). Tujuan penerapan metode six sigma digunakan untuk mengidentifikasi penyebab-penyebab timbulnya cacat pada part kepala boneka. Inti dari skripsi ini adalah bagainana memperbaiki dan meningkatkan performa proses. Hasil penelitian menyimpulkan dilakukan perbaikan dengan peningkatan pemeriksaan ketebalan pelat cetak, mempersempit range standar kekentalan cat, mengganti jenis thinner yang digunakan dan menambahkan aditif untuk meningkatkan daya rekat cat serta memberikan pelatihan cleaning yang tepat.
This mini thesis explained about how to improve quality in tampo process or pad printing process by focusing on reduction rejected part quantity. using Define, Measure, Analyze, Improve and Contorl as known as DMAIC methodology in six sigma. DMAIC methodology is used to identify root casues which increase number of defective parts in painted toy head The main point of this mini thesis is how to improve performance of process. The result of this research is to increase inspection in depth of plate, sinking the range of viscosity standard, using more volatile thinner, increase the bond between paint and surface of product using additive, and gave training to operator in term of.proper traning method.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51999
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tris Budiono M.
Abstrak :
Sistem Rem merupakan salah satu sistem kendali terpenting pada kendaraan bermotor khususnya kendaraan niaga. Konsumen senantiasa menghadapi dilema teknis dalam memilih suku cadang yang memenuhi kriteria tekno-ekonomi. Kondisi pasar yang tidak sehat tersebut sangat merugikan konsumen, sehingga ikhtiar mencerdaskan masyarakat konsumen perlu digalakkan. Batasan kondisi operasi simulatif mengacu pada prosedur serta ketentuan : Uji Kuat Tekan (IIS D 4413), Uji Kuat Geser (SNI 09-2773-1992 dan RS D 4415), dan Uji Tingkat Aus Kecepatan Tetap (SM 09-0143-1987 dan IIS D 4411). Berhasil di identifikasi bahwasanya karakteristik mekanis semua merek disc pad yang diuji berada dalam rentang ambang batas yang diijinkan. Dan melalui pemeriksaan SEM-EDAX dapat diidentifikasi bahwasanya material semua merek disc pad : pertama secara kualitatif menunjukkan kandungan unsur utama C dan 0 sebagai matrik serta senyawa oksida, carbida, dan sulfida dari unsur silika, tembaga, besi, magnesium, dan titanium sebagai penguat. Kedua : secara kuantitatif dispersi homogenitas serta kompaktibilitas ikatan antara matrik dengan senyawa oksida, carbida, dan sulfida penguat memiliki potensi pengaruh yang dominan terhadap pembentukan karakteristik teknis material kampas rem saat menjalani proses keausan abrasi akibat beban pengereman. Analisis integratif antara hasil uji mekanis sesuai standar JISISNI dengan hasil pemeriksaan makroskopis tersebut telah mengidentifikasikan bahwasanya, pertama : dispersi homogenitas serta kompaktibilitas material disc pad 01 (OES dalam negeri) mengakibatkan tingkat aus dan elastisitas yang relatif lebih baik dibandingkan disc pad 04 (OES luar negeri) maupun DP-02 dan DP-03. Kedua : kandungan Si yang lebih besar ( 7,36 % Barak ) mengidentifikasikan bahwasanya material disc pad 01 (OES) mempunyai tingkat aus yang lebih rendah dari pads DP-02, DP-03, maupun DP-04. Menyimak hasil eksperimen tersebut, maka klasifikasi disc pad berdasarkan karakterisasi material yang mengacu pada standar JISISNI akan sangat membantu konsumen dalam menetukan pilihan sesuai batas kemampuan operasional. Namun untuk mencapai kelayakan klasifikasi yang utuh, maka hasil uji yang diperoleh masih perlu dilengkapi dengan beberapa data pengujian yang standar lainnya.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Aricson
Abstrak :
Pengkondisian udara sangat banyak dibutuhkan aplikasinya pada berbagai bidang dan atau keperluan, mulai dari rumah tangga sampai industri-indusin modern. Salah satu pengkondisian udara adalah pendinginan evaporatif (evaporative cooling). Tujuan utama dari proses ini adalah menurunkan temperatur dan menaikkan rasio kelembaban udara. Pengkondisian udara ini diaplikasikan pada beberapa industri seperti: industri makanan, kayu dan kertas (pupi and paper) dan lain-Iain. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menghitung dan menganalisa perubahan temperatur dan rasio kelembaban udara pada suatu sistem pendinginan evaporatif. Penelitian dimulai dengan melakukan pembuatan alat dan sistem yang representatif untuk sebuah sistem pendinginan evaporatif. Hal penting yang dirancang pada alat ini adalah melewatkan udara pada sebuah media basah (wet pad) yang berfungsi sebagai air-filter. Selelah pembuatan alat selesai, dilakukan pengujian dengan menggunakan media dari bahan sejenis busa atau spons. Kegiatan ini dilakukan bersama-dengan rekan mahasiswa lainnya. Pada pengujian penulis melakukan variasi dengan memindahkan penyearah aliran (flow stighiener) sejauh 10 cm dan 30 cm sehingga jarak masing-masing ke media basah (L) adalah 104,3 cm dan 84,3 cm. Setelah itu dilakukan perhitungan dan analisa data hasil pengujian. Secara teoritis pada proses pendinginan evaporatif, temperatur yang turun adalah temperatur dry bulb, sedangkan temperatur wetbulb tetap. Namun hasil pengujian menunjukkan bahwa pada temperatur wet bulb juga terjadi penurunan. Hal tersebut dapat dimaklumi berhubung sederhananya alat dan material yang digunakan pada pembuatan alat ini serta kesalahan-kesalahan yang terjadi pada pengujian. Secara umum alat mampu menurunkan temperatur sekitar 0,4 - 1,0 ℃ dan rasio kelembaban berubah sekitar 0,03 - 1,7 g uap air/kg udara kering. Kondisi pertama memberikan hasil yang Iebih baik. Pada kondisi kedua bahkan terjadi penurunan rasio keiembaban meskipun efisiensi pendinginannya Iebih baik dan kondisi pertama. Hal ini kemungkinan terjadi karena kesalahan pengukuran temperatur temtama temperatur wet bulb.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S36977
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
S8531
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S10231
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benedictus Raksaka Mahi
Abstrak :
Paper ini hendak membahas proses implementasi yang benar dari UU No. 34/2000 sehingga tidak menimbulkan distorsi bagi masyarakat dan perekonomian. Selain itu, pembahasan juga mencakup faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya PAD (Pendapatan Ash Daerah) seperti kemampuan manajemen pemungutan pajak dan retribusi daerahnya, faktor-faktor apa saja yang perlu diperhitungkan dalam pemungutan PAD, dan peran pertumbuhan bagi peningkatan PAD di daerah. Beberapa temuan dalam studi ini berkaitan dengan PAD dan pemungutan pajak daerah pada tingkat kahupaten/kota adalah bahwa peran dari PAD dalam pembiayaan publik di daerah cenderung berkurang. Selain itu dari hasil perhitungan elastisitas pajak antar daerah ditemukan bahwa jenis-jenis pajak daerah saat ini memiliki basis pajak yang kurang sensitif terhadap perkembangan perekonomian. Pemungutan pajak di daerah juga cenderung belum optimal, hanya ada beberapa jenis pajak yang pemungutannya sudah baik, hal ini terjadi karena kemudahan pengelolaan jenis pajak tersebut. Berkaitan dengan banyaknya kritikan dan keluhan terhadap pemungutan pajak daerah yang mengganggu iklim usaha, hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman pemerintah daerah dalam implementasi kriteria-kriteria pemungulan pajak pada UU No. 34/2000. Saran dan kebijakan utama bagi permasalahan ini adalah diperlukan daftar detil pajak yang BOLEHdipungut daerah, bukan hanya kriteria umum saja; serta perbaikan sistem pengawasan penerbitan perda pungutan di daerah, dengan sanksi yang memadai. Selain itu, diperlukan juga optimalisasi pajak lokal melalui usaha intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan lokal.
2005
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Waskito Hadi
Abstrak :
ABSTRACT
Penelitian ini dilakukan dengan data sekunder berupa Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) TA 2015 di Jawa Tengah yang bertujuan untuk mengetahui besar pengaruh Earning Performance dan proporsi PAD terhadap kemandirian daerah baik secara parsial maupun simultan menggunakan analisis jalur (path analysis) dengan metode sensus. Populasi penelitian ini adalah sebanyak 36 LKPD TA 2015 di Jawa Tengah yang telah diperiksa oleh BPK Perwakilan Provinsi Jawa Tengah dan hasil pemeriksaannya telah disampaikan ke lembaga perwakilan rakyat, dalam hal ini DPRD provinsi/kota/kabupaten di Jawa Tengah. Seluruh elemen populasi diteliti dan menjadi sasaran akhir populasi dalam penelitian ini. Hasil analisis data dengan SPSS versi 15.0 menunjukkan bahwa earning performance mempengaruhi kemandirian daerah sebesar 3,1% dan besar pengaruh proporsi PAD terhadap kemandirian daerah adalah sebesar 82,4%. Earning performance dan proporsi PAD secara simultan mempengaruhi kemandirian daerah sebesar 89,7% yang ditunjukkan dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,897 sedangkan variabel independen lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini dapat mempengaruhi kemandirian daerah (e) sebesar 10,3%. Hasil analisis menyimpulkan bahwa earning performance dan proporsi PAD berpengaruh terhadap kemandirian daerah baik secara simultan maupun parsial.
Jakarta: Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Penelitian dan Pengembangan, 2017
332 JTKAKN 3:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kadek Fajar Marta
Abstrak :
ABSTRAK
Tingkat Kesesuaian Dan Penerimaan Subjek Terhadap Uji Pembalut 20 Menit Dibandingkan 60 Menit Sebagai Metode Pengukuran Derajat Keparahan Inkontinensia Urin Tipe TekananKadek Fajar Marta, Fernandi MoegniDivisi uroginekologi dan rekonstruksi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia AbstrakMengingat prevalensi yang tinggi dan efek negatif dari SUI maka perlu dilakukan penanganan yang tepat. Pemilihan terapi sangat tergantung dari penilaian derajat keparahan SUI yang diderita. Diperlukan suatu metode akurat yang secara objektif dapat mengukur derajat keparahan SUI sehingga terapi dapat diberikan secara tepat. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen silang sehingga hanya memerlukan satu kelompok sampel yang akan menjadi pembanding bagi dirinya sendiri. Pasien SUI yang terdiagnosis di Poliklinik Uroginekologi Cipto Mangunkusumo, General Hospital, Jakarta, Indonesia dan memenuhi kriteria inklusi, mendapatkan dua kali uji pembalut yaitu uji pembalut 20 menit kemudian uji pembalut 60 menit atau sebaliknya dengan selisih jangka waktu satu minggu dan akan diwawancarai menggunakan kuisioner pada setiap uji pembalut selesai dikerjakan. Kuisioner ini dibuat oleh peneliti dan sebelum digunakan ke subjek penelitian, dilakukan uji coba pada 5 orang pasien perempuan yang didiagnosis SUI. Hasil Kappa R = 0,84 yang menunjukkan uji pembalut 20 menit memiliki uji kesesuaian yang baik dengan uji pembalut 60 menit. Pada tingkat kepuasan didapatkan 25 responden 83,3 mengatakan puas pada uji pembalut 20 menit, bahkan 5 responden 16,7 mengatakan sangat puas. Sedangkan pada uji pembalut 60 menit, 3 responden 10 mengatakan kurang puas dan sisanya mengatakan puas. Terdapat kesesuaian yang baik antara pemeriksaan uji pembalut 20 menit dan 60 menit dalam menilai derajat keparahan inkontinensia urin. Pada pemeriksaan uji pembalut selama 20 menit didapatkan persentase subjek yang menyatakan puas dan sangat puas lebih tinggi dibandingkan dengan uji pembalut selama 60 menit. Kata kunci: Uji pembalut 20 menit, uji pembalut 60 menit, tingkat kesesuaian dan penerimaan subjek ...... ABSTRACT
Level of agreement and Acceptance of 20 Minute versus 60 Minutes Sanitary Pad Test as a Method of Measuring Severity Degree of Stress Urinary IncontinenceKadek Fajar Marta, Fernandi MoegniUrogynecology Reconstruction Surgery Division, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia AbstractLevel of agreement and Acceptance of 20 Minute versus 60 Minutes Sanitary Pad Test as a Method of Measuring Severity Degree of Stress Urinary IncontinenceGiven the high prevalence and negative effects of SUI is necessary to do the appropriate treatment. Selection of therapy depends on the assessment of the severity of SUI. An accurate method is needed which can objectively measure the severity of SUI so that therapy can be administered appropriatelyThis study used cross-experimental design so that it only requires one sample group that will be compared to itself. The subject are SUI patients in Urogynecology Polyclinic Cipto Mangunkusumo, General Hospital, Jakarta, Indonesia and met the inclusion criteria. Two times sanitary pad test was obtained, the first test was 20 minutes pad test and then followed with 60 minutes pad test or vice versa within one-week period. Subjects will be interviewed using questionnaire at the end of each pad test. The questionnaire was prepared by the researcher and a trial was performed on 5 patients prior the use to the subject of the study.Results Kappa R = 0.84 indicating that a 20-minute sanitary pad test had a good level of agreement to 60-minute. On the level of satisfaction, 25 respondents 83,3 stated that they were satisfied with 20 minute pad test and 5 respondents 16,7 stated that they were very satisfied. On the other hand, 3 respondents 10 stated that they were less satisfied with the 60-minute sanitary pad test, and the others was satisfied.There is a good agreement between the 20 minute and 60 minute sanitary pad test in assessing the severity of urinary incontinence. Compared to 60 minutes sanitary pad test, 20 minutes pad test obtained higher percentage of subject rsquo;s satisfaction. Keywords: 20 Minutes Sanitary Pad Test, 60 Minutes Sanitary Pad Test, Stress Urinary Incontinence
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lauhil Mahfudz
Abstrak :
Latar belakang: Peripheral artery disease (PAD) merupakan penyakit yang menyerang arteri selain pembuluh darah otak dan jantung, dimana penyebab paling sering adalah proses aterosklerosis. Diperlukan tatalaksana yang bersifat komprehensif untuk mengurangi mortalitas dan morbiditas. Diagnosis dini dengan pemeriksaan perfusi distal menentukan prognosis pasien setelah dilakukan tindakan baik konservatif atau endovaskular. Metode: Desain yang digunakan adalah desain potong lintang. Penelitian ini dilakukan di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia selama Februari –Mei 2020. Penelitian ini menggunakan analisis bivariat yaitu uji hipotesis analitik korelatif kategorik-numerik untuk melihat outcome berupa hasil ABI, AP, dan penyembuhan luka terhadap tindakan PTA dan terapi konservatif. Analisis menggunakan uji Mann Whitney dan Chi Square. Pengujian dilakukan dengan menggunakan piranti lunak SPSS version 20 for Windows. Hasil : Dari penelitian ini didapatkan sebanyak masing-masing 28 subjek yang menjalani PTA dan konservatif. Fakor risiko yang paling adalah DM tipe II yaitu 11 subjek (39,3%) pada kelompok PTA dan 12 subjek (42,9%) pada kelompok konservatif. Sebanyak 24 subjek (85,7%) kelompok PTA memiliki penyembuhan luka baik dan 4 subjek (14,3%) memiliki penyembuhan luka tidak baik. Sebanyak 13 subjek (46,4%) pada kelompok konservatif memiliki penyembuhan luka baik dan 15 subjek (53,6%) memiliki penyembuhan luka tidak baik. Terdapat peningkatan proporsi nilai ABI sebelum dan sesudah tindakan dengan delta ABI 0,09 ± 0,178. Terdapat peningkatan proporsi nilai AP sebelum dan sesudah tindakan dengan delta AP8,95 ± 12.183. Tidak terdapat hubungan bermakna antara perubahan nilai ABI (p=0,878) dan AP (p=0,420) dengan tindakan. Terdapat hubungan yang bermakna antara tindakan pada subjek dengan penyembuhan luka (p=0,002) Kesimpulan: Terdapat peningkatan proporsi nilai AP dan ABI pada kelompok PTA. Tidak didapatkan hubungan yang signifikan secara statistik antara perfusi distal (nilai ABI dan nilai AP) dengan tindakan PTA dan konservatif (p=0,878 dan p=0,420). Terdapay hubungan yang signifikan secara statistik antara penyembuhan luka dengan tindakan PTA dan konservatif (p=0,002) ......Background: Peripheral artery disease (PAD) is a disease that attacks arteries except blood vessels of cerebral and heart. Atherosclerosis is the most frequent cause. Comprehensive management is needed to reduce mortality and morbidity. Early diagnosis by distal perfusion examination determines patient's prognosis after either conservative or endovascular measures. Methods: A cross sectional study, research subject were PAD with ulcers patients CMGH where the data were collected from medical record CMGH during Februari-Mei 2020. Statistical analysis with a categorical-numerical correlative analytic to see corelate ABI, AP, and wound healing with PTA. Analysis using the Mann Whitney and Chi Square test. The test was carried out using SPSS version 20 for Windows software. Results: There were 28 subjects each PTA’s group and conservative’s group. The most risk factors were type II DM; 11 subjects (39.3%) in the PTA’s group and 12 subjects (42.9%) in the conservatives’s group. There were 24 subjects (85.7%) of the PTA’s group had good wound healing and 4 subjects (14.3%) had poor wound healing. There were 13 subjects (46.4%) in the conservative’s group had good wound healing and 15 subjects (53.6%) had poor wound healing. There was an increase in proportion of ABI before and after therapy with an ABI delta of 0.09 ± 0.178. There was an increase in proportion of AP before and after therapy with delta AP of 8,95 ± 12,183. There was no significant relationship between changes in the ABI (p = 0.878) and AP (p = 0.420) with therapy. There was a significant relationship between therapy with wound healing (p = 0.002) Conclusion: There was an increase the proportion of AP and ABI in the PTA group. There was no statistically significant relationship between distal perfusion (ABI and AP) with PTA and conservative therapy (p = 0.878 and p = 0.420). There was statistically significant relationship between wound healing with PTA and conservative (p = 0.002)
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>