Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 45 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kartika Chandra Hermawati
"Skripsi ini membahas diplomasi ekonomi antara Jepang dan Indonesia melalui Bantuan Pembangunan Resmi pada masa Orde Baru tahun 1973-1979. Hubungan diplomasi antara kedua negara dimulai dengan pampasan perang pada tahun 1958—1970. Setelah hubungan kedua negara membaik pasca Perang Dunia II, diplomasi ekonomi antara kedua negara menjadi semakin dalam melalui investasi dan bantuan, termasuk Bantuan Pembangunan Resmi. Bantuan dari Jepang tersebut memberikan banyak manfaat bagi Indonesia untuk membangun negaranya dan Jepang mendapatkan banyak keuntungan melalui investasinya di Indonesia. Pada skripsi ini juga akan dibahas mengenai investasi Jepang di Indonesia yang memunculkan berbagai reaksi baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Reaksi yang diterima Jepang salah satunya adalah tuntutan untuk memberikan jumlah bantuan yang sama besar dengan keuntungan yang Jepang dapatkan dari investasinya di Indonesia. Hal itulah yang kemudian menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara utama penerima Bantuan Langsung Resmi dari Jepang.

This thesis discusses about economic diplomation between Japan and Indonesia through Official Development Assistance (ODA) during the New Order period, between 1973 to 1979. Diplomatic relation between two countries began with war reparation in 1958 until 1970. After the relation between two countries cooled down since the end of World War II, economic diplomatic between them move towards deeper relation with investment and assistance, include Official Development Assistance. Japan’s assistance gave Indonesia a lot of help to do country development and Japan got a lot of advantages because of their investments in Indonesia. Also, this thesis will give explanations about Japan's investments in Indonesia that caused a lot of reaction from internal and eksternal. One of the reaction was Japan sued to give Official Development Assistance to Indonesia as big as what they got from their investments in Indonesia. This is one of other main reasons which caused Indonesia became one of majors recipient of Japan’s Official Development Assistance.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S60539
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Topo Santoso
"Indonesian general election 2004 is the second general election after the fall of Suharto's regime. There have been revolutionary changes on Indonesian general election law and system compare to Indonesian general election that took place during the New Order Regime. Indonesia general election 2004 got very large attention from around the world. Other slate were willing to assist in election by providing international observers la closely look at the fairness, impartial process of election have bee well achieved Observation on general election means gather information on the process of election and give opinions based on information which gathered by people that do not have any authority to intervene on the process. In contrast, Pengawas Pemilu (Indonesian General Election Observer) as a formal body which takes part on general election process has / duties to observe, take reports, carry on Ihe reports and settle any disputes. Therefore, Pengawas Pemilu has different functions and authorities compare to others. However, as long as people still do not have any confidence on the process regarding the fairness and neutrality of the general election committee, the role of general election observers is still very important."
2004
JHII-1-4-Juli2004-801
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bubandt, Nils
"The intention of this article is to discuss the relationship between the processes of fiscal and political decentralization, the outbreak of communal violence, and what I call 'the new politics of tradition' in Indonesia. In 1999 under the President Jusuf Habibie, the Indonesian parliament (DPR) voted in favour of two laws, No. 22 and 25 of 1999, which promised to leave a significant share of state revenues in the hands of the regional governments. Strongly supported by the liberal ideologues of the IMF and the World Bank, the two laws were envisaged within Indonesia as a necessary step towards devolving the centralized power of New Order patrimonialism and as a way of curbing separatism and demands for autonomy by giving the regional governments the constitutional and financial wherewithal to maintain a considerable degree of self-determination. Decentralization was in other words touted as the anti-dote to communal violence and separatist tendencies-an anti-dote administered or at least prescribed by multi-national development agencies in most conflict-prone areas of the world. This paper wishes to probe this idea by looking at the conflict and post-conflict situation in North Maluku. The conflict illustrates how local elites began jockeying for political control in anticipation of decentralization. The process of decentralization is in other words not merely an anti-dote but in some cases an implicated part in the production of violence. One reason for this is simply that the decentralization of financial and political control after three decades of centralization entails a significant shift in the parameters of hegemony-a shift towards which local political entrepreneurs in the regions are bound to react. The new 'politics of tradition' currently emerging in Indonesia is the combined result of changes in global forms of governance, a strong political focus on ethnic and religious identity in the 'era reformasi' and a local willingness to employ these identities to garner support in the new political landscape of decentralization."
Depok: Jurnal Antropologi Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Citra Lamtoro Gung Persada, 1993
320.092 IND j;320.092 TEA j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rinandi Dinanta Praja
"Tesis ini membahas teks kumpulan cerpen LTDKK dan teks film LTDKK melalui perspektif Gramscian terkait konteks masyarakat Indonesia di akhir dekade 1980-an. Fokus penelitian ini adalah menguraikan berbagai artikulasi kelompok remaja pada teks kumpulan cerpen LTDKK, serta berbagai disartikulasi terhadapnya melalui proses adaptasi. Dengan memahami kedua teks korpus sebagai medan negosiasi, penelitian ini juga menguraikan bentuk negosiasi, baik pada tataran tekstual maupun realita, serta perbedaan keberpihakan antara teks kumpulan cerpen dan teks film. Penelitian ini juga menelusuri cara tokoh-tokoh remaja dihadirkan pada teks film, sesuatu yang terkait familisme Orde Baru serta tiga pandangan stereotipikal atas remaja pada tataran realita. Simpulan yang didapat dari penelitian ini ialah, perubahan modalitas pada proses adaptasi menunjukkan bentuk disartikulasi, serta menempatkan kelompok remaja secara diskursif pada posisi subordinat. Adaptasi juga diketahui penggeser keberpihakan, dari semula berpihak pada kelompok remaja melalui teks kumpulan cerpen menjadi berpihak pada kepentingan bisnis pada teks film.

This thesis investigates the short stories collection LTDKK and its film adaptation through Gramscian perspective related to the context of Indonesian people in the late 1980s era. The focus of this study is to describe the various articulations of youth in the short stories collection, as well as the variety of disarticulations through its adaptation process. By understanding both texts as a field of negotiations, this study also outlines the form of negotiations, both at the level of textual and reality, as well as different alignments between the text of short stories collection and its film adaptation. This study explores how the youth characters in the text presented in the film adaptation in relation to New Order familism as well as three stereotypical views on youth at the level of reality. This study concludes that change in modalities of the adaptation process resulted in shaping the various disarticulations and put the youth in the subordinate position. Adaptation also known to shift the alignments, from originally sided with the youth in the short stories collection to be favorable for business interests in its film adaptation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T45219
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Akbar Taufiek
"Perkembangan lingkungan strategis baik dalam konteks global maupun nasional telah menempatkan intelijen pada posisi yang sulit dan situasinya pada saat ini sangat kontras apabila dibandingkan dengan situasi pada masa Orde Baru. Intelijen dapat digunakan sebagai alat untuk mengurangi kekhawatiran terhadap ancaman bangsa dan negara. Intelijen merupakan bagian dari sistem keamanan nasional yang berfungsi baik untuk memberikan deteksi dini, peringatan dini, maupun pencegahan dini melalui pengumpulan informasi, analisis strategis, dan/atau kegiatan-kegiatan kontra-intelijen melalui cara-cara cerdas termasuk operasi tertutup. Dengan fokus utama untuk mencegah pendadakan stratejik dan taktis, intelijen dimaksudkan demi terpeliharanya keutuhan wilayah, kedaulatan negara, dan keselamatan segenap bangsa. Faktor kegagalan yang paling dominan pada kasus-kasus ini terjadi karena adanya kegagalan Intelijen yang diakibatkan oleh kegagalan kepemimpinan dan kebijakan dalam mengambil keputusan. Hal ini membuktikan bahwa peran badan intelijen sebagai penyedia informasi dengan pengambil kebijakan dalam hal ini presiden, Panglima TNI, Kapolri dan pejabat serupa sangat penting dan harus bersinergi.

.Development of the strategic environment in the context of both global and national levels has put the military including intelligence units in a difficult position at the moment and the situation is in stark contrast when compared with the situation in the New Order. Intelligence can be used as a tool to reduce concerns about the threat of the nation and the state. Intelligence is part of a national security system that serves both to provide early detection, early warning, and early prevention through information gathering, strategic analysis, and or the activities of counter intelligence through clever ways including covert operations. With the main focus to prevent strategic and tactical element of surprise, intelligence intended for the maintenance of the territorial integrity, sovereignty, and the safety of the entire nation. The most dominant factor in the failure of these cases occur because of the failure of intelligence due to the failure of leadership and policy decision making. This proves that the role of intelligence agencies as providers of information to policy makers in this case the president, the commander of the TNI, the chief of Police and officials alike are very important and should be synergize."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Melfaliona Shandy
"ABSTRAK
Tesis ini membahas perempuan Minangkabau yang mendefinisikan kembali makna
?kuat? saat kemunculan Orde Baru. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif, sementara teori dan konteks yang digunakan teori struktural, teori gender,
serta konteks Minangkabau saat ini. Dengan tujuan untuk mengungkap proses tokoh
perempuan Minangkabau pada masa Orde Baru dalam mendefinisikan ulang makna
?kuat?, hasil dari penelitian ini menunjukkan konsep perempuan Minangkabau yang
?kuat? adalah yang tidak meninggalkan nilai-nilai kesopanan dan keluhuran, yang
dapat bangkit dari keterpurukan dengan tidak mengerdilkan dirinya sendiri sebagai
manusia bernilai di mata Tuhan dan masyarakat, serta mampu berjuang dengan
mencari jalan keluar dengan memedulikan norma dan etika.

ABSTRACT
This research discusses the Minangkabau women who redefining the meaning of
"strong" in the New Order era. This research uses qualitative descriptive method, the
structural theory, gender theory, and current Minangkabau context. The result
indicates that the concept of "strong" Minangkabau women is those who does not
leave the values of decency and nobility, can rise from adversity with no downgrades
themselves as valuable people in God's eyes and in society, and who are capable of
looking for solutions by considering the norms and ethics"
2017
T47053
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhil Nugroho Adi
"Tulisan ini mengkaji proses penyampaian propaganda khususnya Jawa Tengah pada tahun 1986-198. Pendekatan yang dipergunakan adalah teori komunikasi massa pada pergelaran wayang kulit. Melalui penelitian terungkap adanya kooptasi terhadap dalang dalam melakukan penyampaian pesan-pesan pemerintah Orde Baru kepada masyarakat luas. Usaha pemerintah untuk melakukan propaganda melalui dalang begitu kentara pasca Gerakan 30 September. Akibatnya, terjadi perubahan konsep pertunjukan wayag kulit. Seringkali dalam menyisipkan pesan-pesan pemerintah, baik secara implisit maupun terang-terangan. Pesan-pesan ini disampaikan melalui janturan, ginem, gending, termasuk dalam adegan limbukan dan gara-gara. Namun pementasan wayang kulit pada Orde Baru juga mendorong kreativitas para dalang dalam menciptakan lakon baru, mengubah lakon, hingga menciptakan gending-gending bernuansa pembangunan"
Yogyakarta: BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA D.I. YOGYAKARTA, 2017
400 JANTRA 12:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Badrus Sholeh
"Pesantren telah menjadi bagian tradisi keislaman di Indonesia, yang menggabungkan kajian dan budaya Islam Timur Tengah dengan tradisi lokal. Penggabungan tradisi ini menciptakan Islam Indonesia memiliki karakter berbeda dengan Islam di Timur Tengah. Tulisan ini melihat peran pesantren lebih dekat dengan studi kasus pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo, Jawa Timur. Pesantren ini telah menjadi salah satu pesantren tertua di Indonesia, dengan peran strategis mengembangkan perdamaian dan mewarnai perjalanan peradaban di sekitarnya. Kiprah tiga pesantren menjadi perhatian utama: memediasi hubungan antar agama pasca kerusuhan Situbondo 1996, mendamaikan hubungan antara petani dan perusahaan perkebunan negara dalam pendayagunaan tanah di Bunengan dan konflik tanah"
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2005
297 JAMI 43:2 (2005)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bertha Jayanti Nurtiana
"Radio merupakan salah satu media yang dapat menyampaikan informasi dengan cepat. Untuk itulah, radio digunakan sebagai salah satu media perjuangan rakyat. Ketika Orde Baru muncul, banyak bermunculan radio siaran non-pemerintah di Jakarta. Pemerintahan Orde Baru pun mengeluarkan sejumlah kebijakan untuk mengatur radio. Salah satunya PP No. 55 Tahun 1970 yang didalamnya terdapat larangan sebagai alat kegiatan politik bagi radio siaran non-pemerintah dan dilarang membuat berita. Hal tersebut menimbulkan dinamika dalam dunia radio siaran di Jakarta. Dinamika tersebut dapat dilihat pada perkembangan Radio Arief Rachman Hakim dari tahun 1970 hingga 1998.

Radio is a medium that can convey information quickly. For this reason, the radio is used as a medium of mass struggle. When the New Order emerged, many emerging non-government radio stations in Jakarta. New Order government also issued a number of policies to regulate radio. One of these PP. 55 of 1970 in which there is a ban on political activity as a tool for non-government broadcast radio and banned from making news. This raises the dynamics in the world of radio broadcasting in Jakarta. The dynamics can be seen in the development of radio Arief Rachman Hakim from 1970 to 1998.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S54525
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>