Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R. Irawan
Abstrak :
Dewasa ini di Indonesia, campak masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Imunisasi campak telah dimulai tahun 1982 dan cakupan imunisasi mengalami peningkatan. Meskipun demikian, di beberapa daerah masih terdapat Kejadian Luar Biasa (KLB) campak, seperti halnya yang terjadi di Kabupaten Majalengka. Berdasarkan atas kenyataan ini, dilakukan penelitian yang mengkaji tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan cara pemberian imunisasi campak sesuai dengan SOP Imunisasi di Kabupaten Majalengka, tahun 2002, yang terdiri atas beberapa variabel, antara lain : lama masa kerja, pendidikan, pengetahuan, pelatihan, sikap, perilaku, jarak, transportasi, kelengkapan imunisasi, vaksin campak yang dipergunakan oleh petugas kesehatan di Puskesmas dan insentif. Penelitian dilakukan di Kabupaten Majalengka tahun 2002 dengan mempergunakan disain studi potong-lintang (cross sectional), serta mempergunakan data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara, dengan responden yang berjumlah 209 orang yang merupakan seluruh populasi yang telah memenuhi kriteria sampel yang dimaksudkan. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat, multivariat dan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa 4 (empat) dari 11 (sebelas) variabel yang diperoleh adanya hubungan yang bermakna secara statistik, antara lain : pelatihan petugas (OR = 3,54; 95% CI = 1,42 - 8,82; p = 0,007), pengetahuan (OR = 5,69; 95% CI = 2,10 - 15,44; p = 0,001), sikap (OR = 3,45; 95% CI = 1,40 - 8,50; p = 0,009), dan perilaku (OR 2,26; 95% CI = 0,94 - 5,45; p = 0,068). Selanjutnya, pada penelitian ini tidak ditemukan adanya interaksi pada faktor risiko yang berhubungan dengan cara pemberian imunisasi campak. Dari hasil penelitian ini disarankan, bahwa masih perlu adanya peningkatan pelatihan bagi petugas kesehatan. Dengan demikian, diharapkan akan mampu trampil dalam memberikan pelayanan imunisasi campak kepada sasaran, terutama dalam hal cara pemberian imunisasi campak kepada sasaran. Di samping itu, dengan adanya pelatihan akan dapat menjawab masalah kebutuhan tenaga imunisasi campak di Puskesmas, Kabupaten Majalengka. Adanya peningkatan pendidikan dan pengetahuan juga perlu diperhatikan. Selain itu, perlu dipertimbangkan adanya upaya-upaya untuk meningkatkan pengetahuan. Dengan kata lain masalah pelatihan, pendidikan dan pengetahuan petugas perlu dipertimbangkan secara khusus. Factors Related to the Staff Obedience to the Measles Immunization Method in Accordance with the SOP of Immunization the Regency of Majalengka in 2002In Indonesia, recently measles is a public health problem. Through measles immunization in Indonesia, which had been established since 1982, it has been, increased the coverage gradually. However, it can be seen that measles outbreak in some areas, such as in the Regency of Majalengka has been occurred in other rural and urban areas. Based on these facts, a study was carried on investigating the factors related to the staff obedience to the measles immunization method in accordance with the SOP of Immunization, the Regency of Majalengka in 2002. The variables consist of: occupational period, education, knowledge, training, attitude, behavior, distance, transportation, completeness of measles immunization, measles vaccine used by staff in the Public Health and incentive. The study in the Regency of Majalengka in 2002, made use the cross-sectional design study, and primary data has been accepted through observation and interview, with 209 respondent, namely the whole population meeting the sample criteria mentioned above. Data were analyzed by univariate, bivariate, multivariate and descriptive analysis. The results of study showed, 4 (four) of 11 (eleven) variables was statistically significant correlation, those are: training (OR = 3.54; 95% CI = 1.42 - 8.82; p = 0.007), knowledge (OR = 5.69; 95% CI = 2.10 - 8.82; p = 0.001), attitude (OR = 3.45; 95% CI = 1.40 - 8.50; p = 0.009), and behavior (OR = 2.26; 95% CI = 0.94 - 5.45; p = 0.068). Furthermore, this study did not show any interaction of risk factors related of the measles immunization. Based on the research, it is necessary suggested to improve training for the staff gradually. In this way, as was mentioned above, hope to be able to skilled up the staff in order to make a better measles immunization service, mainly in relation to the measles immunization of the target. In addition, by the training, it is hope, the problem of the need of measles immunization staff in the Public Health; the Majalengka Regency can be applied properly. It was also considered necessary to improve knowledge and education efforts. The other words, training, knowledge and education of the staff are necessary given a special attention.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T11189
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet Sutrisno
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh (1) Kualitas pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Sawah Besar Dua, (2) Pengaruh perubahan organisasi terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Sawah Besar Dua, dan (3) Pengaruh kualitas pelayanan dan perubahan organisasi secara bersama-sama terhadap kepatuhan wajib pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Sawah Besar Dua. Kepatuhan Wajib Pajak merupakan perilaku: wajib pajak baik orang pribadi maupun badan dengan perasaan senang hati bersedia untuk patuh, tunduk. dan taat kepada peraturan, nilai dan norma yang ada sebelumnya. Kualitas pelayanan adalah pemberian pelayanan kepada wajib pajak yang dapat diukur dengan indikator (1) Tangibles (2) Reliability (3) Responsivness (4) Assurance dan (5) Emphaty. Perubahan organisasi adalah perubahan yang diterapkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Sawah Besar Dua yang diwujudkan pada penerapan Sistem Administrasi Modern. Populasi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Sawah Besar Dua. Sedangkan sampel penelitian diambil dengan metode simple random sampling. yaitu sebesar 200 responden (Wajib Pajak). Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif: Sementara itu instrumen pengumpulan data disusun dalam angket yang menggunakan skala model Liken. Analisis data dilakukan pada taraf signifikansi 95 % dan hasilnya adalah: (1) Terdapat pengaruh yang positif Kualitas Pelayanan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Koefisien korelasi untuk hubungan kedua variabel ini adalah sebesar 0,602. Dan koefisien determinasi adalah sebesar 0,363. Hal ini menyatakan bahwa 36,30 % variasi yang terjadi pada Kepatuhan Wajib Pajak dapat dijelaskan oleh Kualitas Pelayanan melalui regresi regresi Y = 16,240 + 0,594 X1. Berdasarkan hasil pengujian signifikasi temyata bahwa korelasi X1 dengan Y signifikan, hal disebabkan karena thitung 6,529 > ttabel 2,576, maka Ho ditolak yang berarti variabel Kualitas Pelayanan secara signifikan mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak. (2) Terdapat pengaruh yang positif Perubahan Organisasi terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Koefisien korelasi untuk hubungan kedua variabel ini adalah sebesar 0,565. Koefisien determinasi yaitu sebesar 0,319 yang berarti bahwa 31,90 % variasi yang terjadi pads Kepatuhan Wajib Pajak dapat dijelaskan oleh Perubahan Organisasi melalui regresi Y = 21,537 + 0,551 X2. Berdasarkan hasil pengujian signifikansi ternyata bahwa korelasi X2 dengan Y signifikan. Hal ini dibuktikan dengan thitung 5,210 > ttabel 2,576, maka Ho ditolak yang berarti variabel Perubahan Organisasi secara signifikan mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh positif variabel Perubahan Organisasi terhadap variabel Kepatuhan Wajib Pajak teruji kebenarannya. (3) Terdapat Pengaruh yang signifikan Kualitas Pelayanan dan Perubahan Organisasi secara bersama-sama terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Perhitungan korelasi ganda antara variabel X1 dan variabel X2 dengan variabel Y menghasilkan koefisien korelasi sebesar R = 0,663. Koefisien determinasi sebesar 0,440. ini menunjukkan bahwa 44 % variasi yang terjadi pada Kepatuhan Wajib Pajak dapat dijelaskan oleh Kualitas Pelayanan dan Perubahan Organisasi, melalui regresi Y = 9,575 + 0.412X1 + 0,325X2, Uji keberartian dengan menggunakan uji F menghasilkan Fhilung sebesar 77,432 Karena {Fh = 77,432 > Ft = 3.89), maka Ho ditolak yang berarti Ha diterima sehingga dengan demikian variabel Kualitas Pelayanan dan Perubahan Organisasi secara serentak (simultan) berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22188
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elyu Chomisah
Abstrak :
Tuberkulosis Paru (TB Paru) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. WHO memperkirakan di Indonesia setiap tahun ada 450.000 kasus baru dengan kematian 175.000 orang setiap tahunnya. Hasil SKRT 1995 menunjukkan bahwa tuberkulosis merupakan penyebab kematian ketiga setelah kadiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan dan nomor satu dari golongan penyakit infeksi. Di Propinsi Sumatera Selatan Program Pemberantasan Penyakit TB Paru dengan strategi DOTS dimulai pada tahun 1995, data dari kabupaten / kota didapat angka kesembuhan 82,98 % dan angka cakupan penemuan penderita 26,7 %, Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Moehamad Hoesin Palembang pada tahun 1998/1999 angka konversi 84,16 % melebihi angka nasional 80%, tetapi angka kesembuhan hanya 76,19 %, dibawah angka nasional 85%. Ketidakpatuhan berobat merupakan salah satu penyebab kegagalan penanggulangan program TB Paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor - faktor yang berhubungan dengan kepatuhan berobat penderita Tuberkulosis Paru BTA Positif di RSUP Dr. Moehamad Hoesin Palembang Tahun 1998 -2000. Disain penelitian ini adalah kasus kontrol dengan jumlah sampel 186 responden, kriteria sampel penelitian adalah penderita TB Paru BTA Positif Kategori 1, 2 yang telah selesai makan obat dan berumur lebih dari 14 tahun, terdaftar dari bulan Agustus 1998 sampai dengan Desember 2000 di Bagian Penyakit Dalam Poliklinik DOTS RSUP Dr. Moehamad Hoesin Palembang. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Moehamad Hoesin Palembang adalah Rumah Sakit yang pertama di Propinsi Sumatera Selatan melaksanakan Program Pemberantasan Tuberkulosis Paru dengan strategi DOTS. Hasil penelitian analisis - univariat dari 186 responden yang patuh 124 (66,7%) dan tidak patuh 62 ( 33,3%), laki-laki 130 (69,9%), umur produktif (16-45) tahun 135 orang ( 71,8%), pendidikan rendah 114 orang (61,3%), bekerja 100 (53,8%). Pada basil bivariat dari sepuluh variabel independen ternyata hanya empat variabel yang dianggap potensial sebagai faktor resiko (p< 0,25), Hasil analisis multivariat dengan metode Regresi logistik dari empat variabel independen diambil sebagai model, ternyata hanya satu variabel yang mempunyai hubungan bermakna yang paling kuat (p<0,05), yaitu pengawas menelan obat (PMO),OR =3.457. 95 5 : 1,644- 7.269, P value (Sig) = 0,0011. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa faktor - faktor yang berhubungan dengan kepatuhan berobat penderita tuberkulosis paru BTA positif di Rumah Sakit Dr.Moehamad Hoesin tahun 1998 - 2000 adalah faktor PMO dan faktor penyuluhan kesehatan oleh petugas mempunyai hubungan bermakna secara statistik (p < 0,05) dengan kepatuhan berobat penderita TB Pam dan yang paling besar pengaruhnya terhadap variabel dependen adalah faktor Pengawas Menelan Obat (PMO). Selanjutnya dapat disarankan kiranya faktor pengawas menelan obat (PMO) tetap dipertahankan dan dilakukan pelatihan bagi kader, keluarga, PKK KotafKecamatan 1 Kelurahan, petugas kesehatan secara berkesinambungan dan meningkatkan terns kemampuan pengelola program TB Pam di RSUP Dr.Moehamad Hoesin Palembang, Untuk penyuluhan kesehatan oleh petugas kepada penderita, masyarakat tentang penyakit TB Paru hendaknya tetap diberikan secara berkesinambungan dengan menggunakan poster, leaflet, buku pedoman. Untuk Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Selatan agar tetap menyediakan obat anti Tuberkulosa kategori 1, 2, dan 3.
Lung Tuberculosis (Lung TB) still remains a community health problem, WHO estimates that in Indonesia, there are approximately 450,000 new cases annually with 175,000 death every year SKRT results of 1995 show that tuberculosis is the third cause of death following cardiovascular and respiratory disease and it is of the first cause of infection diseases. In South Sumatera Province, Lung TB Eradication Program with DOTS strategy has been introduced in the province since 1995. Data gathered from districts/cities indicate that the figure of healing is 82.98°/° and the figure of identified patients is 26.7%, At Dr. Moehamad Hoesin Central General Hospital of Palembang of 1998/1999, the conversion figure of 84,16% is higher than the national figure of 80%.However the figure of healing is only 76.19%, below the national figure of 85%. Disobedience to undertaking medical treatment is reportedly to be the cause of failure of Lung TB Eradication Program. This study is aimed at investigating factors that correlate with patients' obedience to undertaking treatment of Lung TB Positive BTA in Dr.Moehamad Hoesin Central General Hospital in Palembang in 1998 - 2000. The study design employed was controlled case with sample of 186 respondents. The sample criteria used were those samples were Lung TB Positive BTA patients of Category 1 and 2 who had taken their medicines and aged more than 14. registered since August 1998 until December 2000 in Internal Diseases Unit of Polyclinic of the hospital, Dr. Moehamad Hoesin Central General Hospital is the first hospital in the South Sumatera province introducing Lung TB Eradication Program with DOTS strategy. Result of univariat analysis shows that of 186 respondents, 124 patients (66.7%) were obedient and 62 (333%) were disobedient. The respondents consisted of 130 males (69.9%), 135 (71.8%) patients of productive age (16-45), poorly educated people of 146 (61.3%), working people of 100 (53.8%). The bivariat result indicates that of ten independent variables, only four variables considered potential as risk factor (p<0.25).The multivariat result shows that by using Logistic Regression method, of the four independent variables taken as models, only one variable proven to have the most significant correlation (p<0.05), which was supervisor taking medicine (PMO) OR=3.457.95%: 1.644-7.269, p value = 0, 0011. It may be concluded that factors that correlate with patients' obedience to undertaking Lung TB positive BTA treatment at the hospital during 1998 - 2000 are PMO factor and health education by health worker; these are having statistically significant correlation (p<0.05) with the patients' obedience to undertaking Lung TB treatment. While the most significant influence on the dependent variable was the supervisor-taking-medicine (PMO) factor. It may be recommended that the supervisor-taking-medicine factor be sustained; continuous training be provided for cadres, family members, Woman's Club of the city/district/village, and health workers; and management skills of officials in Lung TB Program of the hospital be improved continuously. The health education by health workers for patients and community on Lung TB disease should be sustainable provided by means of poster, flyers, manual book. The health department of South Sumatera Province should keep providing anti Tuberculosis medicines of category 1, 2, and 3.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T1239
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulastri
Abstrak :
Petugas kamar bedah merupakan salah satu jenis tenaga kesehatan yang mempunyai resiko tinggi terhadap kemungkinan terpapar oleh berbagai kuman penyakit, terutama HIV/AIDS yang saat ini sangat ditakuti. Salah satu upaya perlindungan diri adalah dengan menerapkan kewaspadaan universal melalui tindakan cuci tangan secara benar, penggunaan alat pelindung, desinfektan, mencegah tusukan alat/benda tajam. Adapun konsep yang dianut adalah, bahwa semua darah dan cairan tubuh tertentu harus dikelola sebagai sumber yang dapat menularkan HIV, Hepatitis dan berbagai penyakit lain melalui darah. Departemen Kesehatan telah menetapkan upaya peningkatan mutu layanan kesehatan dengan memprioritaskan upaya pengendalian infeksi nosokomial bagi seluruh rumah sakit di seluruh Indonesia, antara lain dengan menerapkan kewaspadaan universal. Sejalan dengan ketetapan Departemen Kesehatan tersebut, maka Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan berupaya meningkatkan mutu layanan antara lain dengan upaya pengendalian infeksi nosokomial, salah satu upaya yaitu dengan menerapkan kewaspadaan universal secara baik dan benar di seluruh ruang termasuk kamar bedah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan petugas kamar bedah dalam menerapkan kewaspadaan universal dan untuk mengetahui seberapa jauh faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat berpengaruh terhadap kepatuhan. Responden adalah seluruh petugas kamar bedah (IGD dan IBS) berjumlah 78, yang terdiri dari dokter dan perawat yang bersifat tenaga tetap, berhubungan langsung dalam penanganan pasien, dan telah bekerja minimal 1 (satu) bulan. Metoda penelitian menggunakan rancangan kros seksional. Data diperoleh melalui penyebaran kuesioner dan pengamatan langsung di rumah sakit. Pengumpulan data dilakukan selama periode Maret sampai Mei 2001 (satu bulan lima belas hari) di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa sebagian besar (73,1%) responden memiliki tingkat kepatuhan sedang. Ketidak patuhan lebih banyak ditemukan di IGD dibandingkan dengan IBS, terutama dalam hal tidak mencuci tangan saat datang di kamar bedah (9,5%), saat meninggalkan kamar bedah (15,4%), sebelum melakukan tindakan (12,8%), setelah melakukan tindakan (7,7%), tidak menggunakan alas kaki (12,8%), masih melakukan pemasangan kembali tutup jarum suntik (recapping =87,1%). Pengetahuan responden tentang kewaspadaan universal. sebagian besar masih kurang (73,1) dengan nilai rata-rata 65,995 (p-wald = 0,0448 OR 1,7744). Hasil analisis ditemukan ada hubungan antara variabel pengetahuan, tempat kerja, dan lama kerja di kamar bedah dengan kepatuhan dalam menerapkan kewaspadaan universal. Pengetahuan dan lama kerja merupakan variabel yang paling menentukan kepatuhan dalam menerapkan kewaspadaan universal. Responden yang memiliki pengetahuan kurang berpeluang untuk tidak patuh hampir 2 kali dibandingkan yang memiliki pengetahuan baik setelah variabel lama dan tempat kerja dikendalikan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti menyarankan agar dilakukan upaya meningkatkan pengetahuan petugas melalui sosialisasi kewaspadaan universal dengan pelatihan, penyebaran leaflet, atau mengadakan pekan kewaspadaan universal. Di samping itu mungkin perlu diadakan evaluasi terhadap kcpatuhan secara berkala, bila memungkinkan adakan reward dan punishment. Untuk menjaga kesehatan petugas agar tetap terpelihara sesuai standar kesehatan yang dibutuhkan, perlu adanya pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi seluruh petugas kamar bedah.
Factors Related to Obedience Level of Surgery Room Staff in Applying Universal Precautions on Persababatan General HospitalStaff on surgery room is one of health personal who has high risk to possibly contaminate by any of germ disease, especially the frightening HIV/AIDS. One effort of self protection is applying universal precautions through real action such as washing hands properly, using protection tools, disinfectants, prevented any stab from sharp-pointed tools. The adherent concept is all blood and particular body liquid has to be managed as a source, with can infect HIV, hepatitis and other disease through blood. Department of Health has determined effort to increase health service quality with prioritizing effort of restrained nosocomial infection for all hospital in Indonesia, like applying universal precautions. Along with department of Health's determination, Persahabatan General Hospital tries to increase service quality on restraining nosocomial infection with applying universal precaution properly in all room including surgery room. The objective of this research is to understand the obedience level of surgery room's staff in applying universal precautions and to understand how far predisposition factors, enabling factors, and reinforcement factors is influencing the obedience. The cross sectional design is used for research method. Data was obtained by distributing questionnaires and direct observation in the hospital. Data was collected during March to May 2001 (one month and 15 days) on Persahabatan General Hospital. The result indicated that most of respondent (73, 1%) has medium level of obedience. The obedient staff was found on not washing their hands when they arrived at surgery room (9, 5%), when they left surgery room (15, 4%), before they did actions (12, 8%), after they did action (7, 7%), not using fear footwear (12, 8%), still recapped the injection needle (90, 8%). Most respondent have less knowledge on Universal Precautions (73, 1%), mean 65,995. Statistical analyst result indicated that p-wald =0, 0448 OR 1,7744 wich means that there is a meaningful relations between knowledge with obedience level. Respondent who has less knowledge is likelihood to be disobedient more than twice if compare to those who has better knowledge after controlling old working variable. Based on those result, research recommend doing more effort in increasing knowledge of staff through socializing the universal precautions with training, leaflet or Universal Precautions week. The obedience level should be evaluated periodically, present reward and punishment if possible. Health examination has to be done periodically to all surgery room staff.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T8421
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atik Yuliharti
Abstrak :
Penyakit tuberkulosis paru sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius terutama di negara-negara berkembang. Indonesia sendiri merupakan negara ke 3 terbanyak penderita tuberkulosisnya setelah India dan China, diperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru tuberkulosis paru dengan kematian 140.000 penderita. Dalam program penanggulangan tuberkulosis paru ini, tujuan dari pemeriksaan dahak adalah untuk menegakkan diagnosis, menilai kemajuan pengobatan dan menentukan tingkat penularan. Melihat kompleksnya permasalahan pada keteraturan pemeriksaan dahak tersebut mendorong penulis untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan ketidakpatuhan pemeriksaan dahak. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan beberapa faktor terhadap ketidakpatuhan memeriksakan dahak pada fase intensif pengobatan tuberkulosis paru di Kota Sukabumi tahun 2002. Desain penelitian ini adalah kasus kontrol, populasi penelitian adalah penderita tuberkulosis paru berumur ≥ 15 tahun yang berobat di seluruh puskesmas di Kota Sukabumi. Kasus adalah penderita tuberkulosis paru berumur 15 tahun atau lebih yang tidak memeriksakan dahak pada akhir fase intensif pengobatan tuberkulosis paru yaitu pada hari ke 53-60 pada kategori-1 dan kategori-3 atau hari ke 83-90 pada kategori-2 dan kontrol adalah penderita tuberkulosis paru berumur 15 tahun atau lebih yang memeriksakan dahak pada akhir fase intensif pengobatan tuberkulosis paru yaitu pada hari ke 53-60 pada kategori-1 dan kategori-3 atau hari ke 83-90 pada kategori-2. Alat pengumpul data berupa Kartu Pengobatan TB 01 dan kuesioner dengan sampel sebanyak 144 orang yaitu 72 kasus dan 72 kontrol. Hasil analisis bivariat terhadap 12 variabel independen dengan variabel dependen, menghasilkan 4 variabel yang mempunyai hubungan bermakna (p < 0,05). Variabel yang berhubungan dengan ketidakpatuhan memeriksakan dahak pada akhir fase intensif pengobatan tuberkulosis paru adalah pengetahuan yang rendah (OR = 5,58; p = 0,000), sikap yang buruk (OR = 2,25; p = 0,018), status belum/tidak kawin (OR = 2,31; p = 0,020), dan tipe puskesmas (Puskesmas Rujukan Mikroskopis OR = 2,50 dan Puskesmas Pelaksana Mandiri OR= 3,99 dengan nilai p = 0,008). Hasil analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik metode enter dari 6 variabel independen yang menjadi kandidat untuk masuk dalam model (p < 0,25), ternyata hanya 3 variabel yang masuk dalam model akhir yakni; pengetahuan (OR = 8,46 ; p = 0,000), status perkawinan (OR = 4,82 ; p = 0,001) dan tipe puskesmas (Puskemas Rujukan Mikroskopis OR = 2,87, p = 0,014; Puskesmas Pelaksana Mandiri OR = 6,09, p = 0,008 ; Puskesmas Satelit OR = 1,00, p = 0,006). Kemudian disarankan agar lebih mengintensifkan program penyuluhan kesehatan dengan menggunakan leaflet atau poster. Perlunya ditunjuk tenaga PMO yang dibekali dengan buku pintar (buku saku) berisi tentang penyakit tuberkulosis dan cara penanggulangannya secara singkat dan jelas. Petugas laboratorium hendaknya memberikan pengertian kepada setiap penderita tuberkulosis tentang pentingnya pemeriksaan dahak yang teratur dan tepat waktu. Kemudian adanya upaya kemitraan dengan kalangan swasta, organisasi profesi atau Lembaga Swadaya Masyarakat.
The Factors Related to in-Obedience for Having Sputum Examination at the End of Intensive Phase of Pulmonary Tuberculosis Treatment at Sukabumi, 2002Pulmonary tuberculosis disease up to present remains a serious public health problem, especially in developing countries. Indonesia is the third biggest country having tuberculosis after India and China, it was estimated that each year occur 583,000 new cases of lung tuberculosis with the death 140,000 sufferers. The National tuberculosis program, smear sputum examination is an important part of the entire processes of pulmonary 'tuberculosis treatment. The objective of the sputum examination for follow up is to make the appropriateness of diagnoses, to measure the progress of the treatment and to determine the level of communication. Considering the problems were complex on the regularity of sputum examination for follow up, it is encourage the writer to determine what factors related to in-obedience of the sputum examination for follow up. The objective of this study is to determine the relationship of some factors of in-obedience of check the sputum at the end of intensive phase of pulmonary tuberculosis treatment in Sukabumi, in 2002. The study design was control cases, with the population are the pulmonary tuberculosis patient?s age ≥ 15 years who have had their treatment at the entire of the Health Centers of Sukabumi City. The tools of data collection were TB 01 treatment card and questionnaires. The total samples was 144 patients, covering of 72-cases group and 72-control' group. Cases are those of 15 years old or over who have not examined their sputum for follow up. Controls are those of 15 years old or over who have their sputum examined for follow up. The result of bivariate analysis of 12 independent variables with dependent variables, shown that four variables having significant relationship (p < 0.05). The variable that related to in-obedience of checking the sputum at the end of the intensive phase of pulmonary tuberculosis treatment were education (OR = 5, 58; p = 0,000), attitude (OR = 2, 25; p = 0,018), marital status (OR = 2, 31; p = 0,020), and type of the Health Center (Microscopic Referral Health Center OR = 2, 50 and Self-implemented Health Center OR = 3, 99 with value p = 0,008). The result of multivariate analysis using logistic regression enter method, out of 6 independent variables who became the candidate to be a model (p < 0,25), the fact that only three variables whom enter at the end of model, i.e. knowledge (OR = 8.46; p = 0,000), marital status (OR = 4.82; p = 0,001) and the type of Health Center (Microscopic Referral Health Center OR = 2.87, p = 0.014; Self-implemented Health Center OR = 6,09, p = 0,008; Satellite Health Center OR = 1.00, p = 0,006). Based on this study, it is recommended to provide more intensive health education in order to improve the attitude and knowledge of the TB patients. Selection of PMO (treatment observer) is crucial. The PMO has to be supplied the pocket book on tuberculosis treatment. The book has to be simple but easy to understand. Besides that, the laboratory technician should give information to every TB patient that they should come to check the sputum for follow up the important of having sputum examination for follow up on routine base and on time has to be explained to the patients. Efforts to increase collaboration to the private sectors, the professionals and non government organization are encouraged.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 10356
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dien Emawati
Abstrak :
Unicef ( 1996 ) menyatakan bahwa angka kematian ibu ( AKI ) di Indonesia tertinggi di negara Asean sebesar 450 per 100.00 kelahiran hidup.Upaya untuk menurunkan AKI adalah dengan melalui layanan antenatal terhadap ibu hamil yang sesuai dengan standard Iayanan antenatal Depkes RI yaitu 5 T ( timbang BB , ukur TB, ukur tekanan darah, ukur TF, vaksinasi TT dan pemberian tablet Fe ). Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran kepatuhan Bidan terhadap SOP layanan antenatal di KIA Puskesmas Jakarta Pusat tahun 1998 dan faktor faktor yang mempengaruhinya. Desain penelitian adalah pendekatan kuantitatif dengan rancangan Cross Sectional. Pengamatan dilakukan di seluruh Puskesmas Jakarta Pusat sebesar 37 dengan 53 tenaga bidan yang berinteraksi dengan ibu hamil sebanyak 159 yang mempunyai kriteria hamil pertama dengan kunjungan pertama.Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan daftar isian terhadap pengamatan interaksi antara bidan dengan ibu hamil berikut sarana yang ada di Puskesmas kemudian wawancara terhadap bidan yang dilaksanakan setelah pengamatan. Hasil analisis univariat terhadap 8 komponen kegiatan layanan antenatal , kepatuhan bidan terhadap SOP yang baik dengan nilai skoring 100 menunjukkan sebagai berikut , pelaksanaan cara anamnesis 37.7 % , penimbangan berat badan 37.7 % , pengukuran tinggi badan 30.2 % , pemeriksaan tekanan darah 60.4 % , pemeriksaan tinggi fundus 88.7 %, vaksinasi tetanus toxoid 52.8 % , pemberian tablet besi 49.1 % dan pemberian penyuluhan 22.6 %. Dan dari penjumlahan ke 8 kegiatan tersebut yang merupakan hasil kepatuhan Bidan terhadap SOP layanan antenatal dengan nilai skoring 800, menunjukkan kepatuhan baik sebesar L89 % sedangkan sisanya 98.11 % merupakan kepatuhan tidak baik. Pada struktur menunjukkan hasil sebagai berikut, jumlah Bidan dengan jenis pendidikan Perawat Bidan ( PPB - A) lebih banyak daripada jumlah Bidan dengan jenis pendidikan Bidan ( PPB - C ) , jumlah Bidan yang mempunyai masa kerja > 10 tahun lebih banyak daripada Bidan yang mempunyai masa kerja 5 10 tahun , Bidan yang mempunyai sarana tidak lengkap lebih banyak daripada Bidan yang mempunyai sarana lengkap , dan Bidan yang tidak pernah mendapatkan penghargaan lebih banyak daripada Bidan yang pernah mendapatkan penghargaan. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara masa kerja , pelatihan dan kelengkapan sarana dengan nilai p < 0.05 dengan kepatuhan Bidan terhadap SOP layanan antenatal. Nilai rata rata kepatuhan Bidan yang mempunyai masa kerja > 10 tahun ( 643.0415 ) lebih tinggi dibanding Bidan yang mempunyai masa kerja10 tahun ( 565.7233 ) , nilai rata rata kepatuhan Bidan yang mempunyai sarana lengkap ( 662.3225 ) lebih tinggi dibanding dengan nilai rata rata Bidan yang tidak mempunyai sarana lengkap ( 598.0596 ). Dan sernakin lama pelatihan semakin tinggi nilai kepatuhan bidan terhadap SOP layanan antenatal (r = 0.321 ). Dari analisis multivariat menunjukkan adanya hubungan antara kepatuhan Bidan dengan masa kerja ( nilai B = 65.954) dan sarana ( nilai B = 79.182 ) dengan keeratan antara kepatuhan Bidan dengan keduanya yang tertinggi adalah sarana (ß = 0.385 ), kemudian masa kerja (ß = 0.321 ). ......In 1996 'UNICEF stipulated that maternal mortality rate has the highest among Asean Countries which is 450 per 100.000 of live birth. Efforts to reduce the maternal mortality rate are done through antenatal services toward expected mothers according to standard of antenatal services of the Health Department of the Republic Indonesia such body weight measurement , height measurement , blood tension measurement , fundus height measurement , TT vaccination and administration of Fe tablets. The purpose of this research is to examine the obedient of midwives in antenatal services SOP in KIA Puskesmas in central Jakarta 1998 and factors which affect them. The research design is a quantitative approach with Cross Sectional Method. The observation were done in 37 Puskesmas with 53 Midwives in interaction with pregnant Women as many as 159 which criteria of first pregnancy during their first visit. Data collection was done by using questioner on the observations of interaction between the midwives and pregnant women, Also the data about facilities available in the Puskesmas and followed by interview data towards the midwives that conducted the observation. The proceeds of univariate analysis of 8 activity of the midwives components with the best score 100 points, shows as follows : anamnesis method implementation 37,7 %, weight measurements 37,7 %, blood pressure measurements 60,4 %, fundus height measurements 88,7 %, toxoid tetanus vaccination 52,8 %, feerum tablets administration 49,1 %, and consoling 22,6 %. Total score of the 8 activity is the obedient of midwives with 800 score which indicates good obedient 1,89 % , while the rest 98,11 % is not good obedient. The results show as follows : the number of midwives that have midwives nurse education is larger than the number of midwives education , the number of midwives that have worked > 10 years is larger than the those that have worked < 10 years , midwives that do not have complete facilities is larger than those that have complete facilities , and midwives never obtained certificates is larger than those that have obtained certificates. Bivariate analysis indicates that there is significant correlation between years of work, training and facilities with p < 0,05 and the obedient of midwives. Average value of obedient of midwives that have worked > 10 years ( 643.0415 ) is higher compared to that have work 5 10 years ( 565.7233 ), average value of obedient of midwives that have complete facilities ( 662.3225 ),is higher compared to average value of obedient of midwives that do not have complete facilities ( 598.0596 ). The longer the midwives receive training the higher their obedient score (r= 0.321 ). From the multivariate analysis it can be seen that there is a correlation between the obedient of midwives and the length of work ( B=65.954 ) and facilities ( B=79,1182) and closeness between the obedient of midwives with both factors : the highest one is with facilities (ß = 0.385), and then with length of work (ß = 0.321 ).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifin Budinugroho
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Cikarang Satu. Grand theory yang digunakan untuk variabel pelayanan adalah teori Zeithaml, Parasuraman, & Berry (1990) yang meliputi dimensi: bukti fisik, kehandalan, daya tanggap, jaminan dan empati, sedangkan untuk variabel kepatuhan adalah teori Salamun AT yang mencakup aspek penyetoran dan pelaporan. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan desain korelasional dengan melibatkan 100 sampel yang diambil secara acak sederhana. Pengumpulan data dilakukan dengan penelusuran dokumen dan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas menggunakan rumus korelasi Rank Spearman dan uji reliabilitas menggunakan Spearman Brown. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan formula statistika, yakni korelasi Rank Spearman dan t-test yang pengolahannya dilakukan dengan program SPSS versi 12. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa pelayanan pada KPP Cikarang Satu tergolong baik, sedangkan kepatuhan wajib pajak relatif kurang. Sementara itu hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dengan nilai koefisien korelasi = 0,7. Dengan kondisi seperti itu, maka pelayanan pada KPP Cikarang Satu pertu ditingkatkan dan disempurnakan secara terus menerus yang mencakup semua indikator (bukti fisik, kehandalan, daya tanggap, jaminan dan empati) dengan tekanan pada aspek-aspek yang pelaksanaanya masih belum maksimal, misalnya: pelayanan sejak awal secara profesional kepada wajib pajak dan perhatian aparat pajak secara personal; dan dilakukan penelitian lanjutan dengan pendekatan serupa tetapi dengan obyek penelitian yang berbeda dan jumlah sampel yang lebih besar, sehingga dimungkinkan terjadinya generalisasi yang Iebih luas dan meyakinkan yang pada gilirannya dapat memperkaya dan memperkukuh hasil penelitian ini.
This research was aimed to analyze the influence of service toward taxpayers' obedience at Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Cikarang Satu. Grand theory used for service variable was Zeithaml, Parasuraman, & Berry (1990) which covered several dimensions such as: physical evidence, reliability, responsiveness, assurance, and empathy, whereas theoretical foundation for obedience variable was Salamun AT theory which included several aspects such as: and reporting. Quantitative approach and correlation design were deployed by participating 100 samples obtained from simple random sampling technique. Documents analysis and valid and reliable questionnaires were used to get data. Rank Spearman and Spearman Brown were utilized as validity and reliability testing. Obtained data then were analyzed using Rank Spearman Correlation and f-test with SPSS Ver. 12. Descriptive analysis indicated that service at KPP Cikarang Satu was in good condition, whereas taxpayers' obedience relatively low. Moreover, hypothesis testing showed that there was positive and significant correlation between service and obedience of taxpayers (0.7). Based on this condition, service performance of KPP Cikarang Satu needs improving continuously which covers all indicators such as physical evidence, reliability. responsiveness, assurance, and empathy focused on factors which its implementation not in good condition, for example: early professionally service to taxpayers and the personal attention of tax officers; and it takes further research with similar approach but implemented in different research objects using bigger sample size, so that generalization will be broader which lead to the improvement of this field of research.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21586
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lathiefa Rusli
Abstrak :
ABSTRAK
Nama : Lathiefa RusliProgram Studi : Magister ManajemenJudul : Pengembangan Budaya Organisasi pada PT. Anugrah Bersama Sejahtera Dinamika perubahan lingkungan yang sangat cepat memaksa perusahaan untuk melakukan perubahan strategi agar dapat bertahan terhadap lingkungan yang baru. Perubahan ini dirasakan oleh PT. Anugrah Bersama Sejahtera, perusahaan manufaktur yang belum memiliki budaya organisasi. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi nilai ndash; nilai budaya yang sebaiknya dibentuk PT. Anugrah Bersama Sejahtera. Penelitian dilakukan dalam bentuk kegiatan business coaching dengan pendekatan observasi langsung kepada perusahaan. Hasil dari penelitian ini menyarankan bahwa PT. Anugrah Bersama Sejahtera sebaiknya menciptakan nilai budaya organisasi berupa tanggung ndash; jawab, jujur, patuh, dan tolong ndash; menolong. Kata kunci: Business coaching, budaya organisasi, tanggung ndash; jawab, jujur, patuh, tolong ndash; menolong
ABSTRACT
AbstractName Lathiefa RusliStudy Program Magister of ManagementTitle The Development of Organizational Culture in PT. Anugrah Bersama Sejahtera The rapid change of environment forces companies to be able to improve a new strategy in order to survive in the new environment. This change is also experienced by PT. Anugrah Bersama Sejahtera, the manufacture company, which had not have organizational culture. The purpose of this research is to identify a number of cultural values which must be carried out PT. Anugrah Bersama Sejahtera. The research is carried out using business coaching activity with direct observation approach to the company. The result of this research shows that PT. Anugrah Bersama Sejahtera should create some values of organizational culture such as responsibility, honesty, obedience as well as help.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Armini Hadriyati
Abstrak :
Makanan adalah salah satu bahan pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan bangsa serta mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional. Karena itu masyarakat harus dilindungi keselamatan dan kesehatannya dari ancaman makanan yang tidak memenuhi syarat. Diantara makanan yang tidak memenuhi syarat adalah makanan daluwarsa yaitu makanan yang telah lewat tanggal daluwarsa atau telah lewat batas akhir suatu makanan dijamin mutunya, sepanjang penyimpanannya mengikuti petunjuk yang diberikan oleh produsen. Kepatuhan pemilik sarana penjual makanan minuman terhadap peraturan Menteri Kesehatan tentang makanan daluwarsa seringkali menimbulkan masalah dalam peredaran makanan karena dengan masih banyaknya ditemukan makanan daluarsa di lokasi penjualan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang tingkat kepatuhan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilik sarana penjual makanan minuman terhadap peraturan tentang makanan daluwarsa di propinsi Jambi tahun 2001. Penilaian terhadap kepatuhan dilakukan terhadap 105 pemilik sarana penjual makanan minuman. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pemilik sarana penjual makanan minuman yang ingin diketahui terdiri dari pendidikan, pengetahuan, sikap terhadap peraturan tentang makanan daluwarsa, faktor pendukung yaitu penyuluhan peraturan tentang makanan daluwarsa dan faktor pendorong pengawasan dan sanksi. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif menggunakan rancangan potong lintang (Cross Sectional). Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan proporsi kepatuhan pemilik sarana penjual makanan minuman cukup rendah (50%) dan faktor yang berhubungan secara bermakna dengan kepatuhan terhadap peraturan tentang makanan daluwarsa adalah faktor sikap dan pengetahuan pemilik sarana penjual makanan minuman. Dari hasil penelitian disarankan pada pihak pemerintah yaitu balai POM Jambi supaya metode penyuluhan atau pembinaan yang dilakukan secara komprehensif sehingga pengetahuan terhadap peraturan dapat lebih ditingkatkan. Frekuensi pengawasan lebih ditingkatkan dan juga memberikan sanksi yang lebih keras terhadap pelanggaran yang telah dilakukan secara berulang-ulang.
The Factors that Related to the Obedience of Foods and Beverages Seller on the Regulation of Expired Date Foods in Jambi Province, 2001 Food is one of the basic commodities for the growth of the nation and having an important role in national development.. So they should be protected from the threat of their health and also the foods which so not fulfil safety and quality requirement. Among the foods that which so fullfil safety and quality requirement are date marking the foods used over than the date that best for used or it had been expired date to be used in guaranteed quality, and as long as they stored that stated in the producers instruction. The obedience of foods retail seller to the regulation of the Minister of Health on date marking often rises problem in distributing them, since there were still found lot of expired foods in market place. The objective of this study was to identify the description of the obedience level and the factors that related to foods retail seller on the regulation of date marking in Jambi Province, 2001. The assessment of the obedience was conducted to 105 retail sellers of foods and beverages. The factors that related to the obedience of foods retail seIIers which to be identified among others education, knowledge, attitude to the regulation on expired food, supporting factor was education of regulation on date marking and encouraging factors were controlling and sanction. This study used quantitative approach, and the study design was cross sectional. The data was analysis by univariate, bivariate and multivariate. The result of this study showed that the proportion of the obedience foods retail seller was enough low (50%) and the factors that significantly related to the obedience of the regulation on date marking was attitude and knowledge of the foods retair seller. Referring to the result of this study, it is recommended to the government, e.i. The Center for Drug and Food Control, Jambi should give education and extension comprehensively, so the knowledge to the regulation on date marking can be improved. The frequency of controlling should be improved and also giving harder sanction to who trespasser that it was done in several times.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T2431
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamdani Oesman
Abstrak :
Program penanggulangan tuberkulosis paru dengan strategi Directly Obserbved Treatment Short course Chemotheraphy (DOTS) secara nasional telah memberikan hasil yang baik, dimana angka konversi pada fase awal sebesar 81,1%. Hal ini berarti lebih besar dari target nasional untuk angka konversi pada fase awal sebesar 80,0%. Di Propinsi Daerah Istimewa Aceh angka konversi fase awal 59,6%, sedangkan di Kabupaten Aceh Utara angka konversi pada fase awal masih 53,0%. Ketidakteraturan berobat merupakan salah satu penyebab kegagalan program penanggulangan TB Paru.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kepatuhan berobat penderita TB Paru dan faktor-faktor yang berhubungan. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Aceh Utara.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel penelitian adalah seluruh penderita TB Paru (total populasi) yang berobat sejak 1 Januari 1999 sampai dengan 31 Mei 1999 sebanyak 96 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh penderita TB Paru di Kabupaten Aceh Utara yang patuh (57.3%) dan yang tidak patuh (42.7%).

Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor pengawas menelan obat, keterjangkauan jarak (jarak dari rumah ke Puskesmas) dan kejelasan isi penyuluhan mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kepatuhan berobat.

Penelitian ini menyarankan untuk mengatasi masalah jarak, biaya dan transportasi maka perlu dilakukan pemberian obat TB Paru melalui bidan di desa setelah pemeriksaan pertama dilakukan di Puskesmas dan kepada bidan desa tersebut diberi pelatihan khusus mengenai program TB Paru demi kelangsungan dan keberhasilan pengobatan. Penelitian ini juga menyarankan dalam memberikan penyuluhan pada penderita perlu adanya kejelasan materi yang disampaikan dan memberi kesempatan pada penderita atau keluarganya yang ditunjuk sebagai pengawas menelan obat (PMO) untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas mengenai penyakit tersebut sehingga mereka mendapat informasi yang jelas.
Factors related to patient obedience of pulmonal tuberculosis treatment in North Aceh District, on 1999
The pulmonal tuberculosis treatments by DOTS strategy have made a good result with conversion at the first phase around 81.1%. The percentage of conversion in Aceh Province is only around 59.6%. Furthermore, in North Aceh district the conversion is only 53.0%. The unsuccessful result on the treatment of pulmonal tuberculosis disease can be caused by undisciplinary attitude of the patient in observing the treatment program.

The aim of this research was to describe the patient compliance in tuberculosis treatment program and related factors in North Aceh District.

The research design was a cross sectional study. Samples were all of TB patients in North Aceh District and sampling method was a total sampling with 96 patients as respondents.

Result of the research showed that there were 57.3% patient complied with the treatment and 42.78% did not.

This study also concluded that the treatment supervisor, distance from the patient house to Health Center, and clear information are significantly related to the compliance.

This study recommend (1) to train and utilize midwife in village as medical supervisor,; (2) provide clear information about the disease to the patients or their relatives as treatment supervisor and discuss everything until they understand about the disease.
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T5319
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>