Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Christina Dumaria
"Salah satu gangguan jiwa, yaitu skizofrenia, merupakan gangguan yang termasuk dalam incapacitating illness, dimana efek yang ditimbulkan dapat memberikan efek signifikan dalam populasi yang cukup luas (WFMH, 2014). Kurangnya tenaga ahli kesehatan jiwa di Indonesia membuat besar kemungkinan keluarga untuk menjadi caregiver bagi pasien. Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa keluarga yang berperan sebagai primary caregiver Orang Dengan Skizofrenia (ODS) merasakan beban akibat dari proses caregiving tersebut. Dampak yang dihasilkan oleh tingginya burden yang dirasakan caregiver, tidak hanya mempengaruhi well-being-nya sendiri, namun juga membuat proses caregiving menjadi tidak efektif dan meningkatkan kemungkinan relaps (Chan, 2011). Intervensi Keluarga ini diadaptasi dari modul Family Intervention and Support in Schizophrenia yang disusun oleh National Institute of Mental Health and Neurosciences (NIMHANS) (Kumar, Murali & Paul, 2002). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Intervensi Keluarga secara efektif menghasilkan perubahan-perubahan di dalam diri primary caregiver, dimana perubahan tersebut dapat menurunkan burden yang dirasakan oleh primary caregiver.

Schizophrenia is a disorder classified in incapacitating illness, where the resulting effect may create significant consequence for a broad population (World Federation for Mental Health, 2014). The lack of mental health professional in Indonesia had create a big possibility for family members to double their roles as caregivers for patients living with schizophrenia. A number of research had stated that family members that plays a role as primary caregiver for patients living with schizophrenia had experienced burden from the role. High level of burden not only affected the caregiver but also the patients. The Family Intervention is adopted from Family Intervention and Support in Schizophrenia by National Institute of Mental Health and Neurosciences (NIMHANS) (Kumar, Murali & Paul, 2002). The result showed that The Family Intervention effectively deliver changes within the primary caregiver which reduce the level of burden."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T45543
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Rakha Pratama
"ABSTRAK
Digunakannya Arc Plasma Sintering APS karena metode sintering konvensional yang membutuhkan waktu lama. Bahan yang digunakan Fe-20Cr-5Al dengan penambahan partikel Yttrium 1 dan unsur Ni 0.5 ,1 ,1.5 , dan 2 . Tujuan dilakukan penelitian ini untuk melihat sifat mekanis dan struktur mikro baja Oxide Dispersion Strengthened ODS . Dalam penelitian ini dilakukan beberapa variabel penelitian terhadap proses milling, kompaksi dan dilakukan sintering menggunakan APS. Pembuatan sampel dilakukan dengan metode milling menggunakan HEM High Energy Milling . Didapatkan waktu milling optimum 8 jam. Proses selanjutnya dilakukan kompaksi dengan berbagai variasi dan didapatkan 20 Ton sebagai tekanan optimum. Setelah itu dilakukan sintering menggunakan metode Arc Plasma Sintering APS selama 4 menit. Sampel lalu dikarakterisasi menggunakan Optical Microscope dan Scanning Electron Microscope dan dilakukan penembakan dengan X-ray Diffraction Spectroscopy EDX , selanjutnya dilakukan pengujian kekerasan Rockwell E. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa hasil sintering sampel ODS-Ni ini masih terdapat porositas yang cukup banyak.. Berdasarkan hasil SEM dan EDX juga diketahui terdapat 3 buah daerah fasa yang terbentuk yaitu fasa berwarna abu Fe rich , abu terang Ni rich dan abu gelap Cr rich . Untuk pengujian kekerasan, dihasilkan nilai kekerasan untuk kadar Ni 0.5 , 1 , 1.5 dan 2 secara berturut-turut adalah 67.34, 64.36, 54.12, 64.82 HRE.

ABSTRACT
Arc Plasma Sintering is being used since conventional method takes longer time. The elements which had been used to make ODS steel are Fe 20Cr 5Al with 1 of yttrium particle and Ni with few of percentages 0.5 ,1 ,1.5 ,2 .The objective is to derive the good mechanical properties of ODS steel and the microstructure of these samples. We did some variation research like milling time, and compaction to get optimum result which are small particle or size with good homogenization, and for compaction to look for pressure which give minimum porosity. The result of variation resaearch are 8 hours for the optimum milling time and 20 ton for compaction pressures. Final step is using Arc Plasma Sintering. For the characterization process Optical Microscope and Scanning Electron Microscope are being used. Then, the X Ray Diffraction Spectroscopy EDX to get the information of chemical composition. For the hardness testing we used Rockwell E.The result shows that there are a lot of porosity and there are 3 regions of phase which are gray Fe rich , old gray Cr rich and bright gray Ni rich . The samples which undergo this process have different value in their hardness, this is the result of their hardness Ni 0.5 67.34 HRE Ni 1 64.36 HRE Ni1.5 ,54.12 HRE Ni 2 , 64.82 HRE."
Lengkap +
2017
S67761
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diatri Mika Putra
"ABSTRAK
Percampuran serbuk baja ODS Oxide Dispersion Strengthened pada umumnya menggunakan metode mekanik dengan ball mill, namun selama pembuatannya disertai pembentukan oksida. Percampuran serbuk dengan metode iradiasi ultrasonik merupakan metode baru yang memberikan keuntungan berupa membentuk microalloying partikel dan meminimalisasi pembentukan fasa oksida. Penelitian ini mempelajari tentang pengaruh amplitudo 20, 30, 40 dan waktu perlakuan 20jam, 30 jam terhadap reduksi ukuran partikel dan pembentukan microalloying Fe-Cr. Serbuk dibagi menjadi 7 sampel dengan sampel A perlakuan pencampuran mortar, iradiasi ultrasonik sampel B1 A:20, t: 20 jam, sampel B2 A:30, t:20 jam, sampel B3 A:40, t:20 jam, sampel C1 A:20, t:30 jam, sampel C2 A:40, t:30 jam, dan sampel C3 A:40, t:30 jam yang kemudian dikarakterisasi menggunakan SEM, EDS, dan XRD. Hasil penelitian ini adalah pada iradiasi ultrasonik selama 20 jam menghasilkan ukuran partikel sampel B1>sampel B2>sampel B3 adalah 5.326 m>4.769 m>4.563 m. Sedangkan pada iradiasi ultrasonik selama 30 jam menghasilkan ukuran partikel sampel C1>sampel C2>sampel C3 adalah 4.605 m>3.719 m>3.608 m. Komposisi Fe-Cr yang terbentuk adalah sampel A: sampel B1: sampel B2: sampel B3:sampel C1:sampel C2: C3 adalah 0:48.85:26.07:2478:89:81.94:42.98. Hasil tersebut menunjukan bahwa semakin besar amplitudo, microalloying Fe-Cr yang terbentuk menjadi semakin rendah, penambahan waktu perlakuan justru meningkatkan presentase Fe-Cr yang terbentuk. Pada ultrasonik selama 20 jam, nilai crystallite size Fe-Cr sampel B1>sampel B2>sampel B3 adalah 292.72 nm>246.76 nm>184.77 nm dan nilai microstrains Fe-Cr sampel B1184.34 nm dan nilai microstrains Fe-Cr sampel C1< sampel C2.

ABSTRACT
The mixing of ODS Oxide Dispersion Strengthened powder generally uses mechanical method with ball mill, but during its manufacture with oxide formation. Powder mixing with ultrasonic irradiation method is a new method that provides the advantage of forming microalloying particles and minimizing the formation of the oxide phase. This study studied the effect of amplitude 20, 30, 40 and treatment time 20h, 30h on particle size reduction and formation of Fe Cr microalloying. The powder was divided into 7 samples with sample A mortar mixing treatment, ultrasonic irradiation of sample B1 A 20, t 20 hours, sample B2 A 30, t 20 hours, sample B3 A 40, T 20 hours, sample C1 A 20, t 30 hours, C2 sample A 40, t 30 hours, and C3 sample A 40, t 30 hours Which is then characterized using SEM, EDS, and XRD. The results of this study were on ultrasonic irradiation for 20 hours yielding sample particle size B1 sample B2 B3 sample was 5,326 m 4,769 m 4,563 m. While on ultrasonic irradiation for 30 hours resulted in particle size of sample C1 C2 sample C3 sample is 4,605 m 3,719 m 3,608 m. The composition of Fe Cr formed is sample A sample B1 sample B2 sample B3 sample C1 sample C2 C3 is 0 48.85 26.07 24.78 89 81.94 42.98. These results show that the greater the amplitude, the lower the Fe Cr microalloying that is formed, the added time of treatment actually increases the Fe Cr percentage that is formed. At ultrasonic for 20 hours, the crystallite size of Fe Cr sample B1 sample B2 B3 sample is 292.72 nm 246.76 nm 184.77 nm and the Fe Cr microstrains value of sample B1 198.02 nm 184.34 nm and the Fe Cr microstrains value of sample C1."
Lengkap +
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dennis Edgard Jodi
"ABSTRAK
Baja ODS dengan penambahan Y2O3 memiliki ketahanan yang baik dalam ketahanan temperatur tinggi, sedangkan kobalt juga memiliki sifat mampu mempertahankan kekuatan mekanik paduan pada temperatur tinggi. Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan baja ODS Fe-20Cr-5Al dengan penambahan partikel Y2O3 1 dan unsur Co dengan variasi kandungan 0.5 , 1 , 1.5 , dan 2 melalui metalurgi serbuk, dengan tujuan untuk melihat struktur mikro menggunakan mikroskop optik, SEM, serta kekerasan. Sampel dibuat menggunakan metode High Energy Milling, dilanjutkan kompaksi metode uniaxial, dan Arc Plasma Sintering APS selama 4 menit. Sampel dikarakterisasi menggunakan Optical Microscope dan Scanning Electron Microscope untuk mengetahui pembentukan struktur mikro yang terjadi, dan dilakukan penembakan Energy-Dispersive X-ray Spectroscopy EDS untuk diketahui kandungan unsur pada daerah tertentu, serta pengujian kekerasan menggunakan metode Rockwell E. Hasil perobaan menunjukkan bahwa paduan Fe-20Cr-5Al-1Y2O3 Co , ditinjau dari tahapan persiapan APS yang dilakukan, didapatkan waktu optimum proses mechanical alloying adalah 8 jam dengan tekanan kompaksi 20 tonF, dimana dengan kedua variabel tersebut, didapatkan distribusi dan dispersi serbuk serta porositas green body yang paling optimal. Struktur mikro paduan setelah sinter diketahui kaya Fe dan Cr disertai dispersi dan distribusi Co dan Y2O3 yang merata. Penambahan Co kadar rendah menurunkan kekerasan paduan, dan pada kadar 2 , baru didapatkan peningkatan kekerasan.

ABSTRACT
ODS Steel, with addition of Y2O3, has a high temperature stability, and for cobalt, it also has the ability to maintain the high temperature strength of its alloy. In this research, Fe 20Cr 5Al 1Y2O3 is used as the base material, with addition of 0.5 , 1 , 1.5 , and 2 addition of cobalt, and fabricated through powder metallurgy using high energy milling HEM to mechanically alloyed the powder, pressed using uniaxial pressing method, and sintered using arc plasma sintering APS method for 4 minutes. Their microstructures, hardnesses, and high temperature oxidation resistances are then checked and tested using optical microscope, SEM, EDX, and Rockwell E hardness test equipment. Result shows that the effective variables for HEM mechanical alloying duarion and uniaxial pressing method pressure, in order, are 8 hours and 20 tonF, which give the alloy the best combination of powder distribution, dispersion, and lowest porosity for its green body with the most effective energy and time required. Microstructures of alloy after sintered show Fe and Cr rich phase with an uniform distribution of cobalt and Y2O3. The addition of 0.5 1.5 Co decrease the hardness of the alloy, and the addition of 2 Co increases the hardness of this ODS steel alloy. "
Lengkap +
2017
S68468
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
David R. Marindra
"ABSTRAK
Bahan N-ODS (Non Ozone Depleting Substances) berupa destilat minyak bumi merupakan bahan alternatif yang dikembangkan oleh Indonesia sebagai bahan pembersih logam dan bersifat ramah lingkungan. Bahan tersebut berupa campuran senyawaan parafinik, sikloparafin, dan hidrokarbon aromatik yang dinamakan Pertasol CA dan CB yang diproduksi Pertamina dari kilang Cepu.
Pelarut jenis Pertasol CA mempunyai daya larut (solvency power) yang dinyatakan dengan parameter aniline point dan nilai Kauri-Butanol adalah 4 4,5oC dan 38,36762, sedangkan Pertaso CB mempunyai nilai parameter tersebut adalah 4 3,8oC dan 41,15673. Dari hasil nilai parameter tersebut dapat dikatakan bahwa kedua jenis pelarut tersebut masih dapat ditingkatakan daya larutnya. Untuk tujuan itu, harus dilakukan upaya penambahan sistem aditif yaitu senyawaan golongan terpena dan alkohol.
Terhadap kedua jenis pelarut tersebut dilakukan pencampuran melalui penambahan sistem aditif dengan berbagai komposisi yang bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh sistem aditif tersebut terhadap daya larut kedua jenis pelarut tersebut. Masin-masing komposisi dianalisis berdasarkan spesifikasi pelarut yaitu aniline point, nila kauri-butanol, berat jenis relatif, derajat kekentalan( viskositas),kemudahan untuk menguap (volatilitas), korosifilitas terhadap tembaga, kadar asam, titik nyala,werna Saybolt dan bau.
Hasil yang memuaskan diperoleh pada komposisi 70% v/v pelarut Pertasol, 5% v/v senyawaan berbasis terpena dan 25% v/v senyawaan berbasis alkohol. Hasil komposisi tersebut kemudian dianalisis kandungan jenis hidrokarbon parafinik/ naftenik, olefini dan aromatik dengan metode Fluorecent Indikator Adsorption (FlA). Nilai parameter aniline point dan Kauri-Butanol yang dihasilkan adalah 4,6 C ; 131,8916 (65,82584) untuk Pertasol CA dan 8,6oC; 111,8308 (65,16169) untuk Pertasol CB. Dari hasil tersebut dan melalui perbandingan yang sesuai dengan spesifikasi pelarut dapat diketahui bahwa telah terjadi peningkatan daya larut dan kualitas dari masing-masing pelarut tersebut. Jika dibandingkan dengan SBP-X40B dengan komposisi sama, mempunyai daya larut dengan aniline point dan nilai kauri-butanol l2 ,6C; 97,80973 (56,95327), maka dapat disimpulkan bahwa Pertasol mempunyai mutu dan kualitas lebih baik daripada SBP-X408.
Sehingga Pertasol dapat menggantikan SBP-X4OB jika cadangan atau persediaan nya habis.
Studi aplikasi membuktikan bahwa terjadi peningkatan daya larut dan waktu pelarutan terhadap bahan pengotor seperti gemuk, aspal dan pelumas (grease)."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilla Rastania
"Telah dilakukan penelitian mengenai perilaku lumba-lumba hidung botol (Tursiops aduncus) di Ocean Dream Samudra (ODS) Jakarta Utara pada tanggal 18 Juni 2015–8 Juli 2015. Tursiops aduncus dikenal sebagai hewan yang memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya. Hal tersebut memungkinkan Tursiops aduncus dapat bertahan hidup pada habitat buatan. Penelitian bertujuan untuk menghitung proporsi waktu aktivitas harian dan menganalisis bentuk-bentuk perilaku adaptasi Tursiops aduncus di kolam Underwater Theater ODS, serta merujuk perilaku di habitat alaminya. Penelitian dilakukan dengan metode focal animal sampling dengan interval waktu 10 menit tanpa jeda. Individu yang diamati adalah empat ekor Tursiops aduncus jantan bernama Kuning, Ungu, Biru dan Specta yang terdapat pada kolam Underwater Theater ODS. Hasil penelitian menunjukkan persentase perilaku travelling dan perilaku feeding tertinggi ditunjukkan oleh Kuning (65,71%) dan (0,2%), persentase perilaku resting dan perilaku playing paling tinggi ditunjukan oleh Specta (25,68%) dan (2,67%), serta persentase social interaction dan sexual aggression tertinggi ditunjukan oleh Ungu (15,35%) dan (4,94%). Meskipun kondisi pada habitat buatan berbeda dengan habitat aslinya, Tursiops aduncus mampu menyesuikan diri melalui perubahan perilaku yang terlihat pada masing-masing perilaku yang terjadi dan masih mempertahanklan perilaku alaminya.

The behavioural study of Indo Pacific Bottlenose Dolphins Tursiops aduncus at the Ocean Dream Samudra Ancol North Jakarta had been done Tursiops aduncus known as animals that have high adaptability to the environmental conditions This adaptability allows Tursiops aduncus to survive on an artificial habitat The purpose of this research were to calculate the proportion of time budget in a daily activity and analyze forms of behavioural adaptation of Tursiops aduncus in the Underwater Theater ODS and also refers to their natural behaviour Method used in this study is focal animal sampling with interval of time 10 minutes continuously Objects on this study are four male Tursiops aduncus named Kuning Ungu Biru and Specta in the Underwater Theater pool ODS The result on this study is showed that the highest presentation of travelling and feeding behaviour are showed by Kuning 65 71 and 0 2 highest presentation of resting and playing behaviour are showed by Specta 25 68 and 2 67 also highest presentation of social interaction dan sexual aggression behaviour is showed by Ungu 15 35 and 4 94 Although the conditions in the artificial habitat different with the naturally habitat Tursiops aduncus is able to adapt through changes in behavior that observed at each behavior happened and still preserving it rsquo s natural behaviour."
Lengkap +
2016
S62400
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafi Arya Anindya
"Baja Oxide Dispersion Strengthened (ODS) merupakan jenis baja yang diperkuat oleh dispersi oksida. Salah satu oksida yang dapat didispersikan adalah yttria (Y?O?). Pencampuran bahan prekursor dilakukan menggunakan metode metalurgi serbuk. Proses pemaduan mekanik dengan penggilingan (milling), utamanya sangat dipengaruhi waktu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu milling terhadap ukuran butir dan pembentukan fasa austenitik pada serbuk prekursor FeNiCr - Y?O? dengan variasi waktu 10, 20 dan 30 jam. Planetary Ball Mill dengan parameter proses: ball to powder ratio (BPR) 12:1 dan frekuensi putar 25 hz digunakan untuk menggiling serbuk prekursor. Karakterisasi dilakukan dengan mikroskop elektron (SEM-EDS) dan difraksi sinar-X (XRD) untuk mengamati ukuran butir dan fase yang terbentuk. Hasil analisis menunjukkan bahwa analisis pola difraksi hanya menunjukkan fasa kristal ?-Fe (BCC) dan Nikel (FCC). Meskipun fasa austenitik tidak terbentuk, semakin lama waktu milling, ukuran butir rata-rata serbuk prekursor FeNiCr- Y?O? semakin kecil.

Oxide Dispersion Strengthened (ODS) steel is a type of steel strengthened by oxide dispersion. One of the oxides that can be dispersed is yttria (Y?O?). Mixing of precursor materials is carried out using the powder metallurgy method. The process of mechanical alloying by milling is mainly influenced by time. This study aims to determine the effect of milling time on grain size and austenitic phase formation in FeNiCr - Y?O? precursor powders with time variations of 10, 20 and 30 hours. Planetary Ball Mill with process parameters: ball to powder ratio (BPR) 12:1 and rotating frequency 25hz was used to grind the precursor powder. Characterization was performed by electron microscopy (SEM-EDS) and X-ray diffraction (XRD) to observe the grain size and phases formed. The results showed that the diffraction pattern analysis showed only ?-Fe (BCC) and Nickel (FCC) crystal phases. Although the austenitic phase is not formed, the longer the milling time, the smaller the average grain size of the FeNiCr- Y?O? precursor powder."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Savira Alivia Salsabila
"Penelitian mengenai proses oxidative desulfurization (ODS) telah banyak dilakukan menggunakan reaktor batch skala lab yang dikombinasikan dengan sentrifugasi sebagai alat pemisah hasil ODS. Pada penelitian ini, dirancang bangun alat proses gabungan berupa reaktor-sentrifugal-ekstraktif ODS (ROSE). Dimensi reaktor dan RPM impeller ROSE ditentukan menggunakan data kinetika dan hidrodinamika hasil penelitian terdahulu. Dimensi total ROSE adalah berdiameter 7,5 cm dan tinggi 20 cm. Diameter reaktor adalah 7,5 cm dengan tinggi 11,25 cm, diameter sentrifugal ekstraktif adalah 5 cm dengan tinggi 8,75 cm. Jenis impeller adalah turbin Rushton 4 bilah dengan diameter 5 cm terletak 5 cm dari dasar reaktor. Hasil uji kinerja ROSE menunjukkan bahwa turbulensi dalam reaktor menyebabkan campuran reaktan fasa minyak dan air menjadi homogen dilihat dari waktu pemisahan yang lebih lama. Sentrifugal ekstraktif mampu memisahkan fasa minyak dan air secara sempurna. Kondisi operasi ROSE terbaik adalah RPM 270, persen fasa minyak dalam reaktor adalah 80% dengan waktu tinggal 3 menit. Hasil uji ODS dengan katalis asam format dan oksidator hidrogen peroksida dilakukan pada kondisi RPM dan persen fasa minyak terbaik. Kondisi terbaik diperoleh pada suhu 30oC dan RPM 270 dengan persen desulfurisasi sebesar 28,56%.

Oxidative desulfurization (ODS) process research has been carried out using a centrifugation combined lab-scale batch reactor to separate ODS results. This study focuses on a design of combined process device in ODS extractive centrifugal reactor (ROSE) form which dimensions and impeller RPM were determined using previous studies kinetic-hydrodynamic data. ROSE's total dimensions are 7.5 cm in diameter and 20 cm in height. The reactor diameter is 7.5 cm in 11.25 cm height, and the extractive centrifuge diameter is 5 cm in 8.75 cm height. The impeller type is a 5 cm diameter 4-blade Rushton turbine, located 5 cm from the reactor base. ROSE performance test result shows the reactor turbulence causing the oil and water phase mixture reactants to become homogeneous, as seen from the longer separation time. Extractive centrifuges are managed to completely separate the oil and water phases. The best ROSE operating condition is 270 rpm, and the oil phase percentage in the reactor is 80% with a 3 minutes residence. ODS test results with a formic acid catalyst and hydrogen peroxide oxidizer were carried out at the best RPM and oil phase percent conditions, while the best conditions were at 30°C and 270 rpm with a 28.56% desulfurization percentage."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yandy
"Biosolar merupakan salah satu bahan bakar diesel yang paling banyak dimanfaatkan di Indonesia. Biosolar memiliki kandungan senyawa sulfur yang sangat tinggi. Senyawa sulfur dalam Biosolar dapat menyebabkan dampak negatif bagi mesin, lingkungan, dan kesehatan manusia sehingga perlu diturunkan untuk memenuhi standar internasional maupun untuk efisiensi penggunaan mesin diesel. Salah satu metode untuk menurunkan kadar sulfur adalah desulfurisasi oksidatif katalitik (Cat-ODS) yang memiliki keunggulan dapat dilakukan pada suhu dan tekanan rendah dan tidak membutuhkan biaya yang besar. Pada penelitian ini, proses Cat-ODS terhadap senyawa sulfur di dalam Biosolar menggunakan oksidator hidrogen peroksida dan katalis Co-Fe/γ-Al2O3. Proses Cat-ODS dilakukan pada wadah berpengaduk menggunakan Biosolar 25 mL, katalis dengan loading inti aktif 24,63%, promotor 0 sampai 6,64%, dan penyangga katalis 72,05% serta rasio molar oksidator dengan sulfur (O/S) 120:1. Kondisi operasi Cat-ODS dilakukan pada waktu oksidasi 30 menit dan dioksidasi pada suhu 40 sampai 70°C. Setelah proses oksidasi, senyawa sulfur dalam Biosolar berubah menjadi senyawa sulfone yang dipisahkan menggunakan metode sentrifugasi. Kandungan senyawa sulfur pada Biosolar setelah Cat-ODS dianalisis menggunakan spektroskopi FTIR. Persen desulfurisasi terbaik pada penelitian ini didapat pada suhu 50°C, katalis Co-Fe/γ-Al2O3 5 gram, waktu reaksi oksidasi selama 30 menit, dan rasio O/S 120:1 dengan nilai sebesar 9,787%.
.....Biodiesel is one of the most widely used diesel fuels in Indonesia. Biodiesel contains very high sulfur compounds. Sulfur compounds in biodiesel can cause negative impacts on engines, the environment, and human health, so they need to be reduced to meet international standards and for the efficiency of using diesel engines. One method to reduce sulfur content is catalytic oxidative desulfurization (Cat-ODS) which has the advantage that it can be carried out at low temperatures and pressures and does not require large costs. In this study, the Cat-ODS process for sulfur compounds in biodiesel used hydrogen peroxide as an oxidant and a Co-Fe/γ-Al2O3 catalyst. The Cat-ODS process was carried out in a stirred container using 25 mL biodiesel, a catalyst with an active core loading of 24.63%, a promoter of 0 to 6.64%, and a catalyst support of 72.05% and a molar ratio of oxidizing agent to sulfur (O/S) 120:1. Cat-ODS operating conditions were carried out at an oxidation time of 30 minutes and oxidized at a temperature of 40 to 70°C. After the oxidation process, the sulfur compounds in biodiesel turn into sulfone compounds which are separated using the centrifugation method. The content of sulfur compounds in biodiesel after Cat-ODS was analyzed using FTIR spectroscopy. The best desulfurization percentage in this study was obtained at a temperature of 50°C, 5 grams of Co-Fe/γ-Al2O3 catalyst, an oxidation reaction time of 30 minutes, and an O/S ratio of 120:1 with a value of 9.787%."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Fitri Widyasari
"Kandungan senyawa sulfur pada bahan bakar Biosolar dapat menyebabkan berbagai dampak buruk seperti kerusakan mesin. Kadar sulfur pada bahan bakar Biosolar di Indonesia masih sangat tinggi sehingga perlu diturunkan untuk memenuhi regulasi internasional dan meningkatkan efisiensi penggunaan mesin diesel. Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan kadar sulfur dengan menghilangkan senyawa sulfur aromatik pada bahan bakar Biosolar menggunakan metode Oxidative desulfurization (ODS). Hidrogen peroksida (H2O2) digunakan sebagai oksidator dengan katalis molibdenum oksida sebagai inti aktif berpenyangga gamma alumina (MoO3/γ-Al2O3). Proses ODS dilakukan pada wadah berpengaduk pada suhu 40°C sampai 70°C dengan loading inti aktif katalis 5% sampai 20%, waktu oksidasi 15 menit sampai 60 menit, dan rasio molar oksidator dengan sulfur (O/S) 90:1 sampai 240:1. Setelah proses oksidasi, senyawa sulfur dalam Biosolar berubah menjadi senyawa sulfone kemudian dipisahkan dari Biosolar menggunakan metode sentrifugasi. Kandungan senyawa sulfur pada Biosolar setelah melewati proses ODS dianalisis menggunakan metode FTIR. Nilai desulfurisasi terbaik pada penelitian ini didapat pada suhu 50°C, loading inti aktif katalis 10%, waktu reaksi oksidasi 30 menit, dan rasio O/S 120:1 dengan desulfurisasi sebesar 7,7%.

The content of sulfur compounds in biodiesel fuel can cause various bad effects such as diesel engines damage. Sulfur content in biodiesel fuel in Indonesia is still very high, so it needs to be reduced to meet international regulations and improve the efficiency of diesel engines. This study aims to reduce sulfur content by removing aromatic sulfur compounds in biodiesel fuel using Oxidative desulfurization (ODS) method. Hydrogen peroxide (H2O2) will be used as an oxidizing agent with molybdenum oxide as an active core supported by gamma alumina (MoO3/γ-Al2O3). The ODS process is carried out in a stirred vessel at a temperature of 40 to 70°C with an active catalyst loading from 5 to 20%, oxidation time 15 to 60 minutes, and molar ratio of oxidator with sulfur (O/S) 90:1 to 240:1. After the oxidation process, the sulfur compounds in the biodiesel will turn into sulfone compounds which will be separated using the centrifugation method. The content of sulfur compounds in biodiesel after passing through the ODS process will be analyzed using the FTIR method. The best desulfurization rate in this study was obtained at temperature of 50°C, 10% active catalyst loading, oxidation reaction time of 30 minutes, and O/S ratio of 120:1 with desulfurization of 7.7%."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>