Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ervandita Iswandari
"Sebagian besar janda yang mengalami kematian suami tidak menikah kembali setelahnya, apalagi bila telah memasuki usia dewasa madya. Meski demikian, tidak sedikit pula janda dewasa madya yang akhirnya kembali berkeluarga. Pernikahan-kembali mendatangkan situasi yang lebih kompleks daripada pernikahan pertama karena janda harus menghadapi suami baru dan anak-anak, baik anak kandung maupun anak tiri. Oleh karena itu, penyesuaian diri merupakan hal yang penting untuk dilakukan janda dalam menjalani pernikahankembali.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penyesuaian pernikahan janda dewasa madya dengan menggunakan dimensi penyesuaian diadik Spanier (1976) dan area penyesuaian pernikahan DeGenova & Rice (2005).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui metode wawancara dan observasi kepada tiga orang responden. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa dalam dimensi kesepakatan dalam pernikahan, ketiga responden masih mempersepsikan adanya ketidaksepakatan dalam beberapa area dengan suami baru. Dalam dimensi kedekatan hubungan, ketiga responden mengaku merasa dekat dengan suami mereka. Dalam dimensi kepuasan hubungan dalam pernikahan, seorang responden merasa tidak puas dengan pernikahannya.
Sedangkan dalam dimensi ekspresi afeksi, ketiga responden mengekspresikan kasih sayang melalui perbuatan nyata. Ketiga responden juga memiliki motivasi yang berbeda-beda untuk menikah kembali. Akan halnya penghayatan pada almarhum suami, ketiga responden menyatakan bahwa mereka masih mengenang almarhum suaminya dan tidak akan dapat melupakan mereka."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Oktafiani Darmawan
"Dewasa madya merupakan usia ketika individu sedang menjalani berbagai macam peran yang mempengaruhi kepuasan hubungan dalam pernikahan mereka. Pola komunikasi, menjadi salah satu faktor yang dapat berfungsi dalam kepuasan hubungan pernikahan. Dimensi pola komunikasi konstruktif sebagai pola komunikasi positif sedangkan dimensi pola komunikasi self-demand/partner-withdraw, dan

Middle adulthood is the age when individuals are undergoing various roles that affect relationship satisfaction in their marriage. Patterns of communication, become one of the factors that can function in the satisfaction of marital relations. The dimensions of constructive communication patterns are positive communication patterns, while the dimensions of self-demand/partner-withdraw and partner-demand/self-withdraw communication patterns are negative communication patterns. In this study, researchers wanted to see how this communication pattern relates to relationship satisfaction in marriage of middle-adult individuals aged 40 to 65 years who already have children and have one of their biological parents or in-laws. A total of 117 respondent data were successfully processed in this study with results indicating that there was a significant positive relationship between constructive communication patterns and relationship satisfaction (r = 0.439) and a significant negative relationship between self-demand/partner-withdraw communication patterns and relationship satisfaction ( r = -0.232), and partner- demand/self-withdrawal with relationship satisfaction (r = -0.256). From the results of this study it is hoped that it can be an educational tool for middle-aged individuals that communication patterns play a role in marital satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fachriza Putra
"Pada tahap dewasa madya, seorang ayah yang bekerja dihadapkan pada berbagai tanggung jawab, termasuk mencari nafkah dan terlibat aktif dalam urusan keluarga. Peran yang kompleks ini dapat mempengaruhi kepuasan pernikahannya. Dalam upaya mencapai kepuasan dalam pernikahan, komitmen menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat komitmen dengan tingkat kepuasan pernikahan pada ayah yang bekerja. Partisipan penelitian ini berjumlah 241 responden berusia antara 40 hingga 65 tahun, yang telah menikah, bekerja, memiliki anak, dan juga memiliki orang tua atau mertua yang masih menjadi tanggungan. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang dirancang khusus untuk mengukur tingkat komitmen menggunakan Investment Model of Commitment Scale dan tingkat kepuasan pernikahan menggunakan Couple Satisfaction Index-16 Item. Hasil analisis korelasi menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara komitmen dengan kepuasan pernikahan (r(239) = 0,376, p < 0,01, one-tailed). Para responden yang menunjukkan tingkat komitmen yang tinggi cenderung memiliki tingkat kepuasan pernikahan yang tinggi. Penelitian ini menyajikan informasi yang berharga tentang pentingnya komitmen dalam mencapai kepuasan pernikahan pada ayah yang berada dalam tahap dewasa madya. Temuan ini dapat memberikan wawasan bagi para ayah yang ingin meningkatkan kualitas hubungan pernikahan mereka.

During the middle adulthood stage, a working father faces various responsibilities, including providing for the family's financial needs and actively participating in family matters. This complex role can influence the satisfaction in his marital relationship. In the effort to achieve marital satisfaction, commitment becomes a crucial factor that needs to be considered. This research aimed to examine the relationship between the level of commitment and marital satisfaction among working fathers. The study involved 241 participants aged between 40 and 65 years, who were married, employed, had children, and also had elderly parents or in-laws as dependents. Data were collected using specially designed questionnaires to measure the level of commitment using the Investment Model of Commitment Scale and the level of marital satisfaction using the Couple Satisfaction Index-16 Item. The results of the correlation analysis showed a significant positive relationship between commitment and marital satisfaction (r(239) = 0.376, p < 0.01, one-tailed). Respondents who demonstrated higher commitment levels tended to have higher levels of marital satisfaction. This study provides valuable information about the importance of commitment in achieving marital satisfaction among fathers in the middle adulthood stage. These findings can offer insights for fathers who seek to enhance the quality of their marital relationships.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library