Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Luciana B. Sutanto
Depok: Universitas Indonesia, 2010
D1524
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Rahmadi
"Tujuan penelitian uji klinik paralel terbuka ini adalah diketahuinya pengaruh
pemberian nutrisi enteral per oral pra Sectio Caesarea (SC) terhadap kadar high
segasfrfvity C-Reactive Protein (hsCRP) serum pasca SC. Penelitian ini telah
disetujui komisi etik penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sebanyak 27 pasien SC elektif di RSUD Bekasi yang memenuhi kriteria
penelitian dibagi dalam dua kelompok sccara randomisasi blok. Sebanyak 13
orang subyek mendapat nutrisi enteral 200 mL (kelornpok P) dan 14 orang subyek
mendapat teh manis 200 mL (kelompok K) yang diberikan dua jam pra SC. Data
yang dikumpulkan meliputi usia, umur kehamilan, status gizi, indikasi SC, lama
SC, pcrdarahan, dan asupan energi, dan protein. Pemeriksaan kadar hsCRP
serum dilalcukan dua jam pra SC dan 48 jam pasca SC. Uji statistik yang
digunakan adalah uji t dan uji Man11~Whitney dengan hatas kernalmaan 5%.
Sebanyalc 12 orang kelompok P dan 12 orang kelompok K dengan rerata usia
29,78 jg 4,41 tahun mengikuti penelitian secara lengkap. Status gizi seluruh
Subyek berdasarkan LiLA temmasuk kategori Status gizi balk, sedangkan
berdasarkan KMS ibu hamil Depkes termasuk kategori status gizi lebih. Pada
awal penelitian, karaktristik data dasar pada kedua kelompolc tidak
memperlihatkan perbedaan yang bermakna (p >0,05). Pada kedua kelompok
didapatkan peningkatan kadar hs,CRP serum pasca SC yang lebih nyata texjadi
pada kelompok K dan secam statisiik berbeda bermakna (p == 0,00). Pemberian
200 mL nutrisi enteral pra SC dapat mengendalikan peningkatan kadar hsCRP
serum pasca SC."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32864
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rahmania Yulman
"Malnutrisi pada anak sakit kritis dalam perawatan intensif menjadi masalah dalam beberapa dekade terakhir dan berhubungan erat dengan morbiditas dan mortalitas. Hingga kini, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) belum memiliki panduan baku mengenai dukungan nutrisi anak sakit kritis. Penelitian bertujuan untuk mengetahui profil pemberian nutrisi enteral (NE) dan waktu pencapaian resting energy expenditure (REE) di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) RSCM dan faktor-faktor yang memengaruhi. Penelitian dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan data rekam medis anak sakit kritis yang dirawat di PICU RSCM pada tahun 2017-2018. Waktu inisiasi pemberian NE dan pencapaian REE serta faktor-faktor yang memengaruhi pemberian tersebut dicatat dan dilakukan analisis multivariat untuk mencari faktor risiko yang bermakna. Terdapat 203 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Terdapat 120 subyek berjenis kelamin lelaki (59,1%), dengan median usia adalah 35 bulan (rentang usia 1-209 bulan). Kasus bedah terdapat pada 125 subyek (61,6%) dan status gizi normal terdapat pada 87 subyek (42,9%). Prevalensi pemberian NE dini adalah 63,1%, dan pencapaian kalori REE ≤72 jam adalah 67,5%, dengan median 48 jam. Faktor risiko yang menghambat pemberian NE dini adalah pasca-bedah abdomen, penggunaan inotropik, penggunaan ventilator, gejala gastrointestinal sebelum inisiasi, dan status gizi tidak normal dengan odds ratio (OR) 10,89 (IK 95% 4,31-27,50; p=0,009), 4,60 (IK 95% 1,78-11,90; p=0,002), 4,18 (IK 95% 1,56-11,17; p=0,004), 3,40 (IK 95% 1,59-7,29; p=0,002), 2,49 (IK 95% 1,09-5,72; p=0,031). Faktor risiko yang menghambat pencapaian kalori REE ≤72 jam adalah pemberian NE lambat, intoleransi pemberian enteral berupa gejala gastrointestinal dan skor PELOD-2 ≥7 dengan OR 20,62 (IK 95% 6,48-65,65; p=0,000), 14,77 (IK 95% 4,40-49,60; p=0,000), 3,98 (IK 95% 1,01-15,66; p=0,048). Prevalensi pemberian NE dini pada anak sakit kritis di PICU RSCM cukup baik dengan waktu pencapaian REE sesuai dengan target. Faktor terbanyak penghambat pemberian NE dini adalah kondisi pasca-bedah abdomen, sedangkan faktor penghambat pencapaian REE ≤ 72 jam terbanyak adalah pemberian NE lambat.

Malnutrition of critically ill children remains a major problem that is closely related to high morbidity and mortality in pediatric intensive care unit (PICU) during the last decades. The protocol of nutritional support for critically ill children in Cipto Mangunkusumo Hospital (CMH) has not yet been developed. The study is aimed to evaluate the enteral nutrition (EN) profile, the duration to achieve resting energy expenditure (REE) and number of influencing factors associated with the late EN administration and late REE achievement. The data were collected retrospectively from medical records during the year 2017 to 2018 in PICU CMH. We assessed the timing of EN given and the duration of REE achieved from EN. We performed multivariate analysis to determined significant factors associated with late EN and late REE achievement. Two hundred three subjects were included. One hundred twenty subjects (59%) were boys, with median age of 35 (1-209) months old. One hundred twenty five subjects (61.6%) were post-surgical period and 87 subjects (42.9%) were in good nutritional status. The prevalence of early EN was 63.1%, and REE ≤72 hours was achieved in 67.5% subjects, with the median time was 48 hours. Significant factors inhibit early EN administration were post-abdominal surgery, ventilator use, inotropic use, gastrointestinal symptoms before initiation, and abnormal nutritional status; with OR 10.89 (95% CI 4.31 to 27.50; p=0.009), 4.60 (95% CI 1.78 to 11.90; p=0.002), 4.18 (95% CI 1.56 to 11.17; p=0.004), 3.40 (95% CI 1.59 to 7.29; p=0.002), 2.49, 95% CI 1.09 to 5.72; p=0.031), respectively. While factors inhibit the achievement of REE ≤72 hours were the late EN initiation, enteral intolerance, and PELOD-2 score ≥7 with OR 20.62 (95% CI 6.48 to 65.65; p=0.000), 14.77 (95% CI 4.40 to 49.60; p=0.000), 3.98 (95% CI 1.01 to 15.66; p=0.048), respectively. The prevalence of early EN administration with the duration to achieve REE among critically ill children in the PICU CMH was quite satisfying. The most influencing factor inhibit early EN administration was post-abdominal surgery, while the most significant factor inhibit the achievement of REE ≤72 hours was the late NE administration."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Yuliana Kusaeri
"Tujuan: Mengetahui efek pemberian nutrisi enteral dua jam pra sectio caesarea terhadap perubahan kadar hsIL-6 pasca sectio caesarea
Metode: Penelitian ini merupakan uji klik paralel, yang subyek penelitiannya dipilih secara consecutive sampling, yang dibagi menjadi dua kelompok melalui randomisasi blok masing-masing terdiri dari 10 orang subyek. Data karakteristik awal penelitian meliputi usia, indikasi SC, status gizi berdasarkan KMS ibu hamil dan LiLA, asupan energi dan protein pra SC, lama operasi, jumlah perdarahan, dan hsIL-6 prabedah adalah homogen. Untuk melihat perbedaaan perubahan kadar hsIL-6 dilakukan pemeriksaan hsIL-6 setelah 6 jam pasca insisi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji t. Batas kemaknaan 5%.
Hasil: Peningkatan rerata dan simpang baku kadar hsIL-6 meningkat pada kedua Kelompok. Peningkatan kadar hsIL-6 ( p <0,05) dan perubahan kadar hsIL-6 lebih besar bermakna pada kelompok kontrol dibandingkan kelompok perlakuan (p <0,05).
Simpulan: Pemberian nutrisi enteral dua jam pra secfio caesarea dapat menekan peningkatan kadar hsIL-6.

Objective: To investigate the effect of enteral nutrition that given two hour before caesarean section on changes hsIL-6 levels after caesarean section.
Methods: The design study was a parallel clinical trial, in which the subject were selected by consecutive sampling, each proup consisted of ten subjects. The subject were divided into two groups using block randomization. Data collected including age, indication of CS, nutritional status based on MUAC and KMS chart in pregnancy, energy and protein intakes, duration of surgery, amount of blood loss during surgery, and hsIL-6 serum preoperative, were matched at baseline. To investigated the changes of hsIL-6 levels, the concentrations to assessed six hours post CS. Statistical analysis was measured by t-test. The significance levcl was 5%.
Results: There was a significant increasc of hsIL-6 levels (p = 0,001) in both groups. The increased and changes of hsIL-6 levels in the control group was significantly higher than in the treatment group. (p<0.05, and p <0,05 respectively).
Conclusion: Enteral nutrition that was given two hour before caesarean section can suppress the increased of hsIL-6 levels.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32873
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Marvin Marino
"Latar Belakang: Pengobatan Kanker kepala leher (KKL) melalui terapi radiasi maupun kemoradiasi sering menimbulkan efek samping. Efek samping terapi radiasi pasien KKL menyebabkan gangguan asupan yang meningkatkan kejadian malnutrisi. Ketersediaan jalur nutrisi enteral merupakan salah satu tata laksana nutrisi yang dapat diberikan untuk mencegah penurunan asupan dan status gizi pasien KKL. Penelitian ini bertujuan melihat korelasi antara ketersediaan jalur nutrisi enteral dengan pemenuhan nutrisi dan status gizi.
Metode: Studi potong lintang dilakukan pada subjek dewasa dengan KKL pasca terapi radiasi di poliklinik radioterapi RSCM. Pemenuhan nutrisi dinilai dengan FFQ semi kuantitatif sedangkan status gizi diukur dengan menghitung indeks massa tubuh (IMT). Ketersediaan jalur nutrisi enteral didapatkan melalui wawancara dan rekam medis pasien.
Hasil: Sebanyak 41 subjek penelitian dengan rerata usia 51 tahun ikut serta dalam penelitian. Sebagian besar subjek adalah laki-laki, diagnosis kanker nasofaring, stadium IV, dan jalur nutrisi oral. Rerata IMT subjek 20,5 ± 3,6 kg/m2 dan rerata asupan subjek 1336,7 ± 405,5 kkal/hari. Rerata IMT subjek dengan jalur nutrisi enteral lebih rendah dibandingkan dengan jalur nutrisi oral yaitu 18,2 ± 2,6 kg/m2 dibanding 21,2 ± 3,5 kg/m2. Rerata total asupan energi subjek dengan jalur nutrisi enteral lebih tinggi dibandingkan dengan jalur nutrisi oral yaitu 1498,1 ± 430,6 kkal/hari dibanding 1291,4 ± 393,3 kkal/hari. Terdapat korelasi nagatif sedang antara ketersediaan jalur nutrisi enteral dengan status gizi (r=-0,346, p=0,027) dan korelasi positif lemah dengan pemenuhan nutrisi (r=0,216, p=0,174). Meskipun demikian pada penelitian ini ditemukan bahwa proporsi subjek yang mendapat jalur nutrisi enteral dan mengalami penurunan IMT lebih sedikit dibandingkan dengan proporsi subjek yang menggunakan jalur oral, yaitu 22,2% dengan 43,8%.
Kesimpulan: Terdapat korelasi negatif sedang yang signifikan antara ketersediaan jalur nutrisi enteral dengan status gizi dan korelasi positif lemah dengan pemenuhan nutrisi yang masih dipengaruhi oleh faktor perancu penelitian.

Background: Treatment of head and neck cancer (HNC) through radiation therapy or chemoradiation often lead to side effects. The side effect of radiation therapy in HNC patients might deteriorate food intake that increase the incidence of malnutrition. The availability of enteral nutrition is one of nutritional interventions that can be provided to prevent detrimental of food intake and nutritional status in HNC patients. This study aims to evaluate the correlation between the availability of enteral nutrition with nutritional fulfillment and nutritional status.
Method: A cross sectional study was conducted on adult HNC patients after radiation therapy at Radiotherapy Outpatient Clinic of Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital. Nutritional fulfillment was assessed by semi-quantitative food frequency questionnaire (FFQ) while nutritional status was measured by calculating body mass index (BMI). The availability of enteral route was obtained through interviews and patients medical records.
Results: A total of 41 subjects with a mean age of 51 years participated in the study. Most of the subjects were male, with stage IV nasopharyngeal cancer and oral nutrition route. The mean of BMI was 20,5 ± 3,6 kg/m2 and the mean food intake was 1336,7 ± 405,5 kcal/day. The mean BMI of subjects with enteral nutrition was lower than those on oral nutrition, which was 18,2 ± 2,6 kg/m2 compared to 21,2 ± 3,5 kg/m2. The mean total energy intake of subjects with enteral nutrition route was higher than oral nutrition route, which was 1498,1 ± 430,6 kcal/day compared to 1291,4 ± 393,3 kcal/day. There was a moderate negative correlation between the availability of enteral nutrition and nutritional status (r=-0,346, p=0,027), meanwhile there was a weak positive correlation with nutritional fulfillment (r=0,216, p=0,174). However, in this study we found that the proportion of subjects with enteral nutrition who experienced a decrease of BMI was less than the proportion of subjects on the oral route, which was 22,2% compared to 43,8%, respectively.
Conclusion: There is a moderate negative correlation between the availability of enteral nutrition which was statistically significant with nutritional status and a weak correlation with nutritional fulfillment which was still influenced by confounding factors.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rafli Fadlurahman
"Latar belakang: Cedera gastrointestinal akut kerap terjadi pada pasien dengan sakit kritis. Fungsi saluran menjadi salah satu pertimbangan dalam pemberian nutrisi pasien. Komplikasi pada saluran cerna dapat menghambat pemberian nutrisi enteral yang lebih direkomendasikan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan derajat cedera gastrointestinal akut dengan capaian nutrisi enteral pada pasien anak sakit kritis.
Metode: Penelitian ini memiliki desain studi potong lintang menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien anak sakit kritis yang dirawat di PICU RSCM dari September 2019 sampai Agustus 2020. Cedera gastrointestinal akut dikelompokkan berdasarkan klasifikasi WGAP ESICM. Asupan nutrisi diambil dari data rekam medis pasien. Data dianalisis menggunakan Uji Saphiro-Wilk dilanjutkan Uji Kruskal-Wallis untuk mengetahui hubungan derajat cedera gastrointestinal akut dengan capian nutrisi enteral pasien. Data diolah menggunakan aplikasi IBM SPSS for windows versi 20.
Hasil: Sampel penelitian berjumlah 26 pasien. Median presentase capaian nutrisi enteral hari ketiga (% laju metabolik basal) setiap derajat yaitu derajat satu 40,08 (0-144,39); dua 0,00 (0-219); tiga 19,10 (0,00-38,20); dan empat 0,00 (0,00-130,30) dengan hasil uji Kruskal-Wallis (p=0,904). Tidak terdapat hubungan bermakna antara lama capaian 25% nutrisi enteral dengan derajat cedera gastrointestinal akut (Kruskal-Wallis, p=0,556). Pada penelitian, faktor lain seperti status gizi (p=0,952), penggunaan ventilator mekanik (p=0,408), dan riwayat pascaoperasi (p=0,423) tidak mempengaruhi presentase nutrisi enteral hari ketiga.
Kesimpulan: Pada pasien anak kritis, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara derajat cedera gastrointestinal akut dengan capaian nutrisi enteral.

Background: Acute gastrointestinal injury (AGI) is usually found in critically ill patients. Gastrointestinal function can determine the route od nutritional therapy. Gastrointestinal abnormalities may delay enteral nutrition therapy in patients. Therefore, this study aims to determine the association between the association between acute gastrointestinal injury and enteral nutrition outcome in critically ill children.
Methods: This study had a cross-sectional study design using the medical records of critically ill children in PICU RSCM from September 2019 until August 2020. AGI patients was classified based on WGAP ESIM grading system. Nutritional outcomes were assessed using data from medical record. Data were analyzed the Kruskal-Wallis test to determine the association between acute gastrointestinal injury and enteral nutrition outcomes. The Data were analysed using SPSS for windows version 20.
Results: The study sample was 26 patients. The medians of day three enteral nutrition percentage were grade one 40,08 (0-144,39); grade two 0,00 (0-219); grade three 19,10 (0,00-38,20); dan grade four 0,00 (0,00-130,30) with Kruskall-walis test result (p=0,904). There was no significant association between AGI and the duration of 25% basal metabolic rate (Kruskal-Wallis, p=0,556). In this study, Other factors such as nutritional status (p=0,952), ventilator usage (p=0,408), and post-operative history (p=0,423) did not associate with day three enteral nutrition percentage.
Conclusion: In critically ill children, there was no significant association between the acute gastrointestinal injury and the outcome of enteral nutrition.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puti Rahmitha Sany
"Pemberian nutrisi pada pasien kritis dapat terhambat karena kondisi intoleransi atau disfungsi gastrointestinal berupa gangguan pengosongan lambung, gangguan motilitas usus, dan penyerapan saluran cerna. Volume residu lambung dianggap sebagai parameter pemantauan gangguan pengosongan lambung dan toleransi nutrisi enteral pada pasien ICU. Beberapa metode pemberian nutrisi seperti intermittent feeding telah direkomendasikan untuk mengendalikan peningkatan volume residu lambung, namun insiden peningkatan volume residu lambung masih ditemukan, sehingga dibutuhkan metode lain yaitu dengan mengubah posisi tubuh menjadi lateral kanan yang dipertimbangkan dapat mempercepat pengosongan lambung. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektivitas pemberian nutrisi enteral menggunakan metode intermittent feeding dikombinasikan dengan posisi lateral kanan terhadap volume residu lambung pada pasien kritis. Metode penelitian ini adalah true experimental design, melibatkan 52 responden pasien kritis di ruang ICU RS Persahabatan, terbagi menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara pemberian nutrisi enteral menggunakan metode intermittent feeding dikombinasikan dengan posisi lateral kanan dengan perlakuan standar terhadap volume residu lambung (p value 0.927). Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pemberian posisi lateral kanan pada saat pemberian intermittent feeding dapat menjadi salah satu strategi dalam mengurangi volume residu lambung, yang dapat dilihat dari jumlah volume residu lambung yang lebih sedikit dibandingkan posisi semi recumbent. Meskipun secara statistik tidak terdapat perbedaan signifikan terhadap volume residu lambung, namun posisi lateral kanan dapat memberi rasa nyaman dan mencegah terjadinya pressure injury

Nutrition in critically ill patients can be hampered due to gastrointestinal intolerance or dysfunction in the form of gastric emptying disorders, impaired intestinal motility, and gastrointestinal absorption. Gastric residual volume is a monitoring parameter of gastric emptying disorders and enteral nutrient tolerance in ICU patients. Several methods of nutrition such as intermittent feeding have been recommended to control the increase in gastric residual volume, but the incidence of increased gastric residual volume is still found, so another method is needed, namely by changing the position of the body to the right lateral which is considered to accelerate gastric emptying. The purpose of this study was to determine the effectiveness of enteral nutrition using the intermittent feeding method combined with the right lateral position on the volume of gastric residue in critically ill patients. The method of this study is a true experimental design, involving 52 critical patient respondents in the ICU of RS Persahabatan, divided into an experimental group and a control group. The results showed that there was no difference between the administration of enteral nutrition using the intermittent feeding method combined with the right lateral position with standard treatment of gastric residual volume (p value 0.927). The conclusion of this study is that the right lateral position during intermittent feeding can be one of the strategies in reducing the volume of gastric residue, which can be seen from the small amount of gastric residue volume compared to the semi-recumbent position. Although there is no statistically significant difference in gastric residual volume, the right lateral position can provide comfort and prevent pressure injury.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library