Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sherlyana
Abstrak :
Latar Belakang: Dalam kedokteran gigi, kualitas hidup terkait kesehatan rongga mulut (Oral Health Related Quality of life, OHRQoL) diakui sebagai ujung tombak penting dalam tata laksana penyakit kronis seperti HIV/AIDS. Namun di Indonesia, faktor-faktor yang memiliki hubungan dengan OHRQoL pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) masih belum diketahui. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan OHRQoL pada ODHA. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik deskriptif dengan metode potong lintang terhadap ODHA yang datang ke Klinik Lotus, Rumah Sakit Khusus Gigi Mulut FKG UI. Semua responden berusia diatas 18 tahun dan memiliki skor MMSE > 24. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling, didapatkan 105 responden. Kualitas hidup terkait kesehatan rongga mulut diukur menggunakan kuesioner OHIP-14 ID. Semua responden mengisi kuesioner OHIP-14 ID secara lengkap dan menjalani pemeriksaan klinis intraoral. Hubungan faktor sosiodemografi (jenis kelamin, usia, pendapatan per bulan, status pendidikan, status pekerjaan, status pernikahan, asuransi kesehatan, merokok), riwayat medis terkait HIV (durasi penggunaan ART, durasi infeksi HIV, transmisi HIV, jumlah CD4, jumlah virus HIV, koinfeksi), riwayat dental (kunjungan ke dokter gigi, kebersihan rongga mulut, status dental, gigi tiruan, lesi oral HIV) dengan OHRQol dan dimensinya diukur dengan uji komparatif numerik (Mann-whitney U, Kruskal-wallis, Independent T-test) dan uji korelasi (Pearson Corelation). Hasil analisis dianggap signifikan bila p<0,05. Hasil: Skor rata-rata OHIP-14 ID yaitu 14,76 ± 13,10. Skor tertinggi pada dimensi ketidaknyamanan fisik (2,84 ± 2,20) dan skor terendah pada dimensi keterbatasan fungsional (1,41 ± 1,96). Pada analisis bivariat, OHIP-14 ID berhubungan signifikan dengan kebiasaan merokok (p = 0.00), asuransi kesehatan (p = 0.03), rute transmisi HIV (p = 0,03), dan skor DMFT (p = 0,00). Dimensi keterbatasan fungsional secara signifikan berhubungan dengan pendapatan per bulan, merokok, durasi infeksi HIV, rute transmisi HIV, status dental dan lesi oral HIV. Dimensi ketidaknyamaman fisik secara signifikan berhubungan dengan pernikahan, asuransi kesehatan, merokok, durasi infeksi HIV, rute transmisi HIV, koinfeksi, status dental dan lesi oral HIV. Dimensi ketidaknyamanan psikologis secara signifikan berhubungan dengan jenis kelamin, merokok, durasi infeksi HIV, status dental dan lesi oral HIV. Dimensi ketidakmampuan fisik secara signifikan berhubungan dengan durasi infeksi HIV, status dental, dan lesi oral HIV. Dimensi ketidakmampuan psikologis secara signifikan berhubungan dengan asuransi, status pernikahan, merokok, durasi infeksi HIV, rute transmisi HIV, status dental, dan lesi oral HIV. Dimensi ketidakmampuan sosial secara signifikan berhubungan dengan usia, pendidikan, merokok, durasi ART dan durasi HIV. Dimensi kecacatan secara signifikan berhubungan dengan status dental dan lesi oral HIV. Kesimpulan: Merokok, asuransi kesehatan, rute transmisi HIV, dan DMFT ditemukan sebagai faktor yang memiliki hubungan signifikan yang dapat ditargetkan untuk meningkatkan kualitas hidup pada ODHA. Untuk mencegah penyakit rongga mulut, penting untuk melakukan orientasi kembali layanan kesehatan mulut bagi ODHA. Penelitian lebih lanjut sangat diperlukan pada populasi ODHA. ......Background: In dentistry, Oral Health Related Quality of life (OHRQoL) is recognized as an essential end point in the disease management of chronic conditions such as HIV. In Indonesia, however, the OHRQoL associated factors of people living with HIV/AIDS (PLWHA) has not been previously explored. The aim of this study was to identify OHRQoL and its dimensions associated factors among PLWHA. Methods: An analytic descriptive cross-sectional study was conducted to HIV positive patients who invited to Lotus Clinic of Dental Hospital Universitas Indonesia. All respondents were aged ≥ 18 years old and MMSE scored >24. The consecutive sample consisted of 105 respondents. The Oral health-related quality of life was assessed of OHIP-14 ID questionnaire. All of respondents completed OHIP-14 ID questionnaire, sociodemographic form, medical history form and intra oral examination. The correlation of sociodemographic variables (sex, age, monthly income, education level, occupation, marital status, smoking,), HIV related variables (CD4 cell counts, HIV viral load, coinfections, HIV duration, ARV duration, HIV transmission mode), oral health status variables (DMFT index, OHI-S index, denture use, HIV oral lesion, last dental visit) on OHRQol and its dimensions were assessed with Mann-whitney U test, Kruskal-wallis, Independent T-test, and correlation tests (Pearson Correlation) using SPSS. Results: The mean score of the OHIP-14 ID was 14.76 ± 13.10. The highest and lowest scores belonged to the physical pain dimension (2.84 ± 2.20) and functional limitation (1.41 ± 1.96) domain respectively. In the bivariate analysis, the OHIP-14 ID was significantly associated with patients' smoking habit (p = 0.00), health insurance (p = 0.03), HIV transmission mode (p = 0.03), and DMFT index (p = 0.00). Functional limitation dimension was significantly associated with monthly income, smoking, HIV duration, HIV transmission mode, DMFT index, HIV oral lesion. Physical pain dimension was significantly associated with marital status, health insurance, smoking, HIV duration, HIV transmission mode, coinfection, DMFT index, HIV oral lesion. Psychological discomfort dimension was significantly associated with sex, smoking, HIV duration, DMFT index, HIV oral lesion. Physical disability dimension was significantly associated with HIV duration, DMFT index, HIV oral lesion. Psychological disability dimension was significantly associated with health insurance, HIV duration, HIV transmission mode, DMFT index, HIV oral lesion. Social disability dimension was significantly associated with age, education level, smoking, ART duration, HIV duration. Handicap dimension was significantly associated with DMFT index and HIV oral lesion. Conclusions: Smoking, health insurance, HIV transmission mode and DMFT index were identified as significant associated factors which could be targeted to improve quality of PLWHA. In order to prevent oral diseases, it is important to reorient oral health services for the PLWHA. Further studies among HIV/AIDS patient populations are desirable.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rifa Astari Gumay
Abstrak :
ABSTRACT
Latar belakang: Gangguan sendi temporomandibula dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Belum ada penelitian yang membahas hubungan gangguan sendi temporomandibula dan kualitas hidup khususnya dengan menggunakan indeks OHIP-TMD-ID dan ID-TMD di Indonesia. Tujuan: Menganalisis hubungan gangguan sendi temporomandibula dan kualitas hidup, hubungan gangguan sendi temporomandibula dan faktor sosiodemografi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan tingkat ekonomi , hubungan kualitas hidup dan faktor sosiodemografi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan tingkat ekonomi . Metode: Penelitian ini dilakukan dengan metode potong lintang pada 115 subjek berusia 20-40 tahun dari pasien Klinik Integrasi RSGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Dilakukan pencatatan data diri subjek dan wawancara untuk pengisian kuesioner ID-TMD dan OHIP-TMD-ID. Hasil penelitian: uji analisis Man-Whitney menunjukan perbedaan bermakna yang signifikan antara gangguan sendi temporomandibula dan kualitas hidup. Namun, tidak terdapat perbedaan bermakna yang signifikan antara kualitas hidup dan faktor sosiodemografi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi . Hasil uji analisis Chi Square menunjukan tidak perbedaan bermakna yang signifikan antara gangguan sendi temporomandibula dan faktor sosiodemografi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi . Kesimpulan: Penderita gangguan sendi temporomandibula mengalami penurunan kualitas hidup dari aspek nyeri orofacial.
ABSTRACT
Abstract Background Temporomandibular disorders may have an impact on quality of life. No studies have been done to analyze relationship between temporomandibular disorders and quality of life in particular by using OHIP TMD ID and ID TMD in Indonesia. Objectives To analyze the relationship between temporomandibular disorder and quality of life, temporomandibular disorder and sociodemographic factors age, gender, education level economic level , quality of life and sociodemographic factors age, gender, education level, economic level . Methods Cross sectional study was conducted on 115 subjects aged 20 40 years from patients at Integration Clinic of RSGM FKG UI. Subject rsquo s personal data were obtained and interview for ID TMD questionnare and OHIP TMD ID questionnare were conducted. Results Man Whitney test showed significant differences between temporomandibular disorders and quality of life. However, there are no significant differences between the quality of life and sociodemographic factors age, gender, education level, economic level . Chi Square test showed no significant differences between temporomandibular disorders and sociodemographic factors age, gender, education level, economic level . Conclusion Temporomandibular disorders patients suffered from impaired orofacial pain related quality of life. Keywords temporomandibular disorder, quality of life, OHIP TMD ID, ID TMD.
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Syifa Humaira
Abstrak :
Salah satu masalah kesehatan yang sering dikeluhkan oleh lansia adalah sakit gigi. Gigi merupakan salah satu bagian dalam rongga mulut. Proses penuaan pada lansia mempengaruhi perubahan fungsional pada rongga mulut. Masalah keperawatan yang menggambarkan penurunan kesehatan rongga mulut yaitu kerusakan gigi. Salah satu intervensi keperawatan untuk megatasi masalah kerusakan gigi pada lansia kelolaan adalah Program Perawatan Kesehatan Mulut dengan pasta gigi dan obat kumur yang mengandung ekstrak daun sirih. Program Kesehatan Mulut dilakukan dua kali dalam enam hari selama lima minggu. Tujuan dari penulisan ini yaitu memaparkan hasil asuhan keperawatan pada lansia kelolaan di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, DKI Jakarta dengan instrumen evaluasi berupa OHAT Oral Health Assessment Tools dan OHIP-14 Oral Health Impact Profile-14 . Hasil yang didapatkan menunjukan bahwa klien mengalami penurunan skor OHAT dan OHIP-14 dalam beberapa komponen penilaian. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan status kesehatan mulut lansia. Program Perawatan Kesehatan Mulut dilakukan selama 5 minggu 30 hari dengan durasi 15-20 menit tiap harinya untuk meningkatkan status kesehatan mulut klien
One of common health problems that often complained by the elderly is toothache. Teeth are a part of the oral cavity. The aging process in the elderly affects functional changes in the oral cavity. Nursing problem that describe oral health derivation is impaired dentition. One of the nursing interventions which adress to the problem of impaired dentition in elderly is the Oral Health Care Program with toothpaste and mouthwash contained of betel leaf extract. Oral Health Care Program is done twice a day in six days for five weeks. The purpose of this research is to describe the results of nursing intervention in the elderly at PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, DKI Jakarta with evaluation instruments in the form of OHAT Oral Health Assessment Tools and OHIP-14 Oral Health Impact Profile-14 . The result shows a derivation in OHAT and OHIP-14 scores for some assessment components. It indicates there is an improvement in oral health status. Oral Health Care Program is conducted for 5 weeks 30 days with a duration of 15-20 minutes each day to improve the client rsquo;s oral health status
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
Pr-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Daisy Supandi
Abstrak :
Latar belakang: Kehilangan dukungan gigi yang melibatkan dukungan oklusal baik pada satu atau kedua sisi rahang merupakan faktor risiko terjadinya Gangguan Sendi Temporomandibula. Tidak adanya dukungan gigi posterior dapat mengganggu mastikasi dan mempengaruhi asupan serta status nutrisi pasien pra lansia dan lansia. Pembuatan gigi tiruan lepasan diharapkan dapat memperbaiki fungsi mastikasi dan merawat gangguan sendi temporomandibula sehingga asupan dan status nutrisi meningkat. Tujuan: Penelitian ini menganalisis pengaruh pemakaian gigi tiruan, gangguan sendi temporomandibula, asupan serta status nutrisi. Metode: Studi kuasi eksperimen pada 28 partisipan (≥45 tahun) dengan kehilangan gigi posterior indeks Eichner B2 sampai C2 yang diambil menggunakan teknik consecutive sampling, kemudian dibuatkan gigi tiruan di Rumah Sakit Gigi Mulut Universitas Indonesia. Pemeriksaan klinis dilakukan dan digunakan DC/ TMD untuk mendiagnosis gangguan sendi temporomandibula, Semi-quantitative Food Frequency Questionnaire (FFQ) digunakan untuk mengukur asupan nutrisi (Kkal), dan Mini Nutritional Assessment Short Form(MNA-SF) digunakan untuk menilai status nutrisi saat sebelum dan setelah 4, 8, dan 12 minggu pemakaian gigi tiruan.Hasil Penelitian: Terdapat pengaruh pada lama pemakaian gigi tiruan terhadap asupan nutrisi pra lansia dan lansia dengan gangguan sendi temporomandibula. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada asupan nutrisi partisipan dengan gangguan sendi temporomandibula dan non gangguan sendi temporomandibula. Uji Repeated ANOVA digunakan untuk mengukur asupan nutrisi seiring dengan lama pemakaian gigi tiruan dan signifikan secara statistik (P<0.05). Terdapat perbedaan bermakna pada status nutrisi antara kelompok gangguan sendi temporomandibula dan non gangguan sendi temporomandibula sebelum pemakaian gigi tiruan. Status nutrisi partisipan signifikan secara statistik pada 4 dan 12 minggu setelah pemakaian gigi tiruan. Kesimpulan: Pemakaian gigi tiruan meningkatkan asupan dan status nutrisi pra lansia dan lansia pasien gangguan sendi temporomandibula. ......Background: Missing posterior teeth that resulted in the loss of occlusal support on one or both side of dental arch were found to be risk factors for TMD (Temporomandibular Disorder). Posterior tooth loss can cause disruption of mastication as well as affect nutrition intake and nutritional status of pre-elderly and elderly patients. Denture replacement may improve mastication, as a TMD therapy, and improve nutrition. Objectives: The aim of this study was to analyze the relationship between effect of denture wearing, TMD, nutrition intake, and nutritional status. Methods: Quasi experimental study was conducted on 28 patients (≥45 years old) with missing posterior teeth index Eichner classification B2 until C2 who will be treated with dentures at the Dental Hospital Faculty of Dentistry Universitas Indonesia using a consecutive sampling technique. Oral examination was done. DC/ TMD was used to diagnose Temporomandibular Disorder (TMD), the Semi-quantitative Food Frequency Questionnaire (FFQ) was used to measure nutrition intake (Kcal), and Mini Nutritional Assessment Short Form (MNA-SF) was used to measure nutritional status at baseline and after 4, 8, and 12 weeks of denture wearing. Results: There was significant difference of nutrition intake on TMD groups before and after denture wearing. There is no significant difference between nutrient intake of TMD and non TMDgroups. Repeated ANOVA to measure nutrition intake with period of denture wearing was significant statistically (P<0.05). There was significant difference in nutritional status between TMD and non TMD groups before denture wearing. Nutritional status all subjects was significant statistically at 4 and 12 weeks after denture wearing. Conclusions:Denture wearing improves nutrition intake and nutritional status of pre- elderly and elderly TMD patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library