Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Akhmad Yani Suryana
Abstrak :
Suksesnya pembangunan kesehatan dan gizi yang dilaksanakan Indonesia telah dapat menurunkan masalah gizi yang dihadapi secara bermakna. Tetapi suksesnya pembangunan tersebut mengakibatkan pula perubahan pola penyakit yang ada di Indonesia. Penyakit infeksi dan kekurangan gizi terlihat berkurang, sebaliknya penyakit degenaratif dan penyakit kanker meningkat. Peningkatan kemakmuran ternyata diikuti oleh perubahan gaya hidup. Pola makan terutama di kota-kota besar bergeser dari pola makan tradisional yang banyak mengkonsumsi karbohidrat, sayuran dan serat ke pola makanan masyarakat barat yang komposisinya terlalu banyak mengandung lemak, protein, gula dan garam tetapi miskin serat. Sejalan dengan itu pada beberapa tahun terakhir ini mulai terlihat peningkatan angka prevalerisi kegemukan/obesitas pada sebagian penduduk Indonesia terutama di kota-kota besar, yang diikuti pula pada akhir-akhir ini di pedesaan. Kelebihan gizi dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi dan penyakit batu kandung empedu. Salah satu faktor yang berperan adalah adanya kebiasaan makan-makanan trendi, makan-makan berlemak. Disamping itu faktor aktivitas fisik juga berperan dalam mengatur kebutuhan energi, dalam hal ini menyangkut aktivitas pekerjaan dan aktivitas olah raga. Selain itu faktor-faktor lain yang berperan adalah umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya masalah status gizi lebih dan faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi lebih pada orang dewasa di Kota Bogor. Desain penelitian ini adalah "cross sectional" dengan memanfaatkan data sekunder hasil pengumpulan data status gizi pada orang dewasa yang dilakukan oleh Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Bogor tahun 1997. Kemudian data yang diperoleh dianalisa baik secara bivariat maupun multivariat dengan menggunakan regresi logistik antara faktor risiko (kebiasaan makan-makanan trendi. kebiasaan makan-makanan berlemak, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan olah raga) dengan status gizi lebih pada orang dewasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi status gizi lebih orang dewasa di Kota Bogor adalah sebesar 23,88% (klasifikasi Depkes). Berdasarkan hasil analisis bivariat faktor risiko yang mempunyai hubungan bermakna antara lain : kebiasaan makan-makanan trendi. kebiasaan makan-makanan berlemak, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan. Dari hasil analisis model multivariat dengan memasukkan secara bersama-sama semua faktor risiko yang diduga mempunyai hubungan dengan status gizi lebih pada orang dewasa. dapat diketahui ada tiga faktor risiko yang berhubungan dengan status gizi lebih pada orang dewasa yaitu, kebiasaan makan-makanan trendi, umur dan jenis kelamin. Selanjutnya dari analisis model regresi menunjukkan bahwa proporsi status gizi lebih orang dewasa di Kota Bogor pada kelompok orang dewasa yang berumur 30-39 tahun kejadiannya 2,96 kali lebih tinggi, 40-49 tahun kejadiannya 5,01 kali lebih tinggi, 50-59 tahun kejadiannya 3,91 kali lebih tinggi, 60-65 tahun kejadiannya 2,73 kali lebih tinggi. dibandingkan kelompok umur < 30 tahun. Selain itu juga dapat diketahui hasil dari analisis model regresi bahwa proporsi status gizi lebih orang dewasa di Kota Bogor pada kelompok yang jarang mengkonsumsi makan-makanan trendi 1,31 kali lebih tinggi dan yang sering mengkonsumsi makan-makanan trendi kejadiannya 2,97 kali lebih tinggi, dibandingkan dengan kelompok yang tidak pernah mengkonsumsinya. Sementara itu proporsi status gizi lebih orang dewasa pada kelompok orang dewasa yang berjenis kelamin perempuan 2,29 kali lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Terdapat interaksi faktor kebiasaan makan-makanan trendi dengan jenis kelamin dalam kaitannya dengan status gizi lebih pada orang dewasa di Kota Bogor . Dimana pada kelompok perempuan yang jarang(1-4 kali/bulan) mengkonsumsi makan-makanan trendi proporsi status gizi lebilmya kemungkinannya 0,73 kali dari kelompok laki-laki yang jarang mengkonsumsinya. Demikian pula proporsi status gizi lebih orang dewasa pada kelompok perempuan yang sering mengkonsumsi makan-makanan trendi kemungkinannya 0,32 kali dari kelompok laki-laki yang sering mengkonsumsinya. ......Factors Related to the Status of Excess of Nutrition on Adults in Bogor in 1997 (Analysis of Secondary Data)The success on health and nutrition development program carried out has been able to decrease nutritious problem that is faced by Indonesian significantly. However, the development also results in changing disease pattern that exists in Indonesia. Infectious disease and malnutrition seems decreased, on the contrary the generative and cancer diseases increased. The increasing of prosperity is followed by the changing of life style. The pattern of having food especially in the big cities moves from a traditional food pattern that consumes a lot of carbohydrate, vegetables and fiber into having a western food pattern that consumes a lot of fat, protein, sugar and salt but consumes less fiber. As consequences, the increase of over weight prevalent value can be seen in recent years in many part of Indonesia, especially in the big cities and also followed by the villages recently. Excess in nutrition can cause various health problems such as coronary heart, diabetes, hypertension, and gall stone. One factor which plays role is a habit of consuming trend food and fat food. Moreover, physical activity factor also plays role in regulating energy need which includes work and exercise activity. Besides that, other factors that plays role are age, gender and education level. The purpose of this research is to know the problems of excess of nutrition status and its related factors on the adults in Bogor. This research design is "cross sectional" by utilizing secundary data on nutritional status of adults. This data collected by Directorate for the Establishment of Nutrition for Community (Direktorat Bina Gizi Masyarakat), Health Department (Departemen Kesehatan) Republic of Indonesia and Health Service Bogor in 1997. The collected data was analyzed by either ` bivariat" or "multivariat" using "Logistic Regression" between risk factors (habit of having trend food, habit of having fat food, age, gender, education level, type of jobs and exercise) and excess of nutrition status of the adults. The result shows that the excess of nutrition status prevalent of adults in Bogor is 23,88% (Depkes' classification). According to the analysis of "Bivariat" model, the risk factors which have significant relation are: habit of having trend food, habit of having fat food, ages, gender, education levels, and type of jobs. From the analysis of "multivariat" model using all of the risk factors that are assumed has =elation with the excess of nutrition status of adults, found that there are three risk factors related to the excess of nutrition status of the adults. The three risk factors are habit of having trend food, ages and gender. Further more, regression analysis model shows that the proportion of excess of nutrition status of the adults in Bogor compare to the group of people with less than 30 years old are as follows: - Group with the age between 30 and 39 is 2.96 higher, - Group with the age between 40 and 49 is 5.01 higher, - Group with the age between 50 and 59 is 3.91 higher, and - Group with the age between 60 and 69 is 2,73 higher. Besides that, the regression analysis model also shows that: - the proportion of excess to nutrition status of the adults in Bogor for a group of people that seldom consumed trend food is 1.31 higher compare to that of group that never consumed trend food, and The group that often consumed trend food is 2.97 higher compare to that of group that never consumed trend food. Meanwhile the proportion of excess of nutrition status of the female adults is 2.29 higher than male adults. There is interaction between the habit of having trend food factor and gender that is related to excess of nutrition status of the adults in Bogor. The female group that seldom (1-4 times/month) consumed trend food; the proportion of their excess of nutrition status is 0.73 more than the male group that seldom consumed it. The proportion of excess of nutrition status of the female adults that often consumed trend food is 0.32 higher than the male group that often consumed trend food.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T8370
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Umar
Abstrak :
Masalah kesehatan dan gizi tersebut semakin buruk akibat dampak dari krisis ekonomi yang berkepanjangan melanda Indonesia sejak tahun 1997 yang mengakibatkan masyarakat mengalami kesulitan dalam upaya memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk menyediakan makanan yang bergizi baik( secara kualitas maupun kuantitas, diantaranya sumber vitamin A. Salah satu ketidakmampuan masyarakat dalam menyediaan makanan yang bergizi khususnya makanan yang mengandung vitamin A dalam waktu lama dapat mengakibatkan kurang vitamin A (KVA). Kurang vitamin A banyak terjadi pada anak-anak, ibu hamil dan ibu nifas. Kekurangan asupan vitamin A pada ibu nifas akan mempengaruhi penurunan daya tahan tubuh bayi sehingga mudah terserang penyakit yang berpengaruh pada status gizi. Konsumsi kapsul vitamin A Basis tinggi pada ibu nifas memberi manfaat pada ibu dan bayi yang disusuinya, merupakan sumber anima vitamin A bagi bayi sampai umur enam bulan pertama, dapat menurunkan penyakit rabun senja, mencegah kebutaan, menurunkan mortalitas sampai 40%, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit ISPA, diare, dan campak, dan meningkatkan pertumhuhan hayi. Hasil laporan Dinas Kesehatan Kota Pariaman tahun 2004 didapatkan hahwa masih rendahnya konsumsi kapsul vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas (58,6%), masih banyak kasus gizi buruk pada bayi (5,1%) dan masih tinggi kejadian penyakit infeksi pada bayi seperti ISPA (11,3%) dan diare (6,1%). Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi kapsul vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas terhadap status gizi bayi 3 bulan di Kota Pariaman. Sasaran dalam penelitian adalah 148 ibu nifas dengan bayi berumur tiga bulan, 30 orang bidan yang menolong persalinan pada ibu nifas yang menjadi sampel. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, pengukuran, kunjungan rurnah. Jenis penelitian adalah cross sectional dengan menggunakan data primer. Teknik analisa data adalah analisa univariat, bivariat dan multivariat dengan menggunakan uji khi kudrat dun uji regresi logistik ganda. Berdasarkan analisa univariat diperoleh basil bahwa ibu nifas yang mengkonsumsi kapsul vitamin A dosis tinggi (48,0%), bayi dengan status gizi kurang (8,8%), status gizi buruk (0,7%), status gizi kurus (12,2%) dan status gizi sangat kurus (8,8%). Analisa bivariat diperoleh basil bahwa terdapat perbedaan proporsi variabel umur ibu nifas, pengetahuan ibu nifas tentang kapsul vitamin A dosis tinggi dan pengetahuan bidan tentang kapsul vitamin A dosis tinggi dengan konsumsi kapsul vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas. Analisa multivariat diperoleh basil bahwa faktor yang paling dominan terhadap konsumsi kapsul vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas adalah pengetahuan bidan tentang kapsul vitamin A dosis tinggi dan faktor yang paling dominan terhadap status gizi bayi (BB/PB) adalah diare. ......Those health and nutrition problem are getting worse because the impact of endless economy crisis in Indonesia since 1997 that caused society experience difficulty in fulfilling daily needs, include providing good quality and quantity foods, such as vitamin A source. One of the society incapability in providing nutritious foods especially with vitamin A in a long period may cause avitaminosis A (KVA). Avitaminosis A mostly happens in children, pregnant mother and childbirth mother. Avitaminosis A in childbirth mother cause decreasing of baby endurance that may cause baby affected by disease easily, which affect nutrition status. Consumption of high dose vitamin A for childbirth mother give benefit to mother and baby that they feed, as main source of vitamin A for baby until six month, may decrease xeropthalmia disease, blindness, decrease mortality to 40%, increase endurance against ISPA disease, diarrhea, and measles and increasing baby growth. Report result from Health Agency of Pariaman City year 2004 is the consumption of high dose vitamin A still low in childbirth mother (58,6%), there's still many malnutrition cases in baby (5,1%) and high rate of infection disease on baby like ISPA (11,3%) and diarrhea (6,1%). This research aim o find the factors that related to consumption of high dose vitamin A on childbirth mother toward 3 month baby nutrition status in Pariaman City. Targets in this research are 148 childbirth mothers with 3-month baby, 30 midwife that help childbirth mother who used as sample. Data gathering technique through interview, measuring, and house visit. Research genre is cross sectional by using primary data. Data analysis technique is univariate, bivariate and multivariate by using chi square test and double logistic regression test. Based on univariate analysis obtained result that childbirth mother who consume high dose vitamin A capsule (48,0%), baby with malnutrition status (8,8%), poor nutrition status (0,7%), skinny nutrition status (12,2%) and very skin nutrition status (8,8%). From bivariate analysis obtained result that there's difference in proportion of childbirth mother variable, childbirth mother knowledge toward high dose vitamin A capsule and midwife knowledge about high dose vitamin A capsule with consumption of high dose vitamin A capsule on childbirth mother. From multivariate analysis obtained result that the most dominant toward consumption of high dose vitamin A capsule on childbirth mother is midwife knowledge in high dose vitamin A capsule and the most dominant factor toward baby nutrition status (BW/BH) is diarrhea.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T 20081
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusmiati Dwi Rohanawati
Abstrak :
ABSTRAK
Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini difokuskan pada siklus kehidupan dimulai
dari hamil sampai dengan lansia yang dikenal dengan Continuum of Care. Pada
pelaksanaan Rapat Kerja Kesehatan Nasional tahun 2018 disepakati tiga upaya
kesehatan di antaranya adalah penangan tuberkulosis, pencegahan stunting, dan
imunisasi. Ada beberapa faktor yang saling berhubungan dengan kejadian stunting salah
satunya adalah faktor kesehatan gigi dan mulut pada balita. Tujuan dari penelitian ini
yaitu untuk mengetahui analisis kejadian karies white spot dan hubungannya dengan
status gizi di puskesmas purwadadi kabupaten ciamis 2019. Penelitian menggunakan
metode mixed methods dengan disain Cross secsional dan eksplenatory yang didahului
analisis data kuantitatif pada 36 balita dan dilanjutkan dengan wawancara mendalam
kepada informan. Variabel independen penelitian yaitu umur balita, jenis kelamin,
asupan asi eklusif, susu formula, umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan
keluarga, pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, dan sarana fasilita. Variabel kovariat
yaitu karies white spot dan variabel dependen yaitu status gizi balita. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kejadian karies white spot pada balita
yaitu umur dan konsumsi susu formula. Tidak Ada hubungan antara karies white spot
dengan status gizi pada balita. Namun, faktor risiko balita dengan karies white spot
mempunyai peluang 1,12 kali mengalami status gizi tidak normal. Dari hasil wawancara
menyatakan bahwa setiap kasus yang terjadi di lapangan diwajibkan melapor dan
berkoordinasi antar petugas untuk tindakan selanjutnya. Pemberian edukasi secara
konseling dilakukan secara berkesinambungan.
ABSTRACT
Health development in Indonesia is currently focused on the life cycle starting from
pregnancy to the elderly, known as Continuum of Care. At the implementation of the
National Health Work Meeting in 2018 it was agreed that three health efforts included
tuberculosis treatment, stunting prevention, and immunization. There are several factors
that are interrelated with the incidence of stunting, one of which is dental and oral health
factors in infants. The purpose of this study was to determine the analysis of the
incidence of white spot caries and their relationship with nutritional status in Purwad
Puskesmas in Ciamis District 2019. The study used mixed methods with cross-sectional
and explanatory designs which were preceded by quantitative data analysis in 36 infants
and continued with in-depth interviews with informants . The independent variables of
the research are toddler age, sex, exclusive breastfeeding, formula milk, mother's age,
mother's education, mother's occupation, family income, maintenance of dental and oral
health, and facility facilities. The covariate variable is white spot caries and the
dependent variable is the toddler's nutritional status. The results of this study stated that
the factors that influence the incidence of white spot caries in infants are age and
consumption of formula milk. There is no relationship between white spot caries and
nutritional status in infants. However, risk factors for infants with white spot caries have
a 1.12 times chance of experiencing abnormal nutritional status. The results of the
interviews stated that each case that occurred in the field was required to report and
coordinate between officers for further action. The provision of counseling education is
carried out on an ongoing basis.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanti Rachmawati
Abstrak :
Penelitian ini berusaha mengungkap pengaruh faktor kemiskinan terhadap status gizi balita di Propinsi Jawa Barat, dengan membahas beberapa faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap status gizi balita di Propinsi Jawa Barat. Data yang digunakan adalah data IFLS 4 (Indonesian Family Life Survey) tahun 2007 yang dilaksanakan oleh RAND, Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM dan Badan Survey METRE. Penelitian ini menggunakan kerangka teori dengan pcndekatan model Gary Becker yang menyatakan bahwa fungsi permintaan status gizi balita melingkupi vektor karakteristik balita, rumah tangga dan lingkungan masyarakat. Pengolahan data dilakukan, pertama dengan menggabungkan data rumah tangga dari Modul K dan data kesehatan anak dari Modul USI. Kedua, dilakukan penghitungan z-score (BB/U) balita. Ketiga, dilakukan analisis dengan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor sosial ekonomi terhadap status gizi balita di Propinsi Jawa Barat tahun 2007. Dari hasil regresi diketahui bahwa faktor kemiskinan, pengeluaran rumah tangga perkapita, tingkat pendidikan orang tua, kunjungan anak ke posyandu, frekuensi makan, sanitasi, air minum dan area tempat tinggal balita, berpengaruh terhadap status gizi balita. Kebijakan yang direkomendasikan dari penelitian ini adalah perlunya kebijakan pro masyarakat miskin yakni: peningkatan kualitas dan aksesibilitas layanan kesehatan bagi masyarakat miskin melaiui peningkatan fungsi dan kinerja Posyandu, pengadaan jaminan sosial bagi masyarakat miskin, perluas kesempatan kerja, perluas kesempatan untuk akses pendidikan, peningkatan kualitas sanitasi Iingkungan dan air bersih untuk minum dan keperluan lainnya. ......This study attempts to reveal the affect of poverty to child nutrition status in West Java Province by examining socioeconomic factors. The data that being used is data from IFLS 4 (Indonesian Family Life Survey) 2007, conduct by RAND, Population Research UGM and METRE. The theoritical framework underpinning this empirical approach is a model from Gary Becker, the production of nutrition depends on a set of inputs, a series of endogenous individual characteristics, a vector of household and community characteristics. The data is processed, first by combining household data from Module K and child health data from Module USI. Second, the z-score is constructed using a nutrition index based on weight for age. Third, the child nutrition status is regressed with the socioeconomic factors using Ordinary Least Square (OLS) method. Regression result shows a significant effect of poverty effect, per capita household expenditure, years of parent education, child visit to posyandu, food frequency, sanitation, drinking water and area in which the child lives. Policy recommendations from this study are the need of pro poor policies: improving the quality and accessibility of posyandu as health facility, social security forthe poor, poverty reduction in rural area, increasing access to education, improving the quality of sanitation and water.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T33979
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Septiana Wulandari
Abstrak :
Saat ini usia menarche remaja putri di Indonesia lebih cepat dibanding beberapa waktu lalu, hal tersebut dapat dipengaruhi berbagai faktor. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan status gizi dan aktivitas fisik dengan usia menarche. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif. Sampel penelitian yakni 87 remaja putri kelas 5 dan 6 sebuah sekolah dasar (SD), serta kelas 1 dan 2 sebuah sekolah menengah pertama (SMP) di Jakarta Timur yang diambil dengan menggunakan teknik cluster sampling. Kuesioner penelitian ini meliputi usia menarche, status gizi, dan aktivitas fisik. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan status gizi dengan usia menarche, tetapi usia menarche berhubungan dengan aktivitas fisik. Peneliti merekomendasikan untuk memberikan informasi tentang menarche kepada masyarakat dan mempersiapkan ibu jika anaknya mengalami menarche yang lebih cepat.
Nutritional Status, Physical Activity and the Age of Menarche of Female Adolescence. Empirical surveys have found that the age of menarche among female adolescent in Indonesia seems faster. The purpose of the study was to determine the relationship between nutrition status and physical activity with age of menarche in female adolescent. This study employed a descriptive correlative design. The sample were 87 girls in 5th and 6th grade of elementary school and also 1st and 2nd grade of junior high school in East Jakarta selected using cluster sampling technique. The results showed that there was no relationship between nutrition status and age of menarche, and there was relationship between physical activities with age of menarche. It is suggested that information about menarche should be provided to the community and to prepare the mothers if their child experiences menarche faster.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
610 JKI 16:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zaenal Arifin Tanaya
Abstrak :
Pada dekade belakangan ini populasi lanjut usia meningkat di negara-negara sedang berkembang, yang awalnya hanya terjadi di negara maju. Demikian halnya di Indonesia populasi lanjut usia juga mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut disertai dengan peningkatan prevalensi status gizi lebih, yang kemungkinan disebabkan oleh rendahnya aktivitas fisik. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Studi Evaluasi Program Kesehatan Usia Lanjut di Puskesmas DKI Jakarta tahun 1997, yang merupakan kerja sama Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dengan Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara aktifitas fisik dengan status gizi lebih pada lanjut usia di Jakarta Barat. Penelitian menggunakan Rancangan Potong Lintang (cross sectional) dengan pengambilan sampel secara kluster berdasarkan PPS (probability proportional to size). Sampel adalah lanjut usia yang berumur 55 tahun atau lebih sebanyak 120 orang. Faktor dependen yang dipilih adalah status gizi lebih, sedangkan faktor independen adalah aktivitas fisik. Untuk melihat pengaruh faktor konfonding, maka diuji faktor-faktor umur, jenis kelamin, status kawin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, status kesehatan, tingkat ekonomi, konsumsi energi dan kebiasaan merokok terhadap kemaknaan variabel tersebut. Data dianalisis dengan analisis univariat dan bivariat, serta diuji korelasi antar variabel dengan uji Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi status gizi lebih lanjut usia adalah sebesar 44.2%. Prevalensi lanjut- usia dengan aktivitas fisik tingkat ringan sebesar 51.7%, sisanya dengan aktivitas fisik tingkat berat. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan status gizi lebih. Setelah dilakukan pemisahan aktivitas fisik menjadi aktivitas kerja, aktivitas olahraga dan aktivitas waktu luang, ternyata terdapat hubungan antara aktivitas waktu luang dengan status gizi (Indek Masa Tubuh) yang dikontrol faktor wanita, faktor umur 55-59 tahun, faktor pendidikan SMU keatas serta faktor lanjut usia yang mempunyai 3 atau lebih keluhan sakit, menunjukkan hubungan yang bermakna. Kemudian model regresi linier dengan cara dilakukan analisis regresi liner serta dilakukan uji koefisien korelasi parsial yang akan mengetahui faktor yang lebih kuat hubungannya, hasil menunjukkan hanya faktor wanita yang berperan dalam model tersebut. Sebagai saran bagi perencana program pembinaan peningkatan kesehatan lanjut usia adalah: Pola aktivitas pada waktu luang perlu dilakukan perubahan intensitasnya terutama bagi lanjut usia wanita. ......Relationship between Physical Activity and Elderly Nutritional Status under Community Health Center Management in West Jakarta in 1997During the last decade, population of the elderly in developing countries including Indonesia has increased due to the improvement of social welfare. Many cases indicated that most elderly people were in malnourished condition that caused the overweight or even obesity. Some studies reported that the elderly people were also lack of physical activities. This research is aimed to identify the relationship between the physical activities and the overweight status of the elderly in west Jakarta. The research used the secondary data from the Evaluation Studies on the Elderly Health Program in the Public Health Center in Jakarta during 1997. The studies were carried out by Public Health Faculty The University of Indonesia as a joint worked with Jakarta Health Office. The secondary data were taken by cluster sampling through PPS (Probability Proportional to Size) includingmen and women of the age 55 or above. The sample size was 120 persons. The dependent factor was over weight status, and the independent factor was the physical activity. The confounding factors were considered include sex, age group, marital status, education level, health condition, and energy consumption. Data were analyzed using univariate and bivariate correlation test (spearman test). The results showed that the proportion of elderly with overweight was 44.2 % and with the physical activity was 51.7 %. The result of bivariate analysis showed that there was no meaningful correlation between physical activity and overweight status. After categorizing the physical activity became to work activity, sport activity and leisure time activity it was shown that there was the meaningful correlation between the leisure time activity and the nutritional status (body mass index) after controlling with age of 55-59, high school education and over and the elderly with 3 and over illness complaints. Further more, the multiple liuier regression analysis that in stages made the model also it used the partial correlation coefficients test to the strength correlation. The result showed that only women factor was activity. Suggestions for action on planning the program of elderly health improvement are activity leisure time pattern need for the improvement the intensity of the women elderly.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Boenjamin
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara status gizi dengan tahap erupsi molar pertama tetap. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan status gizi dengan tahap erupsi seluruh gigi tetap. Selain itu juga diharapkan dapat digunakan untuk melihat gambaran status gizi anak di masa lalu. Status gizi dinilai secara antropometri berdasarkan simpang baku terhadap median dari pengukuran tinggi badan menurut umur sesuai baku WHO-NCHS. Tahap erupsi yang digunakan adalah lima tahap erupsi permukaan oklusal molar pertama tetap menurut kriteria Sato. Tahap satu dimulai sejak terlihatnya sebagian permukaan tonjol mesiobukal dan mesiolingual, sedangkan pada tahap lima seluruh permukaan oklusal sudah terlihat, termasuk tepi distal. Penelitian dilakukan pada 575 anak umur 5-8 tahun pada Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar di DKI Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa molar pertama tetap lebih cepat erupsi pada anak dengan status gizi tinggi dibandingkan
dengan status gizi lebih rendah (t=3,599, df = 23, p = 0,05). Ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan tahap erupsi molar pertama tetap (r = 0.1972, p = 0,05).
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruby Chahya
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui hubungan cheilitis angularis dan status gizi yang terjadi pada anak sekolah dasar di kecamatan Pacet kabupaten Cianjur. mengingat hingga kini belum ada laporan mengenai hal tersebut. Penelitian dilakukan pada anak sekolah dasar yang berumur 5-15 tahun. yang berasal dari 3 sekolah dasar yang dipilih secara acak sederhana dari 10 sekolah dasar yang ada di kecamatan tersebut. Selanjutnya dari 3 sekolah dasar terpilih 315 anak yang merupakan sampel yang diperoleh secara acak sistematis. Pemeriksaan klinis cheilitis angularis dilakukan dibawah penerangan sinar matahari langsung, dan penentuan status gizi dilakukan secara antropometrik. Hasilnya ditemukan 85 anak yang menderita cheilitis angularis. Persentase cheilitis angularis tertinggi didapatkan pada kelompok umur 6-7 tahun dan menurun sejalan dengan peningkatan umur. Cheilitis angularis ditemukan lebih banyak pada pria {65%) daripada wanita (35%). Dari 85 anak yang menderita cheilitis angularis. 47 anak didapatkan dengan status gizi kurang dan 38 anak dengan status gizi baik dengan X2 hitung pada α 0.05. dk1=6.29. Sedangkan hubungan keparahan dan status gizi didapatkan X2 hitung pada α 0.05. dk3=0.05. Dapat disimpulkan penelitian ini memperlihatkan adanya hubungan terjadinya cheilitis angularis dan status gizi. tetapi tidak ditemukan adanya hubungan keparahan cheilitis angularis dan status gizi.
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fery Fadly
Abstrak :
Kegemukan dan obesitas dapat terjadi pada setiap strata ekonomi dan usia sebagai faktor penyebab PTM. Masalah status gizi lainnya seperti stunting atau pendek memiliki pengaruh pada prestasi belajar anak. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan upaya preventif mengatasi masalah status gizi anak di sekolah dengan meningkatkan kesadaran status gizi siswa. Sulitnya mendapatkan data kesehatan siswa dikarenakan belum adanya pencatatan kesehatan setiap siswa. Pencatatan yang masih manual oleh Puskesmas hanya terkait jumlah status gizi siswa, sehingga cukup sulit melakukan pemantauan siswa yang memiliki masalah kesehatan. Rancangan sistem informasi usaha kesehatan ini dibuat sebagai alat untuk melakukan pemantauan status gizi siswa SD dan membantu menentukan rencana kegiatan selanjutnya. Penelitian ini menggunakan metode prototipe untuk mengembangkan rancangan sistem informasi UKS. Keterlibatan pengguna dalam pengembangan sistem informasi ini untuk menyesuaikan dengan kebutuhan informasi. Proses pengumpulan informasi dilakukan dengan melaksanakan kegiatan wawancara kepada pihak yang terlibat secara langsung dengan pelaksanaan kegiatan uks. Hasil informasi yang ada kemudian digunakan untuk analisis untuk membuat rancangan sistem informasi usaha kesehatan sekolah. Informasi ditampilkan dalam bentuk grafik masalah status gizi siswa di sekolah dan data status gizi setiap siswa. Sistem ini dapat diakses secara daring (online) untuk melihat kebutuhan informasi setiap pengguna. Harapannya sistem ini dapat diterapkan sehingga dapat membantu dalam melakukan pemantauan status gizi siswa di tingkat sekolah dasar. Selain itu juga diharapkan adanya pengembangan sistem ini lebih lanjut dengan menambahkan informasi yang terkait. ...... Overweight and obesity can occur in any strata of economy and age as a factor causing NCD. Other nutritional status problems such as stunting have an influence on children's learning achievement. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) is a preventive effort to overcome the problem of nutritional status of children in school by raising awareness of nutritional status of students. Difficult to get student health data due to the absence of health record of each student. The manual recording by the Puskesmas is only related to the number of nutritional status of the students. The design of this health information system was created as a tool for monitoring the nutritional status of elementary students and helping to determine the next activity plan. This research uses prototype method to develop UKS information system design. The involvement of users in the development of this information system to adjust to the information needs. The process of gathering information is done by conducting interviews to the parties directly involved with the implementation of UKS activities. The results of the later information were used for the analysis to make the school health business information system design. Information is displayed in graphical form of the problem of nutritional status of students in school and data of each student's nutritional status. This system can be accessed online to see the information needs of each user. The hope of this system can be applied so that it can assist in monitoring the nutritional status of students at the primary school level. It is also expected that the development of this system further by adding related information.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49915
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>