Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yudi Irawan
Abstrak :
ABSTRAK
Krisis ekonomi yang hingga kini belum juga dapat diatasi oleh pemerintah Indonesia telah menyebabkan berkurangnya bantuan dari pemerintah pusat untuk pembangunan daerah karena keterbatasan dana yang dimiliki.

Sementara itu otonomi daerah menurut UU no 22 tahun 1999 tentang pemerintahan Daerah yang mulai berlaku efektif pada tanggal 1 januari 2001 di satu sisi memberikan kemandirian dan keleluasaan bagi daerah untuk mengatur wilayahnya masing-masing, namun di sisi lain, daerah dihadapkan pada tanggung jawab yang lebih besar untuk memajukan pembangunan di wilayahnya.

Untuk itu diperlukan suatu usaha bagi pemenintah daerah agar dapat tetap melakukan pembangunan tanpa harus terlalu tergantung pada APBN dan APBD yang sangat terbatas, hal ¡tu dapat dilakukan melalui investasi yang dilakukan oleh masyarakat, dan hasilnya tidak hanya di dapat oleh investor saja, namun juga untuk kepentingan masyarakat.

Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah guna meningkatkan dana pembangunan daerah adalah melalui penerbitan obligasi pemerintah daerah (municipal bonds). Dengan penerbitan obligasi ini diharapkan pemerintah daerah mendapatkan dana pembangunan dari masyarakat sedangkan masyarakat mendapatkan keuntungan yang berasal dari pendapatan bunga serta pokok obligasi tersebut dan juga keuntungan dari proyek pemenintah daerah yang dibiayai oleh dana obligasi itu.

Untuk penerbitannya, dibutuhkan asas legalitas, suatu landasan hukum yang bertujuan mengatur segala sesuatu tentang obligasi pemda itu, tidak hanya menyangkut hak dan kewajiban penerbit obligasi yang dalam hal ini adalah pemda, namun juga menyangkut hak dan kewajiban investor, sehingga dapat terhindar dari kerugian.

Selain asas legalitas juga diperlukan waktu (timing) yang tepat guna penerbitannya untuk mengetahuinya dapat dilihat dari kondisi makroekonomi serta pasar modal Indonesia, dengan pemilihan waktu yang tepat maka obligasi pemda yang diterbitkan akan mampu di scrap oleh pasar sehingga tujuan dari penerbitannya yaitu peningkatan dana pembangunan daerah di Indonesia dapat tercapai.

Harus di perhitungkan pula pasar dari obligasi pemda itu sendini, perdagangan obligasi di Indonesia banyak dilakukan di bursa paralel, untuk itu dibutuhkan suatu penggerak pasar (market maker) sehingga obligasi pemda dapat merupakan instrumen keuangan yang likuid dan dapat diperjual-belikan di bursa dengan mudah.

Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah perlu transparansi keuangan pemda serta sosialisasi kepada masyarakat, hal ini penting agar investor dapat benar-benar mengetahui seberapa jauh kemampuan pemda untuk dapat memenuhi kewajibannya melakukan pembayaran atas bunga dan pokok obligasi pemda yang diterbitkannya.

Jika hal-hal tersebut di atas dapat terpenuhi, maka prospek penerbitan obigasi pemda sebagai upaya peningkatan dan pembangunan daerah di Indonesia akan sangat menjanjikan, dan dengan tersedianya dana dari masyarakat maka kesinambungan pembangunan di daerah dapat terus dilaksanakan karena tidak tergantung pada dana APBD dan APBN.
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T3081
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Bank Indonesia dsn Departemen Keuangan, 2002
332.6 OBL
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yasir Maulana
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti peran pelaku pasar yang berbeda dalam proses price discovery di pasar obligasi pemerintah. Price Discovery sangat penting dalam manajemen return dan risiko karena informasi terikat pada harga aset. Penelitian ini akan mencakup dua lapis pasar. Pertama adalah pasar interdealer dan kedua adalah pasar pelanggan. Penelitian ini mempelajari order flow mana yang memiliki dampak yang lebih besar dalam pembentukan harga di pasar obligasi pemerintah. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa pada pasar obligasi pemerintah Indonesia berpengaruh pada pembentukan harga, namun dari dua lapis order flow yang mempengaruhi harga adalah order flow dealer jangka pendek dan order flow customer jangka pendek. Koefisien regresi order flow customer jangka pendek lebih berpengaruh kepada pembentukan harga hal ini menunjukan bahwa pada perdagangan obligasi tersebut terdapat informed customer. Sedangkan pada penelitian Valseth (2013) order flow dealer pada semua jangka waktu mempengaruhi pembentukan harga. Dalam perdagangan obligasi pemerintah Indonesia customer tidak hanya melakukan perdagangan berdasarkan pertimbangan likuiditas saja namun memiliki informasi dalam mengambil keputusan atau membuat portofolio investasi. Pada hasil penelitian peran dealer secara individual, dimana dalam penelitian ini dilakukan secara grup dealer. Menunjukan bahwa dealer memiliki peran secara heterogen dan memiliki segmen yang berbeda pula. Hal penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Valseth (2013) bahwa dealer berperan secara heterogen.
This study is try to conduct investigation about price discovery in Indonesia government bond market. Price discovery is very important to achieve return and  manage risk because information is tied to price of the asset. This research will cover two tier market, first tier is interdealer market and second tier is customer market. We study the dealer and customer order flow to identify which side that have greater impact in price formation in government bond market. The results show that from the two layers of order flow, the short-term dealer order flow and short-term customer order flow have role in price discovery process. Customer flow order regression coefficient is larger than the dealer order flow. Meanwhile Valseth study (2013) dealer order flow orders aggregatly affect daily yield changes. Customers trade not only trade based on liquidity but also have information in making decisions or making investment portfolios (informed customers). At the group dealer order flow, dealers have a heterogeneous role and have different segments. This result follows Valseth (2013) study that dealers play a heterogeneous role.
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T54230
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Elex Media Komputindo, 1994
658.15 SER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Basith Ahmad Agusta
Abstrak :
ABSTRAK

Tesis ini bertujuan untuk menguji adanya hubungan cross-sectional antara volatilitas harga obligasi dengan aktivitas perdagangan pada pasar obligasi pemerintah di Indonesia. Penelitian ini menggunakan seluruh transaksi obligasi pemerintah di Indonesia pada rentang waktu tahun 2006 sampai dengan 2011. Variabel aktivitas perdagangan yang digunakan penulis antara lain volume perdagangan, jumlah transaksi, umur obligasi, Kupon Obligasi. Model yang digunakan penulis adalah regressi cross-sectional Fama & Macbeth (1973) menggunakan data transaksi mingguan. Hasil dari penelitian ini adalah ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara volatilitas harga beberapa variabel aktivitas perdagangan pada pasar obligasi pemerintah di Indonesia.


ABSTRACT


This research aims to test cross sectional relation between price volatility and trading activities in Bond market located in Indonesia. This research use Indonesia governtment bond data period 2006-2011. Author use several variable to test hypoteses in this research. Trading activities variable is Transaction Volume, Number of Transaction, Age of Bond, Bond Coupon. This research use cross-sectional regressions estimation introduced by Fama & MacBeth (1973) using weekly transaction data. This study found positive relation beetween volatility several trading activity variable in Indonesia goverment bond market.

2017
T55254
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satryo Aji Wibowo
Abstrak :
Pemerintah Indonesia sangat bergantung pada obligasi untuk membiayai defisit anggarannya sehingga posisinya sebagai instrumen pembiayaan menjadi semakin penting. Sementara obligasi pemerintah Indonesia berdenominasi USD hanya mewakili sekitar 17% dari penerbitan obligasi pemerintah, posisinya dalam skema pembiayaan pemerintah secara keseluruhan masih penting. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah Indonesia dan investor untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi imbal hasil obligasi ini. Penelitian ini berfokus untuk menguji apakah inflasi, tingkat imbal hasil US Treasury dan Credit Default Swap (CDS) spread berpengaruh signifikan terhadap imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia berdenominasi USD. Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari Bloomberg dari Januari 2010 hingga Desember 2020. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia bertenor 10 tahun dengan denominasi USD sedangkan variabel bebas terdiri dari imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun, tingkat CDS Pemerintah Indonesia dengan tenor 10 tahun dan tingkat inflasi Amerika Serikat serta Indonesia yang mengukur perubahan Indeks Harga Konsumen setiap bulan secara year-on-year. Penelitian ini menggunakan metode regresi HAC Newey-West, Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (ARCH) dan Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (GARCH) untuk menangani data time-series. Hasil penelitian menemukan bahwa inflasi Indonesia, imbal hasil US Treasury dan tingkat CDS Pemerintah Indonesia berpengaruh signifikan terhadap imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia berdenominasi USD dengan tenor 10 tahun. Sementara itu, inflasi Amerika Serikat tidak memiliki pengaruh terhadap imbal hasil obligasi. Secara umum, hasil dari model regresi sesuai dengan hipotesis dan kerangka teori. Model yang dihasilkan dari penelitian ini dapat memberikan panduan bagi investor dan pemerintah tentang tingkat optimal imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia berdenominasi USD. ......Indonesian government relies heavily on bond to finance its budget deficit and hence its position as a financing instrument has become increasingly important. While USD denominated Indonesian government bond only represents circa 17% of government bond issuance, its position in the whole government financing scheme is still important. It is therefore useful for the Indonesian government and investors to understand the factors affecting the yield of these bonds. This study focuses to examine whether inflation, US Treasury yield and Credit Default Swap (CDS) spread have significant effects on USD denominated Indonesian government bond yield. The study uses data obtained from Bloomberg, Ministry of Finance, and Bank Indonesia from January 2010 to December 2020. The dependent variable used in this study is the 10-year USD Indonesian government bond yield while the independent variables consist of 10-year US treasury yield, 10-year Government of Indonesia CDS level and United States and Indonesia headline inflation level which measures the change in Consumer Price Index every month on year-on-year basis. The study uses HAC Newey-West, Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (ARCH) and Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (GARCH) regression methods to deal with time-series data. The results of the study find that inflation rate in Indonesia, US Treasury yield and Government of Indonesia CDS level have significant effects on 10-year USD government bond yield. Contrastingly, US inflation had no significant effect on 10-year USD government bond yield. In general, the results from the regression models are in-line with the hypotheses and theoretical framework. The model generated from this study can provide guidance to both investors and the government on the optimal level of USD denominated Indonesian government bond yield
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nikita Wulandari
Abstrak :
Bank Sentral Eropa (ECB) sedang dihadapkan dengan inflasi yang tinggi setelah beberapa dekade inflasi di Zona Euro mencapai tingkat yang sangat rendah. Hal ini mengharuskan ECB mengambil tindakan moneter, yaitu dengan melakukan pengetatan perekonomian yang menyebabkan ECB menaikkan suku bunganya untuk pertama kalinya setelah 11 tahun. Sebuah studi peristiwa (event study) digunakan untuk mempelajari dampak pengetatan moneter terhadap harga obligasi pemerintah di zona euro. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengetatan moneter menyebabkan peningkatan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah. Dua regresi digunakan untuk menganalisis faktor pendorong abnormal return imbal hasil obligasi selama pengetatan moneter. ......The European Central Bank (ECB) is being faced by a high inflation after decades of low inflation. This led the ECB to take monetary measures by tightening the economy which induced the ECB to increase its interest rates for the first time after 11 years. An event study was conducted to examine the effects this monetary tightening has on the Eurozone government bond prices. The results of the analyses indicated that the monetary tightening lead to increase in government bond yields. Finally, two regressions were run to analyse the drivers of the abnormal returns of bond yields during the monetary tightening.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Feby Widyatantri
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode optimasi mean-variance Markowitz (1952) dengan menetapkan konstrain durasi untuk portofolio investasi yang terdiri dari indeks obligasi Pemerintah negara-negara emerging market Asia dalam mata uang lokal. Adapun data return historis yang digunakan berasal dari indeks obligasi (bond index) harian negara Indonesia, Malaysia, Thailand, Philippines dan Korea dari index provider (dengan ijin) untuk periode tahun 2010-2019. Penelitian ini memperlihatkan bahwa strategi komposisi portofolio yang dihasilkan dari proses optimasi tersebut memberikan Sharpe ratio tertinggi untuk data indeks obligasi harian periode bulan Januari sampai dengan Juni 2020 (out-of-sample) dibandingkan dengan beberapa strategi tanpa konstrain durasi, seperti capitalization-weighted dan equally-weighted, maupun beberapa strategi lainnya dengan konstrain durasi. Dari hasil pemantauan kinerja akhir bulan pada periode Januari sampai dengan Juni 2020, kinerja Sharpe ratio dengan strategi optimal tersebut mulai mengalami peningkatan setelah volatilitas pergerakan pasar akibat kekhawatiran terhadap dampak pandemi COVID-19 mencapai puncaknya sekitar bulan Maret 2020. Strategi optimasi yang dihasilkan penelitian ini dapat menjadi alternatif bagi investor institusi yang konservatif dalam menetapkan alokasi aset sebagai kebijakan investasi (investment policy) dalam jangka panjang untuk mendapatkan eksposur di emerging market Asia sebelum menambah eksposur ke asset class lainnya seperti obligasi korporasi dan saham di emerging market Asia. ......This study applies Markowitzs mean-variance optimization method (1952) by setting duration constraint for investment portfolio consisting of Asian emerging market local currency government bond indexes. The historical return data used in this study are obtained from daily bond indexes of Indonesia, Malaysia, Thailand, the Philippines, and Korea provided by an index provider (with permission) for the period of 2010-2019. This study shows that the portfolio composition strategy resulting from the optimization provides the highest Sharpe ratio for the period of January to June 2020 (out-of-sample) compared to several other strategies without any duration constraint, such as capitalization-weighted and equally-weighted, as well as other strategies with duration constraint. End-of-month performance monitoring between January 2020 and June 2020 indicates that the Sharpe ratio of the optimal strategy began to increase after market volatility due to COVID-19 pandemic anxieties which peaked around March 2020. The optimization strategy in this study would be an alternative strategy for conservative institutional investors to perform asset allocation as a long-term investment policy to have exposure to Asian emerging market before adding other asset classes, such as Asian emerging market corporate bonds and stocks.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardiani Rachmasyaputri
Abstrak :
Penelitian ini menunjukkan dampak Covid-19 terhadap perubahan sumber dan pola dari efek spillover antar negara melalui pasar obligasi pemerintah denominasi lokal di kawasan berkembang Asia Timur. Pengujian dilakukan menggunakan kerangka kerja Generalized Vector Autoregressive (GVAR) variance decomposition yang dikembangkan oleh Diebold-Yilmaz 2012. Kerangka kerja ini menunjukkan dampak statis (indeks rata-rata) dan dinamis (indeks dari waktu ke waktu) untuk mengukur intensitas dan arah guncangan spillover dari satu negara ke negara lain. Data yang digunakan adalah data yield dan volatilitas harian obligasi pemerintah denominasi lokal tenor 10 tahun. Total Spillover Indeks (TSI) statis pada periode Covid-19 lebih tinggi dibandingkan pada periode keseluruhan (normal). Peningkatan TSI terjadi pada level yield dan level volatilitas. Hasil pengujian terhadap sumber efek spillover selama periode normal menunjukkan bahwa efek spillover pada level yield berasal dari tekanan dalam negeri. Sebaliknya, efek spillover yang berasal dari negara lain (regional) memiliki peran yang signifikan pada periode Covid-19. Kondisi ini menunjukkan adanya perubahan sumber efek spillover, dari faktor domestik menjadi faktor regional pada periode Covid-19. Pada level volatilitas, tidak terdapat perubahan sumber efek spillover pada kedua periode. Faktor domestik masih mendominasi sumber efek volatilitas spillover. Pola efek spillover yang terjadi ditunjukkan pada TSI dinamis (dari waktu ke waktu). Pada level yield mencapai titik tertinggi pada periode Covid-19, khusunya kuartal pertama 2020 menunjukkan titik tertinggi dari pola efek spillover antar negara. Pola efek spillover pada level volatilitas mencapai titik tertinggi di akhir tahun 2019, lalu mengalami penurunan di tahun 2020. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perubahan pola efek spillover pada kedua level tersebut. China merupakan pusat penyebaran Covid-19, secara fisik maupun di pasar keuangan, dan memiliki pangsa pasar obligasi yang besar. Namun, China bukan merupakan penggerak pada pasar kawasan Asia Timur. Hong Kong dan Thailand, merupakan negara yang memberikan dampak di pasar kawasan Asia Timur dalam periode 10 tahun dan periode Covid-19. Kedua pasar tersebut juga menunjukkan stabilitas pasar yang kuat. Indonesia dan Malaysia merupakan negara yang rentan pada kedua periode tersebut. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Covid-19 berdampak pada perubahan sumber dan pola dari efek spillover yang terjadi melalui pasar obligasi pemerintah denominasi lokal. Temuan ini bermanfaat bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan di tingkat kawasan guna mencapai stabilitas pasar keuangan. ......This paper showed evidence of the effect of covid-19 on changes in the source and time-varying pattern of spillover across the country through the local-currency government bond market in emerging East Asia. We employed the Generalized Vector Autoregressive (GVAR) decomposition framework developed by Diebold-Yilmaz 2012, which performed both static (average index) and dynamic (time-varying index) impacts to quantify the intensity and direction of spillover shock from one country to another. We used the daily yield and volatility of a 10-year local-currency government bond market. The static Total Spillover Index in the Covid-19 period was higher than the entire sample period. TSI increased both in yield and volatility levels. Over 10-years, the yield spillover effects come from the own-stressed country. However, yield spillover effects emanating from other countries have significant roles in the Covid-19 period. It indicated that domestic factors turn to regional factors that explained shock transmission across-country in the Covid-19 period. This result showed that the source of spillovers changed. Otherwise, the volatility spillover effect did not change. It was emanating from the own-stressed country in both periods. The dynamics Total Spillover Index reached the highest point in the Covid-19 period. In particular, the first quarter of 2020 showed the peak point of spillover effect across the country. The volatility spillover achieved the spike last December 2019 but decreased over the Covid-19 period. Our result showed that the spillover pattern has changed in both levels. Although China was a physical Covid-19 contagion center and remained home to the largest bond market in the region, China was not a driver in the East Asia bond market. Hong Kong and Thailand showed their impact on East Asia within 10-years and the covid-19 period, respectively. Both countries have strong market stability. Indonesia dan Malaysia showed the most vulnerable countries in both periods. Our result reflected the effects of Covid-19 on changes in the source and time-varying pattern of cross-country spillover through the local-currency government bond market in the East Asia region. Our findings matter to regional government policies seeking to achieve strong market stability.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marcellinus Ricky Bunaidy
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai pengukuran likuiditas pada obligasi pemerintah di Indonesia dengan menggunakan hampir 30.000 data harga dan volume per transaksi dari September 2006 sampai Juni 2011. Terdapat tiga pengukuran yang digunakan untuk mengukur likuiditas, yaitu Roll measure untuk mengukur biaya transaksi, Amihud illiquidity measure untuk mengukur price impact of trades, dan Amivest measure untuk mengukur market depth. Hasil penelitian menunjukkan bahwa obligasi yang berjenis fixed rate bonds memiliki tingkat likuiditas paling tinggi dan yang paling rendah ialah Obligasi Ritel Indonesia. Hasil penelitian juga menunjukkan subprime crisis berdampak kecil terhadap penurunan tingkat likuiditas pada pasar obligasi pemerintah di Indonesia.
This research explain about measurement of liquidity on Indonesian government bonds by using almost 30,000 bonds price and transaction volume data from September 2006 until June 2011. There are three measurements that are used to measure liquidity, the Roll measure to measure transaction costs, Amihud illiquidity measure to measure price impact of trades, and Amivest measure to measure the market depth. The results showed that the fixed rate bonds have the highest liquidity level and the lowest is ORI (Obligasi Ritel Indonesia). The results also showed the subprime crisis had small impact on reducing the level of liquidity on government bonds market in Indonesia.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T32288
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>