Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Naufal Rakha Pratama
"Digunakannya Arc Plasma Sintering APS karena metode sintering konvensional yang membutuhkan waktu lama. Bahan yang digunakan Fe-20Cr-5Al dengan penambahan partikel Yttrium 1 dan unsur Ni 0.5, 1, 1.5, dan 2. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk melihat sifat mekanis dan struktur mikro baja Oxide Dispersion Strengthened ODS. Dalam penelitian ini dilakukan beberapa variabel penelitian terhadap proses milling, kompaksi dan dilakukan sintering menggunakan APS. Pembuatan sampel dilakukan dengan metode milling menggunakan HEM High Energy Milling. Didapatkan waktu milling optimum 8 jam. Proses selanjutnya dilakukan kompaksi dengan berbagai variasi dan didapatkan 20 Ton sebagai tekanan optimum. Setelah itu dilakukan sintering menggunakan metode Arc Plasma Sintering APS selama 4 menit. Sampel lalu dikarakterisasi menggunakan Optical Microscope dan Scanning Electron Microscope dan dilakukan penembakan dengan X-ray Diffraction Spectroscopy EDX, selanjutnya dilakukan pengujian kekerasan Rockwell E. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa hasil sintering sampel ODS-Ni ini masih terdapat porositas yang cukup banyak. Berdasarkan hasil SEM dan EDX juga diketahui terdapat 3 buah daerah fasa yang terbentuk yaitu fasa berwarna abu Fe rich, abu terang Ni rich dan abu gelap Cr rich. Untuk pengujian kekerasan, dihasilkan nilai kekerasan untuk kadar Ni 0.5, 1, 1.5 dan 2 secara berturut-turut adalah 67.34, 64.36, 54.12, 64.82 HRE.

Arc Plasma Sintering is being used since conventional method takes longer time. The elements which had been used to make ODS steel are Fe 20Cr 5Al with 1 of yttrium particle and Ni with few of percentages 0.5, 1, 1.5 ,2. The objective is to derive the good mechanical properties of ODS steel and the microstructure of these samples. We did some variation research like milling time, and compaction to get optimum result which are small particle or size with good homogenization, and for compaction to look for pressure which give minimum porosity. The result of variation resaearch are 8 hours for the optimum milling time and 20 ton for compaction pressures. Final step is using Arc Plasma Sintering. For the characterization process Optical Microscope and Scanning Electron Microscope are being used. Then, the X Ray Diffraction Spectroscopy EDX to get the information of chemical composition. For the hardness testing we used Rockwell E.The result shows that there are a lot of porosity and there are 3 regions of phase which are gray Fe rich, old gray Cr rich and bright gray Ni rich. The samples which undergo this process have different value in their hardness, this is the result of their hardness Ni 0.5 67.34 HRE Ni 1 64.36 HRE Ni1.5, 54.12 HRE Ni 2, 64.82 HRE.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67761
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lazuardi Nurul Fikri
"Perilaku berobat dalam penelitian ini ialah perilaku ODS dalam menjalani pengobatan yang dibantu caregiver di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 2 , mulai pengetahuan perilaku berobat yang baik dan benar hingga dukungan sosialnya. Kepatuhan minum obat pada ODS menjadi perhatian karena dampak kekambuhan menimbulkan masalah sosial dan masalah ekonomi. Di Indonesia, dampak bagi pemerintah akibat masalah gangguan jiwa termasuk salah satunya Skizofrenia sedikitnya mencapai Rp.20 Triliun. Tujuan dari penelitian ini ialah memperoleh gambaran yang mendalam tentang perilaku berobat ODS Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 2 yang berkaitan dengan pengetahuan, akses layanan kesehatan, dan dukungan sosial. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan desain studi kasus. Metode yang digunakan adalah wawancara mendalam dan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ODS Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 2 memiliki pengetahuan yang baik mengenai perilaku berobat, memiliki akses layanan kesehatan yang sangat mudah, dan mendapat dukungan sosial terutama dari caregiver (Pengurus Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 2, sesama ODS, dan masyarakat). Adanya program rehabilitasi sosial dari Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 2 memberikan dampak positif pada perilaku berobat ODS

Treatment behavior in this study is the behavior of ODS in undergoing treatment assisted by caregivers at the Bina Laras Harapan Sentosa 2 Social Panti, ranging from knowledge of good and correct treatment behavior to social support. Adherence to taking medication for ODS is a concern because the impact of relapse causes social and economic problems. In Indonesia, the impact on the government due to mental disorders, including schizophrenia, is at least Rp. 20 trillion. The purpose of this study was to obtain an in-depth picture of the behavior of ODS treatment at Bina Laras Harapan Sentosa 2 Panti Sosial 2 related to knowledge, access to health services, and social support. This research is a type of qualitative research using a case study design. The method used is in-depth interviews and document review. The results showed that most of the ODS at the Bina Laras Harapan Sentosa 2 Panti Sosial have good knowledge about treatment behavior, have very easy access to health services, and receive social support, especially from caregivers (Managers of the Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 2, fellow ODS, and society). The existence of a social rehabilitation program from the Bina Laras Harapan Sentosa 2 Social Institution has a positive impact on ODS treatment behavior."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tona Dondo
"Kadar sulfur di solar Indonesia saat ini masih sangat tinggi dan perlu diturunkan untuk memenuhi regulasi Internasional maupun untuk efisiensi penggunaan mesin diesel. Desulfurisasi oksidatif katalitik (Cat-ODS) adalah proses yang paling menjanjikan dan paling ekonomis untuk menghasilkan diesel rendah sulfur. Banyak studi pada Cat-ODS menggunakan sistem yang berbeda, termasuk kombinasi H2O­2 sebagai oksidator, asam asetat sebagai katalis dan berbagai alkohol rantai pendek sebagai pelarut. Pada penelitian ini, kombinasi yang dipakai adalah oksidator hidrogen peroksida, katalis asam asetat, dan pelarut metanol digunakan untuk desulfurisasi biosolar di Indonesia. Proses oksidasi akan dilakukan reaktor batch berpengaduk pada suhu tetap 50 oC dengan rasio molar sulfur:asam asetat adalah 1:2 dan rasio sulfur:pelarut 1:4, lalu waktu ekstraksi yang divariasikan dari 10 sampai 40 menit. Senyawa sulfur didalam biosolar berubah menjadi senyawa sulfon sebagai hasil oksidasi, lalu dipisahkan dari biosolar menggunakan ekstraksi cair-cair dengan pelarut metanol. Kinerja Cat-ODS ditentukan berdasarkan perubahan kandungan sulfur sebelum dan sesudah proses Cat-ODS yang dianalisis menggunakan FTIR, ASTM D 4294, GCMS, dan XRF. Pada penelitian ini, dikembangkan analisis kandungan sulfur dengan FTIR, dan korelasi antara FTIR dengan ASTM D 4294 adalah kadar sulfur = ((absorbansi 1169cm^-1/absorbansi 1458 cm^-1)+0,0499)/0,0018. Waktu ekstraksi yang menghasilkan persen desulfurisasi tertinggi adalah 40 menit dengan %desulfurisasi sebesar 28.2% yang menghasilkan solar dengan kadar sulfur 277 ppm

Sulfur levels in Indonesian diesel are still very high and need to be lowered to meet international regulations and for the efficiency of using diesel engines. Catalytic oxidative desulfurization (Cat-ODS) is the most promising and most economical process for producing low-sulfur diesel. Many studies on Cat-ODS have used different systems, including a combination of H2O2 as an oxidizing agent, acetic acid as a catalyst and various short chain alcohols as solvents. In this research, the combination used is hydrogen peroxide oxidizing agent, acetic acid catalyst, and methanol solvent which is used for biodiesel desulfurization in Indonesia. The oxidation process will be carried out in a stirred batch reactor at a temperature of 50 oC with a sulfur:acetic acid molar ratio of 1:2 and a sulfur:solvent ratio of 1:4, then the extraction time is varied from 10 to 40 minutes. Sulfur compounds in biodiesel turn into sulfone compounds as a result of oxidation, and are separated from liquid-liquid extraction with methanol as solvent Cat-ODS performance is determined based on changes in sulfur content before and after the Cat-ODS process analyzed using FTIR, ASTM D 4294, GCMS, and XRF. In this study, sulfur content analysis was developed using FTIR, and the correlation between FTIR and ASTM D 4294 is Sulfur content (ppmS) = ((absorbance 1169cm^-1/absorbance 1458 cm^-1)+0,0499)/0,0018. The extraction time that produces the highest percentage of desulfurization is 40 minutes with a % desulfurization of 28.2% which produces diesel fuel with a sulfur content of 277 ppm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Dumaria
"Salah satu gangguan jiwa, yaitu skizofrenia, merupakan gangguan yang termasuk dalam incapacitating illness, dimana efek yang ditimbulkan dapat memberikan efek signifikan dalam populasi yang cukup luas (WFMH, 2014). Kurangnya tenaga ahli kesehatan jiwa di Indonesia membuat besar kemungkinan keluarga untuk menjadi caregiver bagi pasien. Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa keluarga yang berperan sebagai primary caregiver Orang Dengan Skizofrenia (ODS) merasakan beban akibat dari proses caregiving tersebut. Dampak yang dihasilkan oleh tingginya burden yang dirasakan caregiver, tidak hanya mempengaruhi well-being-nya sendiri, namun juga membuat proses caregiving menjadi tidak efektif dan meningkatkan kemungkinan relaps (Chan, 2011). Intervensi Keluarga ini diadaptasi dari modul Family Intervention and Support in Schizophrenia yang disusun oleh National Institute of Mental Health and Neurosciences (NIMHANS) (Kumar, Murali & Paul, 2002). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Intervensi Keluarga secara efektif menghasilkan perubahan-perubahan di dalam diri primary caregiver, dimana perubahan tersebut dapat menurunkan burden yang dirasakan oleh primary caregiver.

Schizophrenia is a disorder classified in incapacitating illness, where the resulting effect may create significant consequence for a broad population (World Federation for Mental Health, 2014). The lack of mental health professional in Indonesia had create a big possibility for family members to double their roles as caregivers for patients living with schizophrenia. A number of research had stated that family members that plays a role as primary caregiver for patients living with schizophrenia had experienced burden from the role. High level of burden not only affected the caregiver but also the patients. The Family Intervention is adopted from Family Intervention and Support in Schizophrenia by National Institute of Mental Health and Neurosciences (NIMHANS) (Kumar, Murali & Paul, 2002). The result showed that The Family Intervention effectively deliver changes within the primary caregiver which reduce the level of burden."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T45543
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diatri Mika Putra
"ABSTRAK
Percampuran serbuk baja ODS Oxide Dispersion Strengthened pada umumnya menggunakan metode mekanik dengan ball mill, namun selama pembuatannya disertai pembentukan oksida. Percampuran serbuk dengan metode iradiasi ultrasonik merupakan metode baru yang memberikan keuntungan berupa membentuk microalloying partikel dan meminimalisasi pembentukan fasa oksida. Penelitian ini mempelajari tentang pengaruh amplitudo 20, 30, 40 dan waktu perlakuan 20jam, 30 jam terhadap reduksi ukuran partikel dan pembentukan microalloying Fe-Cr. Serbuk dibagi menjadi 7 sampel dengan sampel A perlakuan pencampuran mortar, iradiasi ultrasonik sampel B1 A:20, t: 20 jam, sampel B2 A:30, t:20 jam, sampel B3 A:40, t:20 jam, sampel C1 A:20, t:30 jam, sampel C2 A:40, t:30 jam, dan sampel C3 A:40, t:30 jam yang kemudian dikarakterisasi menggunakan SEM, EDS, dan XRD. Hasil penelitian ini adalah pada iradiasi ultrasonik selama 20 jam menghasilkan ukuran partikel sampel B1>sampel B2>sampel B3 adalah 5.326 m>4.769 m>4.563 m. Sedangkan pada iradiasi ultrasonik selama 30 jam menghasilkan ukuran partikel sampel C1>sampel C2>sampel C3 adalah 4.605 m>3.719 m>3.608 m. Komposisi Fe-Cr yang terbentuk adalah sampel A: sampel B1: sampel B2: sampel B3:sampel C1:sampel C2: C3 adalah 0:48.85:26.07:2478:89:81.94:42.98. Hasil tersebut menunjukan bahwa semakin besar amplitudo, microalloying Fe-Cr yang terbentuk menjadi semakin rendah, penambahan waktu perlakuan justru meningkatkan presentase Fe-Cr yang terbentuk. Pada ultrasonik selama 20 jam, nilai crystallite size Fe-Cr sampel B1>sampel B2>sampel B3 adalah 292.72 nm>246.76 nm>184.77 nm dan nilai microstrains Fe-Cr sampel B1184.34 nm dan nilai microstrains Fe-Cr sampel C1< sampel C2.

ABSTRACT
The mixing of ODS Oxide Dispersion Strengthened powder generally uses mechanical method with ball mill, but during its manufacture with oxide formation. Powder mixing with ultrasonic irradiation method is a new method that provides the advantage of forming microalloying particles and minimizing the formation of the oxide phase. This study studied the effect of amplitude 20, 30, 40 and treatment time 20h, 30h on particle size reduction and formation of Fe Cr microalloying. The powder was divided into 7 samples with sample A mortar mixing treatment, ultrasonic irradiation of sample B1 A 20, t 20 hours, sample B2 A 30, t 20 hours, sample B3 A 40, T 20 hours, sample C1 A 20, t 30 hours, C2 sample A 40, t 30 hours, and C3 sample A 40, t 30 hours Which is then characterized using SEM, EDS, and XRD. The results of this study were on ultrasonic irradiation for 20 hours yielding sample particle size B1 sample B2 B3 sample was 5,326 m 4,769 m 4,563 m. While on ultrasonic irradiation for 30 hours resulted in particle size of sample C1 C2 sample C3 sample is 4,605 m 3,719 m 3,608 m. The composition of Fe Cr formed is sample A sample B1 sample B2 sample B3 sample C1 sample C2 C3 is 0 48.85 26.07 24.78 89 81.94 42.98. These results show that the greater the amplitude, the lower the Fe Cr microalloying that is formed, the added time of treatment actually increases the Fe Cr percentage that is formed. At ultrasonic for 20 hours, the crystallite size of Fe Cr sample B1 sample B2 B3 sample is 292.72 nm 246.76 nm 184.77 nm and the Fe Cr microstrains value of sample B1 198.02 nm 184.34 nm and the Fe Cr microstrains value of sample C1."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dennis Edgard Jodi
"Baja ODS dengan penambahan Y2O3 memiliki ketahanan yang baik dalam ketahanan temperatur tinggi, sedangkan kobalt juga memiliki sifat mampu mempertahankan kekuatan mekanik paduan pada temperatur tinggi. Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan baja ODS Fe-20Cr-5Al dengan penambahan partikel Y2O3 1 dan unsur Co dengan variasi kandungan 0.5 , 1 , 1.5 , dan 2 melalui metalurgi serbuk, dengan tujuan untuk melihat struktur mikro menggunakan mikroskop optik, SEM, serta kekerasan. Sampel dibuat menggunakan metode High Energy Milling, dilanjutkan kompaksi metode uniaxial, dan Arc Plasma Sintering APS selama 4 menit. Sampel dikarakterisasi menggunakan Optical Microscope dan Scanning Electron Microscope untuk mengetahui pembentukan struktur mikro yang terjadi, dan dilakukan penembakan Energy-Dispersive X-ray Spectroscopy EDS untuk diketahui kandungan unsur pada daerah tertentu, serta pengujian kekerasan menggunakan metode Rockwell E. Hasil perobaan menunjukkan bahwa paduan Fe-20Cr-5Al-1Y2O3 Co , ditinjau dari tahapan persiapan APS yang dilakukan, didapatkan waktu optimum proses mechanical alloying adalah 8 jam dengan tekanan kompaksi 20 tonF, dimana dengan kedua variabel tersebut, didapatkan distribusi dan dispersi serbuk serta porositas green body yang paling optimal. Struktur mikro paduan setelah sinter diketahui kaya Fe dan Cr disertai dispersi dan distribusi Co dan Y2O3 yang merata. Penambahan Co kadar rendah menurunkan kekerasan paduan, dan pada kadar 2 , baru didapatkan peningkatan kekerasan.

ODS Steel, with addition of Y2O3, has a high temperature stability, and for cobalt, it also has the ability to maintain the high temperature strength of its alloy. In this research, Fe 20Cr 5Al 1Y2O3 is used as the base material, with addition of 0.5 , 1 , 1.5 , and 2 addition of cobalt, and fabricated through powder metallurgy using high energy milling HEM to mechanically alloyed the powder, pressed using uniaxial pressing method, and sintered using arc plasma sintering APS method for 4 minutes. Their microstructures, hardnesses, and high temperature oxidation resistances are then checked and tested using optical microscope, SEM, EDX, and Rockwell E hardness test equipment. Result shows that the effective variables for HEM mechanical alloying duarion and uniaxial pressing method pressure, in order, are 8 hours and 20 tonF, which give the alloy the best combination of powder distribution, dispersion, and lowest porosity for its green body with the most effective energy and time required. Microstructures of alloy after sintered show Fe and Cr rich phase with an uniform distribution of cobalt and Y2O3. The addition of 0.5 1.5 Co decrease the hardness of the alloy, and the addition of 2 Co increases the hardness of this ODS steel alloy.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68468
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
David R. Marindra
"ABSTRAK
Bahan N-ODS (Non Ozone Depleting Substances) berupa destilat minyak bumi merupakan bahan alternatif yang dikembangkan oleh Indonesia sebagai bahan pembersih logam dan bersifat ramah lingkungan. Bahan tersebut berupa campuran senyawaan parafinik, sikloparafin, dan hidrokarbon aromatik yang dinamakan Pertasol CA dan CB yang diproduksi Pertamina dari kilang Cepu.
Pelarut jenis Pertasol CA mempunyai daya larut (solvency power) yang dinyatakan dengan parameter aniline point dan nilai Kauri-Butanol adalah 4 4,5oC dan 38,36762, sedangkan Pertaso CB mempunyai nilai parameter tersebut adalah 4 3,8oC dan 41,15673. Dari hasil nilai parameter tersebut dapat dikatakan bahwa kedua jenis pelarut tersebut masih dapat ditingkatakan daya larutnya. Untuk tujuan itu, harus dilakukan upaya penambahan sistem aditif yaitu senyawaan golongan terpena dan alkohol.
Terhadap kedua jenis pelarut tersebut dilakukan pencampuran melalui penambahan sistem aditif dengan berbagai komposisi yang bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh sistem aditif tersebut terhadap daya larut kedua jenis pelarut tersebut. Masin-masing komposisi dianalisis berdasarkan spesifikasi pelarut yaitu aniline point, nila kauri-butanol, berat jenis relatif, derajat kekentalan( viskositas),kemudahan untuk menguap (volatilitas), korosifilitas terhadap tembaga, kadar asam, titik nyala,werna Saybolt dan bau.
Hasil yang memuaskan diperoleh pada komposisi 70% v/v pelarut Pertasol, 5% v/v senyawaan berbasis terpena dan 25% v/v senyawaan berbasis alkohol. Hasil komposisi tersebut kemudian dianalisis kandungan jenis hidrokarbon parafinik/ naftenik, olefini dan aromatik dengan metode Fluorecent Indikator Adsorption (FlA). Nilai parameter aniline point dan Kauri-Butanol yang dihasilkan adalah 4,6 C ; 131,8916 (65,82584) untuk Pertasol CA dan 8,6oC; 111,8308 (65,16169) untuk Pertasol CB. Dari hasil tersebut dan melalui perbandingan yang sesuai dengan spesifikasi pelarut dapat diketahui bahwa telah terjadi peningkatan daya larut dan kualitas dari masing-masing pelarut tersebut. Jika dibandingkan dengan SBP-X40B dengan komposisi sama, mempunyai daya larut dengan aniline point dan nilai kauri-butanol l2 ,6C; 97,80973 (56,95327), maka dapat disimpulkan bahwa Pertasol mempunyai mutu dan kualitas lebih baik daripada SBP-X408.
Sehingga Pertasol dapat menggantikan SBP-X4OB jika cadangan atau persediaan nya habis.
Studi aplikasi membuktikan bahwa terjadi peningkatan daya larut dan waktu pelarutan terhadap bahan pengotor seperti gemuk, aspal dan pelumas (grease)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilla Rastania
"Telah dilakukan penelitian mengenai perilaku lumba-lumba hidung botol (Tursiops aduncus) di Ocean Dream Samudra (ODS) Jakarta Utara pada tanggal 18 Juni 2015–8 Juli 2015. Tursiops aduncus dikenal sebagai hewan yang memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya. Hal tersebut memungkinkan Tursiops aduncus dapat bertahan hidup pada habitat buatan. Penelitian bertujuan untuk menghitung proporsi waktu aktivitas harian dan menganalisis bentuk-bentuk perilaku adaptasi Tursiops aduncus di kolam Underwater Theater ODS, serta merujuk perilaku di habitat alaminya. Penelitian dilakukan dengan metode focal animal sampling dengan interval waktu 10 menit tanpa jeda. Individu yang diamati adalah empat ekor Tursiops aduncus jantan bernama Kuning, Ungu, Biru dan Specta yang terdapat pada kolam Underwater Theater ODS. Hasil penelitian menunjukkan persentase perilaku travelling dan perilaku feeding tertinggi ditunjukkan oleh Kuning (65,71%) dan (0,2%), persentase perilaku resting dan perilaku playing paling tinggi ditunjukan oleh Specta (25,68%) dan (2,67%), serta persentase social interaction dan sexual aggression tertinggi ditunjukan oleh Ungu (15,35%) dan (4,94%). Meskipun kondisi pada habitat buatan berbeda dengan habitat aslinya, Tursiops aduncus mampu menyesuikan diri melalui perubahan perilaku yang terlihat pada masing-masing perilaku yang terjadi dan masih mempertahanklan perilaku alaminya.

The behavioural study of Indo Pacific Bottlenose Dolphins Tursiops aduncus at the Ocean Dream Samudra Ancol North Jakarta had been done Tursiops aduncus known as animals that have high adaptability to the environmental conditions This adaptability allows Tursiops aduncus to survive on an artificial habitat The purpose of this research were to calculate the proportion of time budget in a daily activity and analyze forms of behavioural adaptation of Tursiops aduncus in the Underwater Theater ODS and also refers to their natural behaviour Method used in this study is focal animal sampling with interval of time 10 minutes continuously Objects on this study are four male Tursiops aduncus named Kuning Ungu Biru and Specta in the Underwater Theater pool ODS The result on this study is showed that the highest presentation of travelling and feeding behaviour are showed by Kuning 65 71 and 0 2 highest presentation of resting and playing behaviour are showed by Specta 25 68 and 2 67 also highest presentation of social interaction dan sexual aggression behaviour is showed by Ungu 15 35 and 4 94 Although the conditions in the artificial habitat different with the naturally habitat Tursiops aduncus is able to adapt through changes in behavior that observed at each behavior happened and still preserving it rsquo s natural behaviour."
2016
S62400
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafi Arya Anindya
"Baja Oxide Dispersion Strengthened (ODS) merupakan jenis baja yang diperkuat oleh dispersi oksida. Salah satu oksida yang dapat didispersikan adalah yttria (Y?O?). Pencampuran bahan prekursor dilakukan menggunakan metode metalurgi serbuk. Proses pemaduan mekanik dengan penggilingan (milling), utamanya sangat dipengaruhi waktu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu milling terhadap ukuran butir dan pembentukan fasa austenitik pada serbuk prekursor FeNiCr - Y?O? dengan variasi waktu 10, 20 dan 30 jam. Planetary Ball Mill dengan parameter proses: ball to powder ratio (BPR) 12:1 dan frekuensi putar 25 hz digunakan untuk menggiling serbuk prekursor. Karakterisasi dilakukan dengan mikroskop elektron (SEM-EDS) dan difraksi sinar-X (XRD) untuk mengamati ukuran butir dan fase yang terbentuk. Hasil analisis menunjukkan bahwa analisis pola difraksi hanya menunjukkan fasa kristal ?-Fe (BCC) dan Nikel (FCC). Meskipun fasa austenitik tidak terbentuk, semakin lama waktu milling, ukuran butir rata-rata serbuk prekursor FeNiCr- Y?O? semakin kecil.

Oxide Dispersion Strengthened (ODS) steel is a type of steel strengthened by oxide dispersion. One of the oxides that can be dispersed is yttria (Y?O?). Mixing of precursor materials is carried out using the powder metallurgy method. The process of mechanical alloying by milling is mainly influenced by time. This study aims to determine the effect of milling time on grain size and austenitic phase formation in FeNiCr - Y?O? precursor powders with time variations of 10, 20 and 30 hours. Planetary Ball Mill with process parameters: ball to powder ratio (BPR) 12:1 and rotating frequency 25hz was used to grind the precursor powder. Characterization was performed by electron microscopy (SEM-EDS) and X-ray diffraction (XRD) to observe the grain size and phases formed. The results showed that the diffraction pattern analysis showed only ?-Fe (BCC) and Nickel (FCC) crystal phases. Although the austenitic phase is not formed, the longer the milling time, the smaller the average grain size of the FeNiCr- Y?O? precursor powder."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>